Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI


CAIRAN,ELEKTROLIT,DAN ASAM BASA

DISUSUN OLEH :

NAMA : ANGGA NOFRA LINGGA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


PROGRAM STUDY PROFESI NERS
BHAKTI HUSADA BENGKULU
TAHUN AJARAN 2021/2022
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia
dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis, yang tentunya
bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Besarnya kebutuhan dasar
yang terpenuhi menentukan tingkat kesehatan dan posisi pada rentang sehat-sakit (Potter
& Perry, 2005).
Menurut Abraham Maslow dalam teorinya tentang kebutuhan dasar manusia, bahwa
kebutuhan dasar manusia tersusun dalam bentuk hirarki atau berjenjang. Setiap jenjang
kebutuhan dapat dipenuhi hanya kalau jenjang sebelumnya telah (relatif) terpuaskan.
Kebutuhan dasar tersebut adalah kebutuhan fisiologis (physiological needs), kebutuhan
keamanan (safety needs), kebutuhan rasa cinta, dimiliki dan memiliki (belonging and love
needs), kebutuhan harga diri (self esteem needs), kebutuhan aktualisasi diri (self
actualization needs). Individu harus memenuhi kebutuhan terbawah dalam hierarki
tersebut sebelum berupaya memenuhi kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi (Maslow,
1970). Individu harus memenuhi kebutuhan pada tingkat dasar yaitu kebutuhan fisiologis,
yang meliputi kebutuhan oksigen, cairan, nutrisi, temperatur, eliminasi, tempat tinggal,
istirahat dan seks, untuk dapat bertahan hidup (Potter & Perry, 2005).
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis
(physiological needs). Kebutuhan ini memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh dengan
hampir 90% dari total berat badan. Cairan tubuh ini sangat penting perannya dalam
menjaga keseimbangan (Homeostasis) proses kehidupan. Peranan tersebut dikarenakan
air memiliki karakteristik fisiologis (Asmadi, 2008).
Cairan dalam tubuh manusia normalnya adalah seimbang antara asupan (input) dan
haluaran (output). Jumlah asupan cairan harus sama dengan jumlah cairan yang
dikeluarkan dari tubuh. Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan
kehilangan cairan antara lain melalui proses penguapan ekspirasi penguapan kulit, ginjal
(urine), ekskresi pada proses metabolisme (defekasi) (Rosdahl dkk, 2014).
Universitas Sumatera Utara Dalam tubuh, fungsi sel bergantung pada keseimbangan
cairan dan elektrolit. Keseimbangan ini diurus oleh banyak mekanisme fisiologik yang
terdapat dalam tubuh sendiri. Perubahan sedikit pada keseimbangan cairan dan elektrolit
tidak akan memberikan dampak bagi tubuh. Akan tetapi, jika terjadi ketidakseimbangan
antara asupan dan haluaran, tentunya akan menimbulkan dampak bagi tubuh manusia.
Kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti dari air tubuh total dan elektolit
kedalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu
sama lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh dengan lainnya. Pada
bayi dan anak sering terjadi gangguan keseimbangan tersebut yang biasanya disertai
perubahan Ph cairan tubuh. Hal itu dikarenakan anak mempunyai risiko tinggi untuk
terjadinya dehidrasi. Ada banyak alasan untuk hal ini, salah satunya dikarenakan anak-
anak mempunyai insiden yang cukup tinggi pada gangguan sistem gastrointestinal,
terutama diare (Sodikin, 2011).
Pada anak yang mengalami diare, akan terjadi ketidakseimbangan asupan dan
haluaran cairan. Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang
terjadi karena frekuensi tiga kali atau lebih buang air besar dengan konsistensi feses yang
encer atau cair, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau
lendir saja. Dasar dari semua diare adalah gangguan transportasi larutan usus, akibat
perpindahan air melalui membran usus berlangsung secara pasif dan hal ini ditentukan
oleh aliran larutan secara aktif maupun pasif, terutama natrium klorida, dan glukosa
(Behrman dkk, 2000).
Diseluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak menderita diare setiap tahunnya
dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di negara-negara berkembang. Di
Indonesia, proporsi terbesar penderita diare pada balita adalah kelompok umur 6 – 11
bulan yaitu sebesar 21,65%, lalu kelompok umur 12-17 bulan sebesar 14,43%, kelompok
umur 24-29 bulan sebesar 12,37%, sedangkan proporsi terkecil pada kelompok umur 54 –
59 bulan yaitu 2,06%. Penyebab utama kematian yang disebabkan oleh diare adalah
karena dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses (DEPKES
RI, 2010).
1. Fisiologi
Mekanisme pergerakan cairan tubuh berlangsung dalam empat proses (proses transport)
yaitu :

1) Difusi
Yaitu perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju area berkonsentrasi
rendah dengan melintasi membrane semipermiabel. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh
tiga hal, yakni ukuran molekul, konsentrasi larutan, dan temperatur larutan

2) Filtrasi
Yaitu pergerakan cairan dan zat terlarut dari area dengan tekanan hidrostatik tinggi ke
area dengan tekanan hidrostatik rendah. Filtrasi penting dalam mengatur cairan keluar
dari arteri ujung kapiler. Ini memungkinkan kekuatan yang memungkinkan ginjal untuk
memfilter 180 liter/hari.

3) Transport Aktif
Yaitu proses pengangkutan yang digunakan oleh molekul untuk berpindah melintasi
membrane sel melewati gradien konsentrasinya (gerakan partikel dari konsentrasi satu
ke konsentrasi lain tanpa memandang tingkatannya.

4) Osmosis
Yaitu perpindahan cairan melintasi membran semipermiabel dari area berkonsentrasi
menuju area yang berkonsentrasi tinggi. Osmosis dapat melewati semua membran bila
konsentrasi yang terlarut keduanya berubah.

Regulasi Elektrolit
1. Kation, terdiri dari :
a. Sodium (Na+) :
1) Kation berlebih di ruang ekstraseluler.
2) Sodium penyeimbang cairan di ruang eesktraseluler.
3) Sodium adalah komunikasi antara nerves dan musculus.
4) Membantu proses keseimbangan asam-basa dengan menukar ion hidrigen pada
ion sodium di tubulus ginjal : ion hidrogen di ekresikan
5) Sumber : snack, kue, rempah-rempah, daging panggang.
b. Potassium (K+) :
1) Kation berlebih di ruang intraseluler.
2) Menjaga keseimbangan kalium di ruang intrasel.
3) Mengatur kontrasi (polarissasi dan repolarisasi) dari muscle dan nerves.
4) Sumber : Pisang, alpokad, jeruk, tomat, dan kismis.
c. Calcium (Ca++) :
1) Membentuk garam bersama dengan fosfat, carbonat, flouride di dalam tulang
dan gigi untuk membuatnya keras dan kuat.
2) Meningkatkan fungsi syaraf dan muscle.
3) Meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan proses pengaktifan
protrombin dan trombin.
4) Sumber : susu dengan kalsium tinggi, ikan dengan tulang, sayuran, dll.
2. Anion, terdiri dari :
a. Chloride (Cl-) :
1) Kadar berlebih di ruang ekstrasel.
Membantu proses keseimbangan natrium.

2) Komponen utama dari sekresi kelenjar gaster.


3) Sumber : garam dapur.
b. Bicarbonat (HCO3-) :
1) Bagian dari bicarbonat buffer system.
2) Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasana
garam untuk menurunkan PH.
3) Regulasi bikarbonat dilakukan oleh ginjal.
c. Fosfat ( H2PO4- dan HPO42-) :
1) Bagian dari fosfat buffer system.
2) Berfungsi untuk menjadi energi pada metabolisme sel.
3) Bersama dengan ion kalsium meningkatkan kekuatan dan kekerasan tulang.
4) Masuk dalam struktur genetik yaitu : DNA dan RNA

3. Nilai-nilai normal dan cara penghitungan

Cairan dalam tubuh meliputi lebih kurang 60% total berat badan laki-laki
dewasa. Prosentase cairan tubuh ini bervariasi antara individu sesuai dengan jenis
kelamin dan umur individu tersebut. Pada wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 50%
dati total berat badan. Pada bayi dan anak-anak, prosentase ini relative lebih besar
dibandingkan orang dewasa dan lansia. Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel
dan ekstrasel. Dua pertiga bagian (67%) dari cairan tubuh berada di
dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan sepertiganya (33%) berada di luar sel (cairan
ekstrasel/ CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20%
CES atau 15% dari total berat badan, dan cairan intersisial yang mencapai 80% CES atau
5% dari total berat badan

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi


Factor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara
lain :
a. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh
pada luas permukaan tubuh.

b. Iklim
Orang yang tinggal didaerah yang panas dan kelembaban udaranya rendah memiliki
peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat.
c. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit, ketika intake nutrisi
tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum
albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan
dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
d. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolism sel, glukosa darah dan pemecahan glikogen
otot.
e. Kondisi singkat
Kondisi singkat dapat berpengaruh terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
misalnya :
 Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air
 Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses pasien dengan
penurunan tingkat kesadaran.
 Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami pemenuhan intake
cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
5. Jenis gangguan

1. Ketidakseimbangan cairan

Ketidakseimbangan cairan meliputi dua kelompok dasar, yaitu gangguan


keseimbangan isotonis dan osmolar. Ketidakseimbangan isotonis terjadi ketika
sejumlah cairan dan elektrolit hilang bersamaan dalam proporsi yang seimbang.
Sedangkan ketidak seimbangan osmolar terjadi ketika kehilangan cairan tidak
diimbangi dengan perubahan kadar elektrolit dalam proporsi yang seimbang
sehingga menyebabkan perubahan pada

konsentrasi dan osmolalitas serum. Berdasarkan hal tersebut, terdapat empat


kategori ketidak seimbangan cairan, yaitu :
a. Kehilangan cairan dan elektrolit isotonik
b. Kehilangan cairan (hanya air yang berkurang)
c. Penigkatan cairan dan elektrolit isotonis, dan
d. Penigkatan osmolal (hanya air yang meningkat)

2. Defisit Volume Cairan

Defisit volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit
ekstra seluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut
juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan
intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju in travaskuler
sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstra seluler. Untuk mengkompensasi
kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler. Secara umum, defisit
volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui
kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga
(lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke lokasi
semula dalam kondisi cairan ekstra seluler istirahat).
Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial
seperti pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi
tertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi
akibat obstruksi saluran pencernaan.
3. Defisit Cairan

Faktor Resiko

a. kehilangan cairan berlebih (muntah, diare,dan


pengisapan lambung) tanda klinis : kehilangan berat badan
b. ketidakcukupan asupan cairan (anoreksia, mual
muntah, tidak ada cairan dan depresi konfusi) tanda klinis : penurunan tekanan
darah

4. Dehidrasi

Dehidrasi disebut juga ketidakseimbangan hiiper osmolar, terjadi akibat


kehilangan cairan yang tidak diimbangi dengan kehilangan elektrolit dalam jumlah
proporsional, terutama natrium.Kehilangan cairan menyebabkan peningkatan kadar
natrium, peningkatan osmolalitas, serta dehidrasi intraseluler. Air berpindah dari sel
dan kompartemen interstitial menuju ruang vascular. Kondisi ini menyebabkan
gangguan fungsi sel da kolaps sirkulasi. Orang yang beresiko mengalami dehidrasi
salah satunya adalah individu lansia. Mereka mengalami penurunan respons haus
atau pemekatan urine.Di samping itu lansia memiliki proporsi lemak yang lebih besar
sehingga beresiko tunggi mengalami dehidrasi akibat cadangan air yang sedikit
dalam tubuh.Klien dengan diabetes insipidus akibat penurunan hormon diuretik
sering mengalami kehilangan cairan tipe hiperosmolar. Pemberian cairan hipertonik
juga meningkatkan jumlah solute dalam aliran darah.
5. Kelebihan Volume Cairan (Hipervolemia)

Kelebihan volume cairan terjadi apabila tubuh menyimpan cairan dan


elektrolit dalam kompartemen ekstraseluler dalam proporsi yang seimbang. Karena
adanya retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal.
Kelebihan cairan tubuh hampir selalu disebabkan oleh penungkatan jumlah natrium
dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan/adanya gangguan
mekanisme homeostatis pada proses regulasi keseimbangan cairan. Penyebab spesifik
kelebihan cairan, antara lain :
a. Asupan natrium yang berlebihan
b. Pemberian infus berisi natrium terlalu cepat dan banyak, terutama pada
klien dengan gangguan mekanisme regulasi cairan.
Penyakit yang mengubah mekanisme regulasi, seperti gangguan jantung
(gagal ginjal kongestif),

c. Kelebihan steroid.
d. Kelebihan Volume Cairan

Factor resiko : Kelebihan cairan yang mengandung natrium dari terapi intravena

Tanda klinis : penambahan berat badan

Asupan cairan yang mengandung natrium dari diet atau obat-obatan


Tanda klinis : edema perifer dan nadi kuat
Pada kasus kelebihan cairan, jumlah cairan dan natrium yang berlebihan dalam
kompartemen ekstraseluler meningkatkan tekanan osmotik. Akibatnya, cairan
keluar dari sel sehingga menimbulkan penumpukan cairan dalm ruang interstitial
(Edema). Edema yang sering terlihat disekitar mata, kaki dan tangan. Edema
dapat bersifat local atau menyeluruh, tergantung pada kelebihan cairan yang
terjadi. Edema dapat terjadi ketika adapeningkatan produksi cairan
interstisial/gangguan perpindahan cairan interstisial.
Hal ini dapat terjadi ketika:

a. Permeabilitas kapiler meningkat (mis.,karena luka bakar, alergi yang


menyebabkan perpindahan cairan dari kapiler menuju ruang interstisial).
b. Peningkatan hidrostatik kapiler meningkat (mis., hipervolemia,
obstruksisirkulasi vena) yang menyebabkan cairan dalam pembuluh
darahterdorong ke ruang interstisial.
c. Perpindahan cairan dari ruangan interstisial terhambat (mis., pada blockade
limfatik) (Situmorang, 2010).
6. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan
 Asupan cairan dan makan (oral dan pariental)
 Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
 Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan elektrolit
 Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu status cairan
 Status perkembangan (usia atau kondisi social)
 Factor fisiologis (perilaku emosional)
b. Pengukuran klinik
 Barat badan (BB)
Peningkatan atau penurunan1 kg BB setara dengan penambahan atau
pengeluaran 1 liter cairan, ada 3 macam masalah keseimbangan cairan
Yang berhubungan dengan berat badan :
a) Ringan : 2%
b) Sedang :5%
c) Berat : 10 %
 Keadaan umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti : suhu, nada pernafasa, tekanan darah,
tingkat kesadaran
 Asupan cairan
Asupan cairan meliputi :
a) Cairan oral : NGT dan oral
b) Cairan parental : termasuk obat-obat intravena
c) Makanan yang cenderung mengandung air
d) Iritasi kateter

 Pengukuran keluaran cairan


a) Urin : volume, kejernihan, kepekatan
b) Feses : jumlah dan konsistensi
c) Muntah
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik difokuskan pada :
a) Integument : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot dan
sensasi rasa
b) Kardiovaskuler : destensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin dan bunyi
jantung
c) Mata : cekung, air mata kering
d) Neurology : reflek, gangguan motoric dan sensorik, tingkat kesadaran
e) Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut dan lidah, muntah-muntah
d. Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kader natrium, kalium, klorida
ion bikarbonat
b) Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin (Hb),
hematrokit (Ht)
 Ht naik : adanya dehidrasi berat dengan gejala syok
 Ht turun : adanya perdarahan akut, massif, dan reaksi hemolitik
 Hb naik : adanya hemokonsentrasi
 Hb turun : adanya perdarahan hebat dan reaksi hemolitik

7. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan keseimbangan elektrolit (kalium)
2. Kekurangan volume cairan
2. Kelebihan volume cairan

8. Rencana keperawatan
1. Ganguan keseimbangan elektrolit (kalium)
Tujuan : Klien memiliki keseimbangan cairan, elektrolit dan asam- basa dalam 48
jam.

Kriteria Hasil Intervensi Rasional

a. Klien menjelaskan diet Penurunan kadar kalium a. Dengan mengetahui


yang sesuai utk tanda hipo-kalemia, perawat
a. Observasi tanda dan gejala
mmpertahnkan kadar dapat menetapkn lngkh
hipokalemia (vertigo, hipotensi
kalium dlam batas slanjutnya.
ariotmia, mual, muntah, diare,
normal. b. Poliuria dpat me-
distensi abdomen ,pnurunn
b. Klien berpartipasi untuk nyebabkan pe-ngeluaran
peristaltis, kelemahan otot, dan
melaporkan tanda – tanda kalium secara berlebihan.
kram tungkai).
klinis hipokalemia/hiper- c. Kelebihan cairan dapat
b. Catat asupan dan haluaran.
kaenia. menyebab-kan pnurunan ka-
c. Tentukan status hidrasi
c. Kadar kalium dlam batas dar kalium se-rum.
klien bila terjadi hipokalemia.
normal/dapat ditoleransi. d. Nilai kalium yg rendah
d. Kenali perubahan tingkah
dapat me-nyebabkan kon-
laku yang merupakan tanda- fusi, mudh mrah, depresi
tanda hipokalemia. mental.
e. Anjurkan klien dan e. Kalium memban-tu
keluarga untuk mngkonsmsi menyeimbang-kan cairan
makan-an tinggi kalium (mis. tubuh.
Buah-buahan, sari buah, buah f. Segmen ST dan
kering, syur, daging, kacang- gelombang T yg datar atau
kacangan, teh, kopi, dan kola). terbalik merupkn indikasi
f. Laporkan perubahan EKG; hipokalemia.
segmen ST yg memanjang, g. Utk mengurangi resiko
depresi. iritasi mukosa lambung.
g. Encerkan suplemen h. Streoid kortison dapat
kalium per oral sedikitnya menyebab-kan retensi natri-
dalam 113,2 gram air/sari buah um dan ekresi kalium.
utk mngurangi resiko iritasi i. Nilai kalium yang
mukosa lambung. rendah dapat me-ningkatkan
h. Pantau nilai kalium serum kerja digitalis.
pada klien yang mendapat obat j. Dengan menge-tahui
diuretic dan steroid. tanda hipo-kalemia, perawat
i. Kaji tanda dan gejala dpt menetapkan langkah
toksisitas digitalis jika klien slnjutnya
tengah mendapat obat golongan k. Haluaran urin yg sedikit
digitalis dan diuretik atau dapat me-nyebabkan hiper-
steroid. kalemia.
Peningkatan Kadar Kalium l. Nilai kalium lebih dari
7mEq/ l dapat menye-babkan
a. Observasi tanda dan gejala
henti jantung.
hiperkalemia (mis.Bradikardia,
m. Untuk melihat adanya
kram abdomen, oliguria,
pelebaran kompleks QRS
ksemutan& kebas pd
dan gelombang T tggi yg
ekstremtas)
merupkan tanda hiperka-
b. Kaji haluaran urin.
lemia.
Sedikitnya 25ml/jam atau 600
ml/ hari.
c. Laporkan nilai kalium
serum yang melebihi 5mEq/l
batasi asupan kalium jika perlu.
d. Pantau EKG

2. Kekurangan volume cairan


Tujuan : Menyeimbangkan volume cairan sesuai dengan kebutuhan tubuh.

Kriteria Hasil Intervensi Rasional

a. Terjadi peningkatan asupan a. Kaji cairan yang disukai a. Membuat klien lebih
cairan min. 2000ml/hari klien dalam batas diet. kooperatif.
(kecuali terjadi b. Rencanakan target b. Mempermudah untuk
kontraindikasi). pemberian asupan cairan memantauan kondisi klien.
b. Menjelaskan perlu-nya untuk setiap sif, mis : siang c. Pemahaman tentang alasan
meningkatkan asupan cairan 1000 ml, sore 800 ml dan tsb membantu klien dlm
pada saat stress/cuaca panas. malam 200 ml. mengatasi gangguan.
c. Mempertahankan berat jenis c. Kaji pemahaman klien d. Untuk mengontrol asupan
urine dalm batas normal. tentang alasan klien.
d. Tidak menunjukan tanda- mempertahankan hidrasi yg e. Untuk mengetahui
tanda dehidrasi. adekuat. prkembangan status
d. Catat asupan dan haluaran. kesehatan klien.
e. Pantau asupan per oral,
min. 1500 ml/ 24 jam.
f. Pantau haluaran cairan
1000-1500ml /24jam.
Pantau berat jenis urine.

3. Kelebihan volume cairan


Tujuan : Kebutuhan cairan klien dapat terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh klien.

Kriteria Hasil Intervensi Rasional


a. Klien akan menyebutkan a. Kaji asupan diet dan a. Untuk mengontrol asupan
faktor penyebab & metode kebiasaan yg klien.
pencegahan edema. mendorong terjadi-nya b. Konsumsi garam yg
b. Klien mperlihatkan retensi cairan. berlebihan me-ningktkan
penurunan edema. b. Anjurkan klien untuk tekanan darah.
menurunkan konsumsi c. Makanan yg menggunakan
garam. penyedap rasa dan
c. Anjurkan klien untuk: pengawet Na+
- Menghindari mengikat air, jadi tubuh
makanan gurih, makanan akan lebih merasa lebih
kaleng & makanan beku. cepat haus.
- Mengkonsumsi d. Venostasis dapat
makanan tanpa garam dan mengakibatkan
menambahkan bumbu terhambatnya aliran darah.
aroma. e. Guna memperlancar
- Meggunakan cuka sirkulasi.
pengganti garam utk f. Perlukaan pada daerah
penyedap rasa sop, yang sakit menyebabkan
rebusan dll. kurang lancarnya sirkulasi
- Kaji adanya tanda peredaran darah di daerah
venostasis dan bendungan tsb.
vena pada bagian tubuh g. Semua kegiataan tersebut
yang mengantung. memperparah keadaan
- Untuk drainase limfatik klien
yang tidak adekuat: Untuk mepercepat perbaikan
- Tinggikan ekstremitas jaringan tubuh.
dengan mnggunakn
bantal, imobilitas, bidai/
balutan yang kuat, serta
berdiri/duduk dlm waktu
yg lama
- Jangan memberikan
suntikan /infuse pd
lengan yang sakit.
- Ingatkan klien untuk
menghindari detergen
yang keras, membawa
beban berat, memegang
rokok, mencabut
kutikula/ bintil kuku,
me-nyentuh kompor gas,
memgenakan perhiasan
atau jam tangan.
- Lindungi kulit yg edema
dari cidera.
1

Anda mungkin juga menyukai