PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Skabies adalah penyakit kulit yang mudah menular. Orang jawa sering
menyebutnya gudig. Penyebabnya adalah Sarcoptes scabei. Cara penularan penyakit ini
adalah melalui kontak langsung dengan penderita atau tidak langsung melalui alat-alat
yang dipakai penderita, misal : baju, handuk, dll.Gejala klinis yang sering menyertai
penderita adalah : Gatal yang hebat terutama pada malam hari sebelum tidur, Adanya
tanda : papula (bintil), pustula (bintil bernanah), ekskoriasi (bekas garukan), bekas-bekas
lesi yang berwarna hitam, Dengan bantuan loup (kaca pembesar), bisa dilihat adanya
kunikulus atau lorong di atas papula (vesikel atau plenthing/pustula).
Predileksi atau lokasi tersering adalah pada sela-sela jari tangan, bagian fleksor
pergelangan tangan, siku bagian dalam, lipat ketiak bagian depan, perut bagian bawah,
pantat, paha bagian dalam, daerah mammae/payudara, genital, dan pinggang. Pada pria
khas ditemukan pada penis sedangkan pada wanita di aerola mammae. Pada bayi bisa
dijumpai pada daerah kepala, muka, leher, kaki dan telapaknya. Pemariksaan adanya
skabies atau Sarcoptes scabei dengan cara :Melihat adanya burrow dengan kaca pembesar
Papula, vesikel yang dicurigai diolesi pewarna (tinta) kemudian dicuci dengan pelarutnya
sehingga terlihat alur berisi tinta Melihat adanya sarcoptes dengan cara mikroskopis,
yaitu : Atap vesikelnya diambil lalu diletakkan di atas gelas obyek terus ditetesi KOH
30%, ditutup dengan gelas penutup dan diamati dengan mikroskop. Papula dikorek
dengan skalpel pada ujungnya kemudian diletakkan pada gelas obyek lalu ditutup dan
diamati
dengan
mikroskop.
Meski sekarang sudah sangat jarang dan sulit ditemukan laporan terbaru tentang
kasus skabies diberbagai media di Indonesia (terlepas dari faktor penyebabnya), namun
tak dapat dipungkiri bahwa penyakit kulit ini masih merupakan salah satu penyakit yang
sangat mengganggu aktivitas hidup dan kerja sehari-hari. Di berbagai belahan dunia,
laporan kasus skabies masih sering ditemukan pada keadaan lingkungan yang padat
penduduk, status ekonomi rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan kualitas higienis
pribadi yang kurang baik atau cenderung jelek. Rasa gatal yang ditimbulkannya terutama
waktu malam hari, secara tidak langsung juga ikut mengganggu kelangsungan hidup
masyarakat terutama tersitanya waktu untuk istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan
dilakukannya disiang hari juga ikut terganggu. Jika hal ini dibiarkan berlangsung lama,
maka efisiensi dan efektifitas kerja menjadi menurun yang akhirnya mengakibatkan
menurunnya kualitas hidup masyarakat. (Kenneth, F,1995).\
Menurut Departemen Kesehatan RI prevalensi skabies di puskesmas seluruh
Indonesia pada tahun 1986 adalah 4,6 % 12,95 % dan skabies menduduki urutan ketiga
dari 12 penyakit kulit tersering. Di bagian Kulit dan Kelamin FKUI/RSCM pada tahun
1988, dijumpai 704 kasus skabies yang merupakan 5,77 % dari seluruh kasus baru. Pada
tahun 1989 dan 1990 prevalensi skabies adalah 6 % dan 3,9 % (Sungkar,S, 1995).
B. Rumusan
Kasus
Masalah
4
Tn.C (40 th) datang kepoliklinik kulit dengan keluhan gatal-gatal hebat, yang biasanya
semakin memburuk pada malam hari. Pada sela jari tangan, pada pergelangan tangan,
sikut, ketiak, terlihat adanya terowongan tungau. Klien mengatakan jarang mandi jika
pulang
kerja
karena
pulang
sudah
larut
malam.
Tentukan:
1.
Diagnosa
medis
kasus
tersebut
2. tanda-tanda dan hasil pemeriksaan penunjang yang ditunjukkan pada kasus di atas
mengarahkan
penyakit
apa?
3. kemungkinan apa yang terjadi jika tidak ditangani dengan baik (komplikasinya)?
4. identifikasi masalah utama pada pasien berdasarkan konsep patofisiologi yang kalian
ketahui?
5. lengkapi data-data klinis dan diagnostik pasien berdasarkan konsep patofiologi yang
kalian
ketahui?
buat
NCP
dengan
diagnosa
utama?
Dari kasus tersebut, Tn, C diagnosis medis kelainan kulit berupa Skabies
BAB II
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI
Skabies merupakan infeksi kulit oleh kutu Sarcoptes scabies yang menimbulkan gatalgatal.Penyakit ini dapat ditemukan pada orang-orang yang miskin yang hidup ditengah kondisi
hygene yang dibawah standar, meskipun sering juga ditemukan pada orang-orang yang sangat
bersih. Skabies sering dijumpai pada orang-orang yang seksual aktif. Namun demikian, investasi
parasit ini tidak bergantung pada aktivitas seksual karena kutu tersebut sering menjangkiti jarijari tangan, dan sentuhan tangan dapat menimbulkan infeksi. Pada anak-anak, tinggal semalaman
dengan teman yang terinfeksi atau saling berganti pakaian dengannya dapat menjadikan sumber
infeksi. Petugas kesehatan yang melakukan kontak fisik yang lama dengan pasien scabies dapat
pula
terinfeksi.
Kutu betina yang dewasa akan membuat terowongan pada lapisan superficial kulit dan berada
disana selama sisa hidupnya. Dengan rahang dan pinggir yang tajam dan persendian kaki
depannya, kutu tersebut akan memperluas terowongan dan mengeluarkan telurnya 2 hingga 3
butir sehari selama 2 bulan. Kemudian kutu betina itu mati. Larva ( telur ) menetas dalam waktu
4 hingga 4 hari dan berlanjut lewat stadium larva serta nimfa menjadi bentuk kutu dewasa dlam
tempo
sekitar
10
hari.
Scabies merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh seekor tungau (kutu/mite) yang
bernama Sarcoptes scabei, filum Arthopoda , kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili
Sarcoptes. Pada manusia oleh S. scabiei var homonis, pada babi oleh S. scabiei var suis, pada
kambing oleh S. scabiei var caprae, pada biri-biri oleh S. scabiei var ovis.
B.
ETIOLOGI
Scabies dapat disebabkan oleh kutu atau kuman Sercoptes scabei varian hominis.Sarcoptes
scabieiini
termasuk
filum Arthopoda,
kelas
Arachnida,
ordo Ackarina,
superfamili
Sarcoptes.Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var hominis.Kecuali itu terdapat S. scabiei
yang
lainnya
pada
kambing
dan
babi.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian
perutnya rata.Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang
betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil,
yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2pasang
longlegs di depan sebagai alat alat untuk melekat dan 2pasang longlegs kedua pada betina
berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan longlegs ketiga berakhir dengan
rambut
dan
keempat
berakhir
dengan
alat
perekat.
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit,
yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh
yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum,
dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari
sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan
lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang
mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar.
Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan
4
pasang
kaki.
Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12
hari.Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3-4 hari, kemudian larva meninggalkan
terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang
akan menjadi parasit dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur, sedangkan
tungau jantan mati setelah kopulasi. Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar
selama lebih kurang 7-14 hari.Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab,
contohnya lipatan kulit pada orang dewasa.Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka
seluruh badan dapat terserang penyakit skabies ini.
C.
PENGKLASIFIKASIAN
SKABIES
Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal, sehingga dapat
menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain (Sungkar, S, 1995):
1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated). Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul
dan
terowongan
yang
sedikit
jumlahnya
sehingga
sangat
sukar
ditemukan.
2. Skabies incognito. Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga
gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa terjadi.
Skabies incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi
luas
dan
mirip
penyakit
lain.
3. Skabies nodular. Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus
biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus
ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus yang berumur
lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa
bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.
4. Skabies yang ditularkan melalui hewan. Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing.
Kelainan ini berbeda dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang
sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering
kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha,perut, dada dan lengan. Masa inkubasi
lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4 8 minggu) dan
dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya
pada
manusia.
5. Skabies Norwegia. Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas
dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya
kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat
disertai distrofi kuku. Berbeda dengan scabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia
tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat
banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun
tubuh
gagal
membatasi
proliferasi
tungau
dapat
berkembangbiak
dengan
mudah.
6. Skabies pada bayi dan anak. Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk
seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa
impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka. (Harahap. M,
2000).
7. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden). Penderita penyakit kronis dan orang tua yang
terpaksa harus tinggal ditempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas. (Harahap.
M, 2000).
D.
Diagnosis
MANIFESTASI
dibuat
dengan
menemukan
dari
KLINIS
4
tanda
cardinal
berikut
1. Gatal-gatal yang hebat akibat reaksi imunologi tipe lambat terhadap kutu atau butiran
fesesnya.
2. Terbentuk terowongan bisa berupa lesi yang multiple, lurus atau bergelombang, berwarna
coklat atau hitam dan menyerupai benang, yang terlihat terutama diantara jari-jari tangan serta
pada
pergelangan
tangan.
3. Gatal-gatal pada malam hari ( gejala klasik) yang disebabkan karena peningkatan kehangatan
kulit
yang
menimbulkan
efek
stimulasi
terhadap
parasit
tersebut.
4. Lesi sekunder sering di jumpai dan mencakup vesikel, papula, ekskoriasi serta kusta.
5. Superinfeksi bakteri terjadi akibat ekskoriasi yang tetap dari terowongan dan papula.
6. Lokasi yang sering adalah permukaan ekstensor siku, lutut, pinggir kaki, ujung-ujung sendi
siku, daerah sekitar putting susu, lipatan aksila, di bawah payudara yang menggantung, dan pada
atau
di
dekat
lipatan
paha
atau
gluteus,
penis
atau
skrotum.
7. Erupsi yang berwarna merah dan gatal biasanya terdapat pada daerah-daerah kulit di
sekitarnya.
8. Pruritus noktuma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang
lembab
dan
panas.
permukaan ulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.
11. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostk. Dapat ditemikan satu atau lebih
stadium
hidup
tungau
ini.
12. Pada pasien yang selalu menjaga hygiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga diagnosis
kadang kala sulit ditegakkan. Jia penyakit berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi, impetigo,
dan furunkulsis.
E.
Patofisiologi
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi juga oleh penderita
sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit
yang kuat,menyebabkan lesi timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh
sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah
infestasi.Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul, vesikel,
dan urtika.Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.Kelainan
kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.
Patoflow
Tungau scabies penderita sendiri dan digaruk
Kontak kulit kuat (Bersalaman, bergandengan)
Timbul lesi (Pergelangan tangan)
Gatal (Sensitivitas terhadap secret)
Waktu 1 bulan setelah infestasi
KOMPLIKASI
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul dermatitis akibat
garukan.Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, sellulitis, limfangitis, dan furunkel.Infeksi
bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang scabies dapat menimbulkan komplikasi pada
ginjal.Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat anti skabies yang berlebihan,
baik
pada
terapi
awal
ataupun
pemakaian
yang
terlalu
sering.
Urtikaria
Urtikaria adalah reaksi dari pembuluh darah berupa erupsi pada kulit yang berbatas tegas dan
menimbul (bentol), berwarna merah, memutih bila ditekan, dan disertai rasa gatal.Urtikaria dapat
berlangsung secara akut, kronik, atau berulang. Urtikaria akut umumnya berlangsung 20 menit
sampai
jam,
menghilang
dan
mungkin
muncul
di
bagian
Infeksi
kulit
lain.
sekunder
Folikulitis
Folikulitis adalah peradangan pada selubung akar rambut (folikel). Pada kulit yang terkena akan
timbul ruam, kemerahan dan rasa gatal. Di sekitar folikel rambut tampak beruntus-beruntus kecil
berisi
cairan
yang
bisa
pecah
lalu
mengering
dan
membentuk
keropeng.
Furunkel
Furunkel (bisul) adalah infeksi kulit yang meliputi seluruh folikel rambut dan jaringan
subkutaneus di sekitarnya.Paling sering ditemukan di daerah leher, payudara, wajah dan
bokong.Akan terasa sangat nyeri jika timbul di sekitar hidung atau telinga atau pada jari-jari
tangan.Furunkel berawal sebagai benjolan keras bewarna merah yang mengandung nanah. Lalu
benjolan ini akan berfluktasi dan ditengahnya menjadi putih atau kuning (membentuk pustula).
Bisul bisa pecah spontan atau mengeluarkan nanahnya, kadang mengandung sedikit darah.
Infiltrat
Eksema
infantum
Eksema atau Dermatitis atopik atau peradangan kronik kulit yang kering dan gatal yang
umumnya dimulai pada awal masa kanak-kanak.Eksema dapat menyebabkan gatal yang tidak
tertahankan, peradangan, dan gangguan tidur.
G.
Pemeriksaan
Fisik
Pengkajian kulit melibatkan seluruh area kulit, termasuk membrane mukosa, kulit kepala dan
kuku.
Prosedur
Utama
Inpeksi
dan
Memerlukan
Penlight
Pasien
Sarunga
dapat
tangan
Tampilan
ruangan
dapat
melepaskan
harus
palpasi
yang
terang
digunakan
seluruh
selalu
untuk
pakaianya
dipakai
ketika
umum
dan
dan
hangat
menyinari
diselimuti
melakkan
lesi
dengan
pemeriksaan
dikaji
benar
kulit
:
Warna
Suhu
Kelembaban
Kekeringan
Tekstur
kulit
(kasar
atau
halus)
Lesi
Vaskularitas
Mobilitas
Kondisi
kuku
dan
rambut
Turgor
kulit
Edema
Elastisitas kulit
1.
Pengkajian
Pengkajian
dan
pemeriksaan
dilaksanakan
di
fisik
bangsal
bedah
:
Biodata
a.
Nama
Scabies
Identitas
pasien
Tn.
TTL
Umur
Jenis
kelamin
laki-laki
Alamat
Agama
Suku
Pendidikan
Diagnosa
:
medis
b.
Nama
TTL
Identitas
Skabies
penanggungjawab
Ny.
:
Umur
Jenis
kelamin
perempuan
Alamat
Agama
Suku
Pendidikan
Hub.dengan
pasien
istri
Riwyat
a.
kesehatan
Keluhan
utama
Pada pasien scabies terdapat lesi dikulit bagian punggung dan merasakan gatal terutama pada
malam
hari.
b.
Riwayat
kesehatan
sekarang
Pasien mulai merasakan gatal yang memanas dan kemudian menjadi edema karena garukan
akibat
rasa
c.
Pasien
gatal
yang
Riwayat
pernah
d.
sangat
hebat.
kesehatan
masuk
Riwayat
dahulu
Rs
karena
kesehatan
alergi
keluarga
Dalam keluarga pasien ada yang menderita penyakit seperti yang klien alami yaitu kurap, kudis.
a.
Pola
fungsi
Pola
persepsi
kesehatan
terhadap
kesehatan
Apabila sakit, klien biasa membeliobat di tko obat terdeat atauapabila tidak terjadi perubahan
pasien
b.
memaksakan
diri
Pola
ke
puskesmas
aktivitas
atau
RS
terdekat.
latihan
di
tempat
tidur
Keterangan
Dengan
Dengan
Dengan
Mandiri
menggunakan
bantuan
Tergantung
c.
menggunakan
total,
alat
bantuan
orang
dari
lain
tidak
Pola
orang
dan
berpartisipasi
bantu
alat
dalam
istirahat
lain
bantu
beraktivitas
tidur
Pada pasien scabies terjadi gangguan pola tidur akibat gatal yang hebat pada malam hari.
d.
Tidak
Pola
ada
nutrisi
gangguan
e.
metabolik
dalam
nutrisi
metaboliknya.
Pola
elimnesi
Klien BAB 1x sehari, dengan konsitensi lembek, wrna kuning bau khas dan BAK 4-5x sehari,
dengan
bau
f.
khas
warna
Pola
kuning
kognitif
jernih.
perceptual
Saat pengkajian kien dalam keadaan sadar, bicara jelas, pendengaran dan penglihatan normal.
g.
Pola
1.
status
2.
peran
hubungan
perkawinan
Pekerjaan
menikah
petani
3. kualitas aktivitas :sebelum sakit klien rajin ke sawah untuk menggarap sawahnya
4.
h.
Sistem
dukungan
Pola
:
nilai
istri
dan
dan
anaknya
kepercayaan
Klien
beragama
islam,
i.
ibadah
dilakukan
Pola
secara
konep
rutin.
diri
1.
Harga
diri
tidak
terganggu
2.
Ideal
diri
tidak
terganggu
3. Identitas diri : terganggu, karena merasa malu akibat penyakit yang dideritanya
4.
Gambaran
5.
Peran
j.
Pada
diri
diri
Pola
klien
scabies
tidak
tidak
seksual
mengalami
k.
gangguan
pada
Pola
terganggu
terganggu
reproduksi
seksual
reproduksinya.
koping
1. Masalah utama yang terjadi selama klien sakit, klien selalu merasa gatal, dan pasien menjadi
malas
untuk
bekerja.
BAB
II
KONSEP MEDIS
1. PENGERTIAN
1) Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi (kepekaan)
terhadap Sarcoptes scabiei var. huminis dan produknya (Adhi Djuanda. 2007: 119-120).
2) Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang mudah menular dari
manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Penyebabnya scabies adalah
Sarcoptes scabiei (Isa Marufi, Soedjajadi K, Hari B N, 2005,http: //journal.unair.ac.id, diakses
tanggal
30
September
2008).
3) Scabies adalah penyakit zoonosis yang menyerang kulit, mudah menular dari manusia ke
manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan di
seluruh dunia yang disebabkan oleh tungau (kutu atau mite) Sarcoptes scabiei (Buchart, 1997:
Rosendal, 1997,http: //journal.unair.ac.id, diakses tanggal 30 September 2008).
2. ETIOLOGI
Scabies disebabkan oleh kutu atau kuman sarcoptes scabei. Secara morfologik sarcoptes scabei
merupakan tungau kecil berbentuk oval punggungnya cembung dan bagian perutnya rata
berwarna putih kotor dan tidak memiliki mata. Sarcoptes betina yang berada di lapisan kulit
stratum corneum dan lucidum membuat terowongan ke dalam lapisan kulit. Di dalam
terowongan inilah Sarcoptes betina bertelur dan dalam waktu singkat telur tersebut menetas
menjadi hypopi yakni sarcoptes muda. Akibat terowongan yang digali Sarcoptes betina dan
hypopi yang memakan sel-sel di lapisan kulit itu, penderita mengalami rasa gatal.
3.
PATOFISIOLOGI
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi juga oleh penderita
sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit
yang kuat,menyebabkan lesi timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh
sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah
infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul, vesikel,
dan urtika. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan
kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.
4.
MANIFESTASI
Diagnosis
dibuat
dengan
menemukan
KLINIK
dari
tanda
cardial
berikut
1) Pruritus noktuma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang
lembab
dan
panas.
utama
Rasa
Tonjolan
pada
gatal
kulit
(lesi)
berwarna
penderita
terutama
putih
scabies
pada
keabu-abuan
adalah
malam
sepanjang
sekitar
hari.
1
cm.
jumlahnya
sehingga
jarang
dijumpai.
2) Scabies nodular, yaitu lesi berupa nodus cokelat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya
terdapat didaerah tertutup, terutama pada genetalia laki-laki. Nodus ini timbul sebagai reaksi
hipersensitivitas
terhadap
tungau
scabies.
3) Scabies yang ditularkan melalui hewan,yaitu sumber utamanya adalah anjing, kelainan ini
berbeda dengan scabies manusia karena tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan
genetalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak dengan
binatang kesayangannya. Kelainan ini hanya bersifat sementara karena kutu binatang tidak dapat
melanjutkan
siklus
hidupnya
pada
manusia.
4) Scabies pada bayi dan anak, yaitu lesi scabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh,
termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan dan kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder
impetigo
sehingga
terowomgan
jarang
ditemukan.
5) Scabies terbaring ditempat tidur, yaitu kelainan yang sering menyerang penderita penyakit
kronis dan pada orang yang lanjut usia yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur terus. Sehingga
orang
itu
dapat
menderita
scabies
dengan
lesi
yang
terbatas.
6) Scabies Norwegia atau scabies krustosa, ini ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta,skuama
generaisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predleksi biasanya kulit kepala yang
berambut, telinga, bokong,siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang disertai distrofi kuku, namun
rasa gatal tidak terlalu menonjol tetapi sangat menular karena jumlah tungau yang menginfeksi
sangat banyak (ribuan).
5.
PENATALAKSANAAN
Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan iritasi
dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan
harganya murah.
Jenis
obat
topical
1) Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Pada bayi dan
orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat aman dan efektif. Kekurangannya
adalah pemakaian tidak boleh kurang dari 3 hari karena tidak efektif terhadap stadium telur,
berbau,
mengotori
pakaian
dan
dapat
menimbulkan
iritasi.
2) Emulsi benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam
selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal
setelah dipakai.
3) Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% daam bentuk krim atau losion, termasuk obat
pilihan arena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi.
Obat ini tidak dianurkan pada anak dibawah umur 6 tahun dan wanta hamil karena toksi terhadap
susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali dalam 8 jam. Jika masihada gejala, diulangi
seminggu kemudian.
4) Krokamiton 10% dalamkrim atau losio mempunyaidua efek sebagai antiskabies dan antigatal.
Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim( eurax) hanya efetif pada 50-60% pasien.
Digunakan selama 2 malam berturut-turut dan dbersihkan setelah 24 jam pemakaian terakhir.
5) Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman arena sangat mematikan
untuk parasit S.scabei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia.
6) Pemberian antibitika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya bernanah di area
yang terkena (sela-sela jari, alat kelamin) akibat garukan.
PENGKAJIAN KELUARGA
1. Identitas Umum Keluarga
a. Identitas Kepala Keluarga
Nama : Tn K
Umur : 40 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Buruh (Sopir)
Alamat: Desa Jatimulya RT 5 RW 3 Lebaksiu
No. Telp
:b. Komposisi Keluarga
No
Nama
L/
Usia
1
2
3
Ny. I
An. F
An. D
P
P
L
P
35 th Istri
13 th Anak
5 th Anak
c. Genogram
Hub. Klg
Pendidikan
Pekerjaan
Status
SD
MTS
TK
Kesehatan
Sehat
Sehat
Influenza
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Anggota keluarga yang sakit
= anggota dalam satu rumah
= Anggota keluarga yang sudah
meninggal
d. Tipe keluarga
a). Jenis type keluarga : nuclear family
b). Masalah yang terjadi dengan type tersebut : Terkadang terjadi pertengkaran antara anak pertama
dengan anak kedua dikarenakan sifatnya yang masih kekanak-kanakan dan tidak mau mengalah
e. Suku Bangsa
a). Asal suku bangsa : Jawa
b). Budaya yang berhubungan dengan kesehatan : Bahwa 2 anak sudah cukup dan bisa mendukung
kesehatan keluarga yang optimal serta kesejahteraan hidup yang baik.
f. Agama dan Kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan :
Keluarga Tn. K jika ada keluarga yang sakit langsung dibawa ke dokter / puskesmas dan tidak
percaya akan pengobatan lewat dukun atau orang pintar.
g. Status sosial dan Ekonomi Keluarga
: Tn. K
: Rp 1.500.000,-/bulan
: Rumah, motor, kulkas, TV,
perabot Rumah Tangga, dll
: Rp 1.200.000,- dan sisanya
Nama
Umur
BB
Keadaan
Kesehatan
1.
2.
3.
4.
Tn. K
Ny. I
An. F
An. D
40 th
35 th
13 th
5 th
60 kg
62 kg
48 kg
15 kg
Sehat
Sehat
Sehat
Sakit
Imunisasi
(BCG/Polio
/DPT/HB/
Campak)
Lengkap
Lengkap
Lengkap
Lengkap
Masalah
Kesehatan
Tindakan
yang
telah dilakukan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Influenza
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Membeli
obat-
obatan
di
warung / Apotik
12).
Pengkajian Keluarga
Karakteristik Rumah
Luas rumah
: 144 m2
Tipe rumah
: Permanen
Kepemilikan
: Pribadi
Jumlah dan ratio kamar
: 3 kamar
Ventilasi jendela
: Cukup dengan terdapatnya ventilasi disetiap
kamar dan ruangan yang lain
Pemanfaatan ruangan
: Baik dengan penerangan yang cukup
Septic tank
: Tidak ada (Pembuangan langsung ke sungai)
Sumber air
: Menggunakan sumur
Kamar mandi/WC
: Terdapat 1 kamar mandi menyatu dengan WC
Sampah
: Pembuangan sampah di tanah kosong atau
pekarangan
Kebersihan lingkungan
: Cukup bersih dimana terdapat saluran irigasi
dibelakang rumah yang digunakan untuk
pembuangan (feses) sekaligus pekarangan
untuk pembuangan sampah baik organik
maupun non organik
Denah rumah
Utara
Barat
Timur
Selatan
Merupakan keluarga inti yang terdiri suami istri dan dua orang anak yang satu sama lain saling
memperhatikan
c. Struktur Peran Keluarga
1). Tn. K :
- Peran informal
- Peran formal
2). Ny. I :
-
Peran informal
: Ny. I sebagai orang yang penyayang terhadap anakanaknya serta bisa sebagai sahabat jika anaknya sedang
membutuhkan saran atau meluangkan uneg-unegnya
Peran formal
3).
4).
An. F
Peran formal
: Sebagai anak pertama
Peran informal
: An. F berperan sebagai pelindung dan penghibur
An. D
Peran formal
: Sebagai anak kedua
Peran informal
: An. D merupakan anak bungsu dari keluarga Tn. K
dan mempunyai peran sebagai penghibur
d. Nilai dan norma keluarga
Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga menyesuaikan dengan nilai dalam agama Islam
yang dianutnya serta norma masyarakat di sekitarnya.
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Keluarga cukup rukun dan perhatian dalam membina rumah tangga.
b. Fungsi sosial
1). Kerukunan hidup dalam keluarga
Kerukunan terjaga dengan baik
2). Interaksi hubungan dalam keluarga
Interaksi dalam keluarga sangat baik dengan komunikasi yang dilakukan secara terbuka
3). Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan
Dalam mengambil keputusan, Keluarga Tn K selalu mengedepankan musyawarah yang
dilakukan antara Tn K dengan istrinya. Tetapi saat Tn. K tidak ada dirumah, segala keputusan di
ambil oleh Ny I dengan sebelumnya sudah berkomunikasi atau berkoordinasi dengan suaminya.
4). Kegiatan keluarga waktu senggang
Berkunjung ke sanak saudara dan seringkali dihabiskan dirumah dengan menonton TV dengan
anaknya
albopictus karena kesadaran akan kesehatan dan kebersihan lingkungan yang masih rendah serta
disekeliling rumah keluarga Tn. K dikelilingi banyak pohon bambu yang merupakan sarang
nyamuk jenis aedes albocpitus.
5). Menggunakan pelayanan kesehatan di masyarakat
Fasilitas /pelayanan kesehatan yang ada yaitu puskesmas, rumah bidan serta dokter yang
semuanya masih bisa di jangkau dengan kendaraan dan jaraknya relatif dekat dengan rumah
keluarga Tn K. Keluarga Tn. K saat ada anggota keluarganya yang sakit langsung membawanya
ke puskesmas atau dokter yang terdekat. Tetapi jika penyakitnya sudah mulai parah maka akan
langsung dibawa ke RS terdekat.
d. Fungsi Reproduksi
Keluarga Tn. K berkeinginan mempunyai 2 anak saja sehingga bisa mengoptimalkan pendidikan
anaknya serta kesejahteraan keluarganya. Dahulu Ny. I pernah menggunakan KB suntik 3
tahun. Setelah merasa tidak cocok dan membuat badan menjadi gemuk akhirnya Ny. I
mengambil keputusan berhenti menggunakan KB sampai sekarang.
e. Fungsi Ekonomi
a. Upaya pemenuhan sandang pangan :
Tn. K bekerja sebagai buruh (sopir) di Jakarta
b. Pemanfaatan sumber yang ada di masyarakat : tidak ada
6. Stress dan Koping Keluarga
a. Stressor jangka pendek
Keluarga Tn K ingin anak pertamanya menjadi anak yang pintar, anak yang penurut serta mau
mengerti kondisi ekonomi keluarganya saat mengalami krisis keuangan.
b. Stressor jangka panjang
Keluarga Tn K ingin anaknya mampu hidup mandiri secara penuh tanpa bergantung dengan
orang tua. Mampu belajar hidup yang sehat terhadap diri sendiri sebagai organisme yang sedang
tumbuh, menjadi pribadi yang kuat dan mau menerima keadaan baik secara fisik maupun
financial keluarga.
c. Respon keluarga terhadap stressor
Keluarga Tn. K sudah dapat beradaptasi dengan baik dengan perkembangan anaknya sekarang
ini. Mereka menyebutkan hal itu masih wajar dan masih bisa diperbaiki melalui pendekatan yang
edukatif.
d. Strategi koping
Keluarga biasanya berdiskusi dalam menghadapi masalah apalagi menyangkut perkembangan
anaknya.
e. Strategi adaptasi disfungsi
Keluarga selalu menggunakan pendekatan yang adaptif dan edukatif jika anaknya dalam
perkembangan mengalami keterlambatan ataupun tidak sesuai harapan keluarga.
7. Harapan Keluarga
a. Terhadap masalah kesehatan
Keluarga Tn K berharap agar keluarganya tidak mengalami penyakit yang sama yang diderita
istrinya dan akan lebih waspada serta menjaga kebersihan dan kesehatan dilingkungannya.
b. Petugas kesehatatan yang ada
Keluarga Tn K berharap agar petugas kesehatan yang ada mampu memberikan pelayanan yang
baik dan sama rata tidak membeda-bedakan berdasarkan status sosial ekonomi.
8. Pemeriksaan Fisik
No
1.
2.
a.
b.
c.
d.
Jenis
Pemeriksaan
Kesadaran
TTV :
TD
Suhu
Nadi
Pernafasan
An. D
CM
CM
CM
120/80 mmHg
36 C
86 kali/menit
20 kali/menit
110/80mmHg
36,7 C
84 kali/menit
18 kali/menit
37C
90 kali/menit
22 kali/menit
3.
BB dan TB
BB : 62 kg
TB : 151 cm
BB : 48 kg
TB : 148 cm
BB : 15 kg
TB : 90 cm
4.
Kepala
5.
Mata
Mesochepal,
Tidak ada kelainan
Konjungtiva an anemis,
sclera non ikterik
7.
Leher
8.
Telinga
9.
10.
Mulut
Hidung
11.
Paru-paru
12.
Jantung
Mesochepal,
Tidak ada kelainan
Konjungtiva
an
anemis, sclera non
ikterik
Tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid
Bersih,
bentuk
simetris,
fingsi
pendengaran baik
Mukosa bibir lembab
Bentuk
simetris,
fungsi penciuman baik
Inspeksi : bentuk
simetris palpasi : taktil
fremitus
sama
perkusi
:
sonor
auskultasi : vesikuler
Inspeksi : kedua belah
dada
simetris
Bulat ,
Tidak ada kelainan
Konjungtiva
an
anemis, sclera non
ikterik
Tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid
Bersih,
bentuk
simetris,
fingsi
pendengaran baik
Mukosa bibir lembab
Bentuk
simetris,
fungsi penciuman baik
Inspeksi : bentuk
simetris palpasi : taktil
fremitus
sama
perkusi
:
sonor
auskultasi : vesikuler
Inspeksi : kedua belah
dada
simetris
13.
Abdomen
14.
15
Ekstremitas
(Prekordium),ictus
kordis tampak.
Palpasi
:
terdapat
pulsasi, ictus kordis
teraba
Perkusi : redup (pekak)
Auskultasi : s1> s2,
murni tidak ada suara
tambahan
(Prekordium),ictus
kordis tampak.
Palpasi : terdapat
pulsasi, ictus kordis
teraba
Perkusi
:
redup
(pekak)
Auskultasi : s1> s2,
murni tidak ada suara
tambahan
(Prekordium),ictus
kordis tampak.
Palpasi : terdapat
pulsasi, ictus kordis
teraba
Perkusi
:
redup
(pekak)
Auskultasi : s1> s2,
murni tidak ada suara
tambahan