Anda di halaman 1dari 58

Farmakoterapi Terapan

Asma
Dosen Pengampu : apt. Marvel, M.Farm
Anggota Kelompok 4
Adzdzikra Dzikrullah Adzkar 41221097100044

Barokah Nurilah 41221097100054

Rini Handayani 41221097100079

Zulfah Minasari 41221097100087

Erfani Rizqita 41221097100102

Windy Amelia 41221097100108

Siska 41221097100109
Topik Pembahasan
01 02 03
Tinjauan Kasus Tinjauan Pustaka Analisis Kasus

04 05 06
Analisis Analisis DRP Pertanyaan dan
Pengobatan Kesimpulan
01
Tinjauan Kasus
Kasus Asma
JU adalah seorang pria berusia 59 tahun yang
datang ke klinik dengan riwayat dispnea, mengi,
sakit kepala, insomnia, selama 2 minggu. Dia juga
mengeluhkan kelemahan umum selama sebulan
terakhir.

Riwayat Penyakit Terdahulu


JU memiliki riwayat asma selama 20 tahun yang
cukup terkontrol dengan baik dengan inhaler
metaproterenol dan triamcinolone. Dia baik-baik
saja sampai 2 bulan yang lalu, ketika dia mulai
mengi dan sesak napas, pada awal musim alergi.
Selanjutnya, ia mulai menggunakan teofilin untuk
mengendalikan gejalanya. Sekarang, dia datang ke
klinik meminta isi ulang untuk inhalernya dan
mengklaim bahwa dia tidak merasakan manfaat apa
pun dari peningkatan penggunaan inhalernya.
Riwayat medis masa lalunya adalah konsisten
dengan hipertensi, dimana dia mengonsumsi
propranolol.
Alergi obat Penisilin
Pengobatan Yang Didapatkan :
Tanda Vital
1. Metaproterenol MDI 2 puffs q.i.d
2. Triamcinolone MDI 2 puffs q.i.d (lost TD 145/92 mmHg
inhaler 2 weeks ago)
3. Theophylline (sustained-release) 400 mg RR 22
po b.i.d
4. Diphenhydramine 50 mg po q8h (started 2 Heart rate 56
months ago)
5. Propranolol 40 mg p.o. b.i.d (started last Suhu 37 C
month)
6. Acetaminophen 325 mg p.o p.r.n. headache BB 75 kg
(1-2 tabs daily for the 2 weeks)
Diagnosa Moderate Respiratory Distress
Analisa Hasil Pemeriksaan

a. Nilai RR pasien menunjukkan dalam kondisi tidak normal.


Laju pernapasan normal pada orang dewasa adalah 12-20
kali per menit
b. Nilai heart rate menunjukkan dalam kondisi tidak normal.
Detak jantung normal pada orang dewasa adalah berkisar
60-100 bpm
02
Tinjauan Pustaka
Definisi Asma

Asma adalah suatu kelainan berupa


inflamasi (peradangan) kronik saluran napas
yang menyebabkan hiperaktivitas bronkus
terhadap berbagai rangsangan yang
ditandai dengan gejala episodik berulang
berupa mengi, batuk, sesak napas dan rasa
berat di dada terutama pada malam dan
atau dini hari yang umumnya bersifat
reversibel, baik dengan atau tanpa
pengobatan.

Sumber: Pedoman Pengendalian Penyakit Asma, 2008


Patofisiologi Asma

Faktor-faktor pemicu asma: alergen dalam ruangan, tungau debu rumah, binatang berbulu (anjing,
kucing, tikus), allergen kecoa, jamur, ragi serta pajanan asap rokok.

Pemacu: rhinovirus, ozon, pemakaian b2-antagonis

Pencetus yaitu semua faktor pemicu dan pemacu ditambah dengan aktivitas fisik, udara dingin dan
histamin dan metakaolin.

Sumber: Pedoman Pengendalian Penyakit Asma, 2008


Klasifikasi Asma
Berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1023/MENKES/SK/XI/2008
2) Faktor Lingkungan

Faktor Risiko Asma a. Alergen di dalam ruangan (tungau, debu


rumah, kucing, alternaria/jamur dll)
b. Alergen di luar ruangan (alternaria, tepung
Secara umum faktor risiko asma dibedakan sari)
c. Makanan (bahan penyedap, pengawet,
menjadi 2 kelompok faktor genetik dan faktor pewarna makanan, kacang, makanan laut,
lingkungan. (kemenkes,2018): susu sapi, telur)
1) Faktor genetik d. Obat-obatan tertentu (misalnya golongan
Aspirin, NSAID, beta bloker dll)
a. Hipereaktivitas
e. Bahan yang mengiritasi (misalnya parfum,
b. Atopi/Alergi bronkus household spray, dan lain-lain)
c. Faktor yang memodifikasi penyakit f. Ekspresi emosi berlebih
g. Asap rokok dari perokok aktif dan pasif
genetik
h. Polusi udara diluar dan didalam ruangan
d. Jenis kelamin i. Exercise induced asthma, mereka yang
e. Ras/etik kambuh asmanya ketika melakukan aktivitas
tertentu.
j. Perubahan cuaca
Upaya Pencegahan Asma

01 Pencegahan Pada Anak/Bayi

02 Pencegahan Eksaserbasi

03 Perbaikan Nutrisi
Upaya Pencegahan Asma
Pencegahan Pada Anak/Bayi
Berdasarkan Kepmenkes Nomor 1023/MENKES/SK/XI/2008 tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Asma, upaya
pencegahan asma pada anak dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Pencegahan Primer
● Pencegahan primer ditujukan untuk mencegah sensitisasi pada bayi dengan risiko asma (orang tua asma), dengan
cara:
● Penghindaran asap rokok dan polutan lain selama kehamilan dan masa perkembangan bayi/anak.
● Diet hipoalergenik ibu hamil, dengan syarat diet tersebut tidak mengganggu asupan janin.
● Pemberian asi eksklusif selama 6 bulan.
● Diet hipoalergenik ibu menyusui.
2. Pencegahan Sekunder
● Pencegahan sekunder ditujukan untuk mencegah inflamasi pada anak yang tersensitisasi dengan cara menghindari
pajanan asap rokok, serta allergen dalam ruangan terutama tungau rumah.
3. Pencegahan Tersier
● Pencegahan tersier ditujukan untuk mencegah manifestasi asma pada anak yang telah menunjukkan manifestasi
penyakit alergi.
Upaya Pencegahan Asma
Pencegahan Eksaserbasi & Pengelolaan gejala
● GINA merekomendasikan bahwa setiap orang dewasa dan remaja dengan asma harus menerima obat pengontrol
yang mengandung ICS untuk mengurangi risiko eksaserbasi serius, bahkan pasien dengan gejala yang jarang.
● Setiap pasien asma harus memiliki inhaler pereda untuk penggunaan sesuai kebutuhan, baik ICS-formoterol dosis
rendah atau SABA. Namun, ICS-formoterol tidak boleh digunakan sebagai pereda oleh pasien yang memakai ICS
LABA pemeliharaan yang berbeda.
● Berdasarkan studi yang dilakukan Castillo, Peters, dan Busse pada tahun 2017, Edukasi pasien tentang asma dapat
mengurangi eksaserbasi dan meningkatkan kontrol. Namun, karena tingkat keparahan asma bervariasi dan berbeda
di antara individu dan kelompok usia, penting untuk secara teratur memantau keefektifan pengendalian asma untuk
memandu penyesuaian pengobatan yang diperlukan.
● Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Erika von Mutius, Hermelijn H Smits pada tahun 2020, pencegahan primer
bertujuan untuk mengurangi kejadian penyakit pada tingkat populasi umum atau pada individu yang berisiko
terkena penyakit.
● Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Maciag dan Phipatanakul pada tahun 2020, terdapat strategi pencegahan
asma yang dapat dilakukan seperti menghentikan perkembangan atopik, memodifikasi mikrobioma, mencegah
infeksi virus pernapasan, dan mengurangi dampak paparan toksin/polutan melalui suplemen makanan. Namun, hal
tersebut memiliki keberhasilan yang terbatas dalam pencegahan asma.
Upaya Pencegahan Asma
Perbaikan Nutrisi
● Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Alwarith dkk. pada tahun 2020, nutrisi dapat mempengaruhi prevalensi asma.
● Karena pola diet Barat menjadi lebih luas, prevalensi asma meningkat. Kebanyakan orang Amerika tidak memenuhi
asupan buah atau sayuran yang direkomendasikan setiap hari dan melebihi rekomendasi untuk membatasi lemak
jenuh. Dengan demikian, direkomendasikan untuk meningkatkan konsumsi buah dan sayur, sambil mengurangi
asupan lemak jenuh dan susu, didukung oleh literatur saat ini.
● Pola makan Mediterania dan vegan yang menekankan konsumsi buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan
kacang-kacangan, sambil mengurangi atau menghilangkan produk hewani, dapat mengurangi risiko perkembangan
dan eksaserbasi asma.
● Asupan buah dan sayuran dikaitkan dengan penurunan risiko asma dan kontrol asma yang lebih baik.
● Konsumsi susu dikaitkan dengan peningkatan risiko dan dapat memperburuk gejala asma.
● Komponen makanan seperti antioksidan, serat, asam lemak tak jenuh ganda, lemak total dan jenuh, dan konsumsi
vitamin-D kemungkinan mempengaruhi jalur kekebalan yang terlibat dalam patofisiologi asma.
● Percobaan intervensi untuk menilai pencegahan dan pengendalian asma dengan cara diet diperlukan untuk
mengkonfirmasi hubungan ini.
Diagnosis Asma
Secara umum untuk menegakkan diagnosis asma diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang (Kemenkes, 2008).

Gejala respiratori asma berupa kombinasi dari batuk, mengi, sesak nafas, rasa dada tertekan, dan adanya
sputum. Gejala dengan karakteristik yang khas diperlukan untuk menegakan diagnosis asma.
Karakteristik yang mengarah ke asma adalah (Rahajoe dkk., 2015) :

4. Variabilitas yaitu intensitas gejala bervariasi dari


1. Gejala timbul secara episodik atau berulang
waktu ke waktu, bahkan dalam 24 jam. Biasanya
gejala lebih berat pada malam hari (nokturnal)
2. Timbul bila ada faktor pencetus seperti asap
rokok, debu, virus, aktivitas fisik yang berat
5. Reversibilitas yaitu gejala dapat membaik secara
spontan atau dengan pemberian obat pereda asma
3. Adanya riwayat alergi pada pasien atau keluarga
Pemeriksaan Fisik
- Terlihat gelisah - Suprasentral
Inspeksi - Sianosis - Sesak

● Biasanya tidak ditemukan kelainan


Palpitasi ● Pada serangan berat bisa terjadi pulsus paradoksus

Perkusi Biasanya tidak ditemukan kelainan

● Ekspirasi memanjan
Auskultasi ● Mengi
● Suara lendir
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk diagnosis asma (Kemenkes, 2008):

- Pemeriksaan fungsi/faal paru dengan alat spirometer


- Pemeriksaan arus Puncak ekspirasi dengan alat peak flow rate meter
- Uji reversibilitas (dengan bronkodilator)
- Uji provokasi bronkus untuk menilai ada atau tidaknya hiperaktivitas bronkus
- Uji alergi (Tes tusuk kulit/skin prick test) untuk menilai ada tidaknya alergi
- Foto toraks untuk menyingkirkan penyakit selain asma
Tatalaksana Asma
Berdasarkan Kemenkes RI (2008) tatalaksana pasien asma adalah manajemen kasus untuk
meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup normal tanpa hambatan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari (asma terkontrol). Tujuan:

- Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma


- Mencegah eksaserbasi akut
- Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin
- Mengupayakan aktivitas normal termasuk exercise
- Menghindari efek samping obat
- Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara (airflow limitation ireversibel)
- Mencegah kematian karena asma
- Khusus anak, untuk mempertahankan tumbuh kembang anak sesuai potensi genetiknya.
Tatalaksana Farmakologi Asma
Berdasarkan GINA (2022) manajemen yang dipersonalisasi untuk orang dewasa dan remaja untuk
mengontrol gejala dan meminimalkan risiko di masa depan adalah sebagai berikut:
Tatalaksana Farmakologi Asma
★ Pengobatan asma awal - opsi yang direkomendasikan untuk orang dewasa dan remaja

Pengobatan awal yang


Gejala Alternatif pengobatan awal
lebih disukai
Gejala asma yang kurang dari 2 kali ICS-formoterol dengan ICS-formoterol dengan dosis rendah dan SABA, dalam
dalam sebulan dan tidak ada dosis rendah jika kombinasi atau inhalasi terpisah (Evidence B)
eksaserbasi, termasuk eksaserbasi dibutuhkan (Evidence B)
dalam 12 bulan terakhir

Gejala asma atau kebutuhan pereda ICS-formoterol dengan ICS dosis rendah dengan SABA sesuai kebutuhan
dua kali dalam sebulan atau lebih dosis rendah jika (Evidence A). Sebelum memilih terapi ini,
dibutuhkan (Evidence A) pertimbangkan kemungkinan kepatuhan dengan ICS
harian

Gejala asma yang sering dan berat ICS- formoterol dosis ICS-LABA dosis rendah dengan SABA sesuai
hampir setiap hari (contoh: 4-5 kali/ rendah sebagai terapi kebutuhan (Evidence A) atau ICS dosis sedang dengan
minggu); atau bangun karena asma pemeliharaan dan pelega SABA sesuai kebutuhan (Evidence A). Pertimbangkan
seminggu sekali atau lebih, terutama (Evidence A) kemungkinan kepatuhan dengan pengontrol harian
jika ada faktor risiko
Tatalaksana Farmakologi Asma

Pengobatan awal yang


Gejala Alternatif pengobatan awal
lebih disukai

Presentasi asma awal ICS-formoterol dosis Medium atau dosis tinggi ICA-LABA (Evidence D)
adalah dengan asma sedang sebagai terapi dengan SABA sesuai kebutuhan.
berat yang tidak pemeliharaan dan pelega Pertimbangkan kemungkinan kepatuhan dengan
terkontrol, atau dengan (Evidence D) pengontrol harian. Pemberian singkat
eksaserbasi akut (pemberian singkat kortikosteroid oral mungkin juga diperlukan. ICS
kortikosteroid oral dosis tinggi dengan SABA sesuai kebutuhan
mungkin juga diperlukan) adalah pilihan lain (Evidence A) tetapi
kepatuhannya buruk dibandingkan dengan
kombinasi ICS-LABA
Algoritma
Penatalaksanaan
Asma di Rumah Sakit
Tatalaksana Non Farmakologi
Intervensi Rekomendasi

Berhenti merokok dan paparan ETS ● Sangat menganjurkan penderita asma untuk menghindari paparan
asap lingkungan
● Menasehati keluarga/orang lain untuk tidak merokok dan tidak
merokok di ruangan yang sering digunakan anak dengan asma

Aktivitas fisik Mendorong orang dengan asma untuk terlibat dalam aktivitas fisik secara
teratur untuk manfaat kesehatan secara umum, seperti cardiopulmonary
fitness, berenang

Menghindari bekerja berlebih Dalam penatalaksanaan asma akibat kerja, identifikasi dan hilangkan
sensitizer akibat kerja sesegera mungkin, dan jauhkan pasien yang peka
dari paparan lebih lanjut terhadap agen ini

Menghindari pengobatan yang membuat Waspada terhadap penggunaan obat NSAID, aspirin, beta bloker, dan
asma memburuk obat-obatan yang digunakan bersamaan
Tatalaksana Non Farmakologi
Intervensi Rekomendasi

Diet sehat Mendorong pasien dengan asma untuk mengkonsumsi buah dan sayur

Menghindari alergen dalam Perbaikan kelembaban, jamur, dan tungau debu di rumah dapat mengurangi gejala asma dan
ruangan penggunaan obat pada orang dewasa

Penurunan berat badan Untuk orang dewasa obesitas dengan asma, program penurunan berat badan ditambah latihan
aerobik dan kekuatan dua kali seminggu lebih efektif untuk mengendalikan gejala daripada
pengurangan berat badan saja

Latihan pernapasan Latihan pernapasan mungkin suplemen yang berguna untuk farmakoterapi asma untuk gejala
dan kualitas hidup, tetapi mereka tidak mengurangi risiko eksaserbasi memiliki efek yang
konsisten pada fungsi paru-paru.

Menghindari polusi udara dalam Mendorong orang dengan asma untuk menggunakan sumber pemanas dan memasak yang tidak
ruangan berpolusi, dan agar sumber polutan dibuang ke luar ruangan jika memungkinkan

Menghindari alergen luar Untuk pasien yang peka, ketika jumlah serbuk sari dan jamur paling tinggi, menutup jendela dan
ruangan pintu, tetap berada di dalam ruangan, dan menggunakan AC dapat mengurangi paparan alergen
luar ruangan
Tatalaksana Non Farmakologi
Intervensi Rekomendasi

Berdamai dengan emosi stress Tidak ada cukup bukti untuk mendukung satu strategi pengurangan stres di atas yang
lain, tetapi strategi relaksasi dan pernapasan dapat membantu. Mengatur penilaian
kesehatan mental untuk pasien dengan gejala kecemasan atau depresi

Menghindari polusi udara luar Selama kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan (cuaca sangat dingin atau
ruangan/ kondisi cuaca polusi udara tinggi) mungkin berguna untuk tetap berada di dalam ruangan di
lingkungan yang dikontrol iklim, dan untuk menghindari aktivitas fisik luar ruangan
yang berat; dan untuk menghindari lingkungan yang tercemar selama infeksi virus,
jika memungkinkan

Menghindari makanan dan Penghindaran makanan tidak boleh direkomendasikan kecuali alergi atau sensitivitas
bahan makanan kimia bahan kimia makanan telah ditunjukkan dengan jelas, biasanya dengan tantangan
oral yang diawasi dengan cermat
03
Analisis Kasus
Diagnosis & Problem Klinik Pasien
JU adalah seorang pria berusia 59 tahun yang memiliki riwayat asma selama 20 tahun
yang cukup terkontrol dengan baik dengan inhaler metaproterenol dan triamcinolone.
Pasien baik-baik saja sampai 2 bulan yang lalu, ketika mulai mengi dan sesak napas, pada
awal musim alergi. Dibuktikan dengan hasil pemeriksaan Respiratory Rate menunjukkan
dalam kondisi tidak normal yaitu 22 kali/menit, sedangkan laju pernapasan normal pada
orang dewasa adalah 12-20 kali per menit. Selanjutnya, pasien mulai menggunakan teofilin
untuk mengendalikan gejala sesak nafasnya. Pasien juga mengeluhkan kelemahan umum
selama sebulan terakhir, selain itu pasien juga memiliki riwayat sakit kepala dan insomnia
selama 2 minggu.
➔ Berdasarkan pemeriksaan, Heart Rate pasien menunjukkan dalam kondisi tidak
normal yaitu 56 bpm, sedangkan detak jantung normal pada orang dewasa berkisar
60-100 bpm. Hal ini menandakan bahwa pasien mengalami bradikardia, dimana
kondisi denyut jantung berada di bawah normal. Riwayat medis masa lalu pasien
adalah konsisten dengan hipertensi, ditandai dengan tekanan darah 145/92 mmHg.
Untuk mengatasi hipertensinya, pasien mengkonsumsi propranolol. Pasien juga
memiliki alergi terhadap penisilin, dan didiagnosa Moderate Respiratory Distress oleh
dokter.
➔ Berdasarkan informasi dan hasil pemeriksaan yang didapatkan, kami menduga
pasien mengalami asma akut serangan ringan. Ketika pasien mengalami sesak nafas
kembali pada musim alergi, kami menduga musim alergi adalah salah satu pemicu
pasien mengalami sesak nafas. Selain itu, sesak nafas yang diderita pasien
kemungkinan diperparah karena mengkonsumsi propranolol. Propranolol sendiri
merupakan antihipertensi beta bloker non selektif yang mempunyai efek samping
bronkospasme, dispnea, mengi, edema paru dan respiratory distress

Sumber: Lexicomp, ed 17
04
Analisis Pengobatan
Sesuai dengan Pedoman Kementerian
Kesehatan
Metaproterenol MDI
Regimen
Dosis Dosis Literatur Indikasi Efek Samping Obat Penilaian Keterangan
Waktu
Metaprote 2 puff Remaja dan Untuk Detak jantung atau denyut nadi Tidak Dosis pemberian kurang.
renol MDI 4x1 dewasa : mengobati yang cepat, berdebar, atau tidak sesuai Dosis literature :
2-3 puffs setiap 3 asma dan teratur 2-3 puffs setiap 3 hingga
hingga 4 jam bronkospasme 4 jam
sesuai kebutuhan. pada pasien
Namun, dosis total dengan
biasanya tidak bronkitis,
lebih dari 12 puffs emfisema, dan
per hari penyakit
Tidak paru-paru
direkomendasikan lainnya
untuk anak di
bawah 12 tahun
Triamcinolone MDI
Regimen
Dosis Dosis Literatur Indikasi Efek Samping Obat Penilaian Keterangan
Waktu
/6 jam 2 puff Asma: Inhalasi oral: ● Inhalasi nasal: Penanganan (>10%) sakit kepala, Tidak Dosis pemberian
4x1 150 mcg 3-4 kali/hari rinitis alergi musiman dan faringitis; (1-10%) sesuai kurang, menurut
atau 300 mcg dua tahunan penyimpangan rasa, literatur 150 mcg 3-4
kali sehari; dosis ● Inhalasi oral: Mengontrol facial edema, nyeri, kali sehari, namun
maksimum: 1200 asma bronkial dan terkait dyspepsia, nyeri perut, hanya diberikan 110
mcg/hari kondisi bronkospastik mual, diare, sinusitis, mcg (2 puff x 55 mcg)
Pedoman Asma NIH ● Sistemik: insufisiensi batuk, epistaxis, flu-like 4 kali sehari
(NIH, 2007) (diberikan adrenokortikal, penyakit syndrome
dalam dosis terbagi dermatologi, gangguan
dua kali sehari): endokrin, penyakit
● Dosis rendah: gastrointestinal, hematologi
300-750 mcg/hari dan neoplastik gangguan,
● Dosis sedang: gangguan sistem saraf,
>750-1500 sindrom nefrotik, gangguan
mcg/hari rematik, keadaan alergi,
● Dosis tinggi: >1500 penyakit pernapasan, lupus
mcg/hari sistemik eritematosus (SLE),
dan penyakit lain yang
membutuhkan efek
antiinflamasi atau
imunosupresif
(Lexicomp 17th p. 7011)
Teofilin Sustained Release 400 mg
Regimen
Dosis Dosis Literatur Indikasi Efek Samping Obat Penilaian Keterangan
Waktu
/12 jam 400 mg - Dosis muatan: Mengatasi gejala Kardiovaskular: takikardia Tidak Diberikan jika terjadi
300-400 mg 1 x dan sesak napas Sistem saraf pusat: sakit kepala, sesuai serangan ringan,
sehari reversibel insomnia, kejang dikombinasikan dengan
- Dosis karena asma Endokrin dan metabolik: obat golongan b2
pemeliharaan: kronis, atau hiperkalsemia antagonis kerja cepat
400-600 mg penyakit Gastrointestinal: mual, refluks, untuk mengatasi
- Maksimal 600 paru-paru kronis muntah serangan dengan cepat
mg/hari lainnya; apnea Genitourinary: kesulitan buang (Pedoman Pengendalian
(Lexicomp, ed 23) prematuritas air kecil Penyakit Asma, 2008)
(Lexicomp, ed Neuromuskular: tremor
17) (Lexicomp, ed 17)
Diphenhydramine 50 mg
Regimen Dosis Efek Samping
Dosis Indikasi Penilaian Keterangan
Waktu Literatur Obat
/8 jam 50 mg Oral: 25-50 mg Meredakan gejala alergi yang Sedasi, kantuk, Tidak Kontra indikasi
setiap 6-8 jam disebabkan oleh pelepasan pusing, gangguan sesuai asma akut
(Lexicomp, ed histamin termasuk alergi hidung koordinasi, (lexicomp, ed 17)
17) dan dermatosis alergi; tambahan gangguan
untuk epinefrin dalam epigastrium,
pengobatan anafilaksis; penebalan sekresi
insomnia, kadang-kadang; bronkial
pencegahan atau pengobatan
mabuk perjalanan; antitusif;
manajemen sindrom Parkinson
termasuk gejala ekstrapiramidal
yang diinduksi obat (reaksi
distonik) sendiri atau dalam
kombinasi dengan agen
antikolinergik yang bekerja
secara terpusat
Propranolol 40 mg
Regimen
Dosis Dosis Literatur Indikasi Efek Samping Obat Penilaian Keterangan
Waktu
/12 jam 40 mg, 2 Dosis Biasa : Hipertensi, - Kardiovaskuler : angina, Tidak Obat harus diganti
x sehari 120-160 mg angina bradikardi, shock kardiogenik, sesuai menjadi golongan
terbagi dalam 2-3 pektoris,feokro hipotensi calcium channel blocker.
dosis/hari mositoma, - Gastrointestinal: anorexia,
Dosis harian tremor konstipasi, diare, mual
maksimum : 640 esensial, - Pernapasan: Bronkospasme,
mg aritmia dispnea, laringospasme,
Kisaran dosis biasa supraventrikul faringitis , edema paru ,
(JNC 7): 40-160 ar, takikardia, gangguan pernapasan , mengi
mg/hari dalam 2 pencegahan - Neuromuskuler & kerangka :
dosis terbagi. infark miokard Artropati, carpal tunnel
(Lexicomp) (Lexicomp) syndrome (jarang), myotonus ,
paresthesia , polyarthritis ,
kelemahan. (Lexicomp)
Acetaminophen 325 mg
Regimen
Dosis Dosis Literatur Indikasi Efek Samping Obat Penilaian Keterangan
Waktu
/24 jam 1-2 tab 325-650 mg / 4-6 Analgesik, antipiretik: ● Kulit: Ruam Sesuai Untuk
(@325m jam atau 1g 3-4x Meskipun tidak ● Endokrin & Metabolik: mengobati sakit
g) sehari. Maksimal sepenuhnya dijelaskan, Penurunan serum kepala
4g/hari (Lexicomp, diyakini menghambat bikarbonat & sodium, (analgesik)
23rd edition) sintesis prostaglandin hiperkloremia,
dalam sistem saraf pusat hiperurisemia, peningkatan
dan bekerja secara perifer serum glukosa.
untuk memblokir generasi ● Genitourinaria:
impuls nyeri; Nefrotoksisitas.
menghasilkan antipiresis ● Hematologi & onkologi:
dari penghambatan pusat Anemia, leukopenia,
pengatur panas neutropenia, pansitopenia.
hipotalamus. (Lexicomp, ● Hepatic: Peningkatan
23rd edition) serum alkalin fosfat &
bilirubin.
● Renal: Hiperamonemia,
penyakit ginjal.
05
Analisis DRP
Metaproterenol MDI
Domain Primer Kode Masalah Keterangan

Dosis pemberian obat kurang. menurut literatur, dosis yang


Efek terapi obat tidak
P1.2 dianjurkan adalah 2-3 puffs setiap 3-4 jam. maks 12 puffs dalam
optimal
24 jam.

Terdapat beberapa interaksi obat diantaranya :


● Interaksi mayor antara metaproterenol dengan propranolol.
Menggunakan propranolol bersama-sama dengan
metaproterenol dapat mengurangi manfaat dari kedua
obat, karena mereka memiliki efek yang berlawanan dalam
Masalah tubuh
Kejadian obat yang
● Interaksi moderate antara metaproterenol dengan teofilin.
P2.1 merugikan (mungkin)
Menggunakan teofilin bersama-sama dengan
terjadi
metaproterenol dapat meningkatkan efek samping
kardiovaskular seperti palpitasi jantung, peningkatan
denyut jantung dan denyut nadi, dan peningkatan tekanan
darah. Menggabungkan obat-obatan ini juga dapat
meningkatkan risiko mengembangkan hipokalemia, atau
kalium darah rendah. (Drugs.com, 2023)
Metaproterenol MDI (Lanjutan)
Domain Primer Kode Masalah Keterangan

C3.1 Dosis obat terlalu rendah Kurangnya pemberian dosis obat pada pasien
Penyebab Adanya kombinasi obat yang tidak Adanya kombinasi obat antara metaproterenol dengan
C1.4
tepat propranolol, dan metaproterenol dengan teofilin

I3.2 Dosis obat diubah Dosis 2 puff setiap 4 jam


Intervensi Intervensi dibahas dengan dokter Penggantian Beta Bloker non selektif menjadi Beta Bloker
I1.4
penulis resep selektif

Penerimaan
A3.1 Intervensi diusulkan Intervensi diusulkan, penerimaan tidak diketahui
Intervensi

Status DRP O0.1 Tidak diketahui Status masalah tidak diketahui


Triamcinolone MDI
Domain
Kode Masalah Keterangan
Primer

Efek terapi obat tidak Dosis pemberian kurang, menurut literatur 150 mcg 3-4 kali sehari, namun
P1.2
optimal hanya diberikan 110 mcg (2 puff x 55 mcg) 4 kali sehari (Lexicomp 17th)

Terdapat interaksi dengan beberapa obat diantaranya:


a. Triamcinolone dengan propranolol (Moderate). Triamcinolone dapat
mengurangi efek propranolol dalam menurunkan tekanan darah.
Interaksi kemungkinan besar terjadi ketika triamcinolone digunakan
Masalah Kejadian obat yang
selama lebih dari seminggu, karena penggunaan jangka panjang
P2.1 merugikan (mungkin)
dapat menyebabkan retensi natrium dan air.
terjadi
b. Triamcinolone dengan teofilin (Moderate). Menggunakan teofilin
bersama-sama dengan triamcinolone dapat menyebabkan
hipokalemia (kalium darah rendah) dan peningkatan kadar teofilin
(Drugs.com, 2023)
Triamcinolone MDI (Lanjutan)

Domain Primer Kode Masalah Keterangan

Kombinasi obat yang tidak Adanya kombinasi obat antara triamcinolone, propranolol, dan
C1.4
tepat teofilin
Penyebab
C3.1 Dosis obat terlalu rendah Dosis pemberian pada pasien kurang

Adanya kombinasi obat yang kurang tepat antara triamcinolone,


Intervensi dibahas dengan propranolol, dan teofilin yang mungkin akan menimbulkan efek
I1.4
dokter penulis resep yang merugikan bagi pasien, sehingga perlu adanya pemantauan
Intervensi
selama pasien menjalani pengobatan

I3.2 Dosis obat diubah Dosis dinaikkan menjadi 150 mcg 4 kali sehari

Penerimaan
A3.1 Intervensi diusulkan Intervensi diusulkan, penerimaan tidak diketahui
Intervensi

Status DRP O0.1 Tidak diketahui Status masalah tidak diketahui


Teofilin Sustained Release 400 mg
Domain Primer Kode Masalah Keterangan

- Dosis yang diberikan 400 mg 2 x sehari, dikhawatirkan pasien mengalami


Efek yang merugikan efek samping yang berat
Masalah P2.1
(mungkin) terjadi - Interaksi antara teofilin dengan propranolol dapat menyebabkan
penurunan metabolisme teofilin

Kombinasi obat yang


C1.4 Adanya kombinasi obat propranolol dengan teofilin
tidak tepat

Berdasarkan literatur, untuk dosis sediaan extended release dapat


Penyebab diberikan:
Dosis obat terlalu
C3.2 - Dosis initial:300-400 mg 1 x sehari
tinggi
- Dosis pemeliharaan: 400-600 mg 1 x sehari
Maksimal dosis 600 mg/hari

Intervensi diusulkan - Mengurangi dosis teofilin menjadi 400 mg 1 x sehari


Intervensi I1.3
kepada penulis resep - Monitoring jika penggunaan bersama teofilin dan propanolol

Penerimaan
A3.1 Intervensi diusulkan Intervensi diusulkan, penerimaan tidak diketahui
Intervensi

Status DRP O0.1 Tidak diketahui Status masalah tidak diketahui


Diphenhydramine 50 mg
Domain Primer Kode Masalah Keterangan

Kekhawatiran terkait penyakit pada pasien dengan


Kejadian obat yang merugikan riwayat asma dan pada pasien dengan penyakit
Masalah P2.1
(mungkin) terjadi kardiovaskular (termasuk hipertensi dan penyakit jantung
iskemik) (Lexicomp, ed 17)

Obat sesuai pedoman, namun


Penyebab C1.2 Kontra indikasi pada pasien asma akut (Lexicomp, ed 17)
terdapat kontra indikasi

Loratadine merupakan bagian dari antihistamin generasi


Obat diubah menjadi loratadin 10 ke dua golongan piperidine yang memberikan efek anti
Intervensi I3.1
mg alergi untuk waktu yang panjang dan tanpa efek sedatif,
tidak di kontraindikasi pada pasien asma akut.

Penerimaan
A3.1 Intervensi diusulkan Intervensi diusulkan, penerimaan tidak diketahui
Intervensi

Status DRP O0.1 Tidak diketahui Status masalah tidak diketahui


Propranolol 40 mg
Domain Primer Kode Masalah Keterangan

Propanolol memiliki efek samping bronkospasme dan


Kejadian Obat yang merugikan
P2.1 kontra indikasi pada pasien dengan riwayat asma
Masalah
(mungkin) terjadi bronkial. Sehingga penggunaan obat propanolol pada
pasien asma harus hati-hati.

● Propranolol + Metaproterenol (Interaksi Major): dapat


mengurangi manfaat kedua obat tersebut, propranolol
terkadang dapat menyebabkan penyempitan saluran
udara, yang dapat memperburuk masalah pernapasan
Kombinasi tidak tepat misalnya Anda atau memicu serangan asma yang parah.
● Propranolol +Teofilin (Interaksi Major): dapat membuat
Penyebab C1.4 obat-obatan, Obat-herbal, atau propranolol kurang efektif dan meningkatkan efek
obat-suplemen. teofilin.
● Propranolol + Diphenhydramine (Interaksi moderat):
memiliki efek aditif dalam menurunkan tekanan darah.
● Propranolol + Triamcinolone (Interaksi Moderate):
Triamcinolone dapat mengurangi efek propranolol
dalam menurunkan tekanan darah.
Propranolol 40 mg (Lanjutan)

Domain Primer Kode Masalah Keterangan

Golongan Calcium Channel Blockers karena memiliki efek


Intervensi I3.1 Obat diubah menjadi..
menurunkan tekanan darah dan juga efek bronkodilator

Intervensi diusulkan namun


Penerimaan A3.1
Intervensi penerimaan tidak diketahui

Status DRP O1.1 Status masalah tidak diketahui


Acetaminophen 325 mg

Domain Kode Masalah Keterangan


Primer

Intervensi I0.1 Tidak ada intervensi


Rencana atau Pemilihan Terapi
Menurut kemenkes 2008 penatalaksanaan asma terdiri dari obat pelega dan pengontrol. Obat
pelega diberikan pada saat serangan asma, sedangkan obat pengontrol ditujukan untuk pencegahan
serangan asma dan diberikan dalam jangka panjang dan terus menerus. Pada pengobatan kasus ini
langkah pertama yang dilakukan adalah edukasi untuk menghindari alergen bertujuan untuk
menghentikan gejala asma akut, selanjutkan terapi awal menggunakan inhalasi agonis beta-2 kerja
singkat yaitu metaproterenol MDI setelah respon baik lanjutkan dengan menambahkan
bronkodilator oral teofilin SR, kemudian penggunaan kortikosteroid inhalasi yaitu triamcinolone MDI
sebagai pengontrol lalu pasien disarankan untuk selalu menjaga kebugaran tubuh untuk menunjang
pengobatan asma. Berdasarkan guideline asma pemberian obat pada kasus ini sudah sesuai, hanya
saja untuk pemberian dosis teofilin SR tidak sesuai guideline yaitu 400 mg 2 x sehari dikhawatirkan
pasien mengalami efek samping yang berat maka disarankan mengurangi dosis teofilin menjadi 400
mg 1 x sehari.
Rencana atau Pemilihan Terapi
Pada kasus ini pemberian obat antihistamin bertujuan untuk mengurangi atau menghalangi
efek histamine terhadap tubuh dengan jalan memblok reseptor histamine. Pemberian
diphenhydramine pada kasus ini belum tepat karena terdapat kontra indikasi pada pasien asma
karena kontra indikasi tersebut kami menyarankan mengganti dengan golongan H1-antihistamin
generasi kedua yaitu loratadine, loratadine memberikan efek anti alergi untuk waktu yang panjang
dan tanpa efek sedatif kemudian tidak di kontraindikasi pada pasien asma. Selanjutnya pemberian
obat antihipertensi propranolol pada pasien asma tidak tepat karena dapat mempersempit ruang
udara pada penderita asma sehingga disarankan untuk penggunaan beta bloker selektif atau
golongan calcium channel blockers karena memiliki efek menurunkan tekanan darah dan juga efek
bronkodilator.
06
Pertanyaan dan
Kesimpulan
Nomor 1
Apakah JU akan mendapat manfaat dari inhaler antikolinergik? Jika iya, jelaskan dan
sebutkan dosis, rute, dan frekuensi yang harus diberikan

Antikolinergik adalah bronkodilator yang cukup efektif dan mengurangi sekresi mukus, tetapi tidak seefektif
agonis β2. Mekanisme kerja antikolinergik yakni memblok reseptor muskarin pada saraf-saraf kolinergik di otot polos
bronkus, sehingga aktivitas saraf adrenergic menjadi dominan dan mengakibatkan efek bronkodilatasi. Penggunaan
antikolinergik tidak dapat digunakan sebagai first line therapy, namun penggunaannya dapat ditambahkan ke terapi
beta-agonis (Dipiro 9th ed).
Pada pasien JU penggunaan inhaler antikolinergik mungkin akan mendapat manfaat dengan menggunakan
Tiotropium bromida yang dapat dianggap sebagai terapi tambahan pada pasien berusia 12 tahun ke atas dengan
asmanya tidak terkontrol dengan baik dengan ICS dosis sedang hingga tinggi dan terapi kombinasi LABA. Tiotropium
bromida adalah antikolinergik inhalasi kerja lama dengan durasi 24 jam, memiliki afinitas yang lebih tinggi untuk
reseptor muskarinik daripada ipratropium; dia terdisosiasi dari reseptor muskarinik lebih lambat dari ipratropium
(Dipiro, 11th ed). Penambahan tiotropium secara sederhana memperbaiki paru-paru fungsi tetapi, yang lebih penting,
meningkatkan waktu eksaserbasi parah membutuhkan pengobatan kortikosteroid oral. Tiotropium bromida diberikan
dalam bentuk inhaler, untuk meredakan atau mencegah penyempitan saluran pernafasan pada asma digunakan dosis
dua kali hisapan yang setara dengan 5 mcg per hari (Dipiro 9th ed).
Nomor 2
Apakah terbutalin menjadi beta-agonis terbaik dibandingkan dengan metaproterenol yang
diberikan pada JU?

Inhalasi β2-agonis kerja singkat adalah bronkodilator paling efektif


dan pengobatan pilihan pertama untuk pengelolaan asma berat
akut (Dipiro 11th ed). Terbutalin dan Metaproterenol merupakan
obat bronkodilator golongan Short Acting Beta Agonist (SABA).
Agonis beta-2 merupakan terapi pilihan pada serangan akut dan
sangat bermanfaat sebagai praterapi pada exercise-induced asthma
(Kasrin, et al, 2022). Pada dipiro 7th edition disebutkan bahwa
terbutalin mempunyai selektivitas terhadap beta 2-agonis yang
lebih baik dan potensi yang lebih tinggi dibandingkan
Metaproterenol. Dalam hal ini, berarti penggunaan terbutalin dapat
menjadi pilihan beta-agonis terbaik dibandingkan metaproterenol
yang diberikan kepada pasien JU (Dipiro 7th ed).
Nomor 3
Evaluasi lebih lanjut menunjukkan bahwa JU tidak menggunakan inhalernya dengan benar.
Haruskah dia diberikan spacer device?

Iya, sebaiknya JU diberikan spacer device saat menggunakan inhalernya. Menggunakan spacer
dengan inhaler dosis terukur (MDI) membantu jumlah obat yang tepat sampai ke paru-paru Anda.
Menggunakan spacer berarti:
● Kemungkinan terbuangnya obat lebih sedikit karena bekerja lebih efisien dengan
mendapatkan obat langsung ke paru-paru
● Dapat mengurangi efek samping dari inhaler seperti sariawan, karena akan sedikit obat
yang tertinggal pada mulut
● Memudahkan dalam penggunaan obat, karena obat terkumpul di ruang spacer, dan pasien
dapat menghirupnya tanpa perlu mendapatkan waktu dan kecepatan yang tepat.
(www.asthma.org.uk/symptoms-tests-treatments/treatments/spacers)
Nomor 4
Jelaskan peran dari antihistamin pada gangguan respirasi!

Sel mast memainkan peran penting dalam patogenesis asma alergi. Histamin adalah mediator sentral yang
dilepaskan dari sel mast melalui reaksi alergi. Histamin berperan dalam obstruksi jalan napas melalui
kontraksi otot polos, sekresi bronkial, dan edema mukosa saluran napas. Histamin telah menjadi mediator
kimia terkenal yang dilepaskan dari sel mast dalam reaksi alergi langsung untuk waktu yang lama dan telah
dianggap memiliki peran penting dalam patofisiologi asma. Histamin dilepaskan ke permukaan saluran napas
oleh alergen yang dihirup dan kontak langsung dengan bronkoskop, dan dipulihkan dalam cairan lavage
bronchoalveolar (BALF).
Kesimpulan
Asma Merupakan kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang
menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai dengan
gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas dan rasa berat di dada terutama
pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversibel baik dengan atau tanpa
pengobatan.

Pemberian obat antihipertensi propranolol pada pasien asma tidak tepat karena dapat
mempersempit ruang udara pada penderita asma sehingga disarankan untuk penggunaan
beta bloker selektif atau golongan calcium channel blockers karena memiliki efek
menurunkan tekanan darah dan juga efek bronkodilator.
Daftar Pustaka
Aberg, J.A., Lacy, C., Amstrong, L., Goldman, M. and Lance, L.L., 2009, Drug Information Handbook 17th Edition, American
Pharmacist Association
Alwarith J, Kahleova H, Crosby L, Brooks A, Brandon L, Levin SM, Barnard ND. 2020. The role of nutrition in asthma
prevention and treatment. Nutr Rev. 2020 Nov 1;78(11):928-938. doi: 10.1093/nutrit/nuaa005. PMID: 32167552;
PMCID: PMC7550896.
Castillo JR, Peters SP, Busse WW. 2017. Asthma Exacerbations: Pathogenesis, Prevention, and Treatment. J Allergy Clin
Immunol Pract. 2017 Jul-Aug;5(4):918-927. doi: 10.1016/j.jaip.2017.05.001. PMID: 28689842; PMCID: PMC5950727.
DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015, Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edition., McGraw-Hill
Education Companies, Inggris.
Global Initiative For Asthma (GINA). 2022. Global Strategy For Asthma Management and Prevention. Diakses melalui:
https://ginasthma.org/gina-reports/
Daftar Pustaka
Kasrin, et al. 2022. Penggolongan Obat Berdasarkan Peresepan Obat Asma Di Instalasi Rawat Jalan RSUD Dr Agoesdjam
Ketapang. Journal Syifa Sciences and Clinical Research. 4(1): 179-189
Kementerian Kesehatan RI. 2008. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Diakses melalui:
https://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/VHcrbkVobjRzUDN3UCs4eUJ0dVBndz09/2018/04/Keputusan_Menteri_Keseh
atan_RI_Tentang_Pedoman_Pengendalian_Asma1.p
Maciag MC, Phipatanakul W. 2020. Prevention of Asthma: Targets for Intervention. Chest. 2020 Sep;158(3):913-922. doi:
10.1016/j.chest.2020.04.011. Epub 2020 Apr 21. PMID: 32330461; PMCID: PMC7478233.
Rahajoe, N dkk. 2015. Pedoman Nasional Asma Anak Edisi ke-2. Jakarta: PP Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Von Mutius E, Smits HH. 2020. Primary prevention of asthma: from risk and protective factors to targeted strategies for
prevention. Lancet. 2020 Sep 19;396(10254):854-866. doi: 10.1016/S0140-6736(20)31861-4. Epub 2020 Sep 7. PMID:
32910907.
Terima
kasih!
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, and
includes icons by Flaticon and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai