1. Prosedur Diagnosis
Menurut pedoman surviving
sepsis campaign, tujuan a. Tes laboratorium ,diantaranya sebagai
resusitasi harus dicapai
dalam 6 jam pertama oleh
berikut:
sebab itu pengenalan dini Hitung darah lengkap, termasuk
dan pelaksanaan
pengobatan terhadap target hemoglobin dan emtokrit.
atau tujuan tertentu sangat
penting. Resusitasi volume Kultur:
(cairan) dan pemberian
antibiotic harus menjadi
Ini termasuk dahak, cerebral spinal tluic,
prioritas perawatan setelah urine, darah, dan kultur luka: mendapatkan
jalan napas dan
pernapasan. Tergantung setidaknya satu kultur darah dari sirkulasi
pada kondisi pasien, terapi
dapat diberikan secara
darah perifer.
bersamaan Jika pasien memiliki akeses vena,
memperoleh kultur bisa didapatkan dari
vena akses.
2. Intervensi Terapetik
Lakukan resusitasi cairan segera pada pasein dengan hipotensi atau serum
laktat lebih besar dari 4 mmoL/ L. Lakukan pemasangan vena sentral dan
monitoring hemodinamik sesegera mungkin pada unit Gawat darurat saat
menunggu keputusan masuk ICU. Prosedur terapi khusus meliputi:
Oksigen
Largebore kateter intravena (abocath dengan lumen yang besar) untuk
resusitasi cairan.
Transfusi sel darah merah dapat dipertimbangkan jika hemoglobin kurang
dari 7 g/dL, ScvO2 kurang dari 70% atau hematocrit kurang dari 30%.
Pemberian antibotik tepat waktu sangat penting dan dapat mempengaruhi
hasil.
Pertimbangkan pemberian vasopressor untuk menjaga MAP lebih besar
dari 65 mm Hg.
Tujuan Terapi Lanjutan
Menurut surviving sepsis campaign, pasien yang
membutuhkan dukungan terapi lanjut harus dikelola Evaluasi Berkelanjutan
dengan stategi berikut dibawah ini, untuk Selama fase awal sepsis akut dan syok
mendapatkan hasil yang optimal. Strategi ini dapat septik, kondisi pasien berubah
diimplementasikan di unit gawat darurat atau pada secara dinamis dan intervensi harus
saat transfer ruang perawatan intensif dievaluasi dengan cepat untuk
Ventilasi mekanik pada sepsis yang diakibatkan oleh mengarahkan kepada tindakan
cedera paru akut atau sindrom gangguan pernapasan perawatan lebih lanjut. Monitor
akut secara ketat akumulasi data terkait
Kontrol Glukosa kondisi pasien secra global, untuk
memberikan gambaran yang
Pencegahan deep vein thrombosit (trombosit vena menyeluruh tentang kondisi pasien.
dalam) Mengikuti protokol resmi untuk
pengkajian tanda vital dan
mendokumentasikan hasil
monitoring respons pasien. Sangat
penting untuk memperhatikan
trend kondisi pasien, terutama
mengenai tanda tanda vital.
Pertimbangan Pediatrik
Saat ini kematian akibat sepsis pada populasi anak Pasien dan Dukungan Keluarga
mengalami penurunan, tetapi sepsis tetap menjadi Pendidikan dan dukungan pada pasien atau keluarganya
penyebab utama kematian pada anak-anak. pengkajian awal sangat penting selama fase awal pengobatan. Tenaga
kesehatan profesional sering kali disibukkan dengan
sepsis pada pediatrik sangat penting dan harus didasarkan
kegiatan perawatan untuk mencapai tujuan terapi pada
pada manifestasi klinis dan riwayat kesehatan. Hal ini waktu tertentu, dengan perhatian terhadap keluarga
penting untuk perawat gawat darurat untuk mengetahui pasien diabaikan. Komunikasi antara keluarga dengan
nilai normal tanda tanda vital untuk neonatus, bayi dan tim perawatan kesehatan pasien dapat membantu
anak-anak. berikut ini hal yang mungkin ditemukan mempertahankan jalur informasi.
sebelum hipotensi:
Pertimbangan Keterbatasan Dukungan
* Hipotermi atau hipertermi Early goal directed therapy memberikan dampak positif
bagi pasien dengan sepsis atau syok sepsis, meskipun
* Penurunan status mental
tingkat kematiannya masih besar pada pasien dengan
* Kriteria SIRS diaplikasikan pada kelompok pediatrik sepsis/syok sepsis. Berikan informasi yang faktual,
dengan beberapa pengecualian : harapan yang realistis dan perkembangan hasil
perawatan.
* Ketidak normalan suhu atau leukosit
* Bradikardi mungkin merupakan tanda dari SIRS pada
neonatus tapi belum tentu pada anak-anak yang lebih tua
* Mengandalkan hanya pada tekanan darah dapat
menyesatkan, karena pada tekanan darah akan tetap
normal saat mereka berada dalam keadaan syok.
Algoritma Penatalaksanaan
1. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
a. Pengkajian Primer
1)Airway
Yakinkan kepatenan jalan napas
Berikan alat bantu napas jika perlu
Jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan bawa segera mungkin ke ICU
2) Breathing
Kaji jumlah pernapasan lebih dari 24 kali per menit merupakan gejala yang signifikan
Kaji saturasi oksigen
Periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan kemungkinan asidosis
Berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask
Auskultasi dada, untuk mengetahui adanya infeksi di dada
Periksa foto thorak
3) Circulation
Kaji denyut jantung
Monitoring tekanan darah
Lakukan pemeriksaan darah lengkap
Catat temperature, kemungkinan pasien pyreksia atau temperature kurang dari 36 0C
Siapkan pemeriksaan urin dan sputum
4) Disability
Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien sepsis padahal sebelumnya tidak ada masalah (sehat dan baik). Kaji tingkat
kesadaran
5) Exposure
Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan tempat suntikan dan tempat sumber infeksi lainnya.
B. Pengkajian Sekunder
1. Aktivitas dan istirahat : Subyektif: Menurunnya tenaga/ kelelahan dan insomnia
2. Sirkulasi
Subyektif: riwayat pembedahan jantung/mbypass cardiopulmonary, fenomena embolik (darah, udara, lemak)
Obyektif: tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya hipoksemia), hipotensi terjadi pada stadium lanjut (shock)
Heart rate: takikardi biasa terjadi
Bunyi jantung: normal pada fase awal,
Kulit dan membran mukosa: mungkin pucat, dingin, sianosis biasa terjadi (stadium lanjut)
3. Integritas Ego
Subyektif: keprihatinan/ ketakutan, perasaan dekat dengan kematian
Obyektif: restlessness, agitasi, gemetar, iritabel, perubahan mental.
4. Makanan/ Cairan
Subyektif: kehilangan selera makan, nausea
Obyektif: formasi edema/ perubahan berat badan, hilang/ melemahnya bowel sounds
5. Neurosensori
Subyektif atau obyektif: gejala trauma kepala, kelambatan mental, disfungsi motorik
Respirasi
Subyektif: riwayat aspirasi, merokok/ inhalasi gas, infeksi pulmonal diffuse, kesulitan bernafas akut atau khronis, “air
hunger”
Subyektif: adanya riwayat trauma tulang/ fraktur, sepsis, transfusi darah, episode anaplastik
Seksualitas
Subyektif atau obyektif: riwayat kehamilan dengan komplikasi eklampsia
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan penumpukan sekret pada bronkus
2. Hipertermi berhubungan dengan sepsis
3. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan
respon fisiologis otot jantung
DIGANOSA NOC NIC
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas 1. Status pernafasan: kepatenan jalan nafas 1. Manajemen jalan nafas
berhubungan dengan penumpukan sekret 2. Kontrol aspirasi Buka jalan nafas dengan teknik chin lift
pada bronkus atau jaw thrust, sebagai mana mestinya
Kriteria hasil:
Posisikan pasien untuk memaksimalkan
Frekuensi jalan nafas dipertahankan ventilasi.
pada deviasi berat pada kisaran normal Lakukan fisioterapi dada, sebagai mana
(1) ditingkatkan ke deviasi ringan dari mestinya.
kisaran normal (4) Buang sekret dengan memotivasi klien
untuk batuk efektif atau menyedot
Kemampuan untuk mengeluarkan sekret lendir
dipertahankan pada deviasi berat pada Auskultasi jakan nafas, catat area yang
kisaran normal (1) ditingkatkan ke ventilasi menurun atatu tidak ada dan
deviasi ringan dari kisaran normal (4) adanya suara tambahan.
d. Tekanan vena sentral dipertahankan h. Monitor warna kulit dan suhu tubuh
i. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
pada deviasi berat pada kisaran normal
j. Berikan pengobatan untuk mengatasi
(1) ditingkatkan ke deviasi ringan dari
penyebab demam
kisaran normal (4)
k. Monitor intake dan output
l. Berikan cairan intravena
m. Tingkatkan sirkulasi udara
KASUS
An. R umur 16 tahun datang diantar
keluarga ke IGD dengan • Pengkajian
penurunan kesadaran sejak 1 • Biodata
hari SMRS. 3 hari SMRS pasien • Nama : An. R
demam disertai batuk berdahak • Umur : 16 tahun
dengan secret berwarna hijau. • Diagnosa : Sepsis
Pasien post op kista ovarium, • Keluhan utama:
namun luka bekas operasi tidak • Pasien datang diantar keluarga ke IGD dengan penurunan kesadaran sejak 1
sembuh dan dilakukan operasi hari SMRS. 3 hari SMRS pasien demam disertai batuk berdahak dengan
kembali. Pada pemeriksaan secret berwarna hijau. Pasien post op kista ovarium, namun luka bekas
operasi tidak sembuh dan dilakukan operasi kembali.
didapat kesadaran delirium, TD:
• Primary survey
80/50mmHg, Nadi: 110 x/i, • Airway: Jalan nafas tidak paten, terdapat batuk berdahak dengan secret berwarna hijau.
Suhu: 39,4oC, RR: 24 x/i, • Breathing: RR : 24 x/i
jantung S1/S2. regular, • Circulation: TD: 80/50mmHg, Nadi: 110 x/i (lemah), Suhu: 39,4 oC
• Disability: Penurunan kesadaran, pada pemeriksaan didapat kesadaran delirium.
tachikardi, mur-mur (-), Gallop Exposure: Pasien post op kista ovarium, namun luka bekas operasi tidak sembuh dan dilakukan
•
(-), Pada abdomen terdapat luka operasi kembali.
bekas operasi. Hasil • Heart Monitor: TD: 80/50mmHg, Nadi: 110 x/ i, Suhu: 39,4 oC, jantung S1/S2. regular, tachikardi,
mur-mur (-), Gallop (-).
laboratorium Hb: 17 g/dL,
• Hasil laboratorium
Leukosit: 20.000/ mm3,
• Hb: 17 g/dL,
Trombosit: 128.000, GDS: 102
• Leukosit: 20.000/mm3,
mg/dL, Ureum: 110, Kreatinin:
2.3, HCT: 56%. • Trombosit: 128.000,
• GDS: 102 mg/dL,
• Ureum: 110
• Kreatinin: 2,3
• HCT: 56%.
ANALISA DATA
DATA PENUNJANG ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
Bersihan jalan nafas tidak efektif
DATA PENUNJANG ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
DS : Sepsis Hipertermi
Keluarga mengatakan pasien demam.
Keluarga mengatakan pasien selesai operasi
kista ovarium, namun luka bekas operasi tidak Merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen
sembuh dan dilakukan operasi kembali. oleh leukosit
DO:
Hasil pemeriksaan: Zat pirogen beredar dalam darah
Kesadaran delirium
RR : 24 x/i
TD : 80/50 mmHg, Aktivasi prostaglandin
Nadi: 110 x/i
Suhu: 39,4
Tachikardi Merangsang hipotalamus
Pada abdomen terdapat luka bekas operasi.
Hasil laboratorium;
Hb: 17 g/dL Peningkatan suhu tubuh
Leukosit: 20.000/mm3
Trombosit: 128.000,
GDS: 102 mg/dL,
Ureum: 110,
Kreatinin: 2.3,
HCT: 56%
Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan penumpukan sekret pada
bronkus
2. Hipertermi berhubungan dengan sepsis
DIGANOSA NOC NIC
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas 1. Status pernafasan: kepatenan jalan nafas 1. Manajemen jalan nafas
berhubungan dengan penumpukan sekret 2. Kontrol aspirasi Buka jalan nafas dengan teknik chin lift
pada bronkus atau jaw thrust, sebagai mana mestinya
Kriteria hasil:
Posisikan pasien untuk memaksimalkan
Frekuensi jalan nafas dipertahankan ventilasi.
pada deviasi berat pada kisaran normal Lakukan fisioterapi dada, sebagai mana
(1) ditingkatkan ke deviasi ringan dari mestinya.
kisaran normal (4) Buang sekret dengan memotivasi klien
untuk batuk efektif atau menyedot
Kemampuan untuk mengeluarkan sekret lendir
dipertahankan pada deviasi berat pada Auskultasi jakan nafas, catat area yang
kisaran normal (1) ditingkatkan ke ventilasi menurun atatu tidak ada dan
deviasi ringan dari kisaran normal (4) adanya suara tambahan.