SKENARIO 3
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
NIM : 18109011012
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020
SKENARIO
1. Stroke : Kerusakan otak akibat gangguan atau hambatan suplai darah ke otak yang dapat
disebabkan oleh penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke
hemoragik).
2. Penurunan kesadaran : Kondisi ketika seseorang kurang atau tidak dapat memberikan
respon terhadap rangsang apapun. Kondisi ini bisa disebabkan oleh kelelahan, cedera,
penyakit, atau efek samping dari obat-obatan.
STEP II
STEP III
1. Demam yang dialami pasien dapat disebabkan oleh sepsis karena infeksi yang dialami,
apabila terjadi demam terus menerus dapat mengakibatkan syok sepsis. Pada penurunan
kesadaran pasien dapat disebabkan karena ada hipotensi pada pasien.
2. Pasien kemungkinan mengalami ISK, dimana infeksi menyebabkan iritasi pada kandung
kemih sehingga memicu rasa ingin buang air kecil dan urin hanya keluar sedikit-sedikit.
3. Komplikasi dari stroke bisa berupa : deep vein thrombosis, hidrosefalus, disfagia, dan
keterbatasan gerak.
4. Terdapat hubungan dengan riwayat stroke 3 tahun yang lalu dengan penurunan
kesadaran pasien. Karena dengan adanya riwayat stroke maka akan ada masalah di otak
pasien baik karena penyumbatan pembuluh darah maupun pendarahan akibat pembuluh
darah pecah yang dapat mengakibatkan penurunan kesadaran. Penurunan kesadaran pada
pasien juga diperberat dengan adanya kecurigaan terjadi ISK, yang dapat berlanjut
menjadi syok sepsis sehingga berpengaruh terhadap kesadaran pasien.
STEP IV
PF
-Suhu : 39°C
-TD : 90/60 mmHg
-RR : 26 x/menit
-Nadi : 90 x/menit
Px Penunjang
-Vol. urin : 16.000/mm3, urin keluar sedikit-
sedikit
Kata sepsis berasal dari kata Yunani untuk "dekomposisi" atau "pembusukan," dan
penggunaan pertama yang didokumentasikan adalah sekitar 2700 tahun yang lalu dalam puisi
Homer. Itu kemudian digunakan dalam karya Hippocrates dan Galen di abad-abad
berikutnya. Sepsis adalah keadaan darurat medis yang menggambarkan respon imunologi
sistemik tubuh terhadap proses infeksi yang dapat menyebabkan disfungsi organ stadium
akhir dan kematian.1 Syok sepsis merupakan abnormalitas sirkulasi dan metabolisme seluler.2
Penyebab dari sepsis terbesar adalah bakteri gram (-) dengan prosentase 60-70%
kasus, yang menghasilkan berbagai produk dapat menstimulasi sel imun. Sel tersebut akan
terpacu untuk melepaskan mediator inflamasi. Produk yang berperan penting terhadap sepsis
adalah lipopolisakarida (LPS). LPS atau endotoksin glikoprotein kompleks merupakan
komponen utama membran terluar dari bakteri gram (-). LPS merangsang peradangan
jaringan, demam dan syok pada penderita yang terinfeksi. Struktur lipid A dalam LPS
bertanggung jawab terhadap reaksi dalam tubuh penderita. Staphylococci, Pneumococci,
Streptococci, dan bakteri gram (+) lainnya jarang menyebabkan sepsis dengan angka kejadian
20-40% dari keseluruhan kasus. Selain itu jamur oportunistik, virus (Dengue dan Herpes)
atau protozoa (falciparum malariae) dilaporkan dapat menyebabkan sepsis, walaupun jarang.
Faktor yang paling penting adalah LPS endotoksin gram (-) dan dinyatakan sebagai
penyebab sepsis terbanyak. LPS dapat langsung mengaktifkan sistem imun selular dan
hormonal, yang dapat menimbulkan perkembangan gejala septikemia. LPS sendiri tidak
mempunyai sifat toksik, tetapi merangsang pengeluaran mediator inflamasi yang bertanggung
jawab terhadap sepsis. Makrofag mengeluarkan polipeptida, yang disebut faktor nekrosis
tumor (Tumor necrosis factor/TNF) dan interleukin 1 (IL-1), IL-6, dan IL-8 yang merupakan
mediator kunci dan sering meningkat sangat tinggi pada penderita immunocompromise (IC)
yang mengalami sepsis.3
Hampir 50% pasien intensive care unit (ICU) merupakan pasien sepsis. Angka
kematian disebabkan sepsis di ICU RSUP dr Kandou Manado sebesar 65,7%. Di RSUP dr
Soetomo Surabaya, angka syok septik sebesar 14,58%, dan 58,33% sisanya sepsis. Salah satu
penyebab kematian disebabkan karena terlambatnya penanganan awal sepsis terutama saat
masih di Unit Gawat Darurat; keterlambatan ini sering disebabkan menunggu hasil
laboratorium atau pemeriksaan penunjang lain. Penanganan pasien syok septik harus segera
dilakukan pada 1 jam awal.2
Sebagian besar penderita sepsis menunjukkan fokus infeksi jaringan yang dapat
disebabkan oleh bakteri, jamur, virus, dan parasit. Patogen tersebut bisa berasalah
masyarakat/lingkungan sekitar ataupun patogen dari rumah sakit. Setelah seseorang terinfeksi
maka akan terjadi inflamasi, sebagai tanggapan imunitas tubuh. Respon tubuh terhadap suatu
patogen melibatkan bermacam-macam komponen sistem imun dan berbagai macam sitokin
baik itu yang bersifat proinflamasi dan antiinflamasi.
Respon imun tubuh dapat berupa demam, kemudian dapat terjadi leukositosis/leukopenia
(meningkat/menurunya kadar leukosit) ataupun juga dapat terjadi bandemia (kondisi dimana
sumsum tulang berlebih dalam merilis leukosit). Selain memberikan respon inflamasi, tubuh
juga melakukan kompensasi untuk memodulasi (merubah), koordinasi ataupun represi
(pertahanan) terhadap respon yang berlebihan, yaitu dengan terjadinya takipnea, perubahan
tingkat kesadaran, dan juga hipotensi. Jika tubuh tidak dapat mengompensasi dengan baik
maka terjadi penurunan perfusi (penyebaran darah yang teroksigenasi) ke organ, dapat
mengakibatkan terjadinya disfungsi organ (kerusakan organ).
Gambar 1.1 Patogenesis dan temuan klinis sepsis, syok sepsis5
Selain itu, faktor komorbid (penyakit lain/penyerta), virulensi patogen, tempat rentan
terkena infeksi, dan juga genetik, merupakan beberapa faktor risiko terjadinya sepsis. Faktor-
faktor tersebut menyebabkan terganggunya respon tubuh terhadap suatu patogen sehingga
keseimbangan kerja antara pro-inflamasi dan anti-inflamasi mediator tidak tercapai dengan
sempurna maka dapat memberikan kerugian bagi tubuh, yaitu terjadinya disfungsi organ.
Hal-hal tersebut yang menyebabkan terjadinya sepsis, yaitu kondisi dimana organ
tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga dapat mengancam nyawa yang
disebabkan karena ketidakseimbangan respon imun host terhadap infeksi.
Organ-organ yang mengalami kegagalan fungsi ini, yaitu pada sistem pernapasan
ditandai dengan penurunan tekanan oksigen ataupun fraksi oksigen yang dihirup; pada sistem
saraf terjadi penurunan tingkat kesadaran; pada sistem kardiovaskular dapat terjadi penurunan
tekanan arteri; pada liver terjadi peningkatan bilirubin; pada ginjal terjadi peningkatan
kreatinin dan juga dapat terjadi oliguria (volume urin sedikit) akut; kemudian pada sistem
koagulasi terjadi trombositopenia (penurunan kadar trombosit) berakibat dapat menyebabkan
gangguan pembekuan darah. Tersebut merupakan beberapa tanda terjadinya syok sepsis.3,5
PENEGAKKAN DIAGNOSIS SYOK SEPSIS
RIWAYAT
Skrining awal dan cepat dapat dilakukan di setiap unit gawat darurat.2 Membantu
menentukan apakah infeksi didapatkan dari komunitas atau nasokomial dan apakah pasien
imunokompromis. Rincian yang harus diketahui meliputi paparan pada hewan, perjalanan,
gigitan tungau, bahaya di tempat kerja, penggunaan alkohol, seizure, hilang kesadaran,
medikasi dan penyakit dasar yang mengarahkan pasien kepada agen infeksius tertentu.
Beberapa tanda terjaidnya sepsis, meliputi berikut.3
1. Demam atau tanda yang tak terjelaskan disertai keganasan atau instrumentasi.
2. Hipotensi, oliguria, dan anuria.
3. Takipnea atau hiperpnea, hipotermia tanpa penyebab jelas.
4. Perdarahan.
KRITERIA SEPSIS
Kriteria SOFA muncul setelah pembaharuan definisi dan kriteria sepsis bertujuan
untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas sepsis. Kriteria tahun 1992 menggunakan istilah
Sindrom Respons Inflamasi Sistemik (SIRS). SIRS terdiri dari kriteria umum yang meliputi
kondisi vital pasien, terdapat kriteria inflamasi, kriteria hemodinamik, dan kriteria gangguan
fungsi organ.2
MANAJEMEN SEPSIS
Terdapat perubahan bermakna surviving sepsis campaign 2018 dari rangkaian 3 jam,
6 jam, menjadi rangkaian 1 jam awal. Tujuan perubahan ini adalah diharapkan terdapat
perubahan manajemen resusitasi awal, terutama mencakup penanganan hipotensi pada syok
sepsis.2
Pengambilan kultur darah dilakukan segera, hal tersebut berguna untuk meningkatkan
optimalisasi pemberian antibiotik dan identifikasi patogen. Kultur darah sebaiknya dalam 2
preparat terutama untuk kuman aerobik dan anaerobik. Pengujian kultur juga dapat
menyingkirkan penyebab sepsis, apabila infeksi patogen tidak ditemukan maka pemberian
antibiotik dapat dihentikan.
Pemberian cairan merupakan terapi awal resusitasi pasien sepsis, atau sepsis dengan
hipotensi dan peningkatan serum laktat. Cairan resusitasi adalah 30 mg/kgBB cairan
kristaloid; tidak ada perbedaan manfaat antara koloid dan kristaloid. Pada kondisi tertentu
seperti penyakit ginjal kronis, dekompensasi kordis, harus diberikan lebih hati-hati. Beberapa
teknik untuk menilai respons cairan adalah sebagai berikut.
Selain SVV, Pulse Pressure Variation (PPV) juga dapat dipergunakan untuk menilai
responsivitas cairan.
Pemberian Vasopressor (Rekomendasi kuat, bukti penelitian cukup)
Pemilihan Vasopressor
MAP merupakan driving pressure untuk perfusi jaringan atau organ terutama otak dan
ginjal. Batas rekomendasinya adalah 65 mmHg. Penetapan target MAP yang lebih tinggi (85
mmHg dibandingkan 65 mmHg) justru meningkatkan risiko aritmia. Target MAP lebih tinggi
mungkin perlu dipertimbangkan pada riwayat hipertensi kronis.
Laktat
Tekanan CVP normal adalah 8-12 mmHg. CVP sebagai parameter panduan tunggal
resusitasi cairan tidak direkomendasikan lagi. Jika CVP dalam kisaran normal (8-12 mmHg),
kemampuan CVP untuk menilai responsivitas cairan (setelah pemberian cairan atau fluid
challenge) terbukti tidak akurat. Penggunaan target CVP secara absolut seharusnya dihindari,
karena cenderung mengakibatkan resusitasi cairan berlebihan.
CO2 gap (Perbedaan kadar karbondioksida arteri dan vena (Pv-a CO2))
Catatan :
(1) Pertimbangkan dopamin vasopressor alternatif jika terdapat sinus bradikardia; (2)
Pertimbangkan pemberian fenilefrin apabila timbul takiaritmia berbahaya akibat
pemberian norepinefrin atau epinefrin; (3) Berdasarkan penilitian seusai dengan
EBM tidak ditemukan batasan pemberian norepinefrin , epinefrin dan fenilefrin.
Rentang dosis yang dicantumkan pada alogritma ini berdasarkan pengalaman
peneliti. Dosis maksimal dievaluasi berdasarkan respons fisiologis.
Insidensi komplikasi tersebut yang dilaporkan pada SIRS dan sepsis dalam penelitian
berbeda adalah 19% untung disfungsi CNS 2-8% untuk ARDS, 12% untuk gagal hati, 9-23%
untuk ARF, dan 8-18% untuk DIC. Pada syok septik, ARDS dijumpai pada sekitar 18%, DIC
pada 38%, dan gagal ginjal 50%.2
STEP VII
Kesimpulan
Pada skenario ini dapat disimpulkan bahwa wanita 69 tahun tersebut kemungkinan
mengalami syok sepsis yang disebabkan karena ISK. Penegakkan diagnosis sepsis diawali
dengan skrining awal terhadap temuan gejala kemudian menggunakan kriteria baru, yatiu
Sequential Organ Failure Assessment (SOFA). Tatalaksana yang dapat diberikan pada 1 jam
pertama adalah resusitasi awal yang diantaranya pengukuran kadar laktat, kultur darah,
antibiotic spectrum luas, cairan intravena dan pemberian vasopressor misalnya norepinefrin
sebagai lini pertama. Pencegahan yang dapat dilakukan dengan menjaga hygienitas. Untuk
prognosis dubia ad malam karena infeksi yang tidak terkontrol dan komplikasi sistemik.
DALIL
Al-Israa/17 : 82
Artinya : “Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat
bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur’an itu) hanya
akan menambah kerugian.”
DAFTAR PUSTAKA