COLON
Disusun Oleh :
2017
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah yang berjudul “Makalah Asuhan Keperawatan CA Colon”. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas Sistem Informasi ilmu keperawatan.
Makalah ini kami susun berdasarkan data-data yang telah kami ambil dari
buku maupun internet. Selesainya makalah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak.
Dalam penyusunan Makalah ini penulis juga memberi kesempatan kepada
pembaca, kiranya berkenan memberi kritikan dan saran yang bersifat membangun
dengan maksud meningkatkan pengetahuan penulis agar lebih baik dalam
penyusunan makalah selanjutnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Usus besar adalah bagian dari sistim pencernaan (digestive system) dimana
materi yang dibuang (sampah) disimpan. Rektum (rectum) adalah ujung dari usus
besar dekat dubur (anus). Bersama, mereka membentuk suatu pipa panjang yang
berotot yang disebut usus besar. Tumor-tumor usus besar dan rektum adalah
pertumbuhan-pertumbuhan yang datangnya dari dinding dalam dari usus besar.
1
terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang asimtomatis
dalam jangka waktu lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila mereka
menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rectal.(Brunner
& Suddarth : 2002)
1.2Rumusan Masalah
1.3Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Pengertian
Neoplasma / Kanker adalah pertumbuhan baru (atau tumor) massa yang tidak
normal akibat proliferasi sel-sel yang beradaptasi tanpa memiliki keuntungan dan
tujuan. Neoplasma terbagi atas jinak atau ganas. Neoplasma ganas disebut juga
sebagai kanker (cancer). (SylviaA Price, 2005).
Karsinoma atau kanker kolon ialah keganasan tumbuh lambat yang paling
sering ditemukan daerah kolon terutama pada sekum, desendens bawah, dan kolon
sigmoid. Prognosa optimistik; tanda dan gejala awal biasanya tidak ada. (Susan
Martin Tucker, 1998).
3
2.2Epidemiologi
Kanker kolorektal adalah kanker ketiga yang paling umum pada pria ( 746.000
kasus, 10,0 %) dan yang kedua pada wanita (614.000 kasus , 9,2 %) di seluruh
dunia (Globocan, 2012). Menurut Jemal A et al. CA Cancer J Clin 2011;
61:69– insiden kanker kolorektal lebih sering ditemui di negara-negara
berkembang. Hal ini adalah karena perbedaan diet dan paparan lingkungan
(Hingorani, M., & Sebag-Montefiore, D., 2011).
Pada tahun 2012, ada 14,1 juta kasus kanker baru, 8.2 juta kematian dan 32,6
juta orang yang hidup dengan kanker (dalam 5 tahun didiagnosis) di seluruh dunia
(Globocan, 2012). Kanker kolorektal lebih sering dijumpai pada laki-laki
berbanding perempuan dengan rasio 2:1 (Hingorani, M., & Sebag-Montefiore,
D., 2011). Di Indonesia sendiri, kanker kolorektal menempati urutan kanker
nombor tiga paling banyak ditemui setelah kanker payudara dan kanker paru.
Berdasarkan estimasi Globocan tahun 2012, insiden kanker kolorektal di
Indonesia adalah sebesar 16 per 100.000 laki- laki yang menempati urutan kedua
pada laki-laki setelah kanker paru yaitu kanker kolon 1.635 kasus (3,7%).
2.3Klasifikasi
4
e. Stadium IV : kanker telah menyebar di bagian lain dari tubuh, seperti hati,
paru-paru, atau tulang.
2.4Etiologi
5
2. Riwayat polip adenomatous
Riwayat polip adenomatous adalah salah satu penyebab yang
meningkatkan risiko kanker kolorektal. Hal ini terutamanya apabila
ukuran polip besar atau jika lebih dari satu. Seseorang dengan
inflammatory bowel disease, kondisi dimana terjadi peradangan usus
selama jangka waktu yang panjang, memiliki risiko lebih tinggi terkena
kanker kolorektal (iagnost cancer society, 2014). Inflammatory bowel
disease yang paling umum adalah ulcerative colitis dan penyakit crohn
(American Cancer Society, 2014).
B. Dapat Dimodifikasi :
1. Aktifitas Fisik
Sebuah tinjauan literatur ilmiah telah menemukan bahwa seorang
yang aktif dari segi fisik mempunyai risiko 25% lebih rendah terkena
kanker usus berbanding seseorang yang tidak aktif. Sebaliknya pada
pasien kanker kolorektal yang kurang aktif mempunyai risiko kematian
yang lebih tinggi berbandingkan mereka yang lebih aktif (American
Cancer Society, 2014).
2. Obesitas
Obesitas atau kegemukan dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi
terjadinya kanker kolorektal pada laki-laki dan kanker usus pada
perempuan (american iagno society, 2014). Obesitas perut (diukur keliling
pinggang) merupakan faktor risiko yang lebih penting berbanding obesitas
keseluruhan baik pada laki-laki dan perempuan (American Cancer Society,
2014).
3. Diet
Konsumsi daging merah atau daging diproses secara berlebihan
akan meningkatkan risiko terjadinya kanker di usus besar dan juga rektum.
Alasan untuk ini belum jelas tetapi mungkin terkait dengan karsinogen (zat
penyebab kanker) yang terbentuk ketika daging merah dimasak pada suhu
yang tinggi selama jangka waktu yang panjang atau aditif nitrit yang
digunakan untuk pengawetan (American Cancer Society, 2014).
6
4. Merokok
Tembakau dalam rokok dapat menyebabkan kanker kolorektal.
Asosiasi tampaknya lebih kuat pada rektum dari kanker kolon (American
Cancer Society, 2014).
5. Alkohol
Kanker kolorektal dikaitkan dengan konsumsi alkohol berat dan
sedang. Seseorang yang hidup dengan konsumsi alkohol 2 hingga 4
minuman per hari memiliki risiko 23% lebih tinggi terkena kanker
kolorektal dibandingkan dengan mereka yang mengkonsumsi 1 minuman
per hari (American Cancer Society, 2014).
2.5Patofisiologi
Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun
makanan merupakan faktor yang pentig dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu
berkorelasidengan faktor makanan yang mengandung kolesterol dan lemak hewan
tinggi, kadar serat yang rendah serta adanyainteraksi antara bakteri didalam usus
besar dengan asam empedu dan makanan, selain itu dapat juga dipengaruhi oleh
minuman yang beralkoho, khususnya bir.
7
2. Penyebaran lewat pembuluh limfe, limfogen ke kelenjar limfe perikolon dan
mesokolon.
3. Melalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena kolon mengalirkan
darah balik ke system portal.
Empedu
Ca Colorektum
kesehatan
VOLUME CAIRAN
DARI KEBUTUHAN
TUBUH
2.6Manifestasi klinis
1. Perdarahan rektal
Perdarahan rektal adalah keluhan utama yang penting dalam 20-50% kasus
kanker kolorektal. Pasien dengan perdarahan yang diamati dengan satu atau
lebih gejala dibawah harus segera dirujuk untuk pemeriksaan selanjutnya.
2. Perubahan pola buang air besar
Perubahan pola BAB sering dijumpai pada banyak pasien kanker
kolorektal sekitar 39-85%. Gejala dibawah meningkatkan probabiliti yang
mendasari kejadian kanker kolorektal.
Perubahan pola BAB terutamanya pada pasien lanjut usia.
Riwayat mencret darah atau lendir harus segera merujuk pendapat
spesialis
Riwayat baru diare dengan frekuensi yang sering dan konsistensi cair
9
3. Nyeri perut
Nyeri perut pada pasien kanker kolorektal mungkin tanda dari obstruksi
yang akan terjadi.
Nyeri kolik abdomen dengan gejala obstruksi lain seperti mual, muntah
harus segera diperiksa.
4. Gejala lain
Kehilangan darah kronis; anemia defiensi besi, kelelahan, lesu ; sering
dijumpai pada tumor sisi kanan.
Massa abdomen.
Pada pemeriksaan Digital Rectal Examination (DRE) mungkin dijumpai
massa yang dapat diraba pada kanker rektal.
Penurunan berat badan, kehilangan nafsu makan.
2.7Pemeriksaan diagnostik
1. Anamnesis dan pemeriksaan jasmani
Perubahan pola kebiasaan defekasi, baik berupa diare ataupun
konstipasi.
Perdarahan per anum (darah segar).
Penurunan berat badan.
Fator predisposisi.
Riwayat kanker dalam keluarga .
Riwayat polip usus.
Riwayat colitis ulserosa.
Riwayat kanker payudara / ovarium.
Uretero sigmoidostomi
Kebiasaan makan (rendah serat, banyak lemak)
Gizi
Anemia
Benjolan pada abdomen
Nyeri tekan
Kelenjar limfe yang membesar
Pembesaran hati
10
2. Colok rectum (rectal toucher)
3. Pemeriksaan laboratorium
Tinja : ada darah makroskopis / mikroskopis atau darah samar.
CEA : Carcino embryonic antigen tidak organ spesifik maupun tumor
spesifik. CEA sering member hasil positif palsu atau negative palsu,
maka CEA tidak dapat dipakai untuk diagnosis dini, terutama pada
orang yang asimtomatis.
Peranan penting dari CEA ialah, bila diagnose karsinoma kolon sudah
ditegakkan dan ternyata CEA meninggi yang kemudian menurun
setelah operasi. Maka CEA penting untuk tindak lanjut. Bila
dikemudian hari CEA meninggi lagi maka kemungkinan residif dan
matastasis besar sekali.
4. Pemeriksaan Radiologis
Perlu dikerjakan dengan cara kontras ganda. Dengan cara ini lesi-
lesi kecil dapat ditemukan.
5. Endoskopi + Biopsi
Endoskopi dapat dikerjakan dengan ‘rigid endoscope’ untuk
kelainan-kelainan sampai 25 cm – 30 cm, dengan ‘fibrescope’ untuk
semua kelainan dari rectum sampai sekum. Biopsy diperlukan untuk
menentukan secara patologis-anatomis jenis tumor.
6. Ultrasonografi
Ini diperlukan untuk mengetahui adanya metastasis ke hati.
2.8Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan
pengisapan nasogastrik. Apabila terjadi perdarahan yang cukup bermakna
terapi komponen darah dapat diberikan. Pengobatan medis untuk kanker
kolorektal paling sering dalam bentuk pendukung atau terapi ajufan. Terapi
ajufan biasanya diberikan selain pengobatan bedah. Pilihan mencakup
11
kemoterapi, terapi radiasi dan atau imunoterapi. Dari hasil penelitian, setelah
dilakukan pembedahan sebaiknya dilakukan radiasi dan kemoterapi
2. Penatalaksanaan bedah
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon
dan rektal, pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang
terbatas pada satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi
laparoskopik dengan polipektomi merupakan suatu prosedur yang baru
dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa
kasus. Laparoskop digunakan sebagai pedoman dalam membuat keputusan
dikolon, massa tumor kemudian di eksisi. Reseksi usus diindikasikan untuk
kebanyakan lesi kelas A dan semua kelas B serta lesi C. Pembedahan kadang
dianjurkan untuk mengatasi kanker kolon kelas D. Tujuan pembedahan dalam
situasi ini adalah paliatif. Apabila tumor sudah menyebar dan mencakup
struktur vital sekitar, operasi tidak dapat dilakukan. Tipe pembedahan
tergantung dari lokasi dan ukuran tumor.
Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut.
Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi
usus pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik).
Reseksi abominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen
(pengangkatan tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta sfingter
anal).
Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis
serta reanastomosis lanjut dari kolostomi.
Kolostomi permanen atau iliostomy (untuk menyembuhkan lesi obstruksi
yang tidak dapat direseksi).
3. Difersi vekal untuk kanker kolon dan rectum
Berkenaan dengan tehnik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi
dilakukan pada kurang dari sepertiga pasien kanker kolorektal. Kolostomi
adalah pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara bedah. Stoma ini dapat
berfungsi sebagai difersi sementara atau permanen. Ini memungkinkan
drainase atau evakuasi isi kolon keluar tubuh. Konsistensi drainase
12
dihubungkan dengan penempatan kolostomi yang ditentukan oleh lokasi
tumor dan luasnya invasi pada jaringan sekitar.
4. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Dukungan adaptasi dan kemandirian.
b. Meningkatkan kenyamanan.
c. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
d. Mencegah komplikasi.
e. Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan.
5. Penatalaksanaan Diet
1. Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat
dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi
menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran
yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel
kanker.
2. Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari).
3. Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol
tinggi terutama yang terdapat pada daging hewan.
4. Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal
tersebut dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.
5. Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
6. Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.
2.9Komplikasi
13
3. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar
kolon yang menyebabkan hemorragi.
4. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
5. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
6. Pembentukan abses
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
Aktivitas dan istirahat
Gejala : klien mengatakan kurang mampu melaksanakan aktivitas
seperti biasa.
Tanda : kelemahan otot, mudah lelah.
14
b. Pengelompokan Data
Ds :
Klien mengatakan kurang mampu melaksanakan aktivitas seperti
biasa.
Klien mengatakan nafsu makan kurang.
Klien mengatakan berasa mual dan muntah.
Klien mengeluh nyeri pada daerah perutnya.
Klien mengeluh nyeri pada daerah pinggang bagian bawah.
Klien mengatakan terjadi perubahan kebiasaan BAB(diare)
Pasien mengatakan haus
Do :
Kelemahan otot.
Mudah lelah
Penurunan berat badan
Anemia
Perut Nampak kembung
Ekspresi waja meringis
Nyeri tekan bagian abdomen
Perasaan tidak enak pada daerah abdomen.
Konstipasi
Nampak darah pada tinja ataupun mucus.
Feses encer
Hemoroid
Penurunan turgor kulit
Membran mukosa/kulit kering
15
c. Analisa data
No Data Penyebab Masalah
1. Ds : Iskemia dinding usus Nyeri
Klien
mengeluh Metabolisme aneaerob
nyeri pada
daerah Membentukan as.laktat
perutnya
Klien Pelepasan mediator
mengeluh kimia(bradikinin,
nyeri pada histamine,prostaglandin)
daerah
pingang Modulasi,transduksi,
bagian bawah transmisi,persesi
Do :
Perut Nampak
Nosiseptor
kembung
Ekspresi
Cortex cerebri
wajah
meringis
Saraf efferent
Nyeri tekan
pada abdomen
Nyeri
Perasaan tidak
enak pada
abdomen
2 Ds : Persyarafan yang tidak Perubahan
Klien sempurna pada usus nutrsi kurang
mengatakan aganglionik dari kebutuhan
nafsu makan tubuh
berkurang Menurun peristaltic usus
16
Klien
mengatakan
mual muntah Obstruksi
Do :
Kelemahan Distensi abdomen
otot
Penurunan Perut terasa penuh
berat badan
Perut Nampak Muntah berwarna hijau
kembung
Anoreksia
Intake nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
3. Ds: Ca –colon rectal Perubahan
Klien eleminasi
mengataan Tumbuh kedalam lumen
terjadi usus
perubahan
kebiasaan Sebagai cincin anular
BAB(diare)
Do : Tekanan pada usus
Kontipasi
Hemoroid Penyempitan lumen
Feses encer usus
Nampak darah
pada tinja
Obstruksi usus
ataupun mucus
Iritasi usus
Respon reflek defekasi
17
Diare
Perubahan eliminasi
4. Ds : Ca Colorektum Resti
Pasien kekurangan
mengatakan Inflamasi jaringan volume cairan
haus
Do : Kehilangan fungsi kolon
Penurunan
turgor kulit Gangguan absorbsi
Membran cairan
mukosa/kulit
kering Resti kekurangan
volume cairan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubugan dengan kerusakan jaringan kulit d.d
Ds :
Klien mengeluh nyeri pada daerah perutnya
Klien mengeluh nyeri pada daerah pingang bagian bawah
Do :
18
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia d.d
Ds :
Klien mengatakan nafsu makan berkurang
Klien mengatakan mual muntah
Do :
Kelemahan otot
Penurunan berat badan
Perut Nampak kembung
c. Gangguan eliminasi : konstipasi/ diare berhubungan dengan petempatan
ostomi pada kolon sigmoid atau desenden d.d
Ds:
Klien mengataan terjadi perubahan kebiasaan BAB(diare)
Do :
Kontipasi
Hemoroid
Feses encer
Nampak darah pada tinja ataupun mucus
d. Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan ganguan absorbsi
cairan d.d
Ds :
Pasien mengatakan haus
Do :
Penurunan turgor kulit
Membran mukosa/kulit kering
19
3. Perencanaan
18
Nyeri tekan pada dini. Hindari posisi
abdomen duduk lama.
Perasaan tidak enak 4. Observasi tanda-tanda 4. Nyeri hebat ditandai
pada abdomen vital. dengan peningkatan TD
dan nadi.
B. Kolaborasi B. Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan 1. Therapi analgetik
dokter dalam menurunkan ambang rasa
pemberian therapy nyeri
analgetika.
2. Perubahan nutrisi kurang Tujuan : A. Mandiri A. Mandiri
dari kebutuhan tubuh Setelah diberikan tindakan 1. lakukan pengkajian 1. Mengidentifikasi
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 nutrisi dengan kekurangan/kebutuhan
anoreksia lama / gangguan jam ganguan nutrisi seksama. membantu memilih
masukan saat praoperasi d.d teratasi. intervensi.
Ds : 2. Auskultasi bising 2. Kembalinya fungsi usus
Klien mengatakan Kriteria Hasil : usus. menunjukkan kesiapan
nafsu makan Nafsu makan untuk memulai makan lagi.
berkurang meningkat
19
Klien mengatakan Berat badab normal 3. Mulai dengan 3. Menurunkan insiden kram
mual muntah Porsi makan makanan cair abdomen, mual.
Do : dihabiskan perlahan.
Kelemahan otot 4. Anjurkan pasien 4. Dapat membantu
Penurunan berat meningkatkan menurunkan
badan penggunaan yogurt pembentukkan bau.
Perut Nampak dan mentega susu.
kembung B. Kolaborasi B. Kolaborasi
1. Konsul dengah ahli 1. Membantu mengkaji
gizi mengenai diet. kebutuhan nutrisi pasien
dalam penambahan
pencernaan dan fungsi
usus.
2. Tingkatkan diet dari 2. Diet rendah sisa dapat
cair sampai makanan dipertahankan selama 6-8
rendah residu bila minggu pertama untuk
masukan oral dimulai. memberikan waktu yang
adekuat untuk
penyembuhan usus.
20
3. Berikan makanan 3. Pada kelemahan/tidak
central/parenteral bila toleran pada masukan per
diindikasikan. oral hiperlimentasi
digunakan menamah
kebutuhan komponen pada
penyembuhan dan
mencegah status
katabolisme.
3. Gangguan eliminasi : Tujuan : A. Mandiri A. Mandiri
konstipasi/ diare Setelah dialkukan tindakan 1. Pastikan kebiasaan 1. Membantu bila
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 defekasi pasien dan pembentukan jadwal
petempatan ostomi pada jam gangguan eleminasi gaya hidup irigasi efektif untuk pasien
kolon sigmoid atau teratasi. sebelumnya. dengan kolostomi.
desenden d.d B. Kolaborasi B. Kolaborasi
Ds: Kriteria Hasil : 1. Tinjau ulang pola diet 1. Masukan adekuat dari serat
Klien mengataan Pola eleminasi dan jumlah/tipe dan makanan kasar
terjadi perubahan sesuai kebutuhan masukan cairan. membuatkan buk, dan
kebiasaan fisik dan gaya hidup cairanadalah factor
BAB(diare) dengan ketepatan pentingdalam menentukan
21
Do : jumlah dan konsistensi feses.
Kontipasi konsistensinya. 2. Libatkan pasien dalam 2. Rehabilitasi dapat
Hemoroid perawatan ostomi dipermudah dengan
Feses encer secara bertahap. mendorong pasien mandiri
Nampak darah pada dan terkontrol.
tinja ataupun mucus.
4. Resti kekurangan volume Tujuan : A. Mandiri A. Mandiri
cairan berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Awasi masukan dan 1. Memberikan indikator
ganguan absorbsi cairan d.d keperawatan selama 3x24 keluaran dengan langsung keseimbangan
Ds : jam diharapkan cermat, ukur feses cair. cairan.
Pasien mengatakan kekurangan volume cairan 2. Palpasi nadi perifer. 2. Memberikan informasi
haus tidak terjadi. Evaluasi pengisian tentang volume sirkulasi
Do : kapiler, turgor kulit dan umum dan tingkat hidrasi.
Penurunan turgor Kriteria Hasil : status membran
kulit Menunjukkan mukosa.
Membran ketidakseimbangan 3. Ukur berat badan tiap 3. Indicator cairan dan status
mukosa/kulit kering adekuat dengan hari. nutrisi.
bukti membran 4. Berikan cairan IV dan 4. Dapat diperlukan untuk
mukosa lembab elektrolit sesuai mempertahankan perfusi
22
Turgor kulit baik indikasi. jaringan adekuat/fungsi
TTV stabil organ.
Pengisian kapiler
baik.
23
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Kanker colon adalah suatu kanker yang berada di colon (usus). Kanker ini
penyebab ketiga kematian pada laki-laki. Penyakit ini termasuk penyakit yang
mematikan karena penyakit ini sering tidak diketahui sampai tingkat yang
lebih parah. Penyebab kanker colon ini masih belum diketahui kepastiannya
tetapi makanan dan gaya hidup yang tidak baik dapat memicu keganasan
kanker ini.
3.2Saran
24
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
https://www.slideshare.net/septianraha/ca-kolon
25