Anda di halaman 1dari 24

PENATALAKSANAAN

FISIOTERAPI PADA KASUS


ASMA DI BBKPM
BANDUNG
TAHUN 2022

GEMARAWAN ABADI
P3.73.26.2.22.025

PROGRAM STUDI PROFESI FISIOTERAPI


JURUSAN FISIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III
PEMBAHASAN

ETIOLOGI DAN
DEFINISI 01 FAKTOR RESIKO
ASMA
02

TANDA & GEJALA


03 STATUS KLINIS
04
Pneumonia Asthma

01
DEFINISI
DEFINISI
Asma adalah penyakit saluran napas dengan dasar inflamasi kronik yang mengakibatkan obstruksi dan
hiperreaktivitas saluran napas dengan derajat yang bervariasi. Gejala klinis asma dapat berupa batuk,
terdengar suara napas wheezing, sesak napas, dada terasa seperti tertekan yang timbul secara kronik
dan atau berulang, cenderung memberat pada malam atau dini hari, dan biasanya timbul jika ada
pencetus. (IDAI, 2015)

Menurut (GINA) Global Initiative for Asthma (2018) asma merupakan penyakit heterogen yang
ditandai dengan adanya peradangan saluran napas kronis diikuti dengan gejala pernapasan seperti
mengi, sesak napas dan batuk yang bervariasi dari waktu ke waktu dengan intensitas yang berbeda dan
bersamaan dengan keterbatasan aliran udara saat ekspirasi.
DEFINISI
Penyakit Asma menjadi salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia. Menurut data dari
laporan Global Initiative for Asthma (GINA) tahun 2017 angka kejadian asma dari berbagai negara
adalah 1-18% dan diperkirakan terdapat 300 juta penduduk di dunia menderita asma. Di Indonesia,
berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar Nasional pada tahun 2018, jumlah pasien asma adalah 2,4
%.

Di sisi lain, penyakit asma merupakan penyakit tidak menular ketiga tertinggi di Kota Bandung
setelah penyakit hipertensi dan diabetes melitus. Kasus penyakit asma pun terus meningkat dari tahun
ke tahun. Jumlah penemuan kasus asma pada tahun 2018 terdapat sebanyak 6.953 kasus, tahun 2019
sebanyak 9.680 kasus, dan tahun 2020 kembali meningkat menjadi 10.711 kasus. Hal ini tentu
berakibat pada kualitas hidup dan produktifitas penderitanya, seperti terganggunya pekerjaan atau
pendidikannya
Pneumonia Asthma

02
ETIOLOGI DAN FAKTOR
RESIKO ASMA
ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO ASMA
GINA(2012) menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya asma dibagi
menjadi faktor yang menyebabkan perkembangan asma dan faktor yang memicu gejala
asma

b. FAKTOR
a. FAKTOR HOST
LINGKUNGAN
o Genetik o Alergen
o Obesitas o Infeksi
o Jenis kelamin o Asap rokok
o makanan
Pneumonia Asthma

03
TANDA DAN GEJALA
TANDA DAN GEJALA
Gejala klinis yang muncul pada penderita asma adalah sebagai berikut, (Riyadi 2009) :

3. SUARA NAFAS
1. SESAK NAFAS 2. BATUK
WHEEZING

4. PUCAT 5. LEMAH
Klasifikasi asma (GINA, 2012)
Pneumonia Asthma

04
STATUS KLINIS
II. Keluhan Utama: Pasien mengeluhkan
sesak, sesak lebih berat bila berjalan I. Identitas Pasien
jauh dan terburu buru atau belari
Tgl pemeriksaan : 11 oktober 2022

III. Riwarat Penyakit Sekarang: satu No. RM : 2020100305


hari sebelumnya pasien mengalami Nama : An. MGF
sesak nafas secara tiba-tiba kemudian
pasien di bawa oleh orang tuanya Jenis Kelamin : laki-laki
untuk berobat di BBKPM bandung Tgl Lahir/Usia : 09-09-2016/6 th

IV. Riwayar peyakit terdahulu : Tidak ada Alamat : Perum


cihanjung indah
V. ACT SKOR: 22 (Terkontrol Sebagian)
Pemeriksaan tanda vital: antropometri
IMT : 17,6
Ekspansi sangkar thorax
TB/BB : 117 cm/ 24kg
TD : 70/100 mmHg Upper : 64-66 2 cm
Middle : 68-70 2 cm
HR : 85x/mnt
Lower : 65-67,5 2,5 cm
Suhu : 35 oC
RR : 25.x/mnt
SpO2 : 95%
Pemeriksaan fisik
• Inspeksi
Statis :
 raut wajah pasein tampak cemas
 Keadaan umum pasien tampak baik (Compos Mentis)
 Pasien tampak forward head dan kyphosis

Dinamis :
Pasien datang tanpa alat bantu
Gerak sangkar thoraks simetris

• Palpasi
 Taktil Fremitus : getaran pada sisi dextra dan sinistra sama
 Spasme pada otot bantu pernafasan (M. Upper Trapezius, M. sternocleidomastoid & M. Pectoralis)

• Perkusi
Sura sonor ( resonant) pada dada dextra maupun sinistra

Auskultasi
Wheezing : terdengar mengi pada dada dextra maupun sisnistra (Uper sampai middel)
1. Pemeriksaan Skala Sesak

• mMRC : Tingkat 1( terganggu dengan sesak nafas ketika Skala BORG : 3berjalan)
terburu-buru (sedang)
Pemeriksaan Khusus

Uji Fungsi Paru


Uji Bronchodilatator dengan Peak Flow
• Pre UBD : PEFR 73 %
• Post UBD : PEFR 87,1 %
• Persentase peningkatan : 19,23 %
DIAGNOSIS FISIOTERAPI
Problematik Fisioterapi

Body function and structure impairment


• Forward head
• kyphosis
• Obstruksi saluran napas
• Muscle spasme (M. Upper Trapezius, M. sternocleidomastoid & M. Pectoralis)
• Sesak napas
• Penurusan ekspansi thoraks

 
Activity limitation
• Tidak bisa berjalan jauh dan terburu-buru
 
Participation Restriction
• Keterbatasan dalam melakukan hobbynya jalan jalan dan bermain berama teman temannya
 
 
Diagnosis Fisioterapi Berdasarkan ICF
Pasien mengalami kesulitan dalam melakukan hobbynya jalan jalan dan beramain karena tidak bisa berjalan jauh dan
terburu-buru akibat adanya sisak nafas penurunan ekspansi thoraks et causa asma
  
Perencanaan Fisioterapi
Tujuan jangka pendek Tujuan jangka Panjang
• Mengrangi sesak • Meningkatkan kemampuan
• Meningkatkan ekspansi thorax aktifitas fungsional pasien
• Memperbaiki postur
• Mengurangi spasme
Intevensi Fisioterapi
dosis dosis
nebulizer infrared F : 2x/minggu
Ventolin
dan
Untuk menurunkan spasme I : 780-1000
Untuk melegakan saluran
combivent otot dan rileksasi otot nm
napas yang menyempit T : 10-15 menit
+ pulmicort pernafasan
T : continues
0,5 mg

Breathing exercise dosis mobilisasi sangkar thoraks dosis


(diafragma breathing) +pulsed lip breathing
F : 3x/minggu
I : 10x repetisi, 3 set Untuk meningkatkan mobilisasi sangkar F : 3x/minggu
untuk mengurangi keluhan sesak napas. T : 10-15 menit I : 10 repitisi 3 set
Latihan ini juga dapat menurunkan kerja thoraks, membantu memperbaiki jalan
T : breathing oksigen, menginduksi pola napas T : 10-15 menit
otot-otot penggerak bantu pernapasan exercise T : breathing
dan menguatkan diafragma (Watchie, lambat dan dalam, membantu pasien
untuk mengontrol pernapasan, exercise
2010).
mencegah kolaps dan melatih otot-
otot(Smeltzer & Bare, 2013)
Catatan:
Setiap melakukan intevensi harus di perhatikan postur pasien, instruksikan pasien untuk
menegapkan postur tubuhnya dan juga perhatikan rest tiap sesi exercisee nya
Home Program edukasi

• Mengulangi latihan Pasien disarankan untuk


yang diberikan saat menghindari kegiatan yang
therapy berat yang dapat memicu
• Melakukan berjalan terjadinya sesak dan juga
setiap paginya selama 5 pasein di sarankan untuk
menit memperhatikan postur biak
saat duduk maupun berdiri
dan berjalan.
evaluasi

Pre Intevensi Post Intevensi

Spo2 95 % Spo2 95%

BP 70/100 mmHg BP 70/100 mmHg

RR 25 x/menit RR 23 x/menit

HR 85x menit HR 84x menit

Aukskultasi : wheezing Aukskultasi : vasikuler

mMRC/Brogscale : 1/3 mMRC/Brogscale : 1/1

Uji Fungsi Paru


Uji Bronchodilator dengan Peak Flow
• Pre UBD : PEFR 73 %
• Post UBD : PEFR 87,1 %
• Persentase peningkatan : 19,23 %
Hasil Terapi Akhir

Pasein dengan inisial An. MGF dengan diagnosa


asma berdasarkan evaluasi dari hasil intervensi
yang di berikan pada pasien berupa, nebulizer,
infrared, diafragma breathing dan mobilisasi
sangkar thoraks +pulsed lip breathing terdapat
penurunan sesak nafas dan terjadi peningkatan
PEFR sebesar 19,23 %
DAFTAR PUSTAKA
GINA (2012) Global Strategy For Asthma Management And Prevention. Canada.

Gina. (2018). Global Strategy for Asthma Management and Prevention. Global Strategy for Asthma Management and Prevention,
32. https://ginasthma.org/wp-content/uploads/2018/04/wms-GINA-2018-report-tracked_v1.3.pdf

IDAI (2015) Pedoman Nasional Asma Anak, Pedoman Nasional Asma Anak.

Kementerian Kesehatan RI. (2019a). Laporan Nasional Riskesdas 2018. In Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan (Vol. 10, p. 126). https://doi.org/10.12688/f1000research.46544.1

Kementerian Kesehatan RI. (2019b). Laporan Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2018. In Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.

Riyadi, S. dan S. (2009) Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. 2013. Texbook of medical surgical nursing 10th. Philadelphia. Lippincott Raven Publishers.

Watchie J. 2010. Cardiopulmonary physical therapy. WB Saunders Company, London, Hal. 132.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai