TAHUN 2019
Puji dan syukur Kami sampaikan kehadiran ALLAH SWT, karena dengan
rahmat dan ridhonya kami mendapat hidayah sehingga kami telah dapat
Menyelesaikan makalah Keperawatan Anak ini yang disusun berdasarkan materi
yang telah ditentukan; Materi yang kami tulis dalam makalah ini memang masih
minim , karena kami berharap mahasiswa dapat mengadakan pengembangan diri
untuk mencari lagi materi – materi yang belum lengkap. Kami bertujuan dengan
makalah ini dapat membantu kita untuk belajar mandiri dan juga membuat
mahasiswa lebih aktif dan giat dalam belajar.
Demikian makalah ini kami susun dan kami berharap bermanfaat dapat
mendampingi kita dalam proses belajar,kami juga mengucapkan terima kasih banyak
atas dukungan dari teman – teman dan dosen pembimbing kami.
KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
2.2 Etiologi................................................................................................. 3
2.3 Patofisiologi.......................................................................................... 3
2.4 Komplikasi............................................................................................ 4
2.5 Penatalaksanaan.................................................................................... 4
2.7 Teori-teori............................................................................................ 8
3.1 Pengkajian............................................................................................. 12
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat
yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Pada
tahun 1980 penduduk lanjut usia baru berjumlah 7,7 juta jiwa atau 5,2 persen dari seluruh
jumlah penduduk. Pada tahun 1990 jumlah penduduk lanjut usia meningkat menjadi 11,3
juta orang atau 8,9 persen. Jumlah ini meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa
pada tahun 2000 atau 7,2 persen dari seluruh penduduk. Dan diperkirakan pada tahun 2020
akan menjadi 29 juta orang atau 11,4 persen. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lanjut
usia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Angka harapan hidup penduduk
Indonesia berdasarkan data Biro Pusat Statistik pada tahun 1968 adalah 45,7 tahun, pada
tahun 1980 : 55.30 tahun, pada tahun 1985 : 58,19 tahun, pada tahun 1990 : 61,12 tahun, dan
tahun 1995 : 60,05 tahun serta tahun 2000 : 64.05 tahun (BPS.2000)
Dengan makin meningkatnya harapan hidup penduduk Indonesia, maka dapat
diperkirakan bahwa insidensi penyakit degeneratif akan meningkat pula. Salah satu penyakit
degeneratif yang mempunyai tingkat morbiditas dan mortalitas tinggi adalah hipertensi.
Hipertensi pada usia lanjut menjadi lebih penting lagi mengingat bahwa patogenesis,
perjalanan penyakit dan penatalaksanaannya tidak seluruhnya sama dengan hipertensi pada
usia dewasa muda. Pada umumnya tekanan darah akan bertambah tinggi dengan
bertambahnya usia pasien, dimana tekanan darah diastolik akan sedikit menurun sedangkan
tekanan sistolik akan terus meningkat.
Penyakit degeneratif dan penyakit tidak menular mengalami peningkatan resiko
penyebab kematian, dimana pada tahun 1990, kematian penyakit tidak menular 48 % dari
seluruh kematian di dunia, sedangkan kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah,
gagal ginjal dan stroke sebanyak 43% dari seluruh kamatian di dunia dan meningkat pada
tahun 2000 kematian akibat penyakit tidak menular yaitu 64 % dari seluruh kematian dimana
60% disebabkan karena penyakit jantung dan pembuluh darah, stroke dan gagal ginjal. Pada
tahun 2020, diperkirakan kematian akibat penyakit tidak menular sebesar 73% dari seluruh
kematian di dunia dan sebanyak 66% diakibatkan penyakit jantung dan pembuluh darah,
gagal ginjal dan stroke, dimana faktor resiko utama penyakit tersebut adalah hipertensi.
(Zamhir, 2006).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang
tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar The Silent Killer karena hipertensi merupakan
pembunuh tersembunyi karena disamping karena prevalensinya yang tinggi dan cenderung
meningkat di masa yang akan datang, juga karena tingkat keganasannya yang tinggi berupa
kecacatan permanen dan kematian mendadak. Sehingga kehadiran hipertensi pada kelompok
dewasa muda akan sangat membebani perekonomian keluarga, karena biaya pengobatan
yang mahal dan membutuhkan waktu yang panjang, bahkan seumur hidup. (Bahrianwar,
2009)
B. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Hipirtensi di Panti
Werdha Margo Mukti Rembang
C. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam Penulisan ini adalah diperolehnya gambaran Asuhan Keperawatan
Lansia dengan Hipertensi di Panti Werdha Margo Mukti Rembang meliputi:
1. Melakukan pengkajian lansia dengan Hipertensi di Panti Werdha Margo Mukti Rembang
2. Merumuskan diagnosa keperawatan yang terjadi pada lansia dengan Hipertensi di Panti
Werdha Margo Mukti Rembang
3. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien lansia dengan Hipertensi di Panti
Werdha Margo Mukti Rembang
4. Melaksanakan intervensi pada lansia dengan hipertensi di Panti Werdha Margo Mukti
Rembang
5. Melakukan evaluasi pada lansia dengan Hipertensi di Panti Werdha Margo Mukti
Rembang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Hipertensi
A. Pengertian
Hypertensi adalah meningkatnya tekanan darah baik tekanan sistolik dan diastolic serta
merupakan suatu factor terjadinya kompilikasi penyakit kardiovaskuler ( Soekarsohardi,1999
: 151 )
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolic diatas standar
dihubungkan dengan usia ( Gede Yasmin, 1993 : 191 ).
B. Etiologi
Hipertensi dapat dikelompokan dalam dua kategori :
1. Hipertensi primer artinya belum diketahui penyebabnya yang jelas. Berbagai faktor yang
turut berperan sebagai penyebab hipertensi seperti berrtambahnya usia , factor psikologis ,
dan keturunan. Sekitar 90 % hipertensi tidak diketahui penyebabnya .
D. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi seperti , penyakit jantung
koroner, gagal jantung ,gagal ginjal ,kerusakan mata, dan kerusakan pembuluh darah
otak ( Sri Rahayu, 2000 ).
E. Penatalaksanaan
Perawatan pada penderita hipertensi adalah sebagai berikut :
1. Pengaturan diit
2. Berolah raga
3. Obat-obatan penurun tekanan darah
4. Menghilangkaan rasa takut
a. Diuretik : Hidrochlortiasid, Furosemid dll.
5. Nutrisi
Dalam merencanakan menu makanan untuk penderita hipertensi ada beberapa factor
yang perlu diperhatikan yaitu keadaan berat badan, derajat hipertensi, aktifitas dan ada
tidaknya komplikasi. Sebelum pemberian nutrisi pada penderita hipertensi, diperlukan
pengetahuan tentang jumlah kandungan natrium dalam bahan makanan. Makan biasa
( untuk orang sehat rata-rata mengandung 2800 – 6000 mg per hari ). Sebagian besar
natrium berasal dari garam dapur. Untuk mengatasi tekanan darah tinggi harus selalu
memonitor kadaan tekanan darah serta cara pengaturan makanan sehari-hari. Secara
garis besar ada 4 (empat) macam diit untuk menanggulangi atau minimal
mempertahankan tekanan darah yaitu :
a. Asupan kalori dikurangi sekitar 25 % dari kebutuhan energi atau 500 kalori
untuk penurunan 0,5 kg berat badan per minggu.
b. Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi.
c. Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.
Contoh menu untuk penderita hypertensi :
1 piring nasi ( 100 gram ), 1 potong daging ( 50 gram ), 1 mangkok sup ( 130
gram ), 1 potong tempe ( 50 gram ), 1 potong pepaya ( 100 gram ). ( Sri Rahayu,
2000 )
2. Konsep Lansia dengan Hipertensi
A. Pengertian Lansia
B. Teori – Teori
1. Teori Biologik
a. Teori Genetik dan Mutasi Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
diprogram oleh molekul /DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi
b. Pemakaian dan Rusak Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
c. Autoimune Pada proses metabolisme tubuh , suatu saat diproduksi suatu zat khusus.
Pada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan
tubuh menjadi lemah dan mati.
d. Teori Stres Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal dan stres
menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.
2. Teori Sosial
a. Teori Aktifitas Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak
dalam kegiatan sosia.
a) Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam proses penuaan,
akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa lalu, dipilih peran apa yang
harus dipertahankan atau dihilangkan
3. Teori Psikologi
a. Teori Kebutuhan Manusia menurut Hirarki Maslow Menurut teori ini, setiap individu
memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku
manusia (Maslow ,1954). Tingkat kebutuhan manusia menurut Hirarki Maslow
adalah Kebutuhan fisiologis, Kebutuhan Keamanan (safety), Kebutuhan kasih sayang
/ sosial (Love/belonging), Kebutuhan Percaya Diri (Esteem), Kebutuhan aktualisasi
diri (self-actualization).Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang berbeda.
Ketika kebutuhan dasar manusia sudah terpenuhi, mereka berusaha menemukannya
pada tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling tinggi dari kebutuhan tersebut
tercapai.
b. Teori Individual Jung Carl Jung (1960) Menyusun sebuah terori perkembangan
kepribadian dari seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak , masa
muda dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia. Kepribadian individu
terdiri dari Ego, ketidaksadaran sesorang dan ketidaksadaran bersama. Menurut teori
ini kepribadian digambarkan terhadap dunia luar atau ke arah subyektif. Pengalaman-
pengalaman dari dalam diri (introvert). Keseimbangan antara kekuatan ini dapat
dilihat pada setiap individu, dan merupakan hal yang paling penting bagi kesehatan
mental.
1. Perubahan fisik
a. Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra
dan extra seluler
c. Sistem penglihatan : spinkter pupil timbul sklerosis dan hlangnya respon terhadap
sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh, meningkatny ambang pengamatan
sinar, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang.
g. Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga aliran darah
ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun sampai 50 %. Nilai ambang ginjal
terhadap glukosa menjadi meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi
melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika urinaria sulit
diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensia urine. Pembesaran prostat,
75 % dialami oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang vagina
terjadi selaput lendir kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang dan
menjadi alkali.
h. Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon menurun,
sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktifitas tiroid menurun
sehingga menurunkan basal metabolisme rate (BMR). Produksi sel kelamin menurun
seperti : progesteron, estrogen dan testosteron.
i. Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit
kepala dan rambut menipis menjadi kelabu, sedangkan rambut dalam telinga dan
hidung menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh.
D. Perubahan Mental
b. Kehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan
BAB III
A. Skenario Kasus
Di Panti Jompo Werdha Margo Mukti terdapat 100 penduduk lansia, jumlah
laki-laki sebanyak 55 jiwa dan perempuan sebanyak 45 jiwa. Berdasarkan hasil
angket 30% lansia mengalami masalah kesehatan hipertensi. Dan berdasarkan hasil
angket hanya 20% lansia yang melakukan pemanfaatan fasilitas kesehatan serta
puskesmas dari penduduk yang menderita hipertensi.
B. Pengkajian
1. Data inti
a. Lokasi
1) Provinsi : Jawa Tengah
2) Kota : Rembang
3) Kecamatan : Rembang
4) Kelurahan : Tasikagung
b. Demografi
Di Panti Jompo Werdha Margo Mukti memiliki jumlah sebanyak 60 jiwa,
laki-laki sebanyak 30 jiwa dan perempuan sebanyak 30. Diskenario kasus ada
100 jiwa disini ada 60 jiwa
c. Status Perkawinan
Status perkawinan lansia di Panti Jompo Werdha Margo Mukti sudah
menikah semua , tetapi masih ada yang utuh dan ada juga yang tidak utuh
d. Nilai kepercayaan dan agama
Mayoritas beragama islam yaitu 100%. Berdasarkan survey terdapat mushola
untuk beribadah dan segaian besar lansianya suka mengikuti pengajian
rutinan.
2. Data Subsistem
a. Lingkungan fisik
Berdasarkan hasil observasi kebersihan lingkungan di Panti Jompo Werdha
Margo Mukti terjaga dengan baik. Berdasarkan beberapa pengurus dari panti
Werdha Margo Mukti jarang mengadakan kegiatan olahraga terhadap lansia.
b. Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial
Berdasarkan observasi bahwa pelayanan kesehatan jarang
memberikan edukasi tentang penyakit hipertensi dan yang lainnya karena
jangkauan dari pelayanan kesehatan atau puskesmas sangat tidak terjangkau
dan kurangnya tenaga kesehatan.
Berdasarkan hasil angket 20% lansia yang melakukan pemanfaatan
fasilitas kesehatan, jadi hanya sedikit yang memanfaatkan fasilitas kesehatan
untuk lansia
c. Ekonomi
Berdasarkan hasil studi dokumen bahwa 85% penduduk lansia
kebanyakan sudah tidak bekerja dan hanya mengandalkan anaknya yang
bekerja sebagai buruh.
Berdasarkan hasil angket 50% mengalami masalah kesehatan seperti
hipertensi, karena pendapatannya tidak sesuai dengan kebutuhan
d. Politik dan pemerintahan
Berdasarkan hasil observasi bahwa mereka jarang mengkaji kesehatan
pada lansia. Pada subsistem politik dan pemerintahan.
e. Transportasi
Berdasarkan hasil wawancara jenis transportasi yang digunakan
adalah kendaraan pribadi
f. Komunikasi
Media komunikasi yang digunakan untuk memperoleh informasi
pengetahuan tentang kesehatan melalui televisi
g. Pendidikan
Berdasarkan hasil angket 75% tidak paham mengenai penyakit
hipertensi dan akibat yang ditimbulkannya.
Berdasarkan hasil wawancara 60 orang mereka belum pernah
mendapatkan penyuluhan terkait hipertensi . Dan pendidikan terakhirnya
adalah lulusan, SLTP 40 orang, dan SLTA 20 orang.
h. Rekreasi
Berdasarkan hasil wawancara tempat rekreasi yang sering dimanfaatkan
lansia adalah pergi ke taman untuk bermain dengan cucunya, pengurus dari
panti juga mengadakan rekreasi bersama yang diharapkan dapat mengurangi
stressor dan beban pikiran.
C. Analisa data
Data Masalah
Keperawatan
Data Subjektif : Defisiensi Kesehatan
- Hasil observasi, terdapat tidak adanya informasi kesehatan Komunitas
yang dapat diakses oleh lansia di panti jompo .
- Hasil observasi didapatkan bahwa di panti jompo penyuluhan
kesehatan dilakukan sebulan sekali dan tidak terdapat
Penyuluhan untuk penyakit tidak menular (PTM)
Data Objektif : -
Data Subjektif : - Ketidakefektifan Manajemen
Data Objektif : Kesehatan
- Riwayat penyakit hipertensi yang diderita oleh lansia di panti
jompo yaitu sebanyak 30 lansia.
- Sebanyak 50% penderita hipertensi berada di hipertensi
- Sebanyak 30 lansia menderita hipertensi yang diakibatkan
dari konsumsi makanan yang tidak sehat seperti jeroan, ikan
asin, santan, gorengan.
- Sebanyak 25 lansia menyatakan sering mengkonsumsi kopi
- Sebanyak 20 penderita hanya mengontrol tekanan darahnya
saat ada keluhan.
- Dari total 60 lansia hanya sebanyak 10 lansiayang memiliki
asuransi jaminan kesehatan.
- Hasil literature review menunjukkan bahwa hipertensi
merupakan penyakit terbanyak nomer 4 yang diderita oleh 40
lansia
PENETAPAN PRIORITAS MASALAH
Diagnosa. Keperawatan Pentingnya Motivasi Peningkatan Rangking Jumlah
masalah Masyarakat Kualitas masalah skor
Untuk Untuk Hidup dari 1
Diselesaika Menyelesaikan Masyarakat sampai 6
n Masalah bila masalah 1 : paling
1 : rendah 0 : tidak ada diselesaikan tidak
2 : sedang 1 : rendah 0 : tidak ada penting
3 : tinggi 2 : sedang 1 : rendah 6 : yang
3 : tinggi 2 : sedang paling
3 : tinggi penting
Defisiensi Kesehatan 2 2 2 4 10
Komunitas
Ketidakefektifan 3 2 2 5 12
Manajemen Kesehatan
Prioritas masalah keperawatan :
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
2. Defisiensi Kesehatan Komunitas
D. Rencana Intervensi
No. Diagnosa Tujuan Umum Tujuan NOC NIC
Keperawata Khusus
n
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Peningkatan Preventif Primer Preventif Primer
Manajemen tindakan Kognitif (target NOC : Pengetahuan : NIC : Pengajaran : Proses
Kesehatan keperawatan pengetahuan Manajemen Hipertensi Penyakit
selama 7 80%) peningkatan 1. Memahami terkait 1. Pendidikan Kesehatan
minggu, skor dari pre ke konsep hipertensi ( faktor Keluarga dan Komunitas
pengetahuan post test 20% penyebab dan faktor Mengkaji
penderita resiko, tanda dan gejala, pengetahuan klien
Hipertensi manajemen pengobatan tentang konsep
mengenai farmakologi dan non hipertensi, meliputi
penyakit farmakologi, komplikasi, faktor penyebab dan
hipertensi, pencegahan hipertensi) faktor resiko
manajemen (target pengetahuan 80%) HT,tanda dan gejala
pencegahan HT, komplikasi HT,
resiko maupun manajemen
komplikasi pengobatan
hipertensi farmakologi dan non
meningkat farmakologi
HT,komplikasi HT,
pencegahan HT,
senam hipertensi
Berikan informasi
mengenai HT
Lakukan evaluasi
terhadap pengetahuan
klien tentang konsep
HT
Peningkatan Preventif Sekunder Preventif Sekunder
Afektif (target NOC : Kontrol Risiko NIC : Identifikasi Risiko
peningkatan sikap Penderita HT 1. Pemeriksaan
50 lansia) 1. Setuju untuk Kesehatan Keluarga
Peningkatan berpartisipasi dalam (Skrining dan
Psikomotor pemeriksaan tekanan Konseling
(target darah (target sikap 2. Lakukan
peningkatan sebesar 50 lansia) pemeriksaan
perilaku 35 2. Mengikuti kesehatan keluarga
lansia) pemeriksaan tekanan (pengukuran IMT,
darah rutin untuk Tekanan darah).
monitoring kesehatan 3. Lakukan konseling
( target perilaku mengenai hasil
kehadiran sebesar 50 pemeriksaan
lansia) kesehatan.
4. Monitoring hasil
NOC : Perilaku Patuh : pengukuran IMT dan
Manajemen Hipertensi TD tiap kunjungan ke
1. Konseling keluarga.
manajemen hipertensi 5. Menganjurkan untuk
(target kehadiran melakukan
perilaku 35 lansia). pemeriksaan rutin ke
tenaga kesehatan
NOC : Pengetahuan : (TD)
Manajemen Hipertensi
2. Memahami terkait NIC: Dukungan
konsep hipertensi ( faktor Pengambilan
penyebab dan faktor Keputusan
resiko, tanda dan gejala, Tentukan apakah ada
manajemen pengobatan perbedaan pendapat
farmakologi dan non atau pandangan dari
farmakologi, komplikasi, masyarakat dengan
pencegahan hipertensi) penyedia perawatan
(target pengetahuan 50 kesehatan
lansia) Membantu
masyarakat
mengklarifikasi nilai
dan harapan yang
mungkin akan
membantu dalam
membuat pilihan
Membantu
masyarakat
mengidentifikasi
keuntungan untuk
mengikuti skrining
dan konseling
tekanan darah
maupun manajemen
hipertensi
Memberikan
informasi sesuai
dengan permintaan
masyarakat terkait
skrining dan
konseling tekanan
darah ataupun
manajemen
hipertensi
NIC : Pengajaran :
Peresepan Obat-Obatan
1. Pengajaran
Manajemen
Hipertensi
Farmakologi (Obat
antihipertensi ) dan
non Farmakologi
(Konsumsi
Semangka Untuk
terapi penurunan TD)
• Mengkaji
pengetahuan
masyarakat
mengenai
manajemen
Hipertensi
Pengobatan
Farmakologi (Obat
antihipertensi )
manajemen
Pengobatan non
Farmakologi
(Konsumsi
Semangka Untuk
terapi penurunan
TD) memberikan
informasi mengenai
manajemen
hipertensi
Farmakologi (Obat
antihipertensi ) dan
non Farmakologi
(Konsumsi
Semangka Untuk
terapi penurunan
TD)
• Memberikan terapi
konsumsi semangka
untuk menurunkan
TD
• Melakukan evaluasi
mengenai kepatuhan
mengikuti
manajemen
hipertensi
Farmakologi (Obat
antihipertensi ) dan
non Farmakologi
(Konsumsi
Semangka Untuk
terapi penurunan
TD)
• Memonitor TD
maupun pada klien
yang tidak teratur
dalam pengobatan.
• Menganjurkan klien
ke Rumah Sakit
apabila obat habis
atau terjadi gejala-
gejala yang lain dari
hipertensi
NIC: Pengajaran:
Peresepan Diet
1. Pengajaran Diet
DASH
Mengkaji
pengetahuan
masyarakat terkait
diet DASH
Memberikan
informasi terkait diet
DASH
Melakukan evaluasi
terkait kepatuhan
diet DASH
Memonitor tekanan
darah peserta yang
tertatur maupun
tidak teratur
mengikuti diet
DASH
E. Implementasi Kegiatan
O:
Peserta terlihat
antusias dan aktif
bertanya tentang
materi yang
diberikan
Hasil pre test
didapatkan sebesar
45%
Hasil post test
penyuluhan
didapatkan sebesar
93%
Peserta dapat
melakukan
pengukuran
hipertensi dengan
jumlah 60 lansia
Kehadiran warga
sebanyak 60 lansia
A:
Masalah teratasi
P:
Hentikan Intervensi
O:
Peserta Terlihat
Antusias Dan Aktif
Bertanya Tentang
Materi Yang
Diberikan
Hasil Rata-Rata
Nilai Pre Test
Didapatkan Sebesar
(74%)
Hasil Rata-Rata
Nilai Post Test
Penyuluhan
Didapatkan Sebesar
(97%)
Kehadiran Warga
Sebanyak 60 Orang
A:
Masalah teratasi
P:
Lanjutkan
monitoring dan
evaluasi
A:
Masalah teratasi
P:
Lanjutkan
monitoring dan
evaluasi
O:
Peserta Terlihat
Antusias Dan Aktif
Bertanya Tentang
Materi Yang
Diberikan
Hasil Pre Test
Didapatkan
Sebesar 69%
Hasil Post Test
Penyuluhan
Didapatkan
Sebesar 97%
Kehadiran Warga
Sebanyak 39 Orang
Dari 60 Penderita
Hipertensi
A:
Masalah teratasi
P:
Lanjutkan
monitoring dan
evaluasi
A:
Masalah Teratasi
P:
Lakukan
monitoring dan
evaluasi saat
melaksanakan
senam
O :
Rata-rata tekanan
darah warga yang
melakukan
pemeriksaan adalah
137/85 mmHg.
Kehadiran peserta
dalam mengikuti
pemeriksaan sebanyak
60 orang yang diukur
A :
Masalah Teratasi
P :
Hentikan Intervansi
BAB IV
PEMBAHASAN
Diagnosa keperawatan komunitas 1: Defisiensi Kesehatan Komunitas terkait Tidak Adanya Program Pengendalian
Penyakit Tidak Menular (PTM) khususnya Hipertensi
Tujuan dari tindakan preventif primer adalah pengurus panti dan kader mampu membuat dan menjalankan pengusulan
program pengendalian penyakit tidak menular (PTM) yang mana program ini akan dilakukan kolaborasi dengan lintas sektor yang
lainnya seperti Petugas Kesehatan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, perlu diadakan program pengusulan pengadaan Posyandu
PTM dengan metode diskusi dengan faktor pendukung terkait. Faktor pendukung pada program intervensi tersebut adalah Tokoh ,
pengurus panti jompo dan pihak Puskesmas. Menurut Puskesmas belum terdapat program Posyandu PTM sehingga sebagian besar
masyarakat dan bersedia untuk dilakukan pengusulan program tersebut. Pelaksanaan program di masyarakat diawali dengan deteksi
dini dan monitoring hipertensi melalui Posyandu PTM dimana membutuhkan kerjasama dengan Kader, aktivis masyarakat maupun
puskesmas setempat yang dapat dilaksanakan di rumah tangga, sekolah ,maupun tempat kerja. Kemudian hasil dari monitoring
dimana masyarakat yang beresiko selanjutnya akan diberikan program sesuai dengan pencegahan promotive (penyuluhan/KIE),
preventif (deteksi dini, surveilans, kemitraan), kuratif dan rehabilitative (penemuan dan tatalaksana kasus HT, serta rujukan)
(Kemenkes RI, 2018). Posyandu PTM merupakan salah satu upaya kesehatan masyarakat (UKM) yang berorientasi kepada upaya
promotif dan preventif dalam pengendalian penyakit tidak menular dengan melibatkan masyarakat mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan monitoring-evaluasi (Rahajeng, 2012).
Pada preventif sekunder, tujuan dari intervensi program pelatihan kader adalah diharapkan kader kesehatan di panti jompo
mengetahui, memahami, dan mampu melakukan keterampilan kesehatan terkait program Posyandu PTM yaitu pengukuran TTV
khususnya pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter. Faktor pendukung dari intervensi tersebut adalah tentunya kader
kesehatan yang mana sebagian besar kader kesehatan antusias dengan adanya pelatihan kader dalam pengukuran tensi. Para peserta
pelatihan aktif dalam tanya jawab dan mampu praktik skill mengukur tekanan darah secara mandiri. Pelatihan merupakan suatu
proses belajar mengajar terhadap pengetahuan dan keterampilan tertentu serta sikap agar peserta semakin terampil dan mampu
melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standar. Adapun Tujuan pelatihan penyakit tidak menular
pada Posyandu :
a. Memberikan pengetahuan tentang penyakit tidak menular, faktor risiko, dampak, dan pengendalian penyakit tidak menular.
b. Memberikan pengetahuan tentang posbindu.
c. Memberikan kemampuan dan keterampilan dalam memantau faktor risiko penyakit tidak menular
d. Memberikan keterampilan dalam melakukan konseling serta tindak lanjut
Tujuan dari tindakan preventif tersier dengan penyuluhan kesehatan terkait pencegahan dan komplikasi hipertensi adalah
untuk meningkatkan pengetahuan penderita hipertensi terkait pencegahan dan komplikasi hipertensi meningkatkan. Penyuluhan
berlangsung dengan metode ceramah dan Tanya jawab dengan media leaflet. Sebagian besar lansia yang menderita hipertensi
sangat antusias dalam kegiatan penyuluhan. Warga sangat kooperatif dalam menyimak dan melakukan tanya jawab saat kegiatan
penyuluhan berlangsung. Penyuluhan kesehatan merupakan bagian dari strategi promosi kesehatan yang tujuannya memampukan
masyarakat untuk dapat menghindari perilaku-perilaku yang berisiko meningkatkan kejadian hipertensi dan/atau mencegah
terjadinya komplikasi bagi penderita hipertensi
Diagnosa keperawatan komunitas 2: Ketidakefektifan manajemen kesehatan
Tujuan dari tindakan preventif primer adalah untuk meningkatkan pengetahuan lansia dalam komunitas tentang konsep
hipertensi (definisi, faktor penyebab, tanda gejala, manajemen pengobatan farmakologi dan non farmakologi serta pencegahan dan
komplikasi) dengan menggunakan program intervensi pendidikan kesehatan. Faktor pendukung pada program intervensi tersebut
adalah sebagian besar keluarga kooperatif saat diberikan pendidikan kesehatan. Sebagian besar lansia banyak yang menyatakan
bersedia untuk melakukan manajemen hipertensi sesuai anjuran, namun masih ada keluarga yang menyatakan belum melakukan
manajemen hipertensi secara optimal. Mahasiswa menyatakan bahwa ketidakpatuhan manajemen hipertensi dapat dipengaruhi oleh
faktor presepsi sakit terhadap penyakit hipertensi, dukungan keluarga dan akses pelayanan kesehatan. Solusi yang bisa dilakukan
dari ketidakpatuhan tersebut adalah dengan memperbaiki pemahaman mengenai presepsi terhadap penyakit hipertensi, memotivasi
keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan lansia yang terkena hipertensi serta menggunakan pelayanan kesehatan terdekat yang
tersedia di daerah tersebut.
Pada preventif sekunder, tujuan dari intervensi program pemeriksaan kesehatan, konseling hipertensi serta penyuluhan
mengenai manajemen farmakologi dan non farmakologi (DASH) adalah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pemeriksaan tekanan darah secara rutin serta untuk mendeteksi keparahan gejala serta penatalaksanaan manajemen Hipertensi yang
tepat untuk gejala tersebut. Faktor pendukung dari intervensi tersebut dikarenakan sebagian besar masyarakat antusias dengan
adanya pemeriksaan kesehatan. Hal ini kemungkinan dapat disebabakan oleh faktor motivasi dari individu, semakin besar motivasi
individu maka kesadaran untuk melakukan pemeriksaan kesehatan juga akan semakin meningkat, begitu juga sebaliknya. Perasaan
takut terhadap hasil yang kemungkinan ditemukan atau kondisi tentang penyakitnya juga merupakan faktor penghambat dalam
melakukan pemeriksaan kesehatan. Solusi untuk menyelesaikan masalah keluarga yang tidak ingin dilakukan pemeriksaan
kesehatan dan konseling hipertensi adalah dengan memberikan edukasi yang lebih menekankan pada pentingnya pemeriksaan
kesehatan dan konseling hipertensi.
Tujuan dari tindakan preventif tersier dengan senam hipertensi adalah untuk meningkatkan perilaku hidup sehat berupa senam
hipertensi untuk keluarga dengan hipertensi. Sebagian besar keluarga antusias, kooperatif, serta menyatakan mau melakukan senam
hipertensi sesuai yang diajarkan. Hambatan dari intervensi senam hipertensi pada keluarga dengan hipertensi adalah tidak hafal
semua gerakan dari senam hipertensi. Solusi dari masalah tersebut adalah dengan memberikan video dan sop senam hipertensi.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada diagnosis Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan pengelolaan Hipertensi disimpulkan sudah teratasi sebagian. Hal
ini dibuktikan dengan ketercapaian semua preventif kecuali preventif sekunder.
Pada diagnosis Defisiensi Kesehatan
Komunitas disimpulkan sudah teratasi. Ketercapaian diagnosis dapat dilihat berdasarkan ketercapaian semua preventif
B. SARAN
Diharapkan untuk memfasilitasi terapi komplementer untuk membantu proses penyembuhan dan mengurangi rasa nyeri
terutama pada klien Hipertensi. Sebaiknya diadakan kegiatan rutin penyuluhan kesehatan tentang hipertensi sebagai upaya
pencegahan primer sehingga dapat meningkatkan pengetahuan serta kesadaran lansia akan pentingnya menjaga kesehatan dan
merubah gaya hidup. Selain itu perlu adanya deteksi dini kesehatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan untuk mengurangi
perilaku beresiko hipertensi pada lansia, sehingga dapat menjadi salah satu upaya preventif sekunder terhadap kejadian hipertensi
yang disebabkan oleh perilaku beresiko.
Puskesmas perlu mengadakan program untuk pemberdayaan lansia dengan mengikutsertakan peran aktif kader untuk
mendeteksi dini kesehatan warga dan meneruskan terkait kegiatan yang telah dilakukan yaitu senam hipertensi dan penyuluhan
kesehatan. Sehingga kader dapat ikut berperan langsung dan membantu mensukseskan program dari puskesmas. Salah satu kegiatan
yang bisa dilakukan adalah secara rutin cek tekanan darah untuk memantau perubahan tekanan darah sehingga jika warga
mengalami peningkatan tekanan darah dapat segera mendapat tindakan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Mc Farlane. 2000. Community As Partner Theory And Practice In Nursing. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins.
Batin, W. O. S., Tina, L., & Saptaputra, S. K. (2017), Pengaruh Pemberian Jus Mentimun + Pepaya + Semangka Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Liya Kabupaten Wakatobi Tahun 2017,
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, Volume 2 nomor 6 tahun 2017, Kabupaten Wakatobi. Hal. 8
Clark. 1999. Nursing In The Community Dimensionsof Community Health Nursing. Stamford: Appleton & Lange
Depkes, RI. (2014), Pedoman Umum Gizi Seimbang, Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. hal.13-14
Friedman, Marilyn. M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori dan Praktek Edisi 5. EGC. Jakarta
Houston, M. C., Harper, K. J., & PharmD . (2008), Potassium, Magnesium, and Calcium: Their Role in Both the Cause and Treatment of
Hypertension, The Journal Of Clinical Hypertension, Volume 10 nomor 7 tahun 2008, Hal. 7
Mahardani, N.M.A.F., 2010, Pengaruh Senam Jantung Sehat terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di klub Jantung
Sehat Klinik Kardiovaskuler Rumah Sakit Hospital Cinere tahun 2010.
Manno, F. A., Soputri, N., & Simbolon, I. (2016), Efektivitas Buah Semangka Merah (Citrullus Vulgaris Schard) Terhadap Tekanan Darah,
Jurnal Skolastik Keperawatan, Volume 2 nomor 2 tahun 2016, Bandung. Hal.184.
Manurung, W. P., & Wibowo, A. (2016), Pengaruh Konsumsi Semangka (Citrullus vulgaris) untuk Menurunkan Tekanan Darah pada
Penderita Hipertensi, Majority, Volume 5 nomor 5 tahun 2016, Lampung. Hal.105
Mubarak W.I. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas 2. Jakarta :CV Sagung Seto.
Noorfatmah Siti. 2012. Kepatuhan Pasien yang Menderita Penyakit Kronis
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta. Jakarta