Anda di halaman 1dari 30

DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................................i

Kata Pengantar.................................................................................................................i

Daftar Isi..........................................................................................................................ii

BAB 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang.................................................................................................1


1.2 Perumusan Masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................2

BAB II Kajian Pustaka

2.1 Definisi Apendisitis.........................................................................................4

2.2 Etiologi Apendisitis.........................................................................................6

2.3 Patofisiologi Apendisitis..................................................................................7

2.5 Manifestasi Klinis Apendisitis ........................................................................8

2.6 Komplikasi Apendisitis ..................................................................................9

2.7 Pemeriksaan Penunjang Apendisitis ...............................................................9

2.8 Penatalaksanaan Apendisitis............................................................................9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Analisa Data...................................................................................................21

3.2 Diagnosa Keperawatan .................................................................................23

3.3 Rencana Keperawatan....................................................................................24

BAB IV PENUTUP

3.1 Kesimpulan....................................................................................................30

3.2 Saran..............................................................................................................30

Daftar Pustaka
1
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Apendisitis merupakan infeksi bakteria yang dapat disebabkan oleh berbagai


faktor pencetusnya, namun sumbatan Lumen apendiks merupakan faktor yang
diajukan sebagai pencetus disamping Hyperplasia jaringan limfoid, tumor Apendiks,
dan cacing askaris dapat menyebabkan sumbatan. Apendisitis adalah erosi mukosa
apendisitis karena parasit seperti E.histolytica. Penelitian epidemiologi menunjukan
peran kebiasaan makan makanan rendah serat mempengaruhi terjadinya konstipasi
yang mengakibatkan timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menaikan tekanan
Intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendisitis dan
meningkatnya pertumbuhan kuman Flora kolon biasa (Adhar, Lusia & Andi, 2018)
Angka kejadian Apendisitis menurut Word Health Organization (WHO), data dari
35.539 pasien bedah dirawat di unit perawatan intensif, di antaranya 8.622 pasien
(25,1%) mengalami masalah kejiwaan dan 2,473 pasien (7%) mengalami kecemasan
(WHO, 2017). Angka kejadian apendisitis di Indosesia Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia pada tahun 2017 sebesar 596.132 orang dengan persentase 3.36%
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017). Apendisitis bisa terjadi pada
semua usia namun jarang terjadi pada usia dewasa akhir dan balita, kejadian
Apendisitis ini meningkat pada usia remaja dan dewasa. Usia 20 – 30 Tahun bisa
dikategorikan sebagai usia produktif, dimana orang yang berada pada usia tersebut
melakukan banyak sekali kegiatan. Hal ini menyebabkan orang tersebut mengabaikan
nutrisi makanan yang dikonsumsinya. Akibatnya terjadi kesulitan buang air besar yang
akan menyebabkan peningkatan tekanan pada rongga usus dan pada akhirnya
menyebabkan sumbatan pada saluran apendisitis (Adhar, Lusia & Andi, 2018).
Kebiasaan pola makan yang kurang dalam mengkonsumsi serat yang berakibat
timbulnya sumbatan fungsional apendisitis dan meninggkatkan pertumbuhan kuman,
sehingga terjadi peradangan pada apendisitis (Adhar, Lusia & Andi, 2018)

2
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Apendisitis?


2. Apa etiologi Apendisitis ?
3. Apa patofisiolog Apendisitis?
4. Apa Manifestas Apendisitis?
5. Apa Komplikasi Apendisitis?
6. Apa Pemeriksaan Penunjang Apendisitis?
7. Apa Penatalaksanaan Medis Apendisitis ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk memahami pengertian Apendisitis


2. Untuk memahami etiologi Apendisitis
3. Untuk memahami patofisiologi Apendisitis
4. Untuk memahami manifestasi klinis Apendisitis
5. Untuk memahami komplikasi Apendisitis
6. Untuk memahami komplikasi Apendisitis
7. Untuk memahami pemeriksaan penunjang Apendisitis
8. Untuk memahami penatalaksaan medis Apendisitis

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Apendisitis


Apendisitis merupakan Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus
buntu atau umbai cacing (apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum (caecum).
Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan tindakan
bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya (Nurarif dan
Kusuma, 2015). inflamasi akut pada apendisitis verniformis dan merupakan
penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat. (Brunner & Suddarth, 2014).
Apabila terjadi proses peradangan yang timbul secara mendadak pada daerah
apendiks maka disebut dengan apendisitis akut (Permenkes, 2014). Apendisitis akut
merupakan masalah kegawatdaruratan abdominal yang paling umum terjadi (Humes,
2016). Peradangan apendisitis yang mengenai semua lapisan dinding organ, dimana
patogenis utamanya diduga karena obstruksi pada lumen yang disebabkan oleh
fekalit (feses keras yang terutama disebabkan oleh serat) (Wim de Jong et al,
2015)Spondilitis tuberculosa adalah infeksi yang sifatnya kronis berupa infeksi
granulomatosis di sebabkan oleh kuman spesifik yaitu mycobacterium tuberculosa
yang mengenai tulang vertebra (Abdurrahman, et al 1994; 144 )
Apendisitis bisa terjadi pada semua usia namun jarang terjadi pada usia dewasa
akhir dan balita, kejadian Apendisitis ini meningkat pada usia remaja dan dewasa.
Usia 20 – 30 Tahun bisa dikategorikan sebagai usia produktif, dimana orang yang
berada pada usia tersebut melakukan banyak sekali kegiatan. Hal ini menyebabkan
orang tersebut mengabaikan nutrisi makanan yang dikonsumsinya. Akibatnya terjadi
kesulitan buang air besar yang akan 8 menyebabkan peningkatan tekanan pada
rongga usus dan pada akhirnya menyebabkan sumbatan pada saluran apendisitis
(Adhar, Lusia & Andi, 2018). Kebiasaan pola makan yang kurang dalam
mengkonsumsi serat yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendisitis dan
meninggkatkan pertumbuhan kuman, sehingga terjadi peradangan pada apendisitis
(Adhar, Lusia & Andi, 2018)

4
2.2 Anatomi Fisiologis Apendisitis

Usus buntu dalam bahasa latin


disebut sebagai Appendix vermiformis.
Appendiks terletak di ujung sakrum kira-
kira 2 cm di bawah anterior ileo saekum,
bermuara di bagian posterior dan medial
dari saekum. Pada pertemuan ketiga
taenia yaitu: taenia anterior, medial dan
posterior. Secara klinik appendiks terletak

5
pada daerah Mc. Burney yaitu daerah 1/3 tengah garis yang menghubungkan sias
kanan dengan pusat. Posisi apendiks berada pada Laterosekal yaitu di lateral kolon
asendens. Di daerah inguinal: membelok ke arah di dinding abdomen. Walaupun
lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbed bisa di
retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum. Ukuran
panjang apendiks rata-rata 6 – 9 cm. Lebar 0,3 – 0,7 cm. Isi 0,1 cc, cairan bersifat
basa mengandung amilase dan musin. Pada kasus apendisitis, apendiks dapat terletak
intraperitoneal atau retroperitoneal. Apendiks disarafi oleh saraf parasimpatis dan
simpatis (berasal dari nervus thorakalis X). Hal ini mengakibatkan nyeri pada
apendisitis berawal dari sekitar umbilicus. Saat ini diketahui bahwa fungsi apendiks
adalah sebagai organ imunologik dan secara aktif berperan dalam sekresi
immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh) dimana memiliki/berisi kelenjar limfoid.

2.3 Klasifikasi Apendisitis


Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), apendisitis diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :
1. Apendisitis Akut Apendisitis akut merupakan infeksi yang disebabkan oleh
bakteria. Dan faktor pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks.
Selain itu hyperplasia jaringan limf, fikalit (tinja/batu), tumor apendiks dan
cacing 9 askaris yang dapat menyebabkan sumbatan dan juga erosi mukosa
apendiks karena parasite (E. histolytica).
2. Apendisitis Rekurens Apendisitis rekures yaitu jika ada riwayat nyeri berulang
diperut kanan bawah yang mendorong dilakukannya apendiktomi. Kelainan ini
terjadi bila serangan yang apendiksitis akut pertama kali sembuh spontan. Namun
apendisitis tidak pernah kembali kebentuk aslinya karena terjadi fibrosis dan
jaringan parut.
3. Apendisitis Kronis Apendiditis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut
kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik
dan mikroskopik (fibrosis menyeluruh di dinding apendiks, sumbatan parsial atau
lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa dan infiltasi sel
inflamasi kronik), dan keluhan menghilang setelah apendiktomi.

2.4 Etiologi Apendisitis

6
Menurut Syamsul Hidayat etiologi dari apendisitis adalah: (2004)
a) Fekalit
b) Tumor appendiks
c) Cacing askaris
d) Erosi mukosa appendiks
e) Hiperplasi jaringan limfe
f) Hiperplasi folikel limfoid
g) Benda asing
h) Striktur karena fibrosis
i) Neoplasma
j) Stenosis fibrosis
k) Tumor karsinoid
2.4 Tanda dan Gejala Apendisitis
 Nyeri perut
Rasa sakit ini disebabkan oleh penyumbatan appendiks, karena itu sifatnya sama
seperti pada obstruksi usus. Pada mulanya nyeri perut ini hilang timbul seperti
kolik (mulas mendadak dan hebat) dan terasa di epigastrium atau regio
umbilikus. Bila penderita flatus atau buang air besar, rasa sakitnya berkurang.
 Mual
 Muntah terjadi segera setelah rasa sakit dan pada mulanya timbul secara
refektoris.
 Biasanya terjadi konstipasi, tetapi pada anak-anak dan pada penderita yang
appendiksnya dekat dengan rektum sering terjadi diare karena omentum masih
pendek dan tipis, appendiks yang relatif panjang, dinding appendiks yang lebih
tipis
 Demam
 Diare
 Daya tahan tubuh menurun

2.5 Komplikasi Apendisitis


a) Peritonitis
b) Ruptur Appendik

7
c) Syok Hipovolemik
d) Illeus
e) Sepsis

2.6 Manifestasi Klinis Apendisitis


Menurut Baughman dan Hackley (2016), manifestasi klinis apendisitis meliputi :
a) Nyeri kuadran bawah biasanya disertai dengan demam derajat rendah, mual dan
seringkali muntah.
b) Pada titik McBurney (terletak dipertengahan antara umbilicus dan spina anterior
dari ilium) nyeri tekan setempat karena tekanan dan sedikit kaku dari bagian
bawah otot rektus kanan
c) Nyeri alih mungkin saja ada, letak apendiks mengakibatkan sejumlah nyeri
tekan, spasm otot, dan konstipasi atau diare kambuhan
d) Tanda rovsing (dapat diketahui dengan mempalpasi kuadran kanan bawah,
yang menyebabkan nyeri pada kuadran kiri bawah).
e) Jika terjadi rupture apendiks, maka nyeri akan menjadi lebih melebar; terjadi
distensi abdomen akibat ileus paralitik dan kondisi memburuk.

2.7 Pemeriksaan Penunjang Apendisitis

Menurut Nuraruf dan Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang apendisitis meliputi :


1) Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi : akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga perut
dimana dinding perut tampak mengencang (distensi).
 Palpasi : didaerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa nyeri dan bila
tekanan dilepas juga akan terasa nyeri(Blumberg sign) yang mana
merupakan kunci dari diagnosis apendisitis akut.
 Dengan tindakan tungkai bawah kanan dan paha diteku kuat/tungkai di
angkat tinggi-tinggi, maka rasa nyeri di perut semakin parah (proas sign).
 Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila
pemeriksaan dubur dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga.
 Suhu dubur yang lebih tinggi dari suhu ketiak, lebih menunjang lagi adanya
radang usus buntu.

8
 Pada apendiks terletak pada retro sekal maka uji psoas akan positif dan tanda
perangsangan peritoneum akan lebih menonjol.
2) Pemeriksaan laboratorium
3) Pemeriksaan Radiologi
 Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit
 Ultrasonografi (USG)
 CT Scan
 Kausu kronik dapat dilakukan rontgen foto abdomen, USG abdomen dan
apendikogram.

2.8 Penatalaksanaan Medik


Pembedahan diindikasikan bila diagnosa appendisitis telah ditegakkan. Pada
abses appendiks dilakukan drainase. Antibiotik dan cairan intra vena diberikan
diberikan sampai pembedahan dilakukan. Analgetik dapat diberikan setelah
diagnosa ditegakkan. Appendiktomi dilakukan sesegera mungkin untuk
menurunkan resiko perforasi. Appendiktomi dapat dilakukan di bawah anestesi
umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi, yang
merupakan metode terbaru yang sangat efektif.
Jika keadaan memungkinkan appendiks dibuang sekaligus, tapi jika keadaan
tidak memungkinkan harus ditunggu 2-3 bulan baru appendiksnya diangkat melalui
operasi kedua. Perawatan pasca operasi yaitu puasa sampai terdengar bising usus
dan flatus baru boleh diberi bubur saring.

9
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1.1 Analisa Data

No Data Masalah Etiologi

1 Ds: Nyeri Akut Infeki bakteri


- Pasie
n mengatakan nyeri Peradangan dan inflamasi
pada perut bawah
sebelah kanan
- Skal Eksudat
a nyeri
P :Kontraksi dan bergerak
Q :Rasa nyeri seperti di Menyebar di ligamentum
tusuk, nyeri yang
dirasakan hilang
timbul Menginfeksi saraf –saraf
R :Perut sebelah kanan di kuadran bawah
bawah abdomen
S :1-3 (nyeri ringan)
T : Saat di buat bergerak,
rasa nyeri tiba-tiba Sensasi nyeri
menghilang dan datang
sendiri, saat di buat
batuk Nyeri

Do:

10
- Kea
daan Umum :
compos mentis
- Skal
a nyeri : 1-3
- Keti
ka nyeri muncul
pasien terlihat
meringis kesakitan
- Pasie
n terpasang drain
abdomen
- TTV
:
TD:
N:
RR:
S:

2. Ds: Hambatan mobilitas fisik


Infeksi bakteri
- Pasie
n mengatakan lemas
- Pasie Mobilisasi
n mengatakan
perutnya nyeri jika
dibuat gerak Tidak mampu beraktivitas

Kehilangan daya otot

Do:
- Kesa Penurunan otot
daran : Normal
- Ku :
Compos Mentis Perubahan sistem
- GCS muskulokeletal
:
- Pasi
en terlihat kesulitan Hambatan mobilitas fisik
berjalan
- Keku
atan otot

4 3

11
4 3
3. Ds : - Resiko infeksi Post operasi

Diskontinuitas jaringan

Kerusakan integritas kulit

Do : Resiko infeksi
- Pasie
n post op
apendisitis
abdomen

4. Ds : Ansietas Penyakit
- Pasie
n mengatakan takut Thalamus
bergerak karena
takut bekas post op
terbuka Neurokorteks
- Pasie
n mengatakan takut
obat dan takut Ansietas
disuntik
- Pasie
n mengatakan ingin
cepat pulang, tidak
mau lama-lama di
RS

Do:
- Pasie
n terlihat cemas dan
gelisah
- Pasie
n terlihat
memegangi bekas
post op di bagian
perut

12
- Pasie
n terlihat menangis
(merengek) saat
dimasukan obat
melalui IV
5. Ds: Defisit pengetahuan Bakteri dan kuman masuk
ke dalam tubuh
- Pasie
n dan keluarga
mengatakan kurang Menginfeksi
mengerti tentang
penyakitnya
- Pasie
n mengatakan suka Ansietas
beli makan dan
minuman kalenngan
Perubahan pada kesehatan
Do :
- Kelu
Defisit pengetahuan
arga pasien
mennyakan terkait
penyakitnya kepada
perawat

3.2 Diagnose Keperawata


1. Nyeri akut b.d Distensi jaringan usus dan inflamasi
2. Hambatan mobilitas fisik b.d Nyeri
3. Resiko infeksi b.d Post operasi
4. Ansietas b.d Penyakitnya
5. Defisiensi pengetahuan b. d Kurangnya informasi

13
3.4 Asuhan Keperawtan
No Diagnosa NOC NIC

14
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen Nyeri (1400)
Spasme otot servikal 3x24 jam diharapkan nyeri akut bisa teratasi Definisi: pengurangan atau reduksi nyeri
sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat
Definisi: pengalaman Tingkat Nyeri (2102) diterima oleh pasien
sensori dan emosional Definisi: keparahan nyeri yang diamati atau
tidak menyenangkan dilaporkan Akitivitas-aktivitas:
yang muncul akibat Skala Outcome: 2 ke 4  Gali bersama pasien faktor-faktor yang
kerusakan jaringan Indikator 1 2 3 4 5 dapat menurunkan atau memperberat
actual atau potensial. 2 Nyeri yang 1 2 3 4 5 nyeri
10201 dilaporkan  Ajarkan penggunaan teknik non
Kode: 00132 2 Panjangnya episode 1 2 3 4 5 farmokologi
Domain 12: 10204 nyeri  Berikan individu penurunan nyeri yang
Kenyamanan optimal dengan peresepan analgesik
2 Frekuensi nafas 1 2 3 4 5
Kelas 1: Kenyamanan  Gunakan tindakan pengontrol nyeri
10210
fisik sebelum nyeri bertambah berat
2 Denyut nadi radial 1 2 3 4 5
10220  Mulai dan modifikasi tindakan
2 Tekanan darah 1 2 3 4 5 pengontrol nyeri berdasarkan respon
10212 pasien
 Pilih dan implementasikan tindakan
1= Berat / deviasi berat dari kisaran normal yang beragam (misalnya farmakologi,
5= Tidak ada / Tidak ada deviasi dari kisaran nonfarmakologi, interpersonal) untuk
normal memfasilitasi penurunan nyeri, sesuai
dengan kebutuhan
 Libatkan keluarga dalam modalitas
penurun nyeri
 Evaluasi keefektifan dari tindakan
pengontrol nyeri yang dipakai selama
pengkjian nyeri yang dilakukan.

2. Hambatan mobilitas 0005 Toleransi Terhadap Aktivitas 4310 Terapi Aktivitas


Definisi : respon fisiologis terhadap pergerakan Definisi : peresepan terkait dengan

15
fisik b.d nyeri yang memerlukan energi dalam aktivitas sehari- menggunakan bantuan aktivitas fisik,
hari. kognisi, sosial, dan spiritual untuk
Skala Target Outcome dipertahankan pada 2 meningkatkan frekuensi dan durasi dari
ditingkatkan ke 4 aktivitas kelompok.
(skala 1-5, 1: sangat terganggu, 5: tidak Aktivitas-aktivitas :
terganggu)  Pertimbangkan kemampuan klien dalam
berpartisipasi melalui aktivitas spesifik.
Skala Outcome Keseluruhan  Berkolaborasi dengan (ahli) terapis fisik
Indikator okupasi dan terapis rekreasional dalam
1 2 3 4 5
perencanaan dan pemantauan program
000501 Saturasi aktivitas, jika memang diperlukan.
oksigen ketika 1 2 3 4 5  Pertimbangkan komitmen klien untuik
beraktivitas meningkatkan frekuensi dan jarak
000502 Frekuensi aktivitas.
1 2 3 4 5
nadi ketika beraktivitas  Dorong keterlibatan dalam aktivitas
000503 Frekuensi kelompok maupun terapi, jika memang
bernafas ketika 1 2 3 4 5 diperlukan.
beraktivitas  Bantu dengan aktivitas fisik secara
000508 teratur (misalnya, ambulansi, transfer
Kemudahan bernafas 1 2 3 4 5 atau berpindah, berputar dan kebersihan
ketika beraktivitas diri), sesuai dengan kebutuhan.
000504 Tekanan  berikan aktivitas motorik untuk
darah sistolik ketika 1 2 3 4 5 mengurangi terjadinya kejang otot.
beraktivitas
 Bantu klien untuk meningkatkan
000505 Tekanan motivasi diri dan penguatan.
darah diastolik ketika 1 2 3 4 5
 Monitor respon emosi, fisik, social dan
bernafas
spiritual terhadap aktivitas.
000506
Tekanan/hasil EKG 1 2 3 4 5
(Elektrokardiogram)
000507 Warna
1 2 3 4 5 0104 Peningkatan Mekanika Tubuh
kulit Definisi : memfasilitasi penggunaan postur

16
000509 Kecepatan dan penggerakan dalam aktivitas sehari-hari
1 2 3 4 5
berjalan untuk mencegah kelelahan dan ketegangan
000510 Jarak atau injuri musculoskeletal.
1 2 3 4 5 Aktivitas-aktivitas :
berjalan
000511 Toleransi  Kaji komitmen pasien untuk belajar dan
1 2 3 4 5
dalam menaiki tangga menggunakan postur (tubuh) yang benar.
000516 Kekuatan  Kolaborasi dengan fisioterapi dalam
1 2 3 4 5
tubuh bagian atas mengembangkan peningkatan mekanika
000517 Kekuatan tubuh.
1 2 3 4 5
tubuh bagian bawah  Kaji pemahaman pasien mengenai
000518 mekanika tubuh dan latihan.
Kemudahan dalam  Informasikan pada pasien tentang
melakukan Aktivitas 1 2 3 4 5 pentingkan postur yang benar untuk
Hidup Harian (Activities mencegah kelelahan,ketegangan dan
of Daily Living/ADL) injuri.
000514  Edukasi pasien mengenai bagaimana
Kemampuan untuk menggunakan postur tubuh yang benar.
1 2 3 4 5
berbicara ketika  Kaji kesadaran pasien tentang
melakukan aktivitas fisik abnormalitas musculoskeletal.
 Edukasi penggunaan matras atau tempat
duduk jika di indikasikan.
 Instruksikan pasien agar tidak tidur
telungkup.
 Bantu pasien untuk memposisikan tidur
yang tepat
 Bantu pasien untuk menghindari duduk
dalam waktu yang lama dan posisi yang
sama.
 Intruksikan pasien untuk menggerakan
kaki terlebih dahulu kemudian badan
ketika memulai berjalan dari posisi
berdiri
17
 Gunakan prinsip mekanika tubuh ketika
menangani pasien dan memindah
peralatan
 Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi latihan postur yang
sesuai.
 Bantu pasien untuk memilih aktivitas
pemanasan sebelum melakukan
aktivitasnya.
 Bantu pasien untuk latihan ROM pasif
dan aktif
3. Resiko infeksi b.d 0703 Keparahan Infeksi Kontrol Infeksi
post operasi
Definisi : meminimalakan penerimaan dan
Definisi : keparahan dari tanda gejala infeksi
tranmisis agen infeksi
Skala target outcome dipertahankan pada 2
Kode : 6540
ditingkatkan ke 5 (1 = berat, 5 = tidak ada)
Aktifitas-aktivitas :
 bersihkan lingkungan dengan baik
1 2 3 4 5
Indikator setelah digunakan setiap untuk pasien
070301 Kemerahan 1 2 3 4 5
 peralatan perawatan perpasien sesuai
070303 Cairan luka 1 2 3 4 5
protokol intusi
yang berbau busuk
070333 Nyeri 1 2 3 4 5  insolasi orang yng terkena penyakit
070320 Kolonisasi kultur 1 2 3 4 5
menular
darah
 terapkan isolasi sesuai tindakan
070323 Kolonisasi kultur area 1 2 3 4 5
pencegahan yang sesuai
luka
070327 Depresi jumlah sel 1 2 3 4 5

18
darah putih  ajarkan cuci tangan pada keluarga
 lakukan tindaan pencegahan yang
bersifat universal
 gosok kulit pasien dg agen anti bakteri
yang sesuai
 pastikan pennagan aseptik
 pastikan teknik perawatan luka yang
tepat
 berikan terapi antibiotik yang sesuai
 ajarkan pasien dan anggota keluarga
mengenai bagaiamana menghindari
infeksi
Perlindungan infeksi

Definisi : pencegahan dan deteksi dini


infeksi pada pasien beresiko
kode : 6550
Aktifitas-aktifitas :
 monitor adanya tanda dan
gejala infeksi sistemik dan lokal
 monitor kerentanan terhadap

19
infeksi
 anjurkan asupan cairan
dengan tepat
 jangan mencoba pengobatan
antibiotik untuk infeksi-infeksi virus
 ajarakan pasien dan keluarga
pasien mengenai perbedaan antara infeksi –
infeksi virus dan bakteri

4. Ansietas Tingkat kecemasan Pengurangan kecemasan


Kode ( 1211 ) Kode ( 5820 )
Skala target outcome dipertahankan pada 2 Aktivitas-Aktivitas :
ditingkatkan pada 4.  Gunakan pendekatan yang tenang dan
1= berat, 5= tidak ada meyakinkan
1 Tidak dapat 1 2 3 4 5  Nyatakan dengan jelas harapan
21101 beristirahat
terhadap perilaku klien
1 Perasaan 1 2 3 4 5
21105 gelisah  Jelaskan semua prosedur termasuk
1 Wajah 1 2 3 4 5
21107 tegang sensasi yang akan dirasakan yang
1 Rasa takut 1 2 3 4 5 mungkin akan dialami oleh klien
21116 yang disampaikan
selama prosedur .
secara lisan
1 Gangguan 1 2 3 4 5  Dorong keluarga untuk mendampingi
21129 tidur
klien dengan cara yang tepat
1 Perubahan 1 2 3 4 5

20
21130 pada pola buang air  Dengarkan klien
besar
 Dukung penggunaan koping yang sesuai

5. Defisiensi Pengetahuan: Penyakit Pendidikan kesehatan


pengetahuan b.d
Definisi: Tingkat pemahaman yang disampaikan Kode: 5510
Kurangnya
informasi tentang peningkatan kehamilan yang sehat dan Definisi: Mengembangkan dan
pencegahan komplikasi. meneyediakan instruksi dan pengalaman
Kode : 1810 belajar untuk memfasilitasi perilaku adaptasi
Skala Target Outcome yang disengaja yang kondusif bagi
Dipertahankan pada 3 Ditingkatakan pada 5 kesehatan pada individu, keluarga,kelompok
Indikator dan kominitas.
1 Pentingnya 1 2 3 4 5 Aktivitas-aktivitas:
81027 pendidikan sebelum  Identifikasi faktor internal atau
melahirkan eksternal yang dapat meningkatkan
1 Kejadian 1 2 3 4 5 atau mengurangi motivasi untuk
81004 perkembangan janin berprilaku sehat
secara mayor  Tentukan pengetahuan kesehatan dan

1 Perubahan 1 2 3 4 5 gaya hidup perilaku saat ini pada

81006 psikologis yang individu , keluarga, kelompok

berhubungan  Bantu individu, keluarga dan


masyarakat untuk memeperjelas

21
dengan kehamilan keyakinan dan nilai-nilai kesehatan

1 Strategi 1 2 3 4 5  Ajarkan strategi yang dapat


81007 untuk digunakan untuk menolak perilaku
menyeimbangkan yang tidak sehat atau beresiko dalam
aktivitas dan memeberikn saran untuk
istirahat menghindari atau mengubah
perilaku.
1 Praktik gizi 1 2 3 4 5
81010 yang sehat  Libatkan individu, keluarga, dan
kelompok dalam perencanaan dan
rencana implementasi gaya hidup
1 Penggunana 1 2 3 4 5
atau modifikasi perilaku kesehatan
81031 suplemen gizi benar
 Pertimbangakn dukungan keluarga,
1 Strategi 1 2 3 4 5 teman sebaya dan masyarakat
81020 mencegah infeksi terhadap perilaku sehat
1 Efek 1 2 3 4 5  Tekankan pentingnya pola makan
81038 kesehatan yang yang sehat, tidur, berolahraga dan
merugikan akibat lain-lain bagi individu.
penggunaan obat-
obatan pada janin

22
3.5 Implemntasi dan Evaluasi
No Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf

1. Nyeri akut 1. Melakukan S:


pengkajian nyeri komprensif - Pasien
2. Mengajarkan pasien mengatakan nyeri pada perut
bawah sebelah kanan
untuk relaksasi - Skala nyeri
3. Mengajarkan pasien P :Kontraksi dan bergerak
Q :Rasa nyeri seperti di tusuk, nyeri
untuk melakukan trknik distraksi yang dirasakan hilang timbul
untuk mengurangi nyeri R :Perut sebelah kanan bawah
S :1-3 (nyeri ringan)
4. Mengevluasi T : Saat di buat bergerak, rasa nyeri
pengalaman nyeri di masa lalu tiba-tiba menghilang dan datang
sendiri, saat di buat batuk
5. Memberikan
informasi mengenai nyeri O:
- Keadaan
6. Mengendalikan factor Umum : compos mentis
lingkungan yang dapat - Skala nyeri : 1-

23
mempengaruhi respon pasien 3
- Ketika nyeri
terhadap ketidak nyamanan
muncul pasien terlihat
7. Mengevaluasi meringis kesakitan
keefektifan dari Tindakan pengontrol - Pasien
terpasang drain abdomen
nyeri yang dipakai - TTV :
8. Berkolaborasi dengan TD:
N:
dokter RR:
S:
A: Masalah Nyeri akut teratasi
sebagian

P: Intervensi dilanjutkan

2. Hambatan Terapi Aktivitas S:


mobilitas fisik b.d - Pasien
1. Mengkolaborasikan dengan (ahli) terapis
nyeri mengatakan lemas
fisik okupasi dan terapis rekreasional
dalam perencanaan dan pemantauan - Pasien
program aktivitas, jika memang mengatakan perutnya nyeri jika
diperlukan. dibuat gerak
2. Mempertimbangkan komitmen klien
untuik meningkatkan frekuensi dan jarak
aktivitas. O:
3. Mendorong keterlibatan dalam aktivitas - Kesadaran :
kelompok maupun terapi, jika memang Normal
diperlukan. - Ku : Compos
4. Membantu dengan aktivitas fisik secara Mentis
teratur (misalnya, ambulansi, transfer - GCS :
atau berpindah, berputar dan kebersihan - Pasien terlihat
diri), sesuai dengan kebutuhan. kesulitan berjalan

24
5. Memberikan aktivitas motorik untuk - Kekuatan otot
mengurangi terjadinya kejang otot.
6. Membantu klien untuk meningkatkan 4 3
motivasi diri dan penguatan.
7. Memonitor respon emosi, fisik, social
dan spiritual terhadap aktivitas. 4 3

A: Masalah hambatan mobilitas fisik


teratasi sebagain

P: Interveni dilanjutkan

3. Resiko infeksi b.d 1. Memonitor tanda gejala S: -


post op
infeksi sistemik dan local
2. Memonitor kerentanan
terhadap infeksi O:
3. Mempertahankan asepsis - Pasien post op
apendisitis abdomen
untuk pasien beresiko
4. Memberikan peraatan kulit
yang tepat
5. Memeriksa kondisi luka A: Masalah Resiko infeksi teratasi

25
6. Menganjurkan asupan cairan sebagian
7. Membersihkan lingkungan
dengan baik setelah digunakan untuk setiap
P: Intervensi dilanjutkan
pasien
8. Mempertahankan Teknik
isolasi yang sesuai
9. Melakukan cuci tangan
sebelum dan sesudah kegiatan perawatan
pasien
10. Memastikan Teknik
perawatan luka yang tepat

4. Ansietas 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan S :


meyakinkan - Pasien
2. Nyatakan dengan jelas harapan mengatakan takut bergerak
karena takut bekas post op
terhadap perilaku klien terbuka
3. Jelaskan semua prosedur termasuk - Pasien
mengatakan takut obat dan
sensasi yang akan dirasakan yang takut disuntik
mungkin akan dialami oleh klien - Pasien
mengatakan ingin cepat
selama prosedur . pulang, tidak mau lama-lama
4. Dorong keluarga untuk mendampingi di RS

26
klien dengan cara yang tepat
O:
5. Dengarkan klien
6. Dukung penggunaan koping yang - Pasien terlihat
cemas dan gelisah
sesuai - Pasien terlihat
memegangi bekas post op di
bagian perut
- Pasien terlihat
menangis (merengek) saat
dimasukan obat melalui IV
A: Masalah ansietas teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan
5. Defisiensi  Mengidentifikasi faktor S:
pengetahuan b.d
internal atau eksternal yang dapat - Pasien dan
kurangnya
informasi meningkatkan atau mengurangi motivasi keluarga mengatakan kurang
mengerti tentang penyakitnya
untuk berprilaku sehat - Pasien
 Menentukan pengetahuan mengatakan suka beli makan
dan minuman kalenngan
kesehatan dan gaya hidup perilaku saat ini
pada individu , keluarga, kelompok
 Membantu individu, keluarga O :
dan masyarakat untuk memeperjelas - Keluarga pasien
keyakinan dan nilai-nilai kesehatan mennyakan terkait penyakitnya
kepada perawat
 Mengajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk menolak perilaku

27
yang tidak sehat atau beresiko dalam
memeberikn saran untuk menghindari atau
mengubah perilaku.
 Mempertimbangakn A: Masalah Defisiensi Pengetahuan
dukungan keluarga, teman sebaya dan teratasi sebagian
masyarakat terhadap perilaku sehat
 Menekankan pentingnya pola
P: Intervensi dilanjutkan
makan yang sehat, tidur, berolahraga dan
lain-lain bagi individu.

28
BAB IV

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi
bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus
yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum
(cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut
kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya
banyak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir. Apendisitis
dibagi menjadi 3 yaitu apendisitis akut, apendisitis puralenta dan apendisitis
kronik. Pemeriksaan penunjang pada pasien apendisitis bisa dilakukan dengan
pemeriksaan abdomen, USG dan foto thorax.

5.2 Saran

Semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu pembaca dalam


memahami tentang Apendisitis dan besar harapan penulis semoga kritik dan
saran pembaca dapat membantu dalam perbaikan makalah ini.

29
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif dan Kusuma. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan


Diagnosa Nanda, NIC NOC dalam Berbagai Kasus. Jilid 1. Yogyakarta: Mediaction
NANDA Internasional. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi
10. Jakarta: EGC
Bulechek, et al. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). Elsevier: Mocomedia

Doengoes, E.Marilyn. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (Edisi 3). Jakarta : EGC.

Smeltzer&Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth
(Edisi 8). Jakarta: EGC.

Robbins dan kumar. Buku Ajar Patologi (Edisi 4), Jakarta : EGC

Evelyn C. (1992). Pearce. Anatomi dan Fisiolagi untuk Paramedis. Jakarta :, Gramedia.

Depkes RI. (1995). Penerapan Proses Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta.

30

Anda mungkin juga menyukai