Anda di halaman 1dari 6

SEPSIS A41.

9
No. Dokumen No. Revisi Halaman
013/komed/PPK
RS Bhayangkara Kupang 0 4
IPD/VII/2022
Disusun Oleh KSM Diperiksa Oleh :
IPD Kasubbid
yanmeddokpol

dr. Ida Bagus


PANDUAN PRAKTIK Tanggal terbit Wisesa, Sp.PD
Dr. Mariana
KLINIS 1/07/2022 Ditetapkan Oleh :
Ps. Karumkit RS Bhayangkara Kupang

Dr. Hery Purwanto M.Si, Med, Sp.B


KOMPOL NRP 7301703
1. Pengertian/Definisi Adanya respon sistemik terhadap infeksi didalam tubuh yang
dapat berkembang menjadi sepsis berat dan syok septik.
Sepsis berat adalah sepsis disertai dengan kondisi disfungsi
organ, yang disebabkan karena inflamasi sistemik dan respon
prokoagulan terhadap infeksi.
Syok septik didefinisikan sebagai kondisi sepsis dengan
hipotensi refraker ( tekanan darah sistolik < 90 mmHg, Mean
arterial pressure < 65 mmHg, atau penurunan > 40 mmHg dari
ambang dasar tekanan darah sistolik yang tidak responsive
setelah diberikan cairan kristaloid sebesar 20 sampai 40
mL/Kg.
Kriteria SIRS,SEPSIS,SEPSIS BERAT, SYOK SEPTIK
berdasarkan konsesus konfrensi ACCP /SCCM 1991
2 dari 4 kriteria :
 Temperature > 38 derajat celcius atau < 36 derajat
celcius
 Laju nadi > 90 x/menit
 Hiperventilasi dengan laju nafas > 20x/menit atau CO2
arterial kurang dari 32 mmHg
 Sel darah putih > 12.000 sel/ UL atau < 4000 sel / UL
Sepsis berat
 Asidosis laktat
 Oliguria
 Atau perubahan akut pada status mental

Tanda – tanda sepsis non spesifik meliputi demam,


mengggigil, dan gejala konstitutif seperti lelah, malaise, gelisah
/ kebingungan.
Tempat infeksi paling sering : paru, traktur digestifus, traktus
urinaris, kulit, jaringan lunak dan saraf pusat.
Gejala sepsis akan menjadi lebih berat pada penderita lanjut
usia, penderita diabetes,kanker, gagal organ utama,

2. Anamnesis Riwayat
Apakah didapatkan dari komunitas atau nosocomial dan
apakah pasien imonokompromis.
Rincian yang harus diketahui meliputi paparan pada hewan,
perjalanan, gigitan tungau, bahaya ditempat kerja, alcohol,
seizure, hilang kesadaran,medikasi dan penyakit dasar yang
mengarahkan pasien pada kepada agen infeksius tertentu.
Tanda terjadinyya sepsis meliputi :
 Demam atau tanda yang tak terjelaskan disertai
keganasan atau instrumentasi
 Hipotensi, oliguria, atau anuria
 Takpnea atau hiperpnea, hipotermia tanpa penyebab
jelas
 Perdarahan

3. Pemeriksaan Fisik Dilakukan pemeriksaan fisik yang menyeluruh , pada semua


pasien neutropenia dan pasien dengan dugaan infeksi pelvis..
Pemeriksaan fisik harus meliputi pemeriksaan rectum, pelvis
dan genital
4. Kriteria diaknosis Berdasarakan anamnesis dan pemeriksaan fisik dan
penunjang
5. Diagnosis Sepsis
6. Komplikasi a. Sindrom distress pernapasan dewasa ( ARDS, adult
respiratory disease syndrome )
b. Koagulasi intravaskular diseminata ( DIC diseminated
intravascular coagulation )
c. Gagal ginjal akut
d. Perdarahan usus
e. Gagal hati
f. Disfungsi system saraf pusat
g. Gagal jantung
h. Kematian
7. Pemeriksaan Pemeriksaan laboratorium
penunjang a. Meliputi Complete Blood Count (CBC) dengan hitung
deferensial, urinalisis, gambaran koagulasi, glukosa, urea
darah, nitrogen, kreatinin, elektrolit, uji fungsi hati, kadar
asam laktat,gas darah arteri, biakan darah, sputum, urin
b. Elektrokardiogram dan rontgen dada

Temuan laboratorium lain :


a. Sepsis awal : leukositosis dengan shift kiri,
trobositopenia, hiperbilirubinemia dan proteinuria
b. dapat terjadi leukopenia
c. Neutrofil mengandung granulasi toksik
d. Hiperventilasi menimbulkan alkalosis respirator
8. Terapi
a. Stabilisasi pasien langsung : masalah mendesak yang
dihadapi pasien dengan sepsis berat adalah pemulihan
abnormalitas yang membahayakan jiwa (ABC airway
brathing,circulation ). Resusitasi awal sangat penting dapat
diberikan kristaloid atau koloid untuk mempertahankan
stabilitas hemodinamik.
Perlindungan langsung terhadap jalan napaspasien,
intubasi diperlukan juga untuk memberikan kadar oksigen
lebih tinggi.
Peredaran darah terancam dan penurunan bermakna pada
tekanan darah memerlukan terapi empiric gabungan yang
agresif dengan cairan ( kristaloid atau koloid ) dan
inotrope / vasopressor ( dopamine, dobutamin, fenilefrin,
epinefrin atau norepinefrin ).
Pasien dengan sepsis berat harus dimasukan dalam ICU
tanda vital ( tekanan darah, denyut jantung, laju napas dan
suhu badan) harus dipantau.
b. Pemberian antibiotic yang adekuat
1) Untuk pneumonia dapatan komunitas biasanya
digunakan 2 regimen obat, biasanya sefalosporin
generasi ketiga ( sefttriason )atau keempat ( sefepim )
diberikan dengan aminoglikosida (biasanya
gentamisin )
2) Pneumonia nosokomia : sefipim atau iminemsilastatin
dan aminoglikosida
3) Infeksi abdomen : imipenem – silastatin atau pipersilin-
tazobaktam dan aminoglikosida
4) Infeksi abdomen nosocomial : imipenem – silastatin –
dan aminoglikosida atau pipersilin _ tazobaktam dan
amfoterisin B
5) Kulit / jaringan lunak : vankomisin dan imipenem –
silastatin atau piperasilin – tazobaktam
6) Kulit / jaringan lunak nosocomial : vankomisin dan
sefipim
7) Infeksi traktus urinaris : siprofloksasin dan
aminoglikosida
8) Infeksi traktus urinaris nosocomial : vankomisin dan
sefipim
9) Infeksi CNS : vankomisin dan sefalosporin generasi
ketiga atau meropenem
10) Infeksi CNS nosocomial : meropenem dan vankomisin.
9. Edukasi a. .terapi suportif
b. Glukosa control
Pada penderita sepsis sering terjadi peningkatan gula
darah yang tidak mengalami dan yang mengalami
diabetes mellitus, sebaiknya kadar gula darah
dipertahankan sampai dengan < 150 mg/dl. Dengan
melakukan monitoring pada gula darah setiap 1-2 jam
dan dipertahankan minimal sampai dengan 4 hari.
Mencegah terjadinya stress ulcer dapat diberikan
profilaksis dengan menggunakan H2 bloker protonpan
inhibitor.
10. Pencegahan a. Hindari trauma pada permukaan mukosa yang biasanya
dihuni bakteri gram negative
b. Gunakan trimetropim – sulfametoksazol secara profilaktik
pada anak penderita leukemia
c. Gunakan nitrat perak tipikal, sulfadiazine perak, atau
sulfamilon secara profilaktik pada luka bakar
d. Berikan semprotan (spray ) polimiksin pada faring posterior
untuk mencegah pneumonia gram negative nosokomia
e. Untuk melindungi neonatus dari sepsis strep grup B ambil
apusan swab vagina / rectum pada kehamilan 35 hingga 37
minggu, biakan untuk streptococcus agalatiae ( penyebab
utama sepsis pada neonatus ). Jika positif untuk
streptococuc grup B berikan penisilin intrapartum pada ibu
hamil, hal ini menurunkan infeksi grup B sebesar 78 %.
11. Kepustakaan Baron RL septik shock and komplikation for terapy clinical
pharmacy . 1993,12,829,845
Belanti J imunologi III, Yogyakarta Gadjah Mada University
prest 1993 . 443-448
Cohen j, sepsis syndrom journal of med int infection 1996 ; 31-
34
Dala DC septic shock in horison’s text book of internal
medicine 1995 ; 232-238
Ketua Komite Medik Ketua KSM

(Dr. I Made Handawira


(dr. Ida Bagus Ngurah Wisesa, Sp.PD)
Satya Sp.An)

Anda mungkin juga menyukai