Syok septik adalah akibat dari infeksi sistemik yang ditandai dengan hipotensi yang tidak
responsif terhadap resusitasi cairan. Ini adalah masalah perawatan kesehatan utama yang
menimpa jutaan orang setiap tahun di seluruh dunia. Manajemen awal pasien dengan syok septik
adalah mempertahankan tekanan arteri rata-rata (MAP) dan curah jantung sambil mengatasi
infeksi dengan terapi antimikroba dan kontrol sumber (bila berlaku). Pasien yang gagal
merespon resusitasi cairan agresif adalah kandidat untuk terapi vasopressor atau inotropik untuk
mempertahankan parameter hemodinamik (Pollard et all, 2015).
Pada tingkat sistem organ, sepsis dapat menyebabkan gangguan atau kegagalan pada setiap
sistem organ. Secara klinis, ini dapat memanifestasikan dirinya sebagai syok, gagal napas,
trombositopenia / DIC, kontrol glukosa yang berubah, status mental yang berubah, cedera ginjal
akut, ileus, polimopati, disfungsi adrenal, dan / atau fungsi hati yang berubah
Guideline Terapi
Syok Sepsis
(Putra, 2019)
DTP
Tgl Subjektif Objektif Asessment
Diagnosa Syok o Frekuensi DRP : Indikasi tanpa terapi
Sepsis ditandai pernapasan >20 Pasien mengalami Syok sepsis dan
dengan emam kali/menit tidak mendapatkan terapi, sehingga di
sejak 2 hari o Nadi >100 perlukannya terapi tambahan
SMRS, peak kali/menit
38,9°C o PaCO2 < 35-45
mmHg
Plan
a) Tujuan terapi
Vasopresor biasanya digunakan untuk memulihkan dan mempertahankan tekanan
darah pada pasien dengan sepsis dengan menggunakan Norepinefrin sebagai lini pertama
(Scheeren et all, 2019)
b) Terapi non farmakologis
pemberian cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi, memakai pakaian yang
mudah menyerap keringat dan memberikan kompres dingin sehingga set point akan
tercapai dan kembali ke batas suhu tubuh inti yang normal.
c) Terapi farmakologis
Respon vasopressor terhadap norepinefrin lebih kuat dan lebih konsisten daripada
respons terhadap dopamin. Hasilnya adalah perbaikan yang lebih dapat diandalkan dalam
parameter hemodinamik, terutama MAP dan keluaran urin, ketika norepinefrin diberikan
dibandingkan dengan dopamin untuk pasien dengan syok septic sehingga norepinefrin
menjadi lini pertama sebagai Vasopresor (Pollard et all, 2015).
(Putra, 2019).
(Putra, 2019)
(Medscape, 2020)
Monitoring
Monitoring
Obat Target Keberhasilan
ESO Keberhasilan
Norepinefrin Sakit kepala, Frekuensi pernapasan
ansietas, aritmia, berada pada nilai normal
bradikardia, (12-20x/menit), Nadi berada
kesulitan pada nilai normal (60-100
bernapas, cedera mmHg), Suhu tubuh berada
iskemik, atau pada nilai normal (36,5-37,5
o
ekstravasasi di C)
tempat infus
(Drugs, 2020).
Dapus
Drugs. 2020. Side Effect of Norepinephrine. Diakses pada tanggal 24 September 2020 pada situs
https://www.drugs.com/sfx/norepinephrine-side-effects.html
McConnell, K. W., & Coopersmith, C. M. (2016). Pathophysiology of septic shock: From bench
to bedside. Presse medicale (Paris, France : 1983), 45(4 Pt 2), e93–e98.
Medscape. 2020. Drugs Dosing & Uses : https://reference.medscape.com/drug/levarterenol-
levophed-norepinephrine-342443#0
Pollard, S., Edwin, S. B., & Alaniz, C. (2015). Vasopressor and Inotropic Management Of
Patients With Septic Shock. P & T : a peer-reviewed journal for formulary
management, 40(7), 438–450.
Putra, Ivan AS. 2019. Update Tatalaksana Sepsis. CDK-280/ vol. 46 no. 11 th. RSUD Kota
Surakarta, Surakarta, Indonesia.
Scheeren, T.W.L., Bakker, J., De Backer, D. et al. Current use of vasopressors in septic
shock. Ann. Intensive Care 9, 20 (2019). https://doi.org/10.1186/s13613-019-0498-7