Anda di halaman 1dari 2

EPISTAKSIS/MIMISAN

Penyebab

Penyebab epistaksis dapat bersifat lokal maupun sistemik (tabel 1). Penyebab lokal
biasanya berhubungan dengan masalah pada hidung, sinus paranasal dan nasofaring. Trauma
merupakan penyebab tersering terjadinya epistaksis, pada anak sering disebabkan oleh trauma
yang sederhana yaitu akibat mengorek hidung. Penyebab sistemik dapat disebabkan oleh
kelainan kardiovaskular, kelainan hematologi dan penggunaan obat antikoagulan. Tumor juga
sering menyebabkan epistaksis terutama pada pasien berusia di atas 40 tahun.2,4
KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasinya epistaksis dapat dibagi atas dua bagian, yaitu:
1. Epistaksis anterior
Sering pada anak dan biasanya berhenti sendiri. Perdarahan dapat berasal dari pleksus
Kiesselbach (Little’s area) atau bagian depan konka inferior..
2. Epistaksis posterior
Epistaksis posterior dapat berasal dari a.sfenopalatina dan a.etmoid posterior. Perdarahan
biasanya profus dan tidak mudah berhenti sendiri. Sering ditemukan pada pasien dengan
hipertensi, arteriosklerosis atau penyakit kardiovaskuler lain.2,4,5

PENATALAKSANAAN EPISTAKSIS
I. Penatalaksanaan awal
Tindakan awal mengontrol perdarahan dengan menekan pada bagian cuping hidung selama
15 menit (gambar 3) atau kompres es pada dorsum nasi apabila perdarahan masih berlanjut. 6

Gambar 1. Penekanan pada cuping hidung

EDUKASI PADA PASIEN


a. Cara cuci hidung yang benar
b. Menghindari buang ingus/sisi secara keras dan bersin jangan terlalu keras
c. Jika bersin lalukan dengan mulut terbuka
d. Jangan melakukan manipulasi atau mengorek hidung
e. Hindari penggunaan aspirin atau NSAID lainnya
f. Hindari penggunaan semprot hidung kortikosteroid sementara waktu
g. Jika terjadi epistaksis berulang yang ringan (pencet ala nasi 5-10 menit), gunakan kompres
es

PROGNOSIS
Dengan penatalaksanaan yang adekuat dan mengatasi penyebabnya, pada umumnya tidak
terjadi kekambuhan. Beberapa faktor yang berperanan dalam kekambuhan adalah: usia, riwayat
hipertensi, penggunaan antikoagulan, riwayat epistaksis hebat sebelumnya.

FOLLOW UP
Rata-rata waktu follow up setelah penanganan epistaksis adalah 7 minggu (2-19 minggu).
Penderita dengan hipertensi sebaiknya kontrol rutin pada kardiologis setelah keluar dari rumah
sakit.2,3,4
KEPUSTAKAAN MATERI BAKU :
1. Randall DA. The nose and paranasal sinuses. Lee KJ. editor, Essential Otolaryngology Head
& Neck Surgery, International edition, Mc. Graw-Hill, 2003. p:682 – 723.
2. Bailey BJ, Johnson JT, Head and Neck Surgery- Otolaryngology, Fifth edition, Volume One,
Lippincott Williams & Wilkins, 2014.
3. Rudmik L, Smith TL. Management of intractable spontaneous epistaxis. Am J Rhiol Allergy
2012; 26:55-60.
4. Pope LER, Hobbs CGL. Epistaxis: an update on current management. Postgrad Med J
2005;81:309-14.
5. Lore JM, Medina JE. An atlas of head and neck surgery. 4 th ed. Elsevier Inc. 2005. p: 270 –
285.
6. Fokkens WJ. Epistaksis management : evaluation of old tricks and new treatment options.
Rhinol 2011; 49: 385-6.
7. Mangunkusumo E, Wardani RS. Epistaksis. Dalam : Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J,
Restuti RD, editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher
edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010: 155-9

Anda mungkin juga menyukai