Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEPERAWATAN INTENSIVE

“KONSEP KEKRITISAN GINJAL”

OLEH KEL. 3 :

PRODI S1 KEPERAWATAN

STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG

2019
Bismillahirrahmanirrahim,
Segala puji bagi Allah yang menguasai seluruh alam . Shalawat serta
salam semoga dilimpahkan kepada Uswatun Hasanah kita, Rasulullah saw kepada
seluruh para sahabatnya beserta umatnya yang senantiasa mematuhi perintahnya.
Dengan hidayah dan taufik – Nya kami dapat menyusun makalah yang berisi
“Konsep Kekritisan Ginjal”
Kami menyadari , bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kelemahan yang disebabkan oleh ketebatasan lmu dan
kemampuan kami. Namun penyusun tetap berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Padang , 11 Januari 2020

Kelompok 3

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR .......................................................................................................i


DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2

C. Tujuan Masalah ................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A.Teori Model Keperawatan Transcultural in Nursing ......................................... 3

B. Proses Keperawatan Transcultural .................................................................... 7

C.Gambaran Masyarakat dengan Kasus yang Berhubungan dengan


Transcultural Nursing ..................................................................................... 10

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 14

B. Saran ..................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 15


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makalah ini memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang konsep


anatomi dan fisiologi GINJAL manusia.Kelangsungan hidup secara normal
tergantung pada pemeliharaan konsentrasi garam,asam dan elektrolit lain di
lingkungan cairan internal dan pengeluaran zat sisa metabolisme tubuh. Untuk
mempertahankan homeostatis ekskresi air dan elektrolit sesuai dengan asupan.
Melebihi ekskresi jumlah zat dalam tubuh akan mengikat. Jika asupan kurang dari
ekskresi jumlah zat dalam tubuh akan berkurang. Kapasitas ginjal untuk
mengubah ekskresi natrium sebagai respons terhadap perubahan asupan natrium
sangat besar. Ini menunjukkan bahwa pada manusia normal natrium dapat
ditingkatkan. Hal ini sesuai untuk air dan kebanyakan elektrolit lainnya, seperti
klorida, kalium, kalsium, hidrogen, magnesium dan fosfat.
Secara anatomi,Ginjal berbentuk seperti kacang koro dengan warna merah
coklat dan berjumlah dua buah.Kedua ginjal terlitak diposterior dari rongga
abdomen,disebelah lateral kolumna vertebralis,retroperitoneal,diselubungi oleh
jaringan lemak dan jaringan ikat kendor.Ginjal kiri terletak lebih tinggi dari ginjal
sebelah kanan.Perbedaan ini disebabkan karena hepar diatas ginjal kanan sehingga
ginjal dekstra lebih rendah.Berat ginjal pria sekitar 125 – 170 gram dan ginjal
wanita 115-155 gram.Bagian bagian permukaan ginjal antara lain:fascies
anteriir,fascies posterior,margo lateralis,margo medialis,polus kranialis dan polus
kandialis.
Secara fisiologis ginjal berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan
asam basa didalam daraah dengan jalan membuang metabolit dan bahan bahan
yang tidak berguna lagi dalam daraah.Mula mula penyaringan dari darah
dilakukan pada glomerulus kemudian diulangi di tubulus I (Tubulus Proksimalis)
sehinggga terdapat keseimbangan garam garam dalam darah.Hasil ahkir
penyaringan tersebut adalah urine yang keluar dari ureter.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana anatomi fisiologi ginjal?


2. Bagaimana keterampilan pengkajian pada pasien dengan kekritisan ginjal?
3. Bagaimana terapi modalitas untuk kekritisan ginjal?
4. Apa saja kekritisan system ginjal!

C. Tujuan

Makalah ini dibuat dengan tujuan antara lain:


1. Sebagai tugas mata kuliah keperawatan intensive
2. Menjelaskan anatomi fisiologi ginjal
3. Menjelaskan keterampilan pengkajian pada pasien dengan kekritisan ginjal
4. Menjelaskan terapi modalitas untuk kekritisan ginjal
5. Menjelaskan apa saja kekritisan system ginjal
BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi Ginjal

Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip


kacang. Sebagai bagian dari sistem urine, ginjal berfungsi menyaring kotoran
(terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam
bentuk urin. Cabang dari kedokteran yang mempelajari ginjal dan penyakitnya
disebut nefrologi.

Ginjal berjumlah 2 buah, berat + 150 gr (125 – 170 gr pada Laki-laki, 115
– 155 gr pada perempuan); panjang 5 – 7,5 cm; tebal 2,5 – 3
cm.Letakretroperitoneal sebelah dorsal cavum abdominale, ginjal kiri bagian
atas V.Lumbal I, bagian bawah V.Lumbal IV pada posisi berdiri letak ginjal
kanan lebih rendah.
 Struktur Ginjal
Bila dibuat irisan memanjang dari medial ke lateral tampak dua bagian
Cortex/substantia kortekalis sebelah luar dan medulla/substantia medullaris
sebelah dalam.
a. Corteks
1) Tampak agak pucat
2) Terdapat :
 Corpusculi Renalis/korpus renalis/Malpighi (glomerulus dan kapsul
Bowman)
 Tubuli Contorti
 Permulaan Tubulus Collectus
 Tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus distalis.

b. Medulla
Terdiri dari 9-14 bangunan berbentuk piramid disebut Piramid Renalis,
ujung piramid akan menjadi Colix Minor, beberapa Colix Minor bergabung
menjadi Colix Major, beberapa Colix Major bergabung menjadi Pelvis Renalis
dan berlanjut sebagai ureter. Di dalamnya terdiri dari tubulus rektus, lengkung
Henle/Ansa Henle, sebagian pars descendens dan pars ascendens tubulus
Henle dan tubulus pengumpul (ductus colligent).

c. Nefron
Unit fungsional ginjal disebut nefron. Secara mikroskopis ginjal terdiri
dari Nefron berjumlah + 2,4 Juta. Nefron terdiri dari :
 Glomerolus, dimana terjadi proses filtrasi
 Tubulus, dimana cairan filtrasi diubah menjadi urin
Tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle, tubulus kontortus distal yang
bermuara pada tubulus pengumpul(ductus colligent). Di sekeliling tubulus ginjal
tersebut terdapat pembuluh kapiler, yaitu arteriol (yang membawa darah dari dan
menuju glomerulus) serta kapiler peritubulus (yang memperdarahi jaringan
ginjal).
Secara morfologis, ada 2 macam nefron:
 Nefron Cortical
Terdapat di 2/3 bagian luar Cortex, +85% jumlah Nefron mempunyai
Loop Henle pendek dikelilingi kapiler disebut Peritubuler Kapiler, atau degan
kata lain nefron di mana korpus renalisnya terletak di korteks yang relatif jauh
dari medula serta hanya sedikit saja bagian lengkung Henle yang terbenam pada
medula.
 Nefon Juxta Medullary
Dekat ke arah Medulla + 15% dari Nefron. Glomerolus lebih besar, loop
Henle lebih panjang dikelilingi kapiler peritubulus disebut Vasa Retca atau
dengan kata lain, nefron di mana korpus renalisnya terletak di tepi medula,
memiliki lengkung Henle yang terbenam jauh ke dalam medula dan pembuluh-
pembuluh darah panjang dan lurus yang disebut sebagai vasa rekta.
1) Glomerolus
Renalis memvascularisasi ginjal setelah bercabang-cabang akhirnya
menuju masing-masing Nefron dalam bentuk Arteriolle Afferent dan memasuki
tubulus yang mengalami invagensesi yang disebut Capsula Bowmani dan
membentuk kapiler. Capsula Bowmani dan capiler ini disebut Glomerolus.
Capiler ini meninggalkan Glomerolus dan membentuk Arteriolle Efferent,
Arteriolle Efferent ini membentuk kapiler yang mengelilingi tubulus
2) Tubulus Ginjal
Setelah mengalami filtrasi, cairan akan ditampung dan mengalami
berbagai proses di tubulus ginjal.
 Tubulus Proximalis
Menampung hasil filtrasi Glomerolus, berkelok-kelok disebut
Tubulus Contortus Proximalis
 Loop of Henle : kelanjutan tubulus proximalis tidak berkelok, terdiri dari :
a. Pars Descenden, dibagi bagian tebal dan tipis
b. Pars Ascenden, dibagi 2 bagin tebal dan tipis
c. Ansa Henle : pertemuan pars Ascenden dan Descenden
berupa lengkungan.
 Tubulus Distalis, berkelok-kelok dan berakhir menjadi Tubulus
Arcuatus yang bermuara ke dalam Tubulus Colectivus bergabung
menjadi Ductus Papillaris Bellini dan menjadi Calix Minor
 Aparatus Justa Glomerolus merupakan sel ginjal yang
menghasilkan Renin. Sel ini terdapat pada epithel tunik, media arteriole
afferent di tempat arteriole ini memasuki glomerolus.

d. Ureter
1) Terdiri dari 2 pipa yang masing-masing bersambung dari ginjal ke kandung
kemih.
2) Lapisan dinding ureter terdiri dari :
 Lapisan luar (Jaringan ikat/fibrosa)
 Lapisan tengah (otot polos)
3) Lapisan dinding ureter terjadi gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang
mendorong urine melalui ureter.
4) Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil
penyaringan ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju
vesica urinaria. Terdapat sepasang ureter yang terletak retroperitoneal (organ
pencernaan berada posterior dari peritoneum parieta ; pankreas, ginjal,
sebagian duodenum dan kolon, serta aorta abdominal.), masing-masing satu
untuk setiap ginjal.
e. Vesika Urinaria/Kandung kemih/ Buli-buli
1) Sebuah kantung dengan otot yang mulus dan berfungsi sebagai penampung air
seni yang berubah-ubah, untuk selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan
eksternal tubuh melalui mekanisme relaksasi sphincter. Karenanya kandung
kemih dapat mengembang dan mengempis.
2) Vesica urinaria terletak di lantai pelvis (pelvic floor), bersama-sama dengan
organ lain seperti rektum, organ reproduksi, bagian usus halus, serta pembuluh-
pembuluh darah, limfatik dan saraf.
f. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung
kemih. Berfungsi menyalurkan air kemih keluar.
Dalam anatomi, uretra adalah saluran yang menghubungkan kantung kemih ke
lingkungan luar tubuh. Uretra berfungsi sebagai saluran pembuang baik pada
sistem kemih atau ekskresi dan sistem seksual. Pada pria, berfungsi juga dalam
sistem reproduksi.

B. Fisiologi Ginjal
1. Fungsi Ginjal :
a. Ginjal mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan komposisi air dalam darah.
b. Ginjal mempertahankan pH plasma darah pada kisaran 7,4 melalui pertukaran
ion hidronium dan hidroksil. Akibatnya, urin yang dihasilkan dapat bersifat asam
pada pH 5 atau alkalis pada pH 8.
c. Kadar ion natrium dikendalikan melalui sebuah proses homeostasis yang
melibatkan aldosteron untuk meningkatkan penyerapan ion natrium pada tubulus
konvulasi.
d. Kenaikan atau penurunan tekanan osmotik darah karena kelebihan atau
kekurangan air akan segera dideteksi oleh hipotalamus yang akan memberi sinyal
pada kelenjar pituitari dengan umpan balik negatif. Kelenjar pituitari mensekresi
hormon antidiuretik (vasopresin, untuk menekan sekresi air) sehingga terjadi
perubahan tingkat absorpsi air pada tubulus ginjal. Akibatnya konsentrasi cairan
jaringan akan kembali menjadi 98%.
2. Mekanisme dasar fungsi ginjal
Pada dasarnya fungsi utama ialah membersihkan plasma darah dari zat-zat
yang tidak berguna bagi tubuh dengan cara :
a. Filtrasi
1) Proses pembentukan urin diawali dengan penyaringan darah yang terjadi di
kapiler glomerulus. Sel-sel kapiler glomerulus yang berpori (podosit), tekanan dan
permeabilitas yang tinggi pada glomerulus mempermudah proses penyaringan.
2) Selain penyaringan, di glomelurus juga terjadi penyerapan kembali sel-sel
darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil yang
terlarut di dalam plasma darah, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium,
klorida, bikarbonat dan urea dapat melewati saringan dan menjadi bagian dari
endapan.
3) Hasil penyaringan di glomerulus disebut filtrat glomerolus atau urin primer,
mengandung asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya
b. Reabsorbsi
Mekanisme reabsorbsi:
Bahan-bahan yang masih diperlukan di dalam urin pimer akan diserap kembali di
tubulus kontortus proksimal, sedangkan di tubulus kontortus distal terjadi
penambahan zat-zat sisa dan urea. Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua
cara. Gula dan asam amino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air
melalui peristiwa osmosis. Penyerapan air terjadi pada tubulus proksimal dan
tubulus distal. Substansi yang masih diperlukan seperti glukosa dan asam amino
dikembalikan ke darah. Zat amonia, obat-obatan seperti penisilin, kelebihan
garam dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan bersama urin. Setelah terjadi
reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder, zat-zat yang masih
diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa
metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya urea.
c. Sekresi
Sekresi tubular melibatkan transfor aktif molekul-molekul dari aliran
darah melalui tubulus kedalam filtrat. Banyak substansi yang disekresi
tidak terjadi secara alamiah dalam tubuh (misalnya penisilin). Substansi yang
secara alamiah terjadi dalam tubuh termasuk asam urat dan kalium serta ion-ion
hidrogen.
d. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di
tubulus kontortus distal. Urine yg telah terbentuk (urine sekunder), dari tubulus
kontortus distal akan turun menuju saluran pengumpul (duktus
kolektivus), selanjutnya urine dibawa ke pelvis renalis. Dari pelvis renalis, urine
mengalir melalui ureter menuju vesika urinaria (kantong kemih) yang merupakan
tempat penyimpanan sementara bagi urine. Jika kantong kemih telah penuh terisi
urin, dinding kantong kemih akan tertekan sehingga timbul rasa ingin buang air
kecil. Urin akan keluar melalui uretra. Komposisi urine yang dikeluarkan meliputi
air, garam, urea, dan sisa substansi lainnya seperti pigmen empedu yang berfungsi
memberi warna dan bau pada urine. Warna urine setiap orang berbeda dan
biasanya dipengaruhi oleh jenis makanan yang dikonsumsi, aktivitas yang
dilakukan, ataupun penyakit. Warna normal urine adalah bening hingga kuning
pucat.
Hal-hal yang mempengaruhi produksi urine:
1. Jumlah air yang diminum
Jika seseorang banyak minum air maka kosentrasi protein darah akan turun. Darah
menjadi terlalu encer, sehingga sekresi ADH terhalang. Maka penyerapan air oleh
dinding tubulus kurang efektif, sehingga, terbentuk urin yang banyak.Dan Apabila
kita tidak minum air seharian, maka konsentrasi (kadar) air dalam darah menjadi
rendah. Hal ini akan merangsang hipofisis mengeluarkan ADH. Hormon ini akan
meningkatkan reabsorpsi air di ginjal sehingga volume urine menurun.
2. Hormone Anti Deuretik
Hormon ini dihasilkan kelenjar hipofisis bagian posterior.
Sekresi ADH dikendalikan oleh konsentrasi air dalam darah.Hormon antidiuretik
mempengaruhi proses penyerapan air oleh dinding tubulus. Bila
sekresi ADH banyak, penyerapan air oleh dinding tubulus akan meningkat,
sehingga urin yang terbentuk sedikit. Sebaliknya jika sekresi ADH kurang, maka
penyerapan air oleh dinding tubulus menurun, sehingga dihasilkan banyak urin.
3. Suhu
Jumlah dan type makanan merupakan faktor Ketika suhu panas atau banyak
mengeluarkan keringat, konsentrasi air dalam darah turun mengakibatkan
sekresi ADH meningkat sehingga urin yang di hasilkan sedikit. Sebaliknya jika
suhu udara dingin konsentrasi air dalam darah naik sehingga menghalangi
sekresi ADH maka produksi urin banyak.
4. Diet dan intake
Jumlah dan type makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi output
urine, seperti protein dan sodium mempengaruhi jumlah urine yang keluar, kopi
meningkatkan pembentukan urine intake cairan dari kebutuhan, akibatnya output
urine lebih banyak.
5. Saraf,rangsang saraf renalis akan menyempitkan arteriole aferent,aliran darah
berkurang,filtrasi kurang afektif,urine sedikit.
6. Stress dan emosi dapat menimbulkan produksi urine menjadi meningkat.
C. Keterampilan Pengkajian pada Pasien dengan Kekritisan Ginjal

Anda mungkin juga menyukai