Anda di halaman 1dari 51

Tugas MK :KMB Lanjut 1

Fasilitator : Dr Yuliyana Syam, S.Kep.,Ns.,M.Kes


Dr. Rosyidah Arafat, S.Kep.,Ns.,M.Kep., Sp.Kep.MB
Dr. Takdir Tahir, S.Kep.,Ns.,M.Kes

Tutorial
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Ca Colon

Oleh:
Kelompok II
AULIA INSANI LATIF R012172006
JIKRUN JAATA R012172012
NURPADILLA R012172014
MINDO KRISTIFANI. E R012172015
HERLINA MASAK PASOLANG R012172017
MUH. JASMIN R012172021

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018

1
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah, Rabb seluruh alam, pengatur langit dan
bumi, pemelihara seluruh makhluk, dan pengutus seluruh rasul shalawatullah
wa salamuhu ‘alaihim kepada seluruh mukallah untuk memberi petunjuk
kepada mereka, menjelaskan ajaran-ajaran syariat agama dengan dalil-dalil
yang pasti dan bukti-bukti yang jelas. Kami memuji-Nya atas segala nikmat
yang Dia limpahkan, dan kami memohon tambahan keutamaan dan karunia-
Nya.
Makalah ini merupakan makalah Keperawatan Medikal Bedah
Lanjut I yang membahas tentangTutorial Asuhan Keperawatan Pasien
dengan Ca Colon. Harapan kami, semoga makalah ini dapat dipergunakan
dengan sebaik-baiknya dalam ilmu dan asuhan keperawatan serta dalam
kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah Lanjut I karena
semangat intelektual yang tinggi mereka telah banyak membantu dalam
penyusunan makalah ini, baik pada tataran konsep maupun praktis.
Akhirnya, tim penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah bekerja sama, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
penulisan ini dengan baik. Mudah-mudahan Allah SWT membalas amal baik
tersebut dan merupakan amal jariyah hendaknya, Amin.

Makassar, Oktober 2018

Tim Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker adalah tumbuhnya sel yang tidak normal yang kemudian
meyerang jaringan sekitar dan organ tubuh lain yang letaknya jauh
(Corwin, 2009). Kanker adalah suatu penyakit yang timbul akibat dari
pertumbuhan sel jaringan yang tidak normal yang kemudian
berubahbmenjadi sel kanker (Kementrian Kesehatan RI Pusat Data dan
Informasi Kesehatan, 2015). Kanker colon merupakan terjadinya suatu
pertumbuhan sel-sel yang abnormal yang terjadi di usus besar atau di
rektum yang biasa disebut kanker kolorektal (American Cancer Society,
2017).
Kanker merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia dan
menyumbang 8.2 juta kematian pada tahun 2012 yang disebabkan oleh
kanker (Kementrian Kesehatan RI Pusat Data dan Informasi Kesehatan,
2015). Tiga penyebab kematian terbesear akibat kanker setiap tahunnya
ialah kanker paru 43.2%, kanker payudara 21%, kanker kolorektal 18.7%,
dan angka insiden kolorektal pada pria lebih tinggi sebanyak 15.985 jiwa
dibandingkan pada wanita sebanyak 11.787 jiwa (World Health
Organization, 2014)
Secara global kanker kolorektal memiliki insiden tertinggi ketiga di
antara semua jenis kanker, sekitar 1.2 juta pasien yang didiagnosis pada
tahun 2008 hal ini sudah mencakup 10% dari semua kanker yang
didiagnosis pada tahun 2017 (Hu et al., 2018). Kanker kolorektal
merupakan kanker paling umum ketiga terjadi pada pria sekitar 746.000
kasusdan kanker paling umum kedua pada wanita sekitar 614.000 kasus
dari semua kanker (Kolligs, 2016).

3
Di Indonesia sendiri jumlah penderita kanker kolorektal menempati
urutan ke 10 sekitar (2.75%) setelah kanker lain. Saat ini kanker kolorektal
menjadi salah satu yang paling umum terjadi di Indonesia, berdasarkan
data yang diperoleh dari 13 pusat kanker di Indonesia menunjukkan bahwa
kanker kolorektal menjadi kanker yang paling sering terjadi pada pria di
bandinngkan wanita. Risiko kanker kolorektal semakin meningkat seiring
dengan bertambahnya usia diatas 50 tahun, 3% kanker kolorektal terjadi
pada usia kurang dari 40 tahun, 11% usia kurang dari 36 tahun, 69% usia
dalam kelompok paru baya 36-65 tahun, dan 20% dengan usia lebih dari
65 tahun(Sulo et al., 2017).Berdasarkan penelitian yang dilakukan di 4
kota besar di Indonesia salah satunya Makassar terdapat 44.3% insiden
kanker kolorektal di bawah umur 45 tahun. Dibandingkan usia diatas 50
tahun pasien usia di bawah 45 tahun atau usia muda dengan kanker
kolorektal sering dirawat dengan penyakit yang lebih progresif dan tidak
memiliki respon yang baik terhadap kemoterapi (Sudoyo, Hernowo,
Krisnuhoni, Reksodiputro, & Hardjodisastro, 2010)
Kanker kolorectal biasanya berkembang perlahan selama bertahun-
tahun. Kanker kolorektal sebagian besar dapat disembuhkan jika
terdeteksi pada tahap awal dan dapat dicegah atau dihilangkan sedini
mungkin sebelum berkembang menjadi kanker. Dengan melakukan
skrining awal maka tingkat morbiditas dan mortalitas dapat dikurangi,
skrining harus dimulai pada usia 50 sampai 75 tahun dengan beberapa
pilihan skrining yaitu, colok dubur, FOBT atau FIT setiap 1 tahun,
sigmoidoskopi fleksibel setiap 5 tahun, kolonoskopi setiap 5 tahun (Kolligs,
2016).Kolonoskopi adalah standar emas dalam hal menentukan diagnostik
dan berfungsi sebagai alat untuk pemeriksaan lebih lanjut. Dari sebuah
hasil penelitian dengan menggunakan uji coba terkontrol secara acak

4
bahwa sigmoidoskopi fleksibel dapat menurunkan insidensi sebanyak 18%
– 23 % dan mortalitas sebanyak 22% - 31%(Mathias et al., 2013).

B. Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk mengetahui proses
asuhan keperawatan dan telaah kasus pada pasien dengan gangguan
sistem digestive yang menkhusus pada kasus Ca Colon.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Medis
1. Defenisi
Usus besar merupakan bagian terakhir dari sistem pencernaan,
yang terdiri dari usus besar dan rektum. Kadang-kadang, terjadi
pertumbuhan sel yang tidak normal di dinding usus, polip, bisul atau
massa jaringan lainnya. Sebagian besar dari pertumbuhan sel yang tidak
normal ini bersifat jinak, namun ada beberapa polip yang bisa
berkembang menjadi tumor ganas dan menjadi kanker usus.(Smart
Patien, 2017)
2. Etiologi
Penyebab kanker kolonmasih idiopatik, dapat menyerang pada laki-
laki dan perempuan dan pada semua etnis.Faktor risiko untuk kanker
kolonyaitu herediter yang disebabkan oleh mutasi genetik yang akan
meningkat ketika 90% setelah usia 50 tahun keatas.Kanker kolon erat
kaitannya dengan residu rendah, diet tinggi lemak dan makanan yang
diproses dengan asupan buah dan sayur yang tidak adekuat. (Black &
Hawks, 2014).
Selain itu termasuk diet tinggi daging merah atau olahanya (>7
porsi/minggu), kegemukan (indeks massa tubuh ≥30 kg / m2), tidak ada
aktivitas fisik, alkohol, merokok jangka panjang danrendahnya asupan
buah dan sayuran (Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher, 2014).

6
(Smeltzer, Hinkle, Bare, & Cheever, 2010). Faktor resiko lain adalah
riwayat riwayat kanker payudara, ovarium, dan endometrium atau IBD
terutama kolitis ulseratif.(Black & Hawks, 2014).
Faktor lingkungan, seperti diet, juga dapatberpengaruh terhadap
karsinogenesis.Diet tinggi lemak, gula, dan daging merah dianggap
menghasilkan zat karsinogenik, terutama jangka panjang.Diet rendah
serat meningkatkan risiko karena memperpanjang waktu kontak mukosa
dengan karsinogen (Gould & Dyer, 2013).
3. Manifestasi Klinis
Tanda-tanda awal kanker kolorektal sangat bergantung pada lokasi
pertumbuhan dan karakteristik feses di lokasi tersebut di kolon. Terdapat
beberapa manifestasi dari kanker kolon yakni perdarahan rektal,
perubahan pola defekasi, nyeri abdomen, penurunan berat badan,
anemia dan anoreksia. (Black & Hawks, 2014)
Secara umum tumor pada dan kolon kanan, cenderung
menyebabkan nyeri abdomen, kram, mual dan muntah. Tumor ini bisa
menjadi besar dan dengannekrosis dan ulserasi, berkontribusi pada
kehilangan darah dan anemia yang persisten.Obstruksi tidak biasa
karena pertumbuhan tidak mudah mengelilingi usus besar.Tumor ini lebih
sering terjadi pada wanita (Huether & McCance, 2017).
Tumor kiri, atau descending, kolon (kolon distal) mulai sebagai
massa yang kecil, tinggi, seperti tombol. Jenis ini tumbuh secara
melingkar, melingkari seluruh dinding usus, dan akhirnya memburuk di
tengah saat tumor menembus suplai darah (Huether & McCance, 2017).
Misalnya, lesi annular di daerah rectosigmoid, di mana massa feses
relatif padat, menyebabkan obstruksi parsial dengan dilatasi kolon
proksimal. Distensi abdomen progresif , Rasa sakit kram yang tidak jelas,
muntah, konstipasi kotoran atau tinja seperti pita yang mengandung
darah merah terang dan mukus, dan perasaan pengosongan yang tidak

7
tuntas (perubahan pola defekasi) adalah tanda-tanda umum kanker di
lokasi ini (Gould & Dyer, 2013; Black & Hawks, 2014). Tumor ini lebih
sering terjadi pada pria (Huether & McCance, 2017).

4. Patofisiologi
Sekitar lebih dari 95% kanker kolorektal (neoplasma ganas) berawal
dari polip adenomatous (adenomas), yang memiliki keragaman jenis
(Turbular, tubulovilius dan vilus). Salah satu jenis adenoma merupakan
resiko tinggi menjadi kanker. Jenis vilus merupakan resiko tertinggi
menjadi kanker (Black & Hawks, 2014).Kanker colorectal dimulai dengan
pembentukan adenoma dan disebut sebagai "inisiasi tumor."
Perkembangan ke karsinoma disebut "perkembangan tumor" dan
merupakan proses mutasi genetik multistep yang mungkin memerlukan
waktu 8 hingga 10 tahun (Huether & McCance, 2017).
Polip Merupakan massa yang tumbuh dengan lambat dan sebagian
besar membutukan waktu 5-10 tahun atau lebih menjadi ganas. Ketika
ukuran polip menjadi ganas polip membesar didalam lumen dan mulai
menginvasi dinding usus.Tumor pada usus kanan cenderung menjadi
tebal dan besar serta menyebabkan nekrosis dan ulkus. Sedangkan
tumor pada usus kiri bermula sebagai massa kecil seperti cacing yang
menyebabkan ulkus pada suplai darah. (Black & Hawks, 2014; Gould &
Dyer, 2013).
Adenokarsinoma kolon dan rektum biasanya timbul dari polip
adenomatosa dan mengalami multitep cascade peristiwa genetik yang
mengarah ke karsinoma dan metastasis (Huether & McCance, 2017).
Adenokarsinoma terdistribusi kira-kira sama di kolon kanan (ascending),
kolon kiri (descending), dan kolon sigmoid distal dan rektum (Gould &

8
Dyer, 2013). Semakin besar polip, semakin besar risiko kanker kolorektal.
Meskipun lesi yang lebih besar dari 1,5 cm lebih jarang terjadi, mereka
lebih mungkin menjadi ganas daripada mereka yang lebih kecil dari 1,0
cm. Dengan demikian, skrining kolonoskopi dengan polypectomy
dilakukan ketika polip ditemukan(Black & Hawks, 2014).
Semua jenis karsinoma menyerang dinding, mesenterium, dan
kelenjar getah bening dan bermetastasis ke hati. Stadium didasarkan
pada tingkat invasi lokal, kelenjar getah bening keterlibatan, dan
kehadiran metastasis jauh(Gould & Dyer, 2013). Tumor ganas biasanya
menyebar dengan (1) ekstensi langsung ke organ dekat, seperti dari
kolon transversum ke labungn, (2) saluran limfe dan hematogen,
biasanya ke hati, dan (3) sel kanker berkembang di rongga peritoneum.
Kandung kemih, ureter, dan organ reproduksi sring kali terlibat karena
ekstensi langsung. Metastase dari darah sering meluas ke hati , juga
paru, ginjal, dan tulang (Black &Hawks, 2014).
Sebagian besaradenokarsinoma melepaskan antigen
carcinoembryonic(CEA) ke dalam darah. Deteksi antigen ini memiliki
nilaiterbatas sebagai alat skrining karena ia juga meningkat pada kondisi
lain, seperti kolitis ulserativa. Namun, kehadiran antigen berguna untuk
memantau kekambuhan setelah pengangkatan tumor (Gould & Dyer,
2013).
5. Prognosis
Prognosis sangat baik jika kanker terdeteksi di awal
tahapan.Direkomendasikan pemeriksaan rutin untuk deteksi dini
termasuk tes darah okultisme feses dan kolonoskopi tergantung pada
riwayat pribadi dan keluarga (White, L., Duncan, G., & Baumle, 2013).
Prognosis klien dengan kanker kolorektal tergantung pada (1) stadium
kanker, (2) Kedalaman penetrasi (3) jumlah limfonodus yang di periksa
dengan jumlah nodus yang positif untuk tumor, dan (4) status batas.Fitur

9
histologis yang masih baik adalah stadium 1 dan 2 dengan tanpa invasi
ke limfatik dan batas pembedahan negatif (tidak ada tumor dalam 2 mm
batas).College of Amarican Pathologists merekomendasikan bahwa
kurang dari 12 limfonodus dieksisi dan di uji untuk stadium yang
akurat.Angka harapan hidup 5 tahun, sesuai dengan klasifikasi TNM,
bervariasi tergantung pada terapi adjuvan yang di dapat. Diagnosis dan
pengobatan dini penting untuk hasil yang baik namun hanya 437%
kanker kolorektal yang diindentifikasi pada stadium dini (Black &Hawks,
2014).
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1) Pembedahan
Terapi utama pada pasien dengan kanker kolon adalah dengan
pembedahan. Sekitar tiga dari empat klien menjalani operasi dan
sekitar 60% sembuh. Tujuan utama dari pembedahan adalah
untuk mengangkat tumor dengan batas-batas proksimal dan distal
dari jaringan usus normal yang mengandung pembuluh darah.
Beberapa jenis tindakan pembedahan yang dapat dilakukan untuk
menangani kanker kolorektal, salah satunya dengan laparaskop
atau melalui prosedur operasi terbuka. (Black & Hawks, 2014).
2) Kemoterapi
Selain pembedahan, kemoterapi digunakan untuk mengecilkan
tumor sebelum operasi, sebagai terapi adjuvant setelah reseksi
kolon, dan sebagai pengobatan paliatif untuk kanker yang tidak
dapat dioperasi.kemoterapi juga dapat digunakan untuk
meminimalkan metastasis dan mengontrol manifestasi kanker
kolorektal, namun resistensi obat dapat mengurangi efektivitas dari
kemoterapi yang diberikan yaitu golongan obat sitotoksik. (Black &
Hawks, 2014).

10
3) Terapi Radiasi
Terapi radiasi sering digunakan sebelum pembedahan untuk
mengecilkan ukuran tumor dan dapat direseksi lebih muda. Kedua
operasi kuratif dan paliatif dapat disertai dengan radiasi dan
kemoterapi.Kemoterapi dapat digunakan bersamaan dengan
radiasi setelah operasi.Rekomendasi saat ini adalah untuk
penggunaan dua obat dalam protokol yang mungkin termasuk
obat-obatan oral serta obat-obatan intravena. Pilihan protokol obat
akan bergantung pada stadium kanker dan riwayat kesehatan
pasien secara keseluruhan. Cetuximab pengobatan baru,
menargetkan sinyal faktor pertumbuhan yang bertanggung jawab
untuk reproduksi sel (Gould & Dyer, 2013).
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Perawatan Praoperasi
Sebelum operasi klien dianjurkan diet tinggi kalori, protein dan
karbohidrat namun rendah serat untuk memenuhi nutrisi dan
menurunkan peristaltik usus. Tingkat bakteri pada usus harus
diturunkan sebelum operasi untuk menurunkan resiko infeksi.
Selain itu pasien pra operasi akan menjalani reseksi yaitu (Black
& Hawks, 2014):
a) Diet rendah serat, rendah cairan untuk mengurangi kandungan
feses pada usus
b) Pemberian katartik oral seperti larutan poly-ethylene glycol-
electrolyte
c) Pemberian antibiotik seperti sulfonamida dan mungkin
neomisisn atau sefaleksin secara oral selama 12 hingga 48
jam praoperasi
d) Pemberian enema untuk membersihkan usus
e) Transfusi darah

11
2) Perawatan Pasca Operasi
Perawatan pascaoperasi dengan mengkaji peristaltik dan
mortalitas dengan kentut, tidak adanya nyeri, distensi abdomen,
mual dan muntah. Selain itu jika dibuat kolostomi monitor
keluaran kolostomi dan gunakan perawatan khusus untuk
menjaga feses dari kolostomi
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Skrining.
Seseorang yang mempunyai riwayat keturunan harus mulai
melakukanskrining pada usia dini (10 hingga 12 tahun) menggunakan
kolonoskopi dengan pengangkatan polip ketika ditemukan.(Huether &
McCance, 2017).
1) Tes untuk Menemukan Polip dan Kanker
Sigmoidoskopi fleksibel setiap 5 tahun atauKolonoskopi setiap 10
tahun atauBarium enema kontras ganda setiap 5 tahunatau CT
colonography (virtual colonoscopy) setiap 5 tahun
2) Tes Yang Terutama Menemukan Kanker
Fecal immunochemical test (FIT), setahun sekali atauStool DNA or
RNA tests (sDNA, sRNA), interval uncertainFecal occult blood test
(FOBT), setahun sekali atau
Semua tes positif harus ditindaklanjuti dengan
kolonoskopi.Kolonoskopi adalah standar emas untuk skrining CRC
karena seluruh usus besar diperiksa (hanya 50% CRC dideteksi oleh
sigmoidoskopi), biopsi dapat diperoleh, dan polip dapat segera
dihapus dan dikirim ke laboratorium untuk diperiksa (Lewis et al.,
2014)
b. Carcinoembryonic antigen (CEA) dievaluasi selama dan
setelahperawatan kanker. Glikoprotein kompleks kadang diproduksi
oleh sel kanker kolorektal. Ini dapat digunakan untuk memantau

12
kekambuhan penyakit setelah operasi atau kemoterapi, tetapi bukan
alat skrining yang baik karena sejumlah besar positif palsu (Lewis et
al., 2014)
Nilai hemoglobin dan hematokrit sering menurun sebagai akibat dari
perdarahan intermittent yang terkait dengan tumor.Untuk beberapa
pasien, itu mungkin merupakan indikasi pertama bahwa tumor
hadir.CRC yang telah bermetastasis ke hati menyebabkan tes
fungsi hati meningkat (Ignatavicius & Workman, 2013).
c. Aspirin dan celecoxib dapat mengurangi kejadian kanker kolorektal
pada populasi umum, tetapi risiko perdarahan GI harus
dipertimbangkan.
d. Vitamin D, kalsium, serat, folat, modifikasi pola makan, kontrol berat
badan, olahraga, dan perubahan gaya hidup yang tidak
menyenagkan lainnya dapat menurunkan risiko kanker kolorektal.
e. Mengetahui stadium kanker kolorektal melibatkan pencitraan dan
eksplorasi operasi. Pemeriksaan fisik abdomen mendeteksi
pembesaran dan ascites hati; kelenjar getah bening yang tepat
dipalpasi. Pencitraan berguna untuk pementasan pretreatment.
Pementasan operasi terdiri dari eksplorasi yang teliti selama operasi
dan biopsi kemungkinan metastasis (Huether & McCance, 2017).
f. Computed tomography (CT) atau magnetic resonance imaging
(MRI) daridada, perut, panggul, paru-paru, atau hati membantu
memastikan keberadaan massa, luasnya penyakit, dan lokasi
metastasis jauh. Kolonoskopi virtual yang dipandu CT semakin
populer dan mungkin lebih teliti daripada kolonoskopi tradisional.
Namun, perawatan atau operasi tidak dapat dilakukan ketika
kolonoskopi virtual digunakan (Ignatavicius & Workman, 2013).
g. Barium enema kontras ganda (udara dan barium yang ditanamkan
ke dalam usus besar) atau kolonoskopi memberikan visualisasi

13
yang lebih baik dari polip dan lesi kecil daripada barium enema saja.
Tes-tes ini mungkin menunjukkan oklusi di usus dimana tumor
mengurangi ukuran lumen (Ignatavicius & Workman, 2013).
h. Endoskopi (proctosigmoidoscopy, sigmoidoscopy, atau kolonoskopi)
(Williams, 2010). Sigmoidoskopi memberikan visualisasi kolon
bawah menggunakan lingkup fiberoptik. Polip dapat
divisualisasikan, dan sampel jaringan dapat diambil untuk biopsi.
Polip biasanya dibuang selama prosedur. Kolonoskopi memberikan
pandangan dari seluruh usus besar dari rektum ke katup ileocecal.
Seperti sigmoidoskopi, polip dapat dilihat dan dihilangkan, dan
sampel jaringan dapat diambil untuk biopsi. Kolonoskopi adalah tes
definitif untuk diagnosis kanker kolorektal. (Ignatavicius & Workman,
2013)

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan diagnostik (Brunner & Suddart, 2008).
a. Anamnesia
1) Data demografi
Terdiri nama, umura, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan,
status pernikahan
2) Keluhan utama
BAB disertai darah
3) Riwayat penyakit sekarang
Dengan keluhan nyeri pada abdomen, kram perut, pola defekasi
bermasalah, sering sembelit, feses berwarna kehitaman dan

14
kadang disertai darah merah segar, tidak nafsu makan, penurunan
berat badan, dan cepat letih.
4) Riwayat penyakit dahulu
Adakah riwayat penyakit dahulu yang diderita pasien dengan
timbulnya kanker kolon
5) Riwayat penyakit keluarga
Adalah anggota keluarga yang mengalami penyakit seperti yang
dialami pasien, adakah anggota keluarga yang mengalami
penyakit kronis lainnya
6) Riwayat psikososial dan spiritual
Bagaimana hubungan pasien dengan anggota keluarga lain dan
lingkungan sekitar sebelum maupun saat sakit, apakah pasien
mengalami kecemasan, rasa sakit, karena penyakit yang
dideritanya dan bagaimana pasien menggunakan koping
mekanisme untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
b. Pemeriksaan fisik
Pengkajian pada pasien dengan kanker kolon menurut(Doengoes
Marilyn.E, 2008)&(Doengoes Marilyn.E, 2008) diperoleh data sebagai
berikut sbb:
1) Aktivitas/istirahat
Pasien dengan kanker kolorektal biasanya merasakan tidak
nyaman pada abdomen dengan keluhan nyeri, perasaan penuh,
sehingga perlu dilakukan pengkajian terhadap pola istirahat dan
tidur.
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit
vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko
pembentukan trombus).

15
3) Integritas Ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress
multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka
rangsang ; stimulasi simpatis.

4) Eliminasi
Gejala : adanya perubahan fungsi kolon akan mempengaruhi
perubahan pada defekasi pasien, konstipasi, perubahan
frekuensi, komposisi, jumlah, warna, dan cara pengeluarannya
fases.
Gejala :adanya distensi abdomen, massa akibat timbunan faeces,
massa tumor di abdomen, pembesaran hepar akibat metastase,
asites.
5) Makanan/cairan
Gejala: perubahan pola kebiasaan makan pasien, pantangan
terhadap suatu makanan
Tanda :ada keluhan anoreksia, mual, perasaan penuh (begah),
muntah, nyeri ulu hati sehingga menyebabkan berat badan
menurun.
6) Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
7) Interaksi sosial
Gejala: Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung.
8) Neurosensori
Gejala: Pusing, kurang beraktivitas yang menyebabkan sirkulasi
darah ke otak tidak lancar
9) Keamanan

16
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, defisiensi
immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan
penyembuhan), riwayat penyakit hepatik (efek dari detoksifikasi
obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi), riwayat transfusi
darah / reaksi transfuse.
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.

10)Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotik,
antihipertensi, kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator,
diuretic, dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau
tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan
rekreasional. Penggunaan alkohol (risiko akan kerusakan ginjal,
yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga
potensial bagi penarikan diri pasca operasi).
c. Pemeriksaan penunjang
1) Endoskopi. Pemeriksaan endoskopi perlu dikerjakan, baik
sigmoidoskopi maupun kolonoskopi. Gambaran yang khas
karsinoma atau ulkus akan dapat dilihat dengan jelas pada
endoskopi, dan untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan
biopsi.
2) Radiologi. Pemeriksaan radiologi yang dapat dikerjakan antara lain
adalah : foto dada dan foto kolon (barium enema). Pemeriksaan
foto dada berguna selain untuk melihat ada tidaknya metastasis
kanker pada paru juga bisa digunakan untuk persiapan tindakan
pembedahan. Pada foto kolon dapat dapat terlihat suatu filling
defect pada suatu tempat atau suatu striktura.

17
3) Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi
ada tidaknya metastasis kanker kelenjar getah bening di abdomen
dan di hati.
4) Histopatologi/ Selain melakukan endoskopi sebaiknya dilakukan
biopsi di beberapa tempat untuk pemeriksaan histopatologis guna
menegakkan diagnosis. Gambaran histopatologi karsinoma
kolorektal ialah adenokarsinoma, dan perlu ditentukan differensiasi
sel.
5) Laboratorium. Tidak ada petanda yang khas untuk karsinoma
kolorektal, walaupun demikian setiap pasien yang mengalami
perdarahan perlu diperiksa Hb. Tumor marker (petanda tumor)
yang biasa dipakai adalah CEA. Kadar CEA lebih dari 5 mg/ ml
biasanya ditemukan karsinoma kolorektal yang sudah lanjut.
Berdasarkan penelitian, CEA tidak bisa digunakan untuk
mendeteksi secara dini karsinoma kolorektal, sebab ditemukan
titer lebih dari 5 mg/ml hanya pada sepertiga kasus stadium III.
Pasien dengan buang air besar lendir berdarah, perlu diperiksa
tinjanya secara bakteriologis terhadap shigella dan juga amoeba.
6) Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound: Dilakukan
untuk tujuan diagnostik, identifikasi metastatik, dan evaluasi
respons pada pengobatan.
7) Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum): Dilakukan untuk diagnostik banding
dan menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui
sum-sum tulang, kulit, organ dan sebagainya.
8) Jumlah darah lengkap dengan diferensial dan trombosit: Dapat
menunjukkan anemia, perubahan pada sel darah merah dan sel
darah putih: trombosit meningkat atau berkurang.
9) Sinar X dada: Menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer.

18
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
konsentrasi Hb dan suplai oksigen berkurang
b. Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat
obstruksi
c. Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual dan anoreksia.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan akibat anemia
dan anoreksia.
f. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan
dehidrasi.
3. Intervensi Keperawatan (Moorhead, Johnson, Maas, & Swanson, 2016)
& (Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner, 2016)
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
konsentrasi Hb dan suplai oksigen berkurang
Batasan karakteristik (NANDA International, 2014):
a) Kelembaban penyumbatan luka
b) Nyeri ekstremitas
c) Warna kulit pucat saat elevasi
d) Edema
e) Penurunan nadi perifer
Intervensi
a) Kaji tanda-tanda vital, warna kulit, membran mukosa, dasar
kuku
b) Monitor indikasi penyaluran oksigen dalam jaringan (misalnya:
PaO2, SaO2)

19
c) Berikan cairan intra vena, Monitor tandatanda syok
hipovolemik
d) Dukumentasikan warna, jumlah dan karakter dari faeses.
e) Monitor pemeriksaan pembekuan dan hitung darah lengkap,
HB, Ht dengan diferensiasi sel darah putih, jika diperlukan
f) Hindari penggunaan anti koagulan
g) Monitor pemeriksaan pembekuan darah/koagulasi , termasuk
protombin time (PT), PTT, fibrinogen, regdarasi fibrin, dan
hitung platelet jika memang diperlukan
h) Berikan produk-produk pengganti darah (misalnya: trombosit,
dan plasma beku segar (FFP) dengan cara yang tepat.
i) Beri posisi semifowler
j) Berikan oksigen
2. Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat
obstruksi
Batasan karakteristik (NANDA International, 2014):
1) Perubahan tekanan darah
2) Perubahan frekuensi jantung
3) Perubahan frekuensi pernafasan
4) Mengekspresikan perilaku
5) Melaporkan nyeri secara verbal
Kriteria hasil :
1) Mampu mengontrol nyeri
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
3) Mampu mengenali nyeri
4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Pain Management

20
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3) Gunakan teknik komunikasi terpeutik untuk mengetahui
penagalaman nyeri pasien
4) Evaluasi pengalaman nyeri masa lalu
5) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
6) Ajarkan teknik non farmakologis
7) Berikan anlgetik untuk mengurangi nyeri
8) Tingkatkan istirahat
9) Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan
penanganan nyeri tidak berhasil
10)Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration
a) Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
b) Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
c) Cek riwayat alergi
d) Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
e) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik
yang pertama kali
f) Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
g) Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala
3. Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi.
Batasan Karakteristik(NANDA International, 2014):
a. Bising usus hipoaktif
b. Feses disertai darah
c. Feses keras dan berbentuk

21
d. Mengejan pada saat defekasi
e. Nyeri pada saat defekasi
f. Nyeri tekan pada abdomen
Managemen konstipasi
a. Monitor tanda dan gejala konstipasi
b. Monitor hasil produksi pergerakan usus
c. Konsultasi dengan dokter mengenai penurunan frekuensi
bising usus
d. Monitor tanda dan gejala ruptur usus atau peritonitis
e. Jelaskan penyebab dari masalah dan rasionalisasi tindakan
pada pasien
f. Identifikasi faktor penyebab konstipasi misalnya pengobatan,
tirah baring, dan diet
g. Dukung peningkatan asupan cairan, jika tidak ada kontaindikasi
h. Evaluasi jenis pengobatan yang memiliki efek samping
gastrointestinal
i. Evaluasi asupan apa saja nutrisi yang dikonsumsi
j. Informasikan pada pasien mengenai prosedur untuk
mengeluarkan fases secara manual
k. Lakukan enema atau irigasi
Managemen saluran cerna
a. Monitor BAB termaksud frekuensi, konsistensi, bentuk, volume,
warna.
b. Monitor bisng usus
c. Monitor adanya tanda dan gejala konstipasi dan impikasi
d. Catat masalah BAB yang sudah ada sebelumnya, dan
penggunaan laksatif
e. Anjurkan pasien makan makanan yang mengandung serat

22
f. Anjurkan anggota keluarga untuk mencatat warna, volume,
frekuensi dan konsistensi tinja.
g. Masukkan supositoria rektal, sesuai kebutuhan
h. Berikan cairan hangat setelah makan dengan cara yang tepat.
i. Evaluasi medikasi terkait dengan efek samping gastrointestinal
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual dan anoreksia.
Batasan karakteristik (NANDA International, 2015):
a) Berat badan 20% atau lebih dibawah rentang berat badan
ideal
b) Bising usus hiperaktif
c) Cepat kenyang setelah makan
d) Ketidakmampuan memakan makanan
e) Kram abdomen
f) Kurang minat pada makanan.
g) Nyeri abdomen
Faktor yang berhubungan :
a) Faktor biologis
b) Ketidakmampuan makan
c) Ketidakmampuan mencerna makanan
d) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
e) Kurang asupan makanan
Nutrition management
a) Kaji adanya alergi makanan
b) Kolaborasi dengan spesial gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
c) Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
d) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C

23
e) Berikan diet tinggi serat untuk mencegah konstipasi\Monitor
jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Nutrition monitoring
a) Pantau BB pasien
b) Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang bisa dilakukan
c) Monitor turgot kulit dan dan perubahan pigmentasi
d) Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
e) Monitor mual dan muntah
f) Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
g) Monitor kalori dan intake nutrisi
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan akibat anemia
dan anoreksia.
Batasan Karakteristik (NANDA International, 2015):
a) Keletihan
b) Ketidaknyaman setelah beraktivitas
c) Dyspnea setelah beraktivitas.
Faktor yang berhubungan :
a) Gaya hidup kurang gerak
b) Imobilitas
c) Tirah baring
Kriteria Hasil :
a) Kekuatan otok baik
b) Peningkatan aktivitas fisik
c) Mengerti tujuan dari peningkatan aktivitas
Terapi Aktivitas
a) Kaji kemampuan klien dalam berpartisipasi.
b) Bantu klien dalam melakukan aktivitas yang biasa di lakukan

24
c) Bantu klien untuk tetap fokus pada kekuatan dibandingkan
dengan kelemahan.
d) Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang diinginkan
e) Bantu klien menjadwalkan waktu spesifik terkait aktivitas
harian
f) Bantu klien dan keluarga untuk mengidentifikasi kelemahan
dalam level aktivitas tertentu.
g) Intruksikan klien dan keluarga untuk melaksanakan aktivitas
yang di inginkan atau jadwalkan
h) Bantu klien dan keluarga beradaptasi dengan lingkungan pada
saat mengakomodasi aktivitas
i) Dorong keterlibatan dalam aktivitas kelompok maupun terapi.

Managemen Energi
a) Kaji status fisiologi klien yang menyebabkan kelelahan
b) Anjurkan klien mengungkapkan perasan mengenai
keterbatasan yang dialami
c) Tentukan persepsi pasien/keluarga mengenai penyebab
kelelahan
d) Perbaiki deficit status fisiologi
e) Pilih intervensi yang tepat untuk mengurangi kelelahan baik
secara farmakologis maupun non farmakologis
f) Tentukan jenis dan banyaknya aktivitas yang dibutuhkan untuk
menjaga ketahanan
g) Lakukan ROM aktif/pasif untuk menghilangkan ketegangan
otot
h) Ajarkan pasien mengenai pengelolaan kegiatan dan teknik
managemen waktu untuk mencegah kelelahan.

25
6. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan
dehidrasi.
Batasan karakteristik(NANDA International, 2015):
a. Perubahan status mental
b. Penurunan tekanan darah
c. Penurunan tekanan nadi
d. Penurunan turgor kulit
e. Penurunan haluaran urine
f. Penurunan pengisian vena
g. Peningkatan suhu tubuh
Faktor yang berhubungan:
a. Kehilangan cairan aktif
b. Kegagalan mekanisme regulasi
Fluid management
a. Monitor status hidrasi
b. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
c. Monitor vital sign
d. Kolaborasi pemberian cairan Intravena
e. Monitor status nutrisi
f. Dorong masukan oral
g. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
Hypovolemia management
a. Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
b. Pertahankan IV line
c. Monitor tingkat Hb dan hematokrit
d. Monitor vital sign
e. Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan
f. Monitor berat badan

26
g. Dorong pasien untuk menambah intake oral
h. Monitor pemberian cairan IV, adanya tanda dan gejala
kelebihan cairan
i. Monitor adanya tanda gagal ginjal

BAB III
ANALISA PERTAYAAN

1. Analisa konsep medis yang terkait kasus ?


Berdasarkan tanda dan gejala pada skenario kasus diatas maka
dapat di simpulkan bahwa diagnosa medis yang terkait adalah Ca Colon.
Ca Colon merupakan keaganasan yang berasal dari jaringan usus. Ca
colon (usus besar) adalah kanker usus besar (usus besar), yang
merupakan bagian akhir dari saluran pencernaan kita. Sebagian besar
kasus kanker usus besar dimulai sebagai gumpalan kecil yang tidak
bersifat kanker (jinak) dari sel yang disebut polip adenomatosa.

27
2. .Analisa patofisiologi respon dengan prognosis dan waktu
penyembuhan pada pasien dengan ca colon ?
Penyebab terjadinya Ca Colon diantaranya kelainan congenital
Genetic, jenis kelamin, Infeksi, gaya hidup, karsinogenik (bahan kimla,
virus, radiasi) dapat menimbulkan tumbuh atau berkembangnya sel tumor
Sel tumor dapat bersifat jinak (benign) atau bersitat ganas (malignant).
Sel tumor pada tumor Jinak bersitat tumbuh lambat. sehingga tumor Jinak
pada umumnya tidak cepat membesar Sel tumor mendesak jaringan
sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut
pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dan jarngan sehat) Oleh
karena itu maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan
cara pengangkatan operasi . Sel tumor pada tumor ganas (kanker)
tumbuh cepat, sehingga tumor ganas pada umumnya cepat menjadi
besar. Sel tumor ganas tumbuh menyusup ke jaringan sehat sekitamya,
sehingga dapat digambarkan seperti kepiting dengan kaki-kakinya
mencengkeram alat tubuh yang terkena. Disamping itu sel kanker dapat
menyebar (metastasis) ke bagian alat tubuh lain yang jauh dari tempat
asalnya melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening dan tumbuh
kanker baru di tempat lain. sel kanker yang sudah menyebar ke. jaringan
sehat lainnya sehingga mengganggu bagian tubuh tersebut.
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel
yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan
biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan Iangsung di jaringan yang
bersebelahan (Invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh
(metastasis). Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi
penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan ulcerasi pada dinding
usus sehingga mengakibatkan perdarahan . Tumor yang berada di kolon
sebelah kiri cenderung menyebabkan perubahan defekasi sebagai akibat

28
dari iritasi , dan perdarahan , mengecilnya ukuran feses (American
Cancer Society, 2017)
BAB disertai darah dan lendir akibat dari tumor yan rapuh dan
mengalami ulcerasi dan berakibat pada kerusakan vaskular vokal
sehingga terjadilah perdarahan, berakibat pada anemia di tandai dengan
HB dan hematokrit di bawah normal, akibat anemia menyebabkan
muncullah kelemahan akibat suplai oksigen kejaringan untuk
menghasilkan energi berkurang di tambah lagi kurangnya elektrolit
calsium. Adanya obstruksi CA di kolorektal pasien merasa susah BAB
dan perlu mengedan saat BAB berakibat pada peningkatan gas di usus
karena peningkatan bakteri usus dan pasien merasa penuh pada bagian
perut sehingga pasien malas makan dan berakibat pada penurunan
asupan nutrisi dan penurunan berat badan. Hal ini juga di akibatkan
oleh pertumbuhan sel yang tak terkendali oleh Ca colorectal dan
membutuhkan energi lebih banyak untuk metabolisme di tambah asupan
makanan menurun maka terjadila metabolisme anaerob dengan
mengubah glikogen di hati dan otot menjadi energi sehingga
mempercepat proses penurunan berat badan pada pasien CA colorektal,
adanya peningkatan enzim hati SGOP dan SGPT yang belum
begitu tinggi mengindikasikan adanya peningkatan kerja hati sehingga
memperburuk kondisi pasien (muttagin, 2011)
Waktu penyembuhan : kemungkinan hasil akhir dari penyakit tersebut
tergantung dari tindakan dan pengobatan serta sangat bergantung pada
kondisi pasien saat
3. Analisa manajemen segera respon pasien dengan ca colon
Dari kasus diatas penanganan awal medis segera untuk Ca kolon yang
masuk dengan keluhan anemia adalah

a. Pemberian oksigen dimana bertujuan untuk mencegah terjadinya

29
hipoksia dan mengurangi beban jantung, ini tampak pada hasil
laboratorium rendahnya kadar Hb. Pemberian oksigen bisa berupa
kanula atau masker hanya saja kebanyakan pasien dalam keadaan
sadar lebih menyukai menggunakan kanula dengan standar
pemeberian oksigen 4 – 6 L / Mnt (pasang monitor bila ada untuk
melihat TTV pasien ),
b. Pemasangan infuse dengan line transfuse darah ( IV catheter
diusahakan menggunakan diameter besar max. no. 16 - 18, transfuse
set ) untuk persiapan transfuse darah meskipun biasanya tindakan
transfusi darah tidak langsung dilakukan dikarenakan adanya prosedur
yang lama. Penggunaan cairan pada kasus seperti di atas dianjurkan
cairan bersifat kristaloid yaitu RL ( bilamana tdk ada indikasi gangguan
fungsi hati ) dan Normal salin ( Nacl 0,9% ) dengan jumlah tetesan
20 tetes / Mnt , boleh juga diberikan asering sebagai pengganti RL .
Adapun pemeriksaan penunjang untuk untuk menegakkan diagnosa dan
rencana pemberian terapi (American Cancer Society, 2017):
1. Endoskopi (sigmoidoscopy atau colonoscopy)
Adalah test diagnostik utama digunakan untuk mendeteksi
dan melihat tumor. Sekalian dilakukan biopsy jaringan.
Sigmoidoskopi fleksibel dapat mendeteksi 50 % sampai 65 % dari
kanker kolorektal. Pemeriksaan enndoskopi dari kolonoskopi
direkomendasikan untuk mengetahui lokasi dan biopsy lesi pada
klien dengan perdarahan rektum. Bila kolonoskopi dilakukan dan
visualisasi sekum, barium enema mungkin tidak dibutuhkan.
Tumor dapat tampak membesar, merah, ulseratif sentral, seperti
penyakit divertikula, ulseratif kolitis, dan penyakit Crohn’s.
2. Chest X-ray: mungkin dapat menemukan tempat yang jauh yang
sudah metastasis, misalnya metastase ke hati

30
3. CT scan membantu memperjelas adanya massa dan luas penyakit.
Chest X-ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang
jauh yang sudah metastasis
4. CEA adalah sebuah glikoprotein yang berada pada permukaan sel
yang masuk ke dalam peredaran darah dan digunakan sebagai
marker serologi untuk mengetahui apakah sudah metastase ke hepar
5. Histopatologi : Biopsy di gunakan untuk menegakkan diagnosis.
gambar histopatologis karsinoma kolon adalah adenokarsinoma dan
perlu ditentukan diferensiansi sel.
6. Darah Rutin : Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa
kemungkinan pasien mengalami perdarahan. Nilai hemoglobin dan
hematocrit biasanya turun dengan indikasi anemia. Dari kasus yang
ada tampak Hemoglobin= 7 g/dl, ; Hematrokit 17 %; Leukosit 5200
/mm3; Trombosit 228.000 /mm3 ; Faal Ginjal Ureum 38 mg/dl
;Kreatinin 0,90 mg/dl ;Faal Hati/Jantung SGOT (ASAT) 53
u/L/37ˆ;SGPT (ALAT) 49 u/L/37ˆ Elektrolit Natrium 142 mmol/L ;
Kalium 4,2 mmol/L Calsium 1,31 mmol/L 1,15-1,29.
c. Manejemen bedah (operasi). Operasi adalah penanganan bersifat kuratif
dan paliatif. Kanker yang hanya terbatas pada satu sisi dapat diangkat
dengan kolonoskop laparaskopi meminimalkan luasnya pembedahan
pada beberapa kasus. Paliatif dimana apabila ada tumor yang sudah
dan mencakup seluruh vital, maka operasi tidak dapat dilakukan. Dapat
juga dalam tindakan pembedahan dilakukan pemasangan colostomy
yang merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari
pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen
(perut), stoma ini dapat bersifat sementara atau permanen
d. Penyinaran (Radioterapi) merupakan penanganan kanker dengan
menggunakan x ray berenergi tinggi membunuh sel kanker. Pemilihan
cara radiasi diberikan tergantung pada tipe dan stadium .

31
e. Chemotherapy: memakai obat antikanker  yang kuat, dapat masuk ke
dalam sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah
menyebar. Obat chemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis.
Penanganan dengan menggunakan terapi farmakologi (Sholekhudin,
2014):
Adona 50 mg/10 ml
Indikasi: perdarahan akibat menurunnya resistensi kapiler dan
meningkatnya permeabilitas kapiler, perdarahan membrane mukosa,
perdarahan membrane internal, perdarahan tidak normal selama dan
sesudah operasi
kontraindikasi
Asam traneksamat 500 mg
Indikasi : menghambat hancurnya bekuan darah bekuan darah yang
sudah terbentuk
Kontraindikasi: hindari penggunaaan asam traneksamat bersama
tretinoin, hati hati pada pasien dengan gangguan ginjal
Vit k
Indikasi : mengobati perdarahan , mencegah defisiensi vit k
Kontraindikasi : hindari pemakaian bila mengkonsumsi obat anti
koagulan
Ranitidine 50 mg/ml
Indikasi: mencegah peningkatan asam lambung
Kontraindikasi : riwayat alergi obat, pada ibu yang sedang menyusui,
hati-hati diberikan pada pasien dengan gaagal ginjal
Ondansentron
Indikasi : mencegah dan mengobati mual dan muntah
Kontraindikasi : pemberian nya perlu berhati-hati pada pasien dengan
gangguan hati dan jantung, hentikan bila terjadi alergi.

32
4. Analisa tindakan keperawatan untuk mengatasi respon pasien
dengan gangguan Ca Colon
Masalah Ca Colon merupakan penyakit yang perlu penanganan baik
farmakologi dan non farmakologi. Dimana penanganan non farmakologi
yang berfokus pada intervensi keperawatan juga harus secepat mungkin
memberikan intervensi awal dengan melihat kondisi pasien seperti yang
nampak pada kasus adanya perdarahan rectal, perubahan pola defekasi,
nyeri abdomen, penurunan berat badan, anemia serta anorexia.
1. Anemia
Anemia merupakan manifestasi klinis dari pasien dengan kanker
akibat kehilangan darah, dan juga menjadi dapat menyebabkan
penurunan suplai oksigen dalam tubuh. Hal ini perlu monitoring, oleh
karena itu diperlukan intervensi dengan cepat masalah pada pasien
cepat tertangani (Black & Hawks, 2014) (Doenges & Frances, Mary
Moorhouse, 2012)
a. Monitor indikasi penyaluran oksigen dalam jaringan (misalnya:
PaO2, SaO2, dan level HB dan cardiac output)
b. Berikan cairan intra vena, Monitor tanda-tanda syok
hipovolemik
c. Dukumentasikan warna, jumlah dan karakter dari faeses.
d. Monitor pemeriksaan pembekuan dan hitung darah lengkap
(CBC)
dengan diferensiasi sel darah putih, jika diperlukan.
e. Hindari penggunaan anti koagulan.
f. Monitor pemeriksaan pembekuan darah/koagulasi ,
termasuk protombin time (PT), PTT, fibrinogen, regdarasi fibrin,
dan hitung platelet jika memang diperlukan.
g. Berikan produk-produk pengganti darah (misalnya: trombosit, dan
plasma beku segar (FFP) dengan cara yang tepat.

33
h. Terapi oksigen

2. Nyeri
Penanganan nyeri pada kasus ini hanya bersifat paliatif
sambil menunggu tindak lanjut terhadap kondisi pasien secara medis.
Tindakan keperawatan (NANDA International, 2014):
a. Monitor tanda-tanda vital : TD, nadi, pernafasan, dan suhu badan)
b. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan keparahan
nyeri sebelum pemberian analgesic.
c. Pilih analgesic atau kombinasi analgesic yang sesuai ketika
lebih dari satu diberikan
d. Tentukan pilihan obat analgesic (narkotik, non narkotik, atau
NSAID) berdasarkan type dan keparahan nyeri dengan mengecek
instruksi dokter
e. monitoring vital sign setelah pemberian analgesik
f. Dukung verbalisasi perasaan, persepsi dan rasa
takut, lewat komunikasi terapeutik
g. ajarkan teknik non farmakologi dalam mengurangi
nyeri
h. Dukung keterlibatan keluarga dengan cara yang
tepat.

3. Nutrisi
Jika kondisi pasien memungkinkan diet tinggi kalori, protein, dan
karbohidrat serta rendah residu untuk memberikan nutrisi yang
adekuat. Nutrisi parenteral total diberikan pada pasien untuk
menggantikan penipisan nutrisi, vitamin, dan mineral (NANDA
International, 2014) :

a. Timbang berat badan pasien

34
b. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk
memenuhi kebutuhan gizinya.
c. Kolaborasi dengan dokter spesialis interna dan gizi tentang asupan
gizi dan nutrisi yang diperlukan dan selama pasien dipuasakan jika
diinstruksikan
d. Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diet untuk kodisi
sakit
(yaitu pasien dengan kanker kolorektal)
e. Monitor diet dan asupan kalori
f. Monitor status mental pasien
g. Berikan diet tinggi serat untuk menghindari konstipasi
h. Pemberian makanan dengan tabung enteral
i. Monitoring kadar albumin, hemoglobin, hematokrit
4 Konstipasi
Konstipasi merupakan akibat dari adanya tumor yang melakukan
penekana pada usus, adapun intervensi dilakukan dalam mencegah
yaitu (NANDA International, 2014) :
a. monitor tanda dan gejala konstipasi
b. monitor buang air besar termasuk frekwensi, konsistensi,
bentuk, volume, dan warna dengan cara yang tepat termasuk
kapan terakhir BAB
c. laporkan ke dokter bila ada penurunan konstipasi
d. catat masalah BAB yang ada sebelumnya, BAB rutin,
penggunaan laksatif.
e. dukung asupan cairan , jika tidak ada kontra indikasi
f. informasikan kepada pasien mengenai prosedur untuk
mengeluarkan feses secara manual

35
BAB IV
PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan pada kasus menggunakan pendekatan model


teori keperawatan Virginia Handerson, yang membahas 14 komponen
kebutuhan dasar manusia.

36
No 14 komponen Menurut Virgina Pengkajian keperawatan pada
Handerson pasien
1 Bernapas dengan normal Pernapasan 20 x/menit
2 Makan dan minum secara Berat badan klien berkurang
adekuat sejak 3 bulan yang lalu
Perut terasa penuh atau
begah
Tampak mual
Klien mengatakan makan
sedikit
Perut tampak buncit
3 Eliminasi BAB disertai darah
Panas dibagian anus saat
BAB
Klien sering merasa tidak
puas saat BAB
Tekstur BAB seperti kotoran
kuda
Setiap kali BAB harus
mengedan dan memerlukan
waktu yang lama
4 Pergerakan dan postur tubuh Klien tampak lemas
5 Istirahat dan tidur Merasakan nyeri pada perut
kaudran kanan bawah
6 Memiliki pakaian yang sesuai -
7 Menjaga suhu tubuh dalam Suhu badan 36,1C
batas normal dengan modifikasi
lingkungan dan pakaian
8 Menjaga tubuh tetap bersih dan -
terawat dengan baik dan
melindungi integument

37
9 Menghindari bahaya dari -
lingkungan dan menghindari
terjadinya cedera
10 Berkomunikasi dengan orang -
lain dalam mengungkapkan
emosi, kebutuhan, rasa takut
atau pendapat
11 Beribadah sesuai dengan -
kepercayaan
12 Kecakapan dalam beraktivitas -
13 Berpartisipasi dalam rekreasi -
14 Belajar, menemukan atau BNO kesan : malignancy
memuaskan rasa ingin tahu dan 1/3 distal rectum
menggunakan fasilitas Mukosa rectum : Licin,
kesehatan teraba massa ukuran
4x4cm arah jam 9 pada
posisi LLD, konsistensi
keras, permukaan
berbenjol, tidak dapat
digerakkan

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan uraian pengkajian keperawatan di atas, maka diagnosa
keperawatan yang ditegakkan sebagai berikut :
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
konsentrasi Hb dan suplai oksigen berkurang
2. Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat
obstruksi

38
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang kurang, anoreksia
4. Konstipasi fungsional kronis berhubungan dengan Ca colorectal
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan akibat anemia
dan anoreksia.

39
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnose Keperawatan Nursing Outcome Nursing Intervention Classification
(NANDA International, Classification(Moorhead et al., (Bulechek et al., 2016)
2014) 2016)
1 Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan perawatan 3x24 a) Kaji tanda-tanda vital, warna kulit,
jaringan berhubungan jam perfusi jaringan perifer efektif, membran mukosa, dasar kuku
dengan penurunan dengan kriteria hasil: b) Monitor indikasi penyaluran oksigen
konsentrasi Hb dan suplai 1. Pengisian kapiler jari baik dalam jaringan (misalnya: PaO2, SaO2)
oksigen berkurang, ditandai 2. Suhu kulit normal c) Berikan cairan intra vena, Monitor
dengan : 3. Tanda-tanda vital normal tandatanda syok hipovolemik
DS : 4. Wajah tidak pucat d) Dukumentasikan warna, jumlah dan
DO : karakter dari faeses.
Hb 7 gr/dl e) Monitor pemeriksaan pembekuan dan
Hematokrit 17 % hitung darah lengkap, HB, Ht dengan
Leukosit 5200 /mm3 diferensiasi sel darah putih, jika
TD:110/70 MmHg diperlukan
Nadi 80 kali/menit f) Hindari penggunaan anti koagulan
Suhu 36,10C g) Monitor pemeriksaan pembekuan
Pernafasan 20 kali/mnt darah/koagulasi , termasuk protombin
time (PT), PTT, fibrinogen, regdarasi
fibrin, dan hitung platelet jika memang
diperlukan
h) Berikan produk-produk pengganti darah
(misalnya: trombosit, dan plasma beku
segar (FFP) dengan cara yang tepat.
i) Beri posisi semifowler

40
j) Berikan oksigen
2 Nyeri berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Pain Management
kompresi jaringan sekunder keperawatan selama 3x24 jam di
11)Lakukan pengkajian nyeri secara
akibat obstruksi harapkan kriteria hasil
komprehensif
DS: 1. Klien mengatakan nyeri hilang
12)Observasi reaksi nonverbal dari
Nyeri perut kuadran atau berkurang
ketidaknyamanan
kanan bawah 2. Skala nyeri 0
13)Gunakan teknik komunikasi terpeutik
DO: 3. Wajah tak tampak lagi
untuk mengetahui penagalaman nyeri
Skala Nyeri sedang meringis
pasien
(Skala 4) 4. Klien dapat mengontrol rasa
14)Evaluasi pengalaman nyeri masa lalu
Wajah tampak meringis nyeri
15)Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
16)Ajarkan teknik non farmakologis
17)Berikan anlgetik untuk mengurangi nyeri
18)Tingkatkan istirahat
19)Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan penanganan nyeri
tidak berhasil
20)Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesik Administration
h) Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri sebelum pemberian
obat
i) Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi

41
j) Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
k) Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik yang pertama kali
l) Berikan analgesik tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
m) Evaluasi efektivitas analgesik, tanda
dan gejala
3 Perubahan nutrisi kurang Setelah perawatan 6x24 jam Nutrition management
dari kebutuhan tubuh status nutrisi ditingkatkan, dengan f) Kaji adanya alergi makanan
berhubungan dengan mual kriteria hasil: g) Kolaborasi dengan spesial gizi untuk
dan anoreksia 1. Asupan gizi seimbang menentukan jumlah kalori dan nutrisi
DS : 2. Asupan makanan seimbang yang dibutuhkan pasien
Klien mengatakan nafsu 3. Asupan cairan ±8 gelas/hari h) Anjurkan pasien untuk meningkatkan
makan kurang 4. Rasio TB/BB seimbang intake Fe
Klien mengatakan mual Nafsu makan ditingkatkan dengan i) Anjurkan pasien untuk meningkatkan
Klien mengatakan porsi kriteria hasil : protein dan vitamin C
makan sedikit karena 1. Intake makanan tidak j) Berikan diet tinggi serat untuk
terasa begah terganggu mencegah konstipasi\Monitor jumlah
Klien mengatakan berat 2. Intake nutrisi tidak terganggu nutrisi dan kandungan kalori
badan klien terus 3. Intake cairan tidak terganggu Nutrition monitoring
berkurang dalam 3 4. Rangsangan untuk makan h) Pantau BB pasien
bulan terakhir tidak terganggu i) Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
DO : Perilaku patuh untuk diet yang bisa dilakukan
Klien nampak kurus disarankan ditingkatkan dengan j) Monitor turgot kulit dan dan perubahan
Klien tampak mual kriteria hasil : pigmentasi
1. Memilih porsi yang sesuai k) Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
dengan diet yang ditentukan mudah patah

42
2. Berpartisipasi dalam l) Monitor mual dan muntah
pemilihandiet m) Monitor kadar albumin, total protein, Hb,
3. Mengikuti rekomendasi dan kadar Ht
antaraselingan makanan dan n) Monitor kalori dan intake nutrisi
cairan
4. Menghindari makanan dan
cairan yang berinteraksi
dengan obat
4 Konstipasi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Managemen konstipasi
dengan lesi obstruksi keperawatan 3x24 jam eliminasi l. Monitor tanda dan gejala konstipasi
DS: usus efektif dengan kriteria hasil: m. Monitor hasil produksi pergerakan usus
Klien mengatakan BAB 1. Pola eliminasi tidak terganggu n. Konsultasi dengan dokter mengenai
disertai darah 2. Tidak ada konstipasi penurunan frekuensi bising usus
o. Monitor tanda dan gejala ruptur usus atau
Klien mengatakan BAB 3. Warna feses normal
peritonitis
harus mengedang dan 4. Mudah BAB p. Jelaskan penyebab dari masalah dan
butuh waktu yang lama 5. Tidak nyeri saat BAB rasionalisasi tindakan pada pasien
Klien mengatakan panas 6. Tidak ada darah dalam feses q. Identifikasi faktor penyebab konstipasi
dibagian anus saat BAB Fungsi gastrointestinal efektif misalnya pengobatan, tirah baring, dan diet
DO : dengan kriteria hasil: r. Dukung peningkatan asupan cairan, jika
BNO kesan : malignancy 1. Frekuensi BAB normal tidak ada kontaindikasi
1/3 distal rectum 2. Konsistensi feses lunak s. Evaluasi jenis pengobatan yang memiliki
Mukosa rectum : Licin, 3. Tidak ada nyeri perut efek samping gastrointestinal
teraba massa ukuran 4. Tidak ada distensi perut t. Evaluasi asupan apa saja nutrisi yang
4x4cm arah jam 9 pada dikonsumsi
u. Informasikan pada pasien mengenai
posisi LLD, konsistensi
prosedur untuk mengeluarkan fases secara
keras, permukaan manual
berbenjol, tidak dapat v. Lakukan enema atau irigasi
digerakkan Managemen saluran cerna

43
Bising usus (+) j. Monitor BAB termaksud frekuensi,
konsistensi, bentuk, volume, warna.
k. Monitor bisng usus
l. Monitor adanya tanda dan gejala konstipasi
dan impikasi
m. Catat masalah BAB yang sudah ada
sebelumnya, dan penggunaan laksatif
n. Anjurkan pasien makan makanan yang
mengandung serat
o. Anjurkan anggota keluarga untuk mencatat
warna, volume, frekuensi dan konsistensi
tinja.
p. Masukkan supositoria rektal, sesuai
kebutuhan
q. Berikan cairan hangat setelah makan
dengan cara yang tepat.
r. Evaluasi medikasi terkait dengan efek
samping gastrointestinal
5 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Terapi Aktivitas
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam di
j) Kaji kemampuan klien dalam
keletihan akibat anemia dan harapkan kriteria hasil :
berpartisipasi.
anoreksia. 1. Klien tidak lemas lagi
k) Bantu klien dalam melakukan aktivitas
DS : 2. Dapat melakukan aktivitas
yang biasa di lakukan
Klien mengatakan lemas
l) Bantu klien untuk tetap fokus pada
DO:
kekuatan dibandingkan dengan
Klien tampak lemas
kelemahan.
m) Bantu klien mengidentifikasi aktivitas
yang diinginkan
n) Bantu klien menjadwalkan waktu

44
spesifik terkait aktivitas harian
o) Bantu klien dan keluarga untuk
mengidentifikasi kelemahan dalam level
aktivitas tertentu.
p) Intruksikan klien dan keluarga untuk
melaksanakan aktivitas yang di inginkan
atau jadwalkan
q) Bantu klien dan keluarga beradaptasi
dengan lingkungan pada saat
mengakomodasi aktivitas
r) Dorong keterlibatan dalam aktivitas
kelompok maupun terapi.
Managemen Energi
i) Kaji status fisiologi klien yang
menyebabkan kelelahan
j) Anjurkan klien mengungkapkan perasan
mengenai keterbatasan yang dialami
k) Tentukan persepsi pasien/keluarga
mengenai penyebab kelelahan
l) Perbaiki deficit status fisiologi
m) Pilih intervensi yang tepat untuk
mengurangi kelelahan baik secara
farmakologis maupun non farmakologis
n) Lakukan ROM aktif/pasif untuk
menghilangkan ketegangan otot
o) Ajarkan pasien mengenai pengelolaan
kegiatan dan teknik managemen waktu
untuk mencegah kelelahan.

45
46
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Usus besar merupakan bagian terakhir dari sistem pencernaan,
yang terdiri dari usus besar dan rektum. Kadang-kadang, terjadi
pertumbuhan sel yang tidak normal di dinding usus, polip, bisul atau
massa jaringan lainnya. Sebagian besar dari pertumbuhan sel yang
tidak normal ini bersifat jinak, namun ada beberapa polip yang bisa
berkembang menjadi tumor ganas dan menjadi kanker usus.(Smart
Patien, 2017)
Penyebab kanker kolonmasih idiopatik, dapat menyerang pada laki-
laki dan perempuan dan pada semua etnis.Faktor risiko untuk kanker
kolonyaitu herediter yang disebabkan oleh mutasi genetik yang akan
meningkat ketika 90% setelah usia 50 tahun keatas. Kanker kolon erat
kaitannya dengan residu rendah, diet tinggi lemak dan makanan yang
diproses dengan asupan buah dan sayur yang tidak adekuat. (Black &
Hawks, 2014).
Pengkajian Keperawatan pada kasus menggunakan pendekatan
model teori keperawatan Virginia Handerson, yang membahas 14
komponen kebutuhan dasar manusia.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada ca colon adalah :
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
konsentrasi Hb dan suplai oksigen berkurang
2. Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat
obstruksi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang kurang, anoreksia
4. Konstipasi fungsional kronis berhubungan dengan Ca colorectal
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan akibat anemia
dan anoreksia.

47
B. SARAN
Dalam pemberian Asuhan Keperawatan diharapkan perawat
dapat bertindak secara professional pada kasus kanker kolorectal,
selain itu perawat diharapkan mampu menegakkan diagnosa
keperawatan dengan tepat berdasarkan hasil dari pengkajian dan
pemeriksaan penunjang, sehingga dapat memberikan intervensi yang
sesuai dan pada evaluasi didapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan
yaitu masalah keperawatan yang didapatkan dapat teratasi.

48
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. (2017). Colorectal Cancer Facts & Figures


2017 - 2019. Atlanta, 1–40.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1016/S0140-6736(13)61649-9
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medical Bedah (8th
ed.). singapura: Elsevier Ltd.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M.
(2016). Nursing Intervension Clasification (NIC). (T. R. D. Nurjanah
Intasari, Ed.) (6th ed.). Singapore: Elseviers Singapore Pte Ltd.
Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi (3rd ed.). Jakarta: EGC.
Doenges, M., & Frances, Mary Moorhouse, G. A. . (2012). Rencana
Asuhan Keperawatan. (EGC, Ed.). Jakarta.
Doengoes Marilyn.E. (2008). Nursing Diagnosis Manual learning
individualizing and decomenting Clinical Care,2nd. America: F.A
Davis Company.
Hu, M., Zhou, L., Ling, S., Li, Y., Kong, B., & Huang, P. (2018). Dietary fi
ber intake and risks of proximal and distal colon cancers,
0(September 2017).
Kementrian Kesehatan RI Pusat Data dan Informasi Kesehatan. (2015).
Stop Kanker. Infodatin-Kanker, hal 3.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Kolligs, F. T. (2016). Diagnostics and epidemiology of colorectal cancer.
Visceral Medicine, 32(3), 158–164. https://doi.org/10.1159/000446488
Mathias, J. R., Dodd, M. E., Walters, K. B., Yoo, S. K., Erik, A., &
Huttenlocher, A. (2013). Long-Term Colorectal-Cancer Incidence and
Mortality after Lower Endoscopy, 33(11), 1212–1217.
https://doi.org/10.1016/j.dci.2009.07.003.Characterization
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing
Outcomes Clasification (NOC). (T. R. D. Nurjanah Intasari, Ed.) (5th
ed.). Singapore: Elseviers Singapore Pte Ltd.

49
muttagin, A. (2011). Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi kasus
keperawatan medical bedah. Jakarta: Salemba Medika.
NANDA International, I. (2014). Nursing Diagnoses: Definitions and
Classification 2015-2017.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Sholekhudin, M. (2014). Buku Obat Sehari-hari. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Smart Patien. (2017). Kanker Usus Besar. Bowel Cancer, 1–8.
Sudoyo, A. W., Hernowo, B., Krisnuhoni, E., Reksodiputro, A. H., &
Hardjodisastro, D. (2010). Colorectal cancer among young native
Indonesians: A clinicopathological and molecular assessment on
microsatellite instability. Medical Journal of Indonesia, 19(4), 245–
251. https://doi.org/10.13181/mji.v19i4.411
Sulo, R., Sasmithae, L., Mustika, S., Irxqg, R. H., Vdpsohv, H., Frpsulvhg,
Z., … Fdqfhu, U. (2017). Incidence Of Colorectal Cancer In Saiful
Anwar Hospital, 18(3), 165–168.
World Health Organization. (2014). Cancer Country Profiles: Indonesia.
Cancer Country Profiles, 22–23.

50
51

Anda mungkin juga menyukai