Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI PADA LANSIA

DISUSUN OLEH :

1. ANITA MITRIANA P (NPM. 1926010030)


2. PUTRI VIONA SARI (NPM. 1926010036)
3. JULIA NUR ISNI (NPM. 1926010033)

Dosen Pengampu:

Ns. Hanifah, S.Kep.,M.Kep.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

TRI MANDIRI SAKTI

BENGKULU

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas nikmat yang
diberikan khususnya nikmat kesehatan, sehingga penulis lancar dalam
menuangkan ide-ide untuk menyelesaikan makalah berjudul “Asuhan
Keperawatan Hipertensi Pada Lansia”. Sholawat serta salam tidak lupa
penulis sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah
membawa kita semua ke alam yang penuh dengan pengetahuan, sehingga
pada saat ini penulis dapat mengerti dan memahami dalam penyusunan
makalah ini.

Makalah ini dibuat dalam rangka proses pembelajaran sekaligus


untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan gerontik. Di dalam
makalah ini akan dibahas sebuah materi “Asuhan Keperawatan Hipertensi
Pada Lansia”.

Dalam proses pembuatan makalah ini penulis mengucapkan


terimakasih kepada dosen pengampu Ns. Hanifah, S.Kep.,M. Kep, yang
telah sudi meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan dalam
pembuatan makalah ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan
tepat waktu.

Bengkulu , 22 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR ...................................................................................ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan masalah.................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar.........................................................................................3
1. Definisi..........................................................................................3
2. Etiologi..........................................................................................3
3. Klasifikasi......................................................................................6
4. Patofisiologi...................................................................................6
5. WOC..............................................................................................8
6. Manifestasi klinis...........................................................................9
7. Komplikasi.....................................................................................10

BAB III KONSEP ASKEP TEORITIS

A. Konsep ASKEP Pada Hipertensi..........................................................13


1. Pengkajian.......................................................................................13
2. Diagnosa.........................................................................................16
3. Intervensi........................................................................................22

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................28
B. Saran ....................................................................................................28

iii
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi
masalah kesehatan yang sangat serius saat ini. Hipertensi yang tidak
terkontrol dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6
kali lebih besar terkena penyakit jantung kongestif, dan 3 kali lebih besar
terkena serangan jantung.
Data Global Status Report on Noncommunicable Diseases 2010 dari
World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa jumlah penderita
hipertensi pada negara berkembang mencapai 40%, sedangkan di negara
maju hanya 35%. Penderita hipertensi usia dewasa di kawasan Asia
Tenggara terdiri dari 36%. Menurut perwakilan WHO untuk Indonesia
mengungkapkan bahwa terjadi peningkatan jumlah penderita hipertensi
sebesar 13%, baik pada pria maupun wanita.
Komposisi penduduk tua bertambah dengan pesat baik di negara maju
maupun negara berkembang, hal ini disebabkan oleh penurunan angka
fertilitas (kelahiran) dan mortalitas (kematian), serta peningkatan angka
harapan hidup (life expectancy), yang mengubah struktur penduduk secara
keseluruhan. Proses terjadinya penuaan penduduk dipengaruhi oleh
beberapa faktor, misalnya: peningkatan gizi, sanitasi, pelayanan kesehatan,
hingga kemajuan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang semakin baik.
Secara global populasi lansia diprediksi terus mengalami peningkatan
(Kemenkes RI, 2017).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari
suatu periode. Menurut WHO, batasan tekanan darah yang masih
dianggap normal adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah
≥160/95 mmHg dinyatakan sebagai Hipertensi. Tekanan darah di antara

1
normotensi dan Hipertensi disebut borderline hypertension (Garis Batas
Hipertensi).

B. Rumusan Masalah
1. apa itu hipertensi ?
2. apa Etiologi penyakit hipertensi ?
3. apa saja Klasifikasi hipertensi?
4. bagaimana Patofisiologi penyakit hipertensi?
5. seperti apa WOC hipertensi?
6. bagaimana Manifestasi klinis penyakit hipertensi?
7. apa saja Komplikasi yang ditimbulkan akibat penyakit hipertensi?
8. Bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada lansia dengan penyakit
hipertensi?

C. Tujuan
1. Untuk lebih mengetahui tentang penyakit hipertensi
2. Untuk lebih memahami bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada
lansia dengan penyakit hipertensi

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Teoritis Penyakit


1. Definisi hipertensi dan Lansia
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Penyakit
hipertensi ini tidak selalu beresiko pada penderita penyakit jantung, tetapi
juga beresiko pada penderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal,
dan pembuluh darah dan semakin tinggi tekanan darah, makin besar pula
resikonya (Nurarif, et al., 2015).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90
mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam
keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes.RI, 2014).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang dapat mengakibatkan
angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). Hipertensi
berarti tekanan darah di dalam pembuluh-pembuluh darah sangat tinggi
yang merupakan pengangkut darah dari jantung yang memompa darah
keseluruh jaringan dan organ-organ tubuh (Aryantiningsih & Silaen,
2018).
Lansia adalah seseorang atau kelompok yang usianya telah mengalami
perubahan fisik, biologis, sosial dan psikologis. Perubahan ini akan
memengaruhi semua aspek kehidupan, termasuk kesehatannya (Dewi,
2014).

2. Etiologi
1) Jenis Kelamin
Menurut Triyanto (2014) wanita diketahui mempunyai tekanan darah
yang lebih rendah dibandingkan dengan pria saat berusia 20-30 tahun.

3
Tetapi hipertensi akan lebih mudah menyerang wanita pada saat
berumur 55 tahun lebih, sekitar 60 % menderita hipertensi
berpengaruh pada wanita dan hal ini dikaitkan pada perubahan
hormon setelah menopause yang dialami wanita
2) Usia
Prevalensi penderita hipertensi meningkat sesuai dengan usia sehingga
semakin tua maka akan semakin meningkat tekanan darahnya.
Tekanan darah sistolik meningkat progresif sesuai usia dan lansia
dengan hipertensi merupakan risiko terbesar untuk penyakit
kardiovaskuler (Pikir, 2014)
3) Genetik
Faktor genetik sangat berpengaruh terhadap kesehatan keluarga,
hipertensi pada orang yang memiliki riwayat hipertensi didalam
keluarganya akan lebih beresiko 15-35 %. Hipertensi dapat
disebabkan oleh mutasi gen tunggal yang diturunkan dan dijelaskan
pada hukum mendel (Pikir, 2014).
4) Ras
Orang kulit hitam (Afrika) mengalami perkembangan penyakit
hipertensi lebih cepat satu tahun dari pada orang kulit putih
(Amerika), menurut penelitan yang di laporkan dalam Journal of The
American Heart Association
Faktor risiko hipertensi yang dapat dimodifikasi menurut Pikir (2014)
yaitu:
1) Pendidikan
Hipertensi memiliki hubungan yang terbalik dengan tingkat edukasi,
orang yang memiliki pendidikan tinggi mempunyai informasi tentang
kesehatan termasuk hipertensi dan lebih mudah untuk menerima gaya
hidup yang lebih sehat.
2) Obesitas
Lemak badan mempengaruhi kenaikan tekanan darah, obesitas sendiri
terjadi pada 64 % pasien penderita hipertensi. Obesitas dan hipertensi
memiliki gen yang sama.

4
3) Alkohol
Mengonsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko terkena hipertensi
karena meningkatnya transport kalsium ke dalam sel otot polos dan
melalui peningkatan katekolamin plasma. Terjadinya hipertensi akan
lebih tinggi pada orang yang mengonsumsi alkohol berat akibat
aktivitas simpatetik.
4) Rokok
Rokok menghasilkan nikotin dan karbon monoksida, suatu
vasokontriktor atau penyempitan pembuluh darah yang menyebabkan
terjadinya hipertensi. Merokok meningkatkan tekanan darah karena
juga terjadi peningkatan norepinefrin plasma dari saraf simpatetik.
5) Diet Garam
Konsumsi garam yang berlebih akan membuat tekanan darah menjadi
tinggi oleh karena itu dianjurkan untuk mengubah pola makan dengan
mengurangi asupan garam.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan:
Sugiharto (2007) dalam Masriadi (2016), mengemukakan bahwa
1) hipertensi sekunder
merupakan hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, sering
berhubungan dengan beberapa penyakit misalnya
a. ginjal
b. jantung koroner
c. diabetes
d. kelainan sistem saraf pusat
2) hipertensi primer
menurut Brunner & Suddart, (2015) adalah:
a. gangguan emosi
b. obesitas
c. konsumsi alcohol yang berlebihan
d. kopi
e. obat– obatan
f. faktor keturunan

5
3. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibedakan menjadi 2 kelompok,
yaitu hipertensi primer dan sekunder. Hipertensi primer merupakan
kondisi tekanan darah tinggi yang tidak diketahui penyebab pastinya,
sebaliknya hipertensi sekunder terjadi karena ada penyakit lain yang
mendasari. Hipertensi memiliki klasifikasi sebagai berikut:
1. Optimal, di mana tekanan darah sistolik <120 mmHg dan diastolik <
80 mmHg
2. Normal di mana tekanan darah sistolik 120- 129 mmHg dan diastolik
80-84 mmHg
3. High normal di mana tekanan darah sistolik 130-139 mmHg dan
diastolik 85-89 mmHg
4. Prahipertensi, di mana tekanan darah sistolik 120 – 139 mmHg dan
diastolik mencapai 80 – 89 mmHg.
5. Hipertensi tingkat 1, yaitu tekanan darah sistolik 140 – 159 mmHg
dan diastolik 90 – 99 mmHg.
6. Hipertensi tingkat 2, yang ditandai dengan tekanan sistolik > 160
mmHg dan diastolik > 100 mmHg. Penderita biasanya sudah mulai
mengalami kerusakan organ tubuh dan kelainan kardiovaskular.
7. Hipertensi krisis, yakni tekanan darah yang telah melebihi 180/120
mmHg.

4. Patofisiologi
Hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor seperti umur
(menyebabkan elastisitas dan arterioskleorosis), jenis kelamin, gaya
hidup, obesitas. Hipertensi mengakibatkan kerusakan vaskuler pembuluh
darah (menimbulkan perubahan status kesehatan akibat paparan informasi
kurang sehingga meimbulkan masalah defisit pengatahuan, dan anesietas),
terjadi perubahan struktur, penyumbatan pembuluh darah, vasokontriksi
dan gangguan sirkulasi yang mengakibatkan gangguan otak, pada
gangguan otak menyebabkan resitensi pembuluh darah otak sehingga bisa

6
menimbulakan nyeri akut, suplai O2 otak menurun dan terjadi sinkop dan
menjadi perfusi perifer tidak aktif. Gangguan sirkulasi pada ginjal
menurun ke vasokontriksi pembuluh darah di ginjal atau penyempitan
pembuluh darah yang mengakibatkan blood flow aliran darah menurun
yang berdampak pada respon RAA, rangsangan aldesteron, Retensi Na
dan edema yang menyebabkan terjadinaya hipervolemia. Gangguan
sirkulasi pembuluh darah dibagi menjadi 2 yaitu sistemik dan koroner.
Pada sistemik Vasokontriksi yaitu penyempitan pembuluh darah dan
menyebabkan afterload meningkat dan menyebabkan resiko tinggi
penurunan curah jantung, fatique (kelelahan), itoleransi aktivitas
sedangkan pada koroner menyebabkan iskemi miokard yaitu kondisi yang
muncul ketika aliran darah ke jantung berkurang mengakibatkan nyeri
akut, serta gangguan retina terjadi spasme arteriol, diplopia sehingga
menimbulkan masalah resiko jatuh.

7
5. WOC

Umur Jenis Gaya Obesitas


Kelamin Hidup

Elastisitas Arteriosklerosis

hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan
Perubahan struktur
status kesehatan

Penyumbatan pembuluh darah


Ansietas
vasokontriksi

Gangguan sirkulasi

Ginjal Pembuluh darah Retina


Otak

Pasokontriksi
koroner Spasme
pembuluh darah sistemik
arteriol
Resitensi Suplai O2 ginjal
pembuluh otak vasokont Iskemi
darah otak menurun Blood flow aliran miokard Diplopia
riksi
darah menurun
sinkop Afterload Resiko jatuh
Nyeri akut Respon RAA meningkat
Perfusi Nyeri akut
Rangsang aldestron
perifer
Resiko
tidak
Cidera Paparan
efektif Retensi Na
Resiko fatique informasi
Edema tinggi kurang
penuruna
Intoleransi
n curah Defisit
hipervolemia aktivitas
jantung pengetahuan
n
8
6. Manifestasi Klinis
Gejala Hipertensi Menurut Kemenkes RI (2017) tidak semua
penderita hipertensi memiliki gejala secara tampak, mayoritas dari
penderitanya mengetahui menderita hipertensi setelah melakukan
pemeriksaan pada fasilitas kesehatan baik primer maupun sekunder. Hal
ini pula yang mengakibatkan hipertensi dikenal dengan sebutan the silent
killer.
Menurut Irianto (2014) penyakit hipertensi jarang menunjukan tanda
dan gejala kepada penderitanya dan untuk pengenalannya biasanya dapat
melalui skrining atau saat mencari penanganan medis untuk masalah
kesehatan yang tidak berkaitan. Beberapa orang penderita darah tinggi
mengeluhkan bahwa sering sakit kepala yang terjadi pada bagian
belakang kepala dan sering muncul pada pagi hari.
Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016),
tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi 2:
1. Tidak ada gejala.
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan
pernah terdiagnosa jika tekanan darah tidak teratur.
2. Gejala yang lazim.
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis. Beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah

9
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun

7. Komplikasi
Komplikasi dari hipertensi adalah stroke, penyakit jantung, infark
miokard, gagal ginjal dan kebutaan (Kemenkes RI, 2018). Hasil riset
Institute for Health Metrics and Evaluation tahun 2017, stroke merupakan
penyebab kematian pertama di Indonesia, diikuti dengan penyakit jantung
iskemik, diabetes, tuberkulosa, sirosis, diare, PPOK, alzheimer, infeksi
saluran napas bawah dan gangguan neonatal serta kecelakaan lalu lintas
(IHME, 2017).
Komplikasi penyakit hipertensi pada lansia yaitu:
1) Penyakit ginjal
Salah satu komplikasi yang muncul akibat hipertensi pada lansia yaitu
penyakit ginjal. Hal ini karena ginjal memiliki fungsi dalam
menyaring darah. Dalam hal ini hipertensi dapat membuat pembuluh
darah menjadi rusak, sehingga ginjal akan mengalami kesulitan dalam
menyaring zat yang tidak diperlukan tubuh. Oleh karena itu, hipertensi
yang tidak terkontrol akan menyebabkan penyakit ginjal dan gagal
ginjal. Bahkan hipertensi menjadi penyebab kedua seseorang
mengalami penyakit ginjal.
2) Gangguan jantung
Selain ginjal, hipertensi juga dapat menyebabkan berbagai gangguan
pada jantung. Beberapa gangguan jantung yang disebabkan oleh
hipertensi yaitu jantung koroner, serangan jantung, gagal jantung dan
pembesaran jantung sebelah kiri. Hal ini terjadi karena hipertensi
dapat menyebabkan pembuluh darah menjadi rusak sehingga aliran
darah menuju jantung menjadi terhalang. Aliran darah yang terhalang
ini dapat menyebabkan detak jantung menjadi tidak teratur dan
memaksa jantung memompa darah lebih keras. 
3) Gangguan otak

10
Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan pembuluh darah
pada otak menjadi tersumbat bahkan pecah. Hal ini tentunya akan
menyebabkan terjadinya gangguan persediaan darah dan oksigen di
otak sehingga memicu sel-sel di otak menjadi mati.
4) Beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya tekanan
darah tinggi yaitu usia lanjut dan adanya riwayat tekanan darah tinggi
dalam keluarga, obesitas, kadar garam tinggi, dan kebiasaan hidup
seperti merokok dan minuman beralkohol. Selain itu juga terdapat
faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi
yaitu kelebihan berat badan yang diikuti dengan kurangnya
berolahraga, serta mengonsumsi makanan yang berlemak dan
berkadar garam tinggi. (Haswan 2017)
Adapun komplikasi yang bisa ditimbulkan oleh penyakit hipertensi adalah:
a. Aterosklerosis.
Tekanan darah tinggi memicu pengerasan arteri, yang kemudian
disertai dengan penimbunan lemak di dinding pembuluh darah.
Kondisi ini disebut aterosklerosis. Aterosklerosis ini dapat
menimbulkan serangan jantung, stroke, dan penyakit arteri perifer.
b. Diseksi aorta, atau robeknya lapisan dinding dalam aorta.
Diseksi aorta adalah kondisi gawat darurat yang bisa mengancam
nyawa.
c. Terbentuk aneurisma.
Tingginya tekanan darah bisa memicu pembuluh darah melemah dan
melebar. Jika kondisi ini terus berlanjut, pembuluh darah bisa pecah
dan menyebabkan kematian. Aneurisma bisa terbentuk di aorta
(aneurisma aorta) atau di arteri yang ada di otak (aneurisma otak).
d. Demensia vaskuler.
Hipertensi bisa menyebabkan gangguan pada aliran darah ke otak.
e. Gangguan Penglihatan
Penebalan tidak hanya bisa terjadi pada dinding pembuluh darah di
ginjal atau jantung. Nyatanya, pembuluh darah yang ada di sekitar
mata juga bisa mengalami penebalan dan menyebabkan pengidap

11
hipertensi mungkin akan mengalami gangguan penglihatan, bahkan
kehilangan kemampuan untuk melihat.
f. Perubahan Kognitif
Naiknya tekanan darah yang terjadi secara terus menerus juga bisa
memengaruhi kemampuan kognitif seseorang. Hipertensi bisa
memunculkan komplikasi berupa menurunnya kemampuan otak, sulit
untuk fokus, dan sulit mengingat sesuatu.
g. Berujung Kematian
Komplikasi hipertensi lainnya bahkan bisa memicu kematian. Sebab,
tingginya tekanan darah seseorang bisa menyebabkan pembuluh darah
melemah dan melebar. Jika hal ini dibiarkan terjadi secara terus
menerus maka pembuluh darah bisa saja pecah dan menyebabkan
kematian.

12
BAB III
ASKEP TEORITIS

A. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi


1. Pengkajian keperawatan
a. Identitas klien
- Identitas klien Meliputi : Nama, umur, tempat tanggal lahir,
jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status
perkawinan, tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor register,
dan diagnosa medik.
- Identitas Penanggung Jawab Meliputi : Nama, umur, jenis
kelamin, alamat, pekerjaan, serta status hubungan dengan pasien
b. Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah,
palpitasi, pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah
lelah, dan impotensi.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan
pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Keluhan lain yang
menyerta biasanya : sakit kepala , pusing, penglihatan buram,
mual ,detak jantung tak teratur, nyeri dada.
d. Riwayat kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit jantung, penyakit
ginjal, stroke. Penting untuk mengkaji mengenai riwayat pemakaian
obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji didalam keluarga adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit
metabolik, penyakit menular seperi TBC, HIV, infeksi saluran kemih,
dan penyakit menurun seperti diabetes militus, asma, dan lain-lain
f. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,

13
takipnea
g. Sirkulasi
Gejala :
- Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/
katup dan penyakit serebrovaskuler
- Episode palpitasi
Tanda :
- Peningkatan tekanan darah
- Nadi denyutan jelas dari karotis,ugularis,radialis, takikardia
- Murmur stenosis vulvular
- Distensi vena jugularis
- Kulit pucat,sianosis ,suhu dingin (vasokontriksi perifer)
- Pengisian kapiler mungkin lambat / tertunda
h. Integritas ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress
multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan perhatian,
tangisan meledak, otot uka tegang, menghela nafas, peningkatan pola
bicara.
i. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi) atau riwayat
penyakit ginjal pada masa yang lalu.
j. Makanan / cairan
Gejala :
- Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam,
lemak serta kolesterol
- Mual, muntah dan perubahan berat badan saat ini
(meningkat/turun)
- Riwayat penggunaan diuretic
Tanda :
- Berat badan normal atau obesitas
- Adanya edema

14
- Glikosuria
- Neurosensori
Gejala :
- Keluhan pening / pusing, berdenyut, sakit kepala, suboksipital
(terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah
beberapa jam)
- Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan abur, epistakisi
Tanda :
- Status mental, perubahan keterjagaanm orientasi, pola/ isi bicara,
efek, proses piker
- Penurunan kekuatan genggaman tangan
k. Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala : angina ( penyakit arteri koroner / keterlibatan jantung), sakit
kepala
l. Pernapasan
Gejala :
- Disnea yang berkaitan dari aktivitas/ kerja,
takipnea, ortopnea.
- Batuk dengan / tanpa pembentukan sputum
- Riwayat merokok
Tanda :
- Distress pernapasan / penggunaan otot aksesori pernapasan
- Bunyi napas tambahan (crakles/mengi)
- Sianosis
m. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi/ cara berjalan, hipotensi postural.
n. Pembelajaran / penyuluhan
Gejala :
- Factor risiko keluarga: hipertensi,aterosklerosis, penyakit
jantung, diabetes mellitus.
- Factor lain, seperti orang afrika-amerika, asia tenggara,
penggunaan pil KB atau hormone lain, penggunaan alcohol/obat.

15
o. Rencana pemulangan
Bantuan dengan pemantau diri tekanan darah/ perubahan dalam terapi
obat.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi klien menurut
(Nurarif, 2015) dengan hipertensi :
a. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload
b. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler selebral dan iskemia
c. Kelebihan volume cairan
d. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
e. Ketidakefektifan koping
f. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
g. Resiko cedera
h. Defisiensi pengetahuan
i. Ansietas
Berikut adalah diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien
dengan hipertensi (Nurarif ,2015 dan Tim pokja SDKI DPP PPNI 2017)
:
a. Nyeri akut ( D.0077 )
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab : Agen pencedera fisiologis ( mis : inflamasi, iskemia,
neoplasma).

16
Batasan Karakteristik :
Kriteria Mayor :
a) Subjektif : mengeluh nyeri.
b) Objektif : tampak meringis, bersikap protektif (mis : waspada,
posisi menghindar nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat,
sulit tidur.
Kriteria Minor :
a) Subjektif : tidak ada
b) Objektif : tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafus
makan berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri,
berfokus pada diri sendiri, diaforesis.
Kondisi Klinis Terkait :
1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom koroner akut
5. Glaukoma
b. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009)
Definisi : penurunan sirkulasi darah pada level kalpiler yang dapat
menggangu metabolisme tubuh
Penyebab : peningkatan tekanan darah Batasan Karakteristik :
Kriteria Mayor :
a) Subyektif : (tidak tersedia)
b) Objektif : pengisian kapiler >3 detik, nadi perifer menurun atau
tidak teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat, turgor kulit
menurun.
Kriteria Minor :
a) Subyektif : parastesia , nyeri ekstremitas (klaudikasi intermiten)
b) Objektif : edema, penyembuhan luka lambat, indeks ankle-
brachial <0,90 , bruit femoralis
Kondisi klinis terkait :
1. Tromboflebitis

17
2. Diabetes mellitus
3. Anemia
4. Gagal jantung kongestif
5. Kelainan jantung congenital
6. Thrombosis arteri
7. Varises
8. Thrombosis vena dalam
9. Sindrom kompartemen

c. Hipervolemia (D.0022)
Definisi: peningkatan volume cairan intravaskuler, interstisiel,
dan/atau intraseluler.
Penyebab: gangguan mekanisme regulasi Batasan karakteristik.
Kriteria Mayor :
a) Subyektif : ortopnea , dispnea, paroxysmal nocturnal dyspnea
(PND)
b) Objektif : Edema anasarka dan/atau edema perifer, berat badan
meningkat dalam waktu singkat, jugular venous pressure
(JVP) dan/atau Central Venous pressure (CVP) meningkat ,
refleks hepatojugular positif.
Kriteria Minor :
a) Subyektif : (tidak tersedia)
b) Objektif : Distensi vena jugularis,suara nafas tambahan,
hepatomegali, kadar Hb/Ht turun, oliguria, intake lebih banyak
dari output, kongesti paru.
Batasan karakteristik :
Kondisi klinis terkait :
1. Penyakit ginjal : gagal ginjal akut/ kronis, sindrom nefrotik
2. Hipoalbuminemia
3. Gagal jantung kongesif
4. Kelainan hormone
5. Penyakit hati (mis. Sirosis, asietas, kanker hati )

18
6. Penyakit vena perifer (mis. Varises vena, thrombus vena,
phlebitis)
7. Imobilitas

d. Intoleransi aktivitas (D.0056)


Definisi : ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-
hari
Penyebab : kelemahan. Batasan karakteristik :
Kriteria Mayor :
a) Subyektif : mengeluh lelah
b) Objektif : frekuensi jantung meningkat >20 % dan kondisi
istirahat
Kriteria Minor :
a) Subyektif : dispnea saat / setelah aktivitas , merasa tidak
nyaman setelah beraktivitas , merasa lelah.
b) Objektif : tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat,
gambaran EKG menunjukan aritmia
c) Gambaran EKG menunjukan iskemia
d) Sianosis
Kondisi Klinis Terkait
1. Anemia
2. Gagal jantung kongesif
3. Penyakit jantung koroner
4. Penyakit katup jantung
5. Aritmia
6. Penyakit paru obstruktif kronis ( PPOK)
7. Gangguan metabolic
8. Gangguan musculoskeletal

e. Defisit Pengetahuan ( D.0111)


Definisi : ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang
berkaitan dengan topic tertentu.

19
Penyebab : kurang minat dalam belajar
Batasan karakteristik :
Kriteria Mayor :
a) Subjektif : Menanyakan masalah yang dihadapi
b) Objektif : menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran ,
menunjukan persepsi yang keliru terhadap masalah.
Kriteria Minor :
a) Subjektif : ( tidak tersedia )
b) Objektif : menjalani pemeriksaan yang tidak tepat ,
menunjukan perilaku berlebihan ( mis . apatis, bermusuhan,
agitasi, hysteria )
Kondisi klinis terkait
1. Kondisi klinis ysng baru dihadapi oleh klien
2. Penyakit akut
3. Penyakit kronis

f. Ansietas ( D.0080)
Definisi : kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman.
Penyebab : kurang terpapar informasi. Batasan Karakteristik :
Kriteria Mayor :
a) Subjektif : merasa bingung , merasa khawatir dengan akibat
dari kondisi yang dihadapi , sulit berkonsentrasi.
b) Objektif : tampak gelisah , tampak tegang , sulit tidur .
Kriteria Minor :
a) Subjektif : mengeluh pusing , Anoreksia , palpitasi ,merasa
tidak berdaya.
b) Objektif : freuensi nafas meningkat , frekuensi nadi meningkat,
tekanan darah meningkat , diaphoresis , tremor , muka tampak
pucat , suara bergetar , kontak mata buruk, sering berkemih ,

20
berorrientasi pada masa lalu.
Kondisi Klinis Terkait :
1. Penyakit kronis progresif (mis. Kanker, penyakit autoimun)
2. Penyakit akut
3. Hospitalisasi
4. Rencana operasi
5. Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6. Penyakit neurologis
7. Tahap tumbuh kembang

g. Resiko Penurunan curah Jantung ( D.0011)


Definisi : Beresiko mengalami pemompaan jantung yang tidak
adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolism tubuh.
Factor Risiko :
Perubahan afterload Kondisi Klinis Terkait :
1. Gagal jantung kongesif
2. Sindrom koroner akut
3. Gangguan katup jantung (stenosis/regurgitasi aorta,
pulmonalis, trikupidalis , atau mitralis )
4. Atrial/ventricular septal defect
5. Aritmia

h. Resiko Jatuh ( D.0143)


Definisi : Beresiko mengalami keruskan fisik dan gangguan
kesehatan akibat terjatuh.
Faktor Risiko :
1. Usia ≥65 tahun (pada dewasa ) atau ≤ 2 tahun ( Pada anak)
2. Riwayat jatuh
3. Anggota gerak bawah prosthesis (buatan)
4. Penggunaan alat bantu berjalan
5. Penurunan tingkat kesadaran
6. Perubahan fungsi kognitif

21
7. Lingkungan tidak aman (mis. Licin, gelap, lingkungan asing)
8. Kondisi pasca operasi
9. Hipotensi ortostatik
10. Perubahan kadar glukosa darah
11. Anemia
12. Kekuatan otot menurun
13. Gangguan pendengaran
14. Gangguan kesimbangan
15. Gangguan penglihatan (mis. Glaucoma, katarak,
ablasio, retina, neuritis optikus)
16. Neuropati
17. Efek agen farmakologis (mis. Sedasi, alcohol, anastesi umum)
Kondisi klinis terkait :
1. Osteoporosis
2. Kejang
3. Penyakit sebrovaskuler
4. Katarak
5. Glaucoma
6. Demensia
7. Hipotensi
8. Amputasi
9. Intoksikasi
10. Preeklampsi

3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Sedangkan tindakan
keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh
perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan.
Tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi,
terapeutik, edukasi dan kolaborasi (PPNI, 2018)

22
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) dan Tim pokja SDKI PPNI (2017)
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (mis:iskemia)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
tingkat nyeri menurun
Kriteria hasil : Tingkat nyeri ( L.08066)
1. Pasien mengatakan nyeri berkurang dari skala 7 menjadi 2
2. Pasien menunjukan ekspresi wajah tenang
3. Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
Rencana tindakan : (Manajemen nyeri I.08238
1. Identifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi, frekuensi,
intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
4. Berikan terapi non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis: akupuntur,terapi musik hopnosis, biofeedback, teknik
imajinasi terbimbing,kompres hangat/dingin)
5. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu
ruangan, pencahayaan,kebisingan)
6. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
7. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri
8. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
b. Perfusi perifer tidak efektif b.d peningkatan tekanan darah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
perfusi perifer meningkat
Kriteria hasil : Perfusi perifer (L.02011)
1. Nadi perifer teraba kuat
2. Akral teraba hangat
3. Warna kulit tidak pucat
Rencana tindakan : Pemantauan tanda vital ( I.02060 )
1. Memonitor tekanan darah
2. Memonitor nadi (frekuensi, kekuatan, irama)
3. Memonitor pernapasan (frekuensi, kedalaman)

23
4. Memonitor suhu tubuh
5. Memonitor oksimetri nadi
6. Identifikasi penyebab perubahan tanda vital
7. Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
8. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

c. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
keseimbangan cairan meningkat
Kriteria hasil : ( keseimbangan cairan L. 03020)
1. Terbebas dari edema
2. Haluaran urin meningkat
3. Mampu mengontrol asupan cairan
Rencana tindakan : (Manajemen hipervolemia I.03114)
1. Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis: ortopnes, dipsnea,
edema, JVP/CVP meningkat, suara nafas tambahan)
2. Monitor intake dan output cairan
3. Monitor efek samping diuretik (mis : hipotensi ortortostatik,
hipovolemia, hipokalemia, hiponatremia)
4. Batasi asupan cairan dan garam
5. Anjurkan melapor haluaran urin <0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam
6. Ajarkan cara membatasi cairan
7. Kolaborasi pemberian diuretic

d. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
toleransi aktivitas meningkat
Kriteria hasil : toleransi aktivitas (L.05047)
1. Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari
2. Pasien mampu berpindah tanpa bantuan
3. pasien mengatakan keluhan lemah berkurang
Rencana tindakan : (Manajemen energi I.050178)

24
1. Monitor kelelahan fisik dan emosional
2. Monitor pola dan jam tidur
3. Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus (mis:
cahaya, suara, kunjungan)
4. Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan
5. Anjurkan tirah baring
6. Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
7. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
8. meningkatkan asupan makanan

e. Defisit pengetahuan b.d kurang minat dalam belajar


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat
pengetahuan meningkat
Kriteria Hasil : Tingkat pengetahuan (L.12111)
1. Pasien melakukan sesuai anjuran
2. Pasien tampak mampu menjelaskan kembali materi yang
disampaikan
3. Pasien mengajukan pertanyaan
Rencana Tindakan : Edukasi kesehatan ( I.12383)
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. identifikasi factor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
3. sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
4. jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
5. berikan kesempatan untuk bertanya
6. jelaskan factor risiko yang dapat mempengaruhi
kesehatan
7. ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
8. ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat

f. Ansietas b.d kurang terpapar informasi

25
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
tingkat ansietas menurun
Kriteria hasil : Tingkat ansietas (L.09093)
1. Pasien mengatakan telah memahami penyakitnya
2. Pasien tampak tenang
3. Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
Rencana Tindakan : Reduksi ansietas (I.09314 )
1. identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu,
stressor)
2. gunakan pendekatan yang tenang dan nyaman
3. informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan ,
dan prognosis

g. Resiko penurunan curah jantung d.d perubahan


afterload
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan curah
jantung meningkat
Kriteria hasil : curah jantung ( L.02008)
1. Tanda vital dalam rentang normal
2. Nadi teraba kuat
3. Pasien tidak mengeluh lelah
Rencana tindakan : (Perawatan jantung I.02075)
1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung
(mis: dispnea, kelelahan, edema,ortopnea, paroxymal
nocturnal dyspnea, peningkatan CVP)
2. Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung (
mis: peningkatan berat badan, hepatomegali,distensi vena
jugularis, palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
3. Monitor tekanan darah
4. Monitor intake dan output cairan
5. Monitor keluhan nyeri dada
6. Berikan diet jantung yang sesuai

26
7. Berikan terapi terapi relaksasi untuk mengurangi strees, jika
perlu
8. Anjurkan beraktifitas fisik sesuai toleransi
9. Anjurkan berakitifitas fisik secara bertahap
10. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu

h. Risiko jatuh d.d gangguan penglihatan


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
tingkat jatuh menurun.
Kriteria Hasil : Tingkat jatuh (L.14138)
1. Risiko jatuh dari tempat tidur menurun\
2. Risiko jatuh saat berjalan menurun
3. Risiko jatuh saat berdiri menurun
Rencana Tindakan : Pencegahan jatuh ( I.14540)
1. Identifikasi factor risiko (mis. Usia >65 tahun, penurunan
tingkat kesadaran, defisit kognitif, hipotensi ortostatik.
Gangguan keseimbangan, gangguan penglihatan, neuropati)
2. Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali setiap shift atau sesuai
dengan kebijakan institusi
3. Identifikasi factor lingkungan yang meningkatkan risiko jstuh
(mis. Morse scale, humpty dumpty)
4. Pasang handrail tempat tidur
5. Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan untuk
berpidah.

27
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang menjadi
penyebab utama mortalitas di dunia dan menjadi risiko serangan jantung,
stroke, dan gagal jantung. Komplikasi hipertensi dapat sangat berbahaya
karena tidak disertai gejala apapun, sehingga perlu adanya pengetahuan
penderita hipertensi untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Seorang dikatakan hipertensi jika tekanan darahnya melebihi batas nilai
normal. Hipertensi bisa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: genetik ,
obesitas, stress karena lingkungan, hilangnya elastisitas jaringan dan
arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran pembuluh darah, faktor
keturunan, ciri perseorangan, kebiasaan hidup dan usia.
Komplikasi penyakit hipertensi pada lansia yaitu: penyakit ginjal,
gangguan jantung, gangguan otak, aterosklerosis, diseksi aorta, atau
robeknya lapisan dinding dalam aorta. , terbentuk aneurisma. , demensia
vaskuler, gangguan penglihatan, perubahan kognitif dan bisa berujung
kematian. Beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya
tekanan darah tinggi yaitu usia lanjut dan adanya riwayat tekanan darah
tinggi dalam keluarga, obesitas, kadar garam tinggi, dan kebiasaan hidup
seperti merokok dan minuman beralkohol.

B. Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan harus lebih memahami tentang
pemberian asuhan keperawatan kepada lansia terutama pada pembahasan
makalah ini yaitu asuhan keperawatan hipertensi pada lansia dan semoga
dengan makalah ini bisa menjadi sumber wawasan bagi pembaca tentang

28
penyakit hipertensi meskipun masih banyak kekurangan dalam
pembahasannya.

DAFTAR PUSTAKA

Aryantiningsih, D. S., & Silaen, J. B. (2018). Kejadian Hipertensi Pada


Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru. Jurnal
Ipteks Terapan, 12(1), 64.

Dewi, S. R. (2014).Buku Ajar Keperawatan Gerontik.


Yogyakarta: DEEPUBLISH.

Nurariif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan kepeawatan berdasarkan diagnosa medis


& Nanda Jilid 2.

Nurarif, A.H., & Kusuma, H., (2016). Asuhan Keperawatan Praktis. Yogyakarta:
Mediaction.

Tarigan AR, Zulhaida L, Syarifah. Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Dukungan


Keluarga terhadap Diet Hipertensi di Desa Hulu kecamatan Pancur Batu
Tahun 2016. Jurnal Kesehatan. 2018; 11 (1): 10-1.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta

Kemenkes.RI. (2014).Pusdatin Hipertensi. Infodatin, Hipertensi,


1–7.

29
Kemenkes RI. (2017). Sebagian Besar Penderita Hipertensi Tidak
Menyadarinya. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Pikir BS. (2014) Hipertensi Manajemen Komprehensif. Surabaya: Pusat


Penerbitan dan Percetakan Unair (AUP). p. 1-9.

Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi


Secara Terpadu. Yogyakarta: Graha ilmu.

30
LAMPIRAN

A. Hasil Diskusi Kelompok


Pertanyaan dari Kelompok 5 (Vera Eliza)
1. Bagaimana pencegahan hipertensi pada lansia ?
Jawaban dari (Julia Nur Isni):
 Mengkonsumsi makanan sehat.
 Batasi asupan garam.
 Mengurangi konsumsi kafein.
 Berhenti merokok.
 Berolahraga secara teratur.
 Menjaga berat badan.
 Tidak mengkonsumsi minuman berakohol.

Pertanyaan dari kelompok 3 (Septiana Sundari)

1. Apakah diagnosa yang tepat pada kasus hipertensi pada lansia menurut
kelompok kalian ?
Jawaban dari (Anita Mitriana Puryanti)
 Menurut kelompok kami diagnosa yang paling tepat yaitu : Nyeri
Akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis (Iskemia).

Pertanyaan dari kelompok 4 (Nindia Elisya )

1. Apakah intervnsi yang tepat pada kasus hipertensi pada lansia menurut
klompok kalian ?
Jawaban dari (Putri Viona Sari)

31
 Diagnosa yang diangkat yaitu Nyeri Akut, maka intervensi yang
tepat untuk kasus hipertensi pada lansia menurut kelompok kami
yaitu Manajemen Nyeri.

32

Anda mungkin juga menyukai