Anda di halaman 1dari 7

PRAKTIK PROPESI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKes HANGTUAH PEKANBARU
TA.2015/2016
FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK (OMSK)

A. Konsep Dasar
Indera pendengaran merupakan bagian dari organ sensori khusus yang mampu mendeteksi
sebagai stimulus bunyi. Indera pendengaran sangat penting dalam percakapan dan komunikasi
sehari-hari. Organ yang berperan dalam pendengaran adalah telinga. Struktur dari telinga itu
sendiri terdiri dari telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam atau labirin. Adapun mekanisme
pendengaran itu sendiri gelombang suara dari luar dikumpulkan oleh daun telinga (pinna) , masuk
kesaluran eksterna pendengaran (meatus dan kanalis audotorius eksterna) yang selanjutnya masuk
ke membrane timpani. Adanya gelombang suara yang masuk ke membrane timpani menyebabkan
membrane timpani bergetar dan bergerak maju mundur. Gerakan ini juga mengakibatkan tulangtlulang pendengaran seperti meleus, inkus, dan stapes ikut bergerak dan selanjutnya stapes
menggerakkan foramen ovale serta menggerakkan cairan perilimf pada skalavestibule, getaran
selanjutnya melalui membrane basiler ke arah bawah dan selanjutnya menggerak perilimf pada
skala timpani. Pergerakan cairan dalam skala timpani potensial aksi pada sel rambut yang
selanjutnya diubah menjadi inpuls listrik , inpuls listrik selanjutnya dihantarkan ke nukleus
koklearis , thalamus kemudian korteks pendengaran untuk diasosiasikan. ( Tarwoto, 2009 : 234253).
1. Pengertian OMSK
Otitis media sufuratif kronik (OMSK) atau dalam bahasa sehari-hari disebut congek
adalah infeksi kronis ditelinga tengah dengan perporasi membran timpani dan keluarnya sekret
dari telinga tengah secara terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental,
bening atau berupa nanah. Biasanya disertai engan gangguan pendengaran. ( Arif Mansjoer,
2001 :28).
2. Etiologi OMSK
Sebagian besar OMSK merupakan kelanjutan dari otitis media akut (OMA) yang proses
sudah lenih dari 2 bulan disebut subakut. Sebagian kecil disebabkan oleh perforasi membrane
timpani terjadi akibat trauma telinga tengah. Kuman penyebab biasanya kuman gram positif
aerob, pada infeksi yang sudah berlangsung lama sering juga terdapat kuman gram negatif dan
kuman anaerob. (Arif Mansjoer, 2001 :82).
Kuman penyebab OMSK antara lain kuman Staphylococus aureus (26%), Pseudomonas
aeruginosa ( 19,3%), Sterptococcus epidermidimis (10,3%), gram positif lain (18,1%) dan
kuman gram negatif lain (7,8%). Biasanya pasien mendapat infeksi ini setelah menderita saluran
nafas atas misalnya influenza atau sakit tenggorokan. Melalui saluran yang menghubungkan
anatara hidup dan telinga (tuba Auditorius), infeksi di saluran nafas atas yang tidak diobatidengan
baik dapat menjalar sampai mengenai telinga. Dan penyebab lainnya biasanya OMSK merupakan
lanjutan dari OMA, terapi tidak adekuat virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh rendah,
kebersihan buruk, perforasi membrane timpani.
3. Klasifikasi OMSK
OMSK dibagi dalam 2 jenis yaitu benigna atau tipe mukosa dan maligna atau tipe tulang.
OMSK benigna peradangan terbatas pada mukosa saja, tidak mengenai tulang .
perforasi terletak sentral . jarang menimbulkan komplikai berbahaya dan tidak
terdapat kolesteatom. (Arif Mansjoer, 2001:82).
OMSK maligna disertai dengan kolesteatom. Perporasi terletak marginal,
subtotal, atau di atik. Sering menimbulkan komplikai yang berbahaya atau fatal.
(Arif Mansjoer, 2001:82). Kolesteotoma yaitu suatu kista epiteral yang berisi

deskuamasi epitel (keratin). Deskuamasi terbentuk terus menerus , lalu


menumpuk, sehingga kolesteotoma bertambah besar.
4. Patofisiologi
Otitis media akut dan masuknya bakteri di tuba eustaciamengakibatkan perporasi
membrane timpani dan infeksi selama 2 bulan membentuk koleasteatom mengakibatkan paralisis
nervus pasialis dan kehilangan pendengaran kondusif. (Hetharia dan Mulyani, 2011 : 70 -71).
Otits media yang berulang akan menghancurkan pars tensa dan tulang pendengaran ,luasnya
kerusakan tergantung dari berat dan seringnya penyakit tersebut kambuh. Prosesus longus inkus
menderita paling dini karena aliran darah kebagian ini kurang. Klien tidak pernah mendapatkan
suatu komplikasi yang berat. (Ari, 2010: 66). OMSK lebih sering merupakan penyakit kambuhan
daripada menetap. Keadaan kronis berdasarkan keseragaman waktu dan stadium daripada
keseragaman gambaran patolgi.
5. Manifestasi Klinis OMSK
Tanda-tanda klinins OMSK menurut (Hetharia dan Mulyani, 2011 :71-72) yaitu, adanya
abses atau fistel retroaurikular, jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari atau
kavum timpani Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom), foto rontgen
mastoid adanya gambaran kolersteatom.
Tanda dan gejala OMSK diantaranya:
Telinga berair (otorrhoe)
Pada OMSK tipe jinak biasanya cairan yang keluar tidak berbau busuk dan
keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Sedangkan pada tipe ganas sekret
bercampur darah, rusaknya granulasi dan polip telinga.
Gangguan pendengaran
Tuli konduktif dapat pula bersifat campura, perforasi membran timpanidan
OMSK tipe maligna biasanya pada tuli konduktif berat.
Otalgia (nyeri telinga)
Nyeri akibat terbendungnya drainase pus, nyeri berarti adanya komplikasi,
pembentukan abses otak dan nyeri merupakan tanda berkembangnya OMSK.
Vertigo (perasaan berputar/pusing)
Vistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh koleasteatom, perubahan tekanan
udara yang mendadak dan penyebaran infeksi kedalam labirin (keluhan vertigo).
6. Komplikasi
Komlikasi dari OMSK diantaranya :
Kerusakan yang permanen dari telinga dengan berkurangnya pandangan atau
ketulian.
Mastuiditis
Gholsteatoma
Abses apidural (peradangan disekitar otak)
Paralisis wajah
Labirintitis (Fung, 2004).
Abses subdural
Paralysis nervus fasialis ( kelumpuhan pada otot wajah)
Fistula labirin (suatu erosi tulang dari kapsul labirin sehingga terpapar tetapi
tidak sampai menembus endosteum dari labirin).
Meningitis (peradangan pada selaput otak)

Abses otak dan hidrosepalus otitis (kumpulan pus yang bebas maupun
terenkapsulasi atau terkumpul, yang biasanya muncul dilobus temporal,
serebelum, atau lobus prontal.
7. Penatalaksanaan medis dan keperawatan
Menurut Arief Mansjoer, dkk. 2001 halaman 82-83: Terapinya sering lama dan harus berulangulang karena:
Adanya perforasi membran timpani yang permanen.
Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranasal
Telah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid
Gizi dan kebersihan yang kurang
Prinsip terapi OMSK tipe benigna ialah konservatif atau dengan mendikamentosa.
Bilasekret yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan H202
3% selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi di lanjutkan dengan memberikan obat
tetes telinga yang mengandung antibiotika dan kartikosteroid. Banyak ahli berpendapat bahwa
semua obat tetes yang di jual di pasaran saat ini mengandung antibiotika yang bersifat ototoksis.
Oleh sebab itu penulis menganjurkan agar obat tetes telinga jangan diberikan terus menerus lebih
dari 1 atau 2 minggu atau pada OMSK yang sudah tenang. Secara oral diberikan antibiotika dari
golongan ampisiln, atau eritomisin,(bila pasien alergi terhadap penisilin), sebelum tes resistensi
diterima. Pada infeksi yang dicurigai karena penyebabnya telah resistem terhadap ampisilin asam
klavulamat.
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diokserfasi selama 2 bulan,
maka idealnya dilakukan mirigoklasti atau timpanoplasi. Operasi ini bertujuan untuk
menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membrane timpani yang berforasi,
mencegah yerjadinya komlikasi atau kerusakan pendengaran.yang lebih bera, serta memperbaiki
pendengaran. Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau terjadinya
infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu, mungkin juga perlu
dilakukan pembedahan seperti, adeniodektimi dan tonsilektomi.
Prinsip terapi OMSK tipe maligna ialah pembehahan, yaitu mastoidektomi. Jadi, bila
terdapat OMSK tipe maligna, maka terapi yang tepat adalah dengan melakukan mastoidektomi
dengan atau tanpa timpanopplasti. Terapi konserfatif dengan mendikamentosa hanyalah
merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal
retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan
mastoidektomi.

Jenis pembedahan pada OMSK :

Jenis operasi mastoid yang dilakukan tergantung pada luasnya infeksi atau luasnya
koleasteatom, sarana yang tersedia serta pengalan operator. Sesuai dengan luasnya infeksi atau
luasnya kerusakan yang terjadi, kadang-kadang dilakukan kombinasi dari jenis operasi itu atau
modifikasinya.

Mastoidektomi sederhana.
Opersai dilakukan pada tipe benigna yang dengan pengobatan
konserpatif tidak sembuh. Dengan tindakan opersai yang dilakukan pembersihan
ruang mastoid dari jaringan patologik dengan tujuan supaya infeksi tenang dan
telinga tidak berair lagi
Mastoidektomi radikal
Operasi dilakukan pada tipe maligna dengan infeksi atau kolesteatom
yang sudah meluas. Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani
dibersihkan dari semua jaringan patologik. Tujuannya untuk membuang semua
jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke intracranial. Fungsi pendengaran
tidak tidak diperbaiki, kerugian operadi ini, pasien tidak dapat berenang seumur
hidup, pasien harus datang dengan teratur untuk control supaya tidak terjadi
infeksi kembali. Modifikasi dengan memasang tandur (graft) pada rongga operasi
serta membuat meatal plasty yang lebar.
Mastoidektomi radikal dengan modifikai (operasi bondy)
Dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom didaerah atik, tetapi belum
merusak kavum timpani.seluruh rongga mastoid dibersihkandan dinding
posterior liang telinga direndahkan dengan tujuan untuk membuang semua
jaringan patologik dari rongga mastoid dan mempertahankan pendengaran yang
masih ada
Miringoplasti
Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, juda
disebut dengan timponoplasti tipe 1, hanya dilakukan pada membrane timpani,
dengan tujuan untuk mencegah berulangnya infeks telinga pada OMSK tipe
benigna
Timpanoplasti
Operasi dikerjakan pada OMSK tipe benigna dengan kerusakan yang
lebih berat atau OMSK tipe benigna yang tidak bias ditenanngkan dengan
pengobatan mendiakmentosa, dengan tujuan untuk menyembuhkan penyakit
serta memperbaiki pendengaran. Decangestan atau antibismin dapat digunakan
untuk membantu mengeluarkan cairan dari tuba eustachius.
Timpanoplasti dengan pendekatan ganda (combined approach tympanoplasti)
Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan
pada OMSK tipe maligna OMSK tipe benigna dengan jaringan granulasi yang
luas, dengan tujuan untuk menyembuhakan penyakit serta memperbaiki
pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan
dinding posterior ling telinga.
Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan audiometri
Didapat tuli kondiktif, tapi juga bias dijumpai tulisensotineural, beratnya ketulian
tergantung besar dan letaknya perforasi membrane timpani serta keutuhan dan
motilitas seta keutuhan dan mobilitas system penghantaran suara ditelinga
tengah.
Derajat ketulian nilai ambang pendengaran :
Normal
: -10 dB sampai 26 dB
Tuli ringan
: 27 dB sampai 40 dB
Tuli sedang
: 41 dB sampai 55 dB
Tuli sedang berat: 56 Db 70 dB
Tuli berat
: 71 Db sampai 90 dB
Tuli total
: lebih dari 90 dB
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada
penyakit telinga kronis nilai diagnosanya terbatas disbanding dengan manfaat
otoskopi dan audiometri. Proyeksi radiografi yang sekarang biasa digunakan
adalah: proyeksi schuller, proyeksi mayer atau owen, proyeksi stenver, proyeksi
chause III.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Riwayat kesehatan meliputi: Gambaran lengkap masalah telinga, termasuk infeksi, otalgia,
otorea, kehilangan pendengaran. Data dikumpulkan mengenai durasi dan intensitas otore,
kehilangan pendengaran dan otalgia. Penyebab dan penanganan masalah sebelumnya.
Pengajian fisik meliputi observasi adanya aritema edea, otorea lesi, dan bau cairan yang
keluar.
Kaji riwyat infeki telinga dan pengobatan adanua cairan dari telingab dan
bagaiman apengangannya
Kaji drainase telinga dan keutuhan membrane timpani, dapat dilihat dari CT Scan
apakah ada kerusakan pada membrane timpani.
Kaji penurunan atau tuli pendengaran tuli konduktif biasanya yang diderita ,
karena perdangan yang berulang-ulang.
Kaji daerah mastoid apabila terjadi perdangan pada mastoid bearti penyakit
sudah berkomplikasi
Pemeriksaan fisik, bio, psiko,social
Infeksi pada telinga, perhatikan adanya cairan yang keluar, apakah cairan berbentuk
kental atau cair.
Integrtas ego
Gejala dan tanda : perasaan takut akan pembedahan, ansietas
Nyeri
Gejala : sakit telinga kronis
Tanda: gelisah
2. Diagnose keperawatan
Pre operasi:

a. Gangguan persepsi sensori auditorius berhubungan dengan deprivasi sensorik atau


obstruksi dan infeksi telinga.
Evaluasi hasil yang diaharapkan: pendengaran klien membaik, pasien berespon terhadap
stimulus lingkungan.
Intervensi dan rasional:
Dorong pemakaian alat bantu dengar
Rasional: untuk membantu mengurangi deprivasi
Reorientasikan pasien pada realitas seperti panggil nama pasien dan beritahu
nama anda kepada pasien
Rasional: tindakan tersebut dapat membantu mengurangi deprivasi sensorik pada
pasien.
Atur lingkungan untuk mengimbangi defisit pasien.
Rasional: tindakan tersebut mengurangi depresi sensirik
Bicara dengan pasien ketika memberikan perawatan dan atur waktu bersama
pasien.
Rasional: stimulus verbal dapat meningkatkan orientasi realitas.
Nyalakan TV dan radio untuk periode singkat berdasarkan keinginan pasien.
Rasional : untuk membantu mengorientasikannya terhadap realitas.
b. Nyeri berhubungan dengan terbendungnya drainase pus
Evaluasi hasil yang diharapkan: nyeri berkurang , ttv dalam batas normal, pus dapat
keluar.
Intervensi dan rasional:
Kaji skala nyeri dan drainase pus
Rasional: dari skala nyeri dapat diketahui tingkat nyeri dapat diketahui tingkat
nyeri pasien dan seerapa besar terbendungnya pus.
Memonitor tanda-tanda vital klien
Rasional : nyeri dapat diketahui peningkatannya tanda-tanda vital.
Yakinkah bahwa komunikasi verbal dan non verbal anda dengan pasien adalah
positif dan mendukung.
Rasional : pasien yang mengalami nyeri akan menganggu komunikasi terbuka.
Atur periode istirahat tanpa terganggu
Rasional: tindakan inin meningkatkan kesejahteraan dan untuk pengurangan rasa
nyeri.

Anda mungkin juga menyukai