Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI 1

FARMAKOTERAPI KASUS SISTEM RESPIRASI


ASMA BRONCHIAL

Disusun Oleh
Aris Kurniawan Wijaya I1C016055
Bellia Hasyim I1C016031
Desy Kartika Sari I1C016021
Diah Ayu Rohmaningtias I1C016067
Dita Pramesti Javani I1C016001
Elok Maulidya I1C016023

Dosen Pembimbing Praktikum : Masita Wulandari, M.Sc., Apt.


Laskmi Maharani, M.Sc., Apt.
Asisten Praktikum : Novi Amalia
Tanggal Diskusi Kelompok : 21 November 2018
Tanggal Presentasi Diskusi Dosen : 28 November 2018

LABORATORIUM FARMASI KLINIK


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
2018
A. KASUS
Identitas Pasien
No. RM 00019833
Nama Ny. A Agama Islam
Tempat/Tgl Lahir Padang/20-2-1949 Pendidikan Tamat SLTA
Umur 62 th 1 bulan Pekerjaan Pensiunan PNS
Jenis Kelamin Perempuan Status Perkawinan Kawin

Riwayat MRS
Keluhan Utama Sesak nafas selama 15 menit sejak 2 jam yang lalu
Riwayat/Keluhan MRS Sesak nafas berulang 5-6x/hari dipicu perubahan cuaca
dan aktivitas, sesak mengganggu tidur, batuk (+),
dahak putih, demam (-), keringat malam (-), nyeri dada
(-), mual (-), muntah (-)
Riwayat Penyakit Asma sejak 15 tahun yang lalu, sebulan terakhir 8x ke
IGD, HT (-), DM (-)
Riwayat Keluarga Ayah kandung asma, HT (-), DM (-)
Riwayat Lifestyle Senam asma berhenti, merokok (-)
Diagnosa Asma Bronchial

Pemeriksaan Fisik
KU CM, tampak gelish, bicara putus–putus
tapi tuntas 1 kalimat Nilai Normal Keterangan
Tanda TD 120/70 mmHg 100/77 – 134 / 84 Normal
N 118x/menit 60 – 100 Meningkat
Vital
S 36,6°C 36 ° - 37,5° C Normal
RR 27x/menit cepat 12- Meningkat
dalam, menggunakan 20x/menit
otot tambahan sela iga

Hasil Pemeriksaan Thorax


 Pulmo
Inspeksi : Simetris hemithoraks saat statis dan dinamis
Palpasi : Vocal fremitus normal
Perkusi : Sonor hemithoraks
Auskultasi : SN vesikuler, Rh -/-, Wh +/+
B. DASAR TEORI
1. Asma Bronchial
a. Patofisiologi

Asma disebabkan oleh interaksi kompleks antara sel inflamatori


dengan mediator. Epitel broncial pada pasien asma rapuh, dengan
abnormalitas yang terdiri dari destruksi sel silia dan over ekspresi dari EGF
(Epitelial Growth Factor).
Setelah pemejanan, terjadi pengeluaran mediator inflamasi seperti sel
mast broncial, makrofag, limfosit T, dan sel epitelia. Mediator ini dapat
bermigrasi secara langsung dan mengaktifkan sel inflamasi lainnya seperti
eosinofil. Eosinofil mengeluarkan biokimia (eosinofil kationik protein) yang
menyebabkan perlukaan pada saluran udara, kerusakan epitelia, hipersekresi
mukus, dan meningkatkan reaktivitas otot polos.
Th2 limfosit mengeluarkan sitokin (IL4 dan IL5) dimana sitokin
tersebut berfungsi sebagai kontrol dari aktifasi eosinofil. Hiperaktivitas
merupakan respon besar dari otot polos bronkial yang dapat memicu stimulus
dari saluran udara pada pasien asma. Contoh dari stimulusnya yaitu terjadi
paparan alergen, infeksi virus, merokok, metakolin, dan polutan lainnya.
Stimulus endogen dapat memperburuk asma sehingga terjadi rinitis, sinusitis
dan GERD (Alldredge et al, 2013).
b. Guideline Terapi

(GINA, 2018)
C. PENATALAKSANAAN KASUS DAN PEMBAHASAN
a. Subjective
Pasien mengalami sesak nafas selama 15 menit sejak 2 jam yang lalu, sesak
nafas berulang 5-6x per hari, dipicu perubahan cuaca dan aktivitas, sesak
mengganggu tidur, batuk (+).

b. Objective
Pemeriksaan Laboratorium
KU CM, tampak gelish, bicara putus –
putus tapi tuntas 1 kalimat Nilai Normal Keterangan
Tanda TD 120/70 mmHg 100/77 – 134 / 84 Normal
N 118x/menit 60 – 100 Meningkat
Vital
S 36,6°C 36 ° - 37,5° C Normal
RR 27x/menit cepat 12- Meningkat
dalam, menggunakan 20x/menit
otot tambahan sela iga

Hasil Pemeriksaan Thorax


 Pulmo
Inspeksi : Simetris hemithoraks saat statis dan dinamis
Palpasi : Vocal fremitus normal
Perkusi : Sonor hemithoraks
Auskultasi : SN vesikuler, Rh -/-, Wh +/+

c. Assessment
Pasien memerlukan terapi untuk mengatasi eksaserbasi akut dan terapi
pemeliharan asma bronchial (GINA, 2018)
d. Plan
a. Tujuan Terapi
1. Mengatasi eksaserbasi akut asma bronkhial
2. Mengendalikan gejala dan menurunkan risiko eksaserbasi
(GINA, 2018)
b. Terapi Non-Farmakologis
1. Pasien dianjurkan untuk menghindari asap rokok
2. Pasien dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik produktif seperti
melakukan kembali kebiasaan senam asma yang sudah berhenti
3. Pasien dianjurkan untuk menghindari pencetus asma seperti alergen
(debu rumah, polutan, kecoa), asap rokok, aktivitas berlebihan dan
stress. Hindari penggunaan obat golongan beta bloker, dan NSAID
4. Pasien membutuhkan terapi oksigen selama dirumah sakit hingga target
saturasi mencapai 93-95%
(
(GINA, 2018 )
c. Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis pasien menggunakan prinsip 4T 1W:
1. Tepat Indikasi
1.1Terapi Eksaserbasi
Berdasarkan tanda dan gejala, serta hasil pemeriksaan fisik dan
thorax maka pasien terindikasi asma bronchial grade moderate sehingga
dapat diberikan terapi SABA (Short Acting B2- Agonis) dan
kortikosteroid untuk eksaserbasi akut (GINA,2018; Ichinose et al, 2011).

(Ichinose et al, 2011)


(GINA,2018)

1.2 Terapi Pemeliharaan


Selain terapi eksaserbasi, pasien membutuhkan terapi pemeliharaan
berupa terapi kombinasi low dose ICS (Inhaled Corticodteroids) dengan
formoterol (GINA, 2018),

(GINA,2018)
2. Tepat Obat
2.1 Terapi untuk mengatasi eksaserbasi akut
Pilihan terapi yang disarankan adalah dua terapi obat, yaitu terapi
SABA dan Kortikosteroid. Terapi SABA yang dapat digunakan untuk
mengatasi asma bronchial adalah albuterol (salbutamol), dipilih
salbutamol karena tidak terdapat perbedaan efikasi yang signifikan
antara salbutamol dengan terbutaline, tetapi salbutamol memiliki harga
yang lebih terjangkau (murah) dibanding terbutaline (NHS, 2011).

Terapi kortikosteroid oral yang dapat digunakan adalah


prednisolone karena memiliki (NHS,
keuntungan 2011)lebih
yang besar,
bioavailabilitasnya 50%-80% dan dapat dimetabolisme dihati, jika
dibandingkan dengan budesonide yang memiliki efek sistemik lebih
rendah (Sharmaa et al, 2017).
(Sharmaa et al, 2017)
2.2 Terapi Pemeliharaan
Terapi pemeliharaan yang dapat digunakan yaitu, terapi kombinasi
low dose budesonid – formoterol dipilih karena kejadian eksaserbasi
lebih rendah yaitu 11% pada pasien dengan usia 18-65 tahun (Papi et al.,
2007).

(Papi et al., 2007)

3. Tepat Pasien
3.1 Terapi eksaserbasi
Penggunaan inhaler salbutamol tepat digunakan pada pasien yang
mengalami eksaserbasi karena dapat meringankan gejala asma dan
bronkokontriksi. Prednison tepat digunakan untuk pasien yang
mendapatkan pengobatan awal (start treatment) (GINA2018).

(GINA, 2018)

3.2 Terapi Pemeliharaan


Terapi kombinasi low dose budesonide-formoterol tepat diberikan pada
pasien yang mengalami treatment pemeliharaan dan untuk mengurangi
resiko eksaserbasi dan pada pasein yang menunjukan gejala selama lebih
dari 2 kali dalam sebulan (GINA, 2018). Penggunaan inhalasi
kortikosteroid (kombinasi low dose budesonide-formoterol) dipilih
karena lebih aman dibanding secara oral karena penggunaan oral
memiliki faktor resiko tinggi terhadap pasien yang fraktur tulang,
katarak, lemah otot. (Hanania et al., 2011)
(GINA, 2018)
(Hanania et al., 2011)
4. Tepat Dosis
4.1 Terapi Eksaserbasi
Salbutamol diberikan sebanyak 4-10 puff pMDI+spacer diulangi
setiap 20 menit selama 1 jam (GINA,2018). Prednisolon diberikan
sebanyak 1 mg/kg dengan jumlah maksimal 50 mg dan dapat diberikan
selama 5-7 hari (GINA,2018).

(((GINA,2018)
4.2 Terapi Pemeliharaan
Dosis terapi kombinasi budesonide-formoterol masing-masing 80µg
untuk budesonide dan 4,5 µg untuk formoterol dengan 2 inhalasi 2 kali
sehari (NHLBI, 2007).

(NHLBI, 2007)

5. Waspada ESO
Penggunaan salbutamol, pasien dapat mengalami tremor dan
takikardia. Penggunaan prednisolone, pasien dapat mengalami
hiperglikemi. Pengunaan ICS, pasien dapat mengalami takikardia, sakit
kepala, dan kram (GINA,2018).
Jadwal minum obat untuk pasien Ny. S
Nama Obat Jadwal Minum Jumlah Manfaat Hal yang perlu diperhatikan

Salbutamol Diulang setiap 4-10 puff Meringankan Memastikan pasien


20 menit pMdi + gejala asma dan memahami cara
selama 1 jam spacer bronkokonstriksi, menggunakan MDI yang
(GINA, 2018). (GINA, temasuk baik dan benar, meliputi:
2018) eksaserbasi akut menghembuskan nafas
(GINA, 2018) hingga habis sebelum
menggunakan MDI, spacer
dimasukkan ke dalam mulut
dan memastikan mulut
tertutup rapat ketika
penggunaan (Wells et al.,
2008)

Prednisolone 1 x sehari 1 mg/kg Mengobati Penggunaan Prednisolone


selama 5-7 hari hingga 50 eksaserbasi akut dapat menyebabkan
(GINA, 2018). mg yang parah dan osteoporosis dan
mencegah peningkatan kadar gula
(GINA,
kejadian darah (GINA, 2018).
2018).
berulang, terjadi
kekambuhan
kembali (GINA,
2018).

Budesonide- 2 x inhalasi, 4 puff / Mengendalikan Formoterol disarankan


Formoterol masing-masing hari gejala dan digunakan secara kombinasi
2 x sehari (NHLBI, menurunkan karena dapat memperbaiki
(NHLBI, 2007). faktor risiko durasi ketahanan latihan
2007). (GINA, 2018). (excerise endurance
time/EET) secara signifikan
dibandingkan dengan
penggunaan tunggal (Amin,
2012).
D. MONITORING
Nama Obat Keberhasilan ESO Target keberhasilan

Salbutamol Dilakukan pemantauan Pasien dapat PEF 60-80%. Gejalanya


penilaian terhadap mengalami tremor dan hilang, sehingga tidak
hilangnya gejala, takikardia (GINA, memerlukan SABA,
peningkatan nilai PEF, 2018). oksigen saturasinya >94%
dan peningkatan oksigen udara dalam ruangan
saturasi setelah 1 jam (GINA, 2018).
pemberian obat (GINA,
2018).

Prednisolone Dilakukan pemantauan Efek samping yang PEF 60-80%. Gejalanya


penilaian terhadap ditimbulkan saat hilang, sehingga yidak
hilangnya gejala, pemakaian jangka memerlukan SABA,
peningkatan nilai PEF, pendek adalah oksigen saturasinya >94%
dan peningkatan oksigen hiperglikemia, udara dalam ruangan
saturasi setelah 1 jam sedangkan pemakaian (GINA, 2018).
pemberian obat (GINA, dalam jangka panjang
2018). adalah osteoporosis
(GINA, 2018).

Budesoide- Dilakukan monitoring Pasien dapat Faktor risiko dan gejala


Formoterol pengobatan berupa mengalami takikardia, asma berkurang (GINA,
evaluasi respon setelah sakit kepala, dan kram 2018).
pemakaian selama 3 (GINA, 2018).
bulan (GINA, 2018).

KIE
1. Memastikan pasien mengetahui cara penggunaan MDI sebagai berikut :
a. Membuka tutup, dan memegang inhaler bagian atas dengan jari membentuk huruf
'L',
b. Kocok inhaler,
c. Tegakkan kepala ke belakang secara lurus, dan buang nafas secara perlahan,
d. Posisikan inhaler dalam satu jalur ( A atau B optimal, tetapi C dapat dilakukan
bagi orang yang tidak dapat menggunakan posisi A atau B ),
e. Tekan kebawah pada inhaler untuk mengeluarkan obat, kemudian hirup secara
perlahan,
f. Hirup secara perlahan ( 3 hingga 5 detik ),
g. Tahan nafas selama 10 detik agar obat mencapai bagian dalam paru – paru,
h. Ulangi penggunaan seperti langkah awal, dengan memberi jeda selama 1 menit
agar penetrasi obat lebih baik,
i. Penggunaan spacer atau holding chamber dapat dingunakan untuk semua pasien,
khususnya pasien anak dan orang tua.

Hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan MDI yaitu :

a. Buang nafas habis sebelum menggunakan inhaler.


b. Menghirup secara lambat.
c. Bernapas melalui mulut, bukan melalui hidung.
d. Menekan kebawah pada inhaler ketika akan memulai inhalasi (atau ketika
penggunaan detik pertama inhalasi).
e. Tetap menghirup selama proses inhalasi.
f. Tekan inhaler hanya satu kali ketika akan melakukan inhalasi (satu kali nafas
setiap puff).
g. Pastikan menghirup nafas sedalam – dalamnya.
(Wells et al., 2008)
2. Tenaga kesehatan membuat rencana terapi asma, yang meliputi:

a. Penggunaan obat asma pada pasien.


b. Kapan dan bagaimana untuk meningkatkan pengobatan dan pemulaian OCS.
c. Bagaimana mengkses pelayanan kesehatan jika gejalanya gagal merespon.
(GINA,2018)

E. KESIMPULAN
1. Problem medik dengan ditunjukan gejala dan tanda pada pasien sesuai dengan
diagnosa asma bronchial stage moderate.
2. Penatalaksanaan terapi asma bronchial dengan menggunakan terapi eksaserbasi
akut dan terapi pemeliharaan.
3. Penatalaksanaan asma bronchial saat eksaserbasi digunakan SABA berupa
salbutamol 4-10 puff pMDI+spacer dan prednisolon 1 mg/kg dengan jumlah
maksimal 50 mg, sedangkan terapi pemeliharaan digunakan kombinasi low-dose
ICS budesonide dengan formoterol 4 puff / hari.
DAFTAR PUSTAKA

Alldredge B. K, Corelli R. L, Ernst M. E, Guglielmo B. J, Jacobson P. A, Kradjan W.


A, Williams B, R. 2013. Applied Therapeutics, The Clinical Use of Drugs, Tenth
Edition. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins, Wolter Kluwer Business.
Amin, Muhammad. 2012. LABACS Provide a Simple Convenient and Effective CPOD
Theraphy. Majalah Kedokteran Resirasi. 3: 61-69.
GINA. 2018. Pocket Guide for Asthma Management and Prevention. GINA
Committee.
Hanania, Nicola A., Monroe J. King, Sidney S. Braman, Carol Saltoun, Robert A.
Wise, Paul Enright, Ann A Falsey, Sameer K. Mathur, Joe W. Ramsdell, Linda
Rogers, David A. Stempel, John J. Lima, James E. Fish, Sandra R. Wilson,
Cynthia Boyd, Kushang V. Patel, Charles G. Irvin, Barbara P. Yawn, Ethan A
Halm, Stephen I. Wasserman, Mark F. Sands, William B. Ershler, and Dennis K.
Ledford. 2011. Asthma in the Elderly: Current Understanding and Future. J
Allergy Clin Immunol 128(3 Suppl): S4–S24.
Ichinose, Sugiura, Nagase, Yamaguchi, Inoue, Sagara, Tamaoki, Tohda, Munakata,
Yamauchi, Ohta, 2017. Japanese guidelines for adult asthma 2017. Allergology
International.66 (2017) 163 - 189.
National Heart Lung and Blood Institute. 2007. Expert Panel Report 3:Guideline for
The Diagnosis and Management od Asthma.America: US Departement of Health
and Human Service.
NHS.2011.Bronchodilators [Online]
http://www.ljf.scot.nhs.uk/LothianJointFormularies/Adult/3.0/3.1/Pages/default.a
spx. Diakses pada 26 November 2018 pukul 20.00 WIB.
Papi, A., P.L. Paggiaro, G. Nicolini, A.M. Vignola and L.M. Fabbri. 2007.
Beclomethasone/formoterol versus budesonide/formoterol combination therapy in
asthma. European Respiratory Journal  29: 682-689.
Sharma, S. Harish, R. Dutt, N. Kumar Digra, K. 2017. To evaluate the efficacy of
nebulized budesonide compared to oral prednisolone in the management of
moderate exacerbation of acute asthma. International Journal of Contemporary
Pediatrics. (4):1278-1283.
Wells B.G., DiPiro J.T. Terry L Schwinghammer., Cecili DiPiro. 2008.
Pharmacoterapy Handbook Seventh Edition. New York: McGrawHills Company.

Anda mungkin juga menyukai