Anda di halaman 1dari 6

EPISTAKSIS

Irene Andrea Handaka

102014098

Kelompok 3

Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana


Alamat Korespondensi Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

Abstrak

Epistaksis adalah pendarahan yang keluar dari lubang hidung, rongga hidung, dan
nasofaring. Penyakit ini disebabkan oleh kelainan lokal maupun sistemik dan sumber pendarahan
yang paling sering adalah dari pembuluh darah pleksus Kiessel-bach’s. Diagnosa ditegakan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis, pemeriksaan laboratorium dan radiologic. Prinsip
penanggulangan epistaksis adalah menghentikan pendarahan, mencegah komplikasi dan
kekambuhan. Epistaksis enterior ditanggulangi dengan kauter dan tampon anterior, sedangkan
epistaksis posterior dengan tampon Bellocq dan ligasi arteri atau embolisasi

Abstract

Epistaksis’s bleeding that discharge from nostrils, the nasal cavity, and the
nasopharynx. The disease is caused by a disorder of local and systemic and source of bleeding
most frequently is a plexsus of veins Kiessel-bach’s. Diagnosis is made by anamnesis, clinical
examination, radiographs and laboratory. The management principles of epistaxsis are stop
bleeding, prevent complication and recurrent. Anterior epistaxsis is stopped by cauterization and
anterior packing while posterior epistaxsis by packing (Bellocq), arteri ligation or embolization.
Pendahuluan
Epistaksis adalah pendarahan akut yang berasal dari lubang hidung, rongga hidung atau
nasofaring dan mencemaskan penderita serta para klinis. Epistaksis bukan suatu penyakit,
melainkan gejala dari suatu kelainan yang mana hampir 90% dapat berhenti sendiri1. Epistaksis
banyak dijumpai pada anak usia 2-10 tahun dan 50-80 tahun. Dan sering dijumpai pula pada
musim dingin dan kering. Epistaksis bagian anterior sangat umum ditemukan pada anak dan
dewasa muda, sementara epistaksis posterior sering terjadi pada orangtua dengan riwayat penyakit
hipertensi1,3.

Epistaksis atau yang sering juga di sebut mimisan menjadi sebuah ketakutan bagi masyarakat
awam.Oleh karena itu penjelasan tentang epistaksis di perlukan bagi masyarakat umum agar tidak
lagi menjadi hal yang perlu ditakutkan, melainkan diberikan pertolongan medis yang benar dan
tepat.

Pengertian Epistaksis

Epistaksis adalah suatu keadaan pendarahan dari hidung yang keluar melalui lubang hidung
akibat dari kelainan lokal pada rongga hidung ataupun karena kelainan yang terjadi di tempat lain
dari tubuh. Orang awam menyebut ini mimisan. Mimisan bisa terjadi pada hidung karena hidung
memiliki banyak pembuluh darah, terutama dibalik lapisan tipis cupingnya. Mimisan bukan
merupakan suatu penyakit tetapi merupakan gejala dari suatu penyakit. Mimisan dapat terjadi
karena bermacam-macam sebab dari yang paling ringan sampai yang berat. Epistaksis pada
umumnya terjadi pada anak-anak, karena pembuluh darahnya masih tipis dan sensitive.

Epistaksis dibagi dalam dua jenis yaitu: Epistaksis Anterior dan Epistaksis Posterior.

Epistaksis Anterior

Epistaksis anterior adalah jenis epistaksis yang paling sering ditemukan terutama pada anak-
anak dan biasanya dapat berhenti dengan sendirinya2. Delapan puluh persen pendarahan berasal
dari pembuluh darah Pleksus Kiesselbach. Pendarahan juga dapat berasal dari bagian depan
konkha inferior. Bagian dalam hidung juga dilapisi oleh mukosa yang tipis dan mengandung
banyak pembuluh darah (Kiesselbach plexsus) yang berfungsi untuk menghangatkan dan
melembabkan udara yang dihirup. Mukosa pada daerah ini sagat rapuh dan melekat pada tulang
rawan dibawahnya4.

Pembuluh-pembuluh tersebut amat peka terhadap pengaruh dari luar, selain karena letaknya
di permukaan juga karena hidung merupakan bagian wajah yang paling menonjol. Perubahan
cuaca, tekanan udara, pemakaian obat, gesekan, garukan, iritasi hidung karena pilek/alergi atau
kemasukan benda asing dapat menimbulkan mimisan. Jenis mimisan anterior ini biasanya lebih
mudah diatasi dengan pertolongan pertama di rumah.

Epistaksis Posterior

Pada epistaksis posterior sumber pendarahannya berasal dari rongga hidung bagian
belakang(nasopharing). Epistaksis posterior dapat juga berasal dari arteri sfenopalatina dan
arteri etmoid posterior. Pada epistaksis ini biasanya pendarahan hebat dan jarang dapat berhenti
dengan sendirinya.dan biasanya jenis epistaksis ini lebih sulit untuk diatasi. Jenis epistaksis ini
sering ditemukan pada pasien penderita hipertensi, arteriosklerosis atau pasien dengan
penyakit radiovaskuler2. Thornton melaporkan ada 81% epistaksis posteriol yang berasal dari
dinding nasal lateral5.

Penyebab Epistaksis

Penyebab epistaksis dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Lokal
 Pilek dan alergi : Pilek dan alergi menyebabkan pembengkakan dan iritasi di dalam
hidung sehingga dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah dan mimisan pada
anak
 Trauma : Terkena bola di hidung atau benda keras lainnya. Kebiasaan mengorek-korek
hidung atau memasukkan sesuatu ke hidung juga bisa menyebabkan mimisan pada
anak.
 Kelembaban udara yang rendah, udara yang sangat kering atau terkena asap yang
dapat mengiritasi hidung
 Kelainan antomi : abnormalitas septum nasi (pembatas hidung) dapat menjadi
pencetus terjadinya perdarahan hidung
 Neoplasma : Epistaksis yang berhubungan dengan neoplasma biasanya sedikit dan
jarang, kadang-kadang ditandai dengan lendir yang bernoda darah. Polip,
Hemongioma, karsinoma, serta angiofibroma dapat menyebabkan mimisan berulang

b. Sitemik
 Pada penyakit demam berdarah
 Kelainan darah misalnya trombositopenia, hemofilia dan leukemia.
 Penyakit kardiovaskuler. Hipertensi dan kelainan pembuluh darah dapat menyebabkan
mimisan

Penatalaksanaan Mimisan pada Anak

 Tetap tenang, mimisan memang menakutkan tapi Anda harus tetap tenang
menghadapinya agar anak tidak semakin ketakutan
 Posisikan anak dalam keadaan duduk atau berdiri.
 Biarkan kepala tetap tegak dan ajari anak untuk tetap bernafas dengan tenang
 Jepit hidung bagian depan (bagian lunak) dengan ibu jari dan telunjuk selama kurang
lebih lima menit, Bila anak sudah cukup besar, anak bisa diajari untuk melakukannya
sendiri.
 Cara ini dapat diulang sebanyak dua kali, bila perdarahan masih belum berhenti, maka
segera bawa anak ke dokter

Sikap yang Tidak Seharusnya Dilakukan Saat Anak Mimisan

 Bersikap panik, karena hanya akan menakutkan anak Anda


 Membaringkan anak atau mendorong kepalanya kebelakang
 Memasukkan benda benda asing seperti tissue atau kertas ke hidung anak Anda untuk
menghentikan perdarahan

Cara Mencegah Mimisan

 Jangan mengorek hidung, terutama bila kuku panjang


 Jangan terlalu keras bila sisih (mengeluarkan lendir dari hidung)
 Menggunakan pelembab ruangan
 Menggunakan semprot hidung berisi saline (over the counter) sebelum tidur
 Oleskan Vaseline/petroleum jelly dekat lubang hidung sebelum tidur
 Menghindari trauma pada wajah
 Menggunakan masker bila bekerja di laboratorium untuk menghindari menghirup zat-
zat kimia secara langsung
 Hindari asap rokok karena asap dapat mengeringkan dan mengiritasi mukosa
 Jika menderita alergi berikan obat antialergi untuk mengurangi gatal pada hidung
 Stop pemakaian aspirin karena akan memudahkan terjadinya mimisan dan membuat
mimisan berkepanjangan

Kesimpulan

Epistaksis atau sering juga di sebut mimisan dapat disebabkan oleh sebab-sebab dari
yang paling ringan sampai yang berat. Misalkan ketika kita terbentur, saat infeksi hidung,
saat pilek maupun jika kita mempunyai penyakit hipertensi. Epistaksis dibagi dalam 2 jenis.
Yaitu epistaksis anterior dan epistaksis posterior.Saat mimisan terjadi sikao kita seharus nya
tetap tenang dan jangan panik saat menghadapinya.
Daftar Pustaka

1. Abelson TI. Epistaksis dalam: Scaefer,SD. Rhinology and Sinus Disease Aproblem-
Oriented Aproach. St. Louis, Mosby Inc,1998:43
2. Nuty WN, Endang M. Pendarahan hidung dan gangguan penghidu, Epistaksis. Dalam:
Buku ajar ilmu penyakit telinga hidung tenggorok. Edisi 3. Jakarta, Balai Penerbit FK
UI, 1990: 127
3. Watkinson JC. Epistaxis. Dalam: Mackay IS, Bull TR. Scott-Brown’s
Ortolaryngology. Volume 4 (Rhinonology). Ed. 6th. Oxford: Butterwort-Heinemann,
1997: 1-19.
4. Becker W, Naumann HH, Pfaltz CR. Ear, nose, and throat disease, a pocket reference.
Second Edition. New York, Thieme Medical Publiseher, Inc, 1994: 170 dan 253.
5. Thornton MA, Mahest BN, Lang J. Posterior epistaxis: Identification of common
bleeding site. Laryngodcope, 2005. Vol.115 (4): 588.

Anda mungkin juga menyukai