Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT

DARURAT EPISTAKIS PADA NY.C


DI RUANG IGD RSUP DR.SARDJITO

Disusun untuk memenuhi Tugas PKK Gawat Darurat


Pembimbing Pendidikan: Aulia Yumroatul, S.Kep
Pembimbing Klinik :

Di susun oleh:
Asih Dini Lestari (P07120121047)
Elena Diah S ()
Lutfi Fauzia ()

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Gawat Darurat pada pasien dengan Henti Jantung di Instalasi Gawat
Darurat RSPAU Dr. S. Hardjolukito” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun
untuk memenuhi salah satu tugas praktik klinik Keperawatan Gawa Darurat.
Dalam pembuatan makalah, penulis menyadari masih banyak kesulitan
dan hambatan, tetapi berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
penyusunan makalah ini dapat diselesaikan. Oleh sebab itu, penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Iswanto, S.Pd., M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta
2. Bondan Palestin, SKM., M.Kep., Sp.Kom. selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
3. Abdul Majid, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
4. Aulia Yumroatul, S.Kep selaku Pembimbing Pendidikan Praktik Klinik
Keperawatan Gawat Darurat.
5. Desiana selaku Pembimbing Klinik Praktik Klinik Keperawatan Gawat
Darurat
Penulis menyadari makalah yang disusun ini masih jauh dari istilah
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak untuk penyempurnaan makalah ini. Akhir kata,
penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.
Yogyakarta, 28 Februari 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Epistaksis banyak dijumpai sehari-hari baik pada anak maupun usia
lanjut. Epistaksis seringkali merupakan gejala atau manifes-tasi penyakit
lain. Kebanyakan ringan dan dapat berhenti tanpa bantuan medis, tetapi
epistaksis yang berat, walaupun jarang, merupakan masalah kedarutan
yang dapat berakibat fatal bila tidak segera ditangani.
Epistaksis adalah keluarnya darah dari hidung yang penyebabnya
bisa lokal atau sistemik. Penyebab lokal dapat diakibatkan oleh sinusitis kronis,
benda asing, iritan, dan trauma. Penyebab sistemiknya dapat disebabkan oleh
hipertensi, leukemia, sirosis hati, ataupun obat-obatan (Anti Inflammatory
Drugs). Terdapat dua sumber perdarahan pada epistaksis yaitu pada bagian
anterior, beRSUPmber dari pleksus Kiesselbach (little area) dan pada
bagian posterior yang berasal dari arteri sfenopalatina dan arteri etmoid
posterior. (Merry, Ora, Ronny 2021)
Epistaksis ini terbagi menjadi dua kategori berdasarkan sumber
pendarahannya, yaitu epistaksis anterior dan epistaksis posterior. Epistaksis
anterior merupakan pendarahan di bagian hidung depan yang disebabkan oleh
kumpulan arteri yang membentuk sebuah anyaman yang dikenal sebagai pleksus
kiesselbach ( Little’s area ) atau dari ethmoidalis anterior. Sedangkan epistaksis
posterior merupakan pendarahan di bagian belakang hidung yang disebabkan
oleh arteri ethmoidalis posterior.
Dalam kehidupan sehari – hari, lebih dari 80% kejadian epistaksis yang
terjadi merupakan epistasksis anterior. Epistaksis anterior sering terjadi pada
anak anak, pendarahan biasanya tidak begitu hebat atau massif, sering berhenti
spontan atau dengan penekanan pada cuping hidung. Di lain sisi, epistaksis
posterior merupakan pendarahan massif yang dapat mengancam nyawa pasien
sehingga dibutuhkan penanganan medis khusus. Epistaksis posterior ini sering
terjadi pada pasien lanjut usia dan biasanya disertai dengan mual dan anemia.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan epistaksis ini. Faktor
tersebut terbagi menjadi faktor lokal dan faktor sistemik. Faktor lokal diantaranya
adalah trauma pada bagian hidung seperti cedera pada wajah atau hidung,

1
struktur anatomi dari hidung yang berbeda, infeksi yang disebabkan oleh bakteri
seperti rhinitis dan juga sinusitis, tumor dan juga faktor lingkungan seperti suhu,
kelembaban, polusi seperti asap rokok, kelembaban serta ketinggian. Sedangkan
faktor sistemiknya disebabkan oleh kekurangan vitamin A,D,E,K, penyakit hati
dan ginjal, malnutrisi atau kekurangan gizi, leukemia, penyakit kardiovaskuler,
hipertensi dan penumpukan dalam pembuluh darah.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien dengan
perdarahan?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien dengan
perdarahan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengkajian kepearatan gawat darurat pada pasien
dengan perdarahan.
b. Mengetahui perumusan diagnosa keperawatan gawat darurat pada
pasien dengan perdarahan.
c. Mengetahui rencana tindakan keperawatan gawat darurat pada
pasien dengan perdarahan.
d. Mengetahui tindakan keperawatan gawat darurat pada pasien
dengan perdarahan.
e. Mengetahui evaluasi keperawatan gawat darurat pada pasien
dengan perdarahan.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat dijadikan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan epistaksis.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perawat

2
Agar dapat meningkatkan mutu pelayanan dan sebagai bahan
pengembangan pengetahuan bagi perawat dalam menangani pasien
dengan kasus epistaksis.
b. Bagi Pasien dan Keluarga
Agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang epistaksis sehingga
dapat memberikan penanganan awal di rumah dan mengatur pola
hidup menjadi lebih baik.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Epistaksis
1. Definisi
Epistaksis adalah perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung
ataunasofaring. Epistaksis bukan suatu penyakit, melainkan gejala dari
penyakit lain yangkebanyakan ringan dan dapat berhenti sendiri.
Walaupun jarang, epistaksis yang beratmerupakan masalah
kegawatdaruratan yang dapat berakibat fatal bila tidak segeraditangani.
2. Etiologi
Secara umum penyebab epistaksis dibagi dua yaitu lokal dan
Sistemik Lokal, penyebab lokal terutama trauma, sering karena
kecelakaan lalulintas, olah raga, (seperti karena pukulan pada hidung)
yang disertai patah tulang hidung (seperti pada gambar di halaman
ini),mengorek hidung yang terlalu keras sehingga luka pada mukosa
hidung, adanya tumor di hidung, ada benda asing (sesuatu yang masuk
ke hidung) biasanya pada anak-anak, atau lintah yang masuk kehidung,
dan infeksi atau peradangan hidung dan sinus (rinitis dan sinusitis).
Sistemik, penyebab sistemik artinya penyakit yang tidak hanya
terbatas pada hidung, yang sering meyebabkan mimisan adalah
hipertensi, infeksi sistemik seperti penyakit demam berdarah dengue
atau cikunguya,kelainan darah seperti hemofhili, autoimun
trombositipenia purpura.Selain itu ada juga penyebab lainnya,
diantaranya:
 Trauma, perdarahan hidung dapat terjadi setelah trauma ringan,
misalnya mengeluarkan ingus secaratiba-tiba dan kuat,
mengorek hidung, dan trauma yang hebat seperti terpukul,
jatuh atau kecelakaan.Selain itu juga dapat disebabkan oleh

4
iritasi gas yang merangsang, benda asing di hidung dan trauma
pada pembedahan.
 Infeksi, Infeksi hidung dan sinus paranasal seperti rhinitis atau
sinusitis juga dapat menyebabkan perdarahan hidung.
 Neoplasma,Hemangioma dan karsinoma adalah yang paling
sering menimbulkan gejala epitaksis.
 Kongenital,penyakit turunan yang dapat menyebabkan
epitaksis adalah telengiaktasis hemoragik herediter
 Penyakit kardiovaskular Hipertensi dan kelainan pada
pembuluh darah di hidung seperti arteriosklerosis, sirosis,
sfiilis dan penyakit gula dapat menyebabkan terjadinya
epitaksis karena pecahnya pembuluh darah.
 Kelainan Darah Trombositopenia, hemophilia, dan leukemia
Infeksi sistemik Demam berdarah, Demam tifoid, influenza
dan sakit morbili Perubahan tekanan atmosfer
3. Patofisiologis
Rongga hidung kita kaya dengan pembuluh darah. Pada rongga bagian
depan,tepatnya pada sekat yang membagi rongga hidung kita menjadi
dua, terdapat anyaman pembuluh darah yang disebut pleksus
kiesselbach. Pada rongga bagian belakang juga terdapat
banyak cabang-cabang dari pembuluh darah yang cukup besar antara
lain dari arteri sphenopalatina.Rongga hidung mendapat aliran darah
dari cabang arteri maksilaris (maksila=rahang atas) interna yaitu arteri
palatina (palatina=langit-langit) mayor dan arteri sfenopalatina. Bagian
depan hidung mendapat perdarahan dari arteri fasialis (fasial=muka)
Bagian depan septumterdapat anastomosis (gabungan) dari cabang-
cabang arteri sfenopalatina, arteri etmoidanterior, arteri labialis
superior dan arteri palatina mayor yang disebut sebagai
pleksuskiesselbach (little’s area).Jika pembuluh darah tersebut luka
atau rusak, darah akan mengalir keluar melalui dua jalan, yaitu lekat

5
depan melalui lubang hidung, dan lekat belakang masuk ke
tenggorokan.
4. Penatalaksanaan
a. Pertama adalah menjaga ABC
Airway : Pastikan jalan nafas tidak tersumbat/bebas,
posisikan duduk menunduk
Breathing : Pastikan proses bernfas dapat berlangsung ,
batukkan atau keluarkan darah yang mengalir ke belakang
tenggorokan
Circulation : Pasikan proses perdarahan tidak mengganggu
sirkulasi darah ubuh, pastikan pasang jalur infus apabila terdapat
gangguan sirkulasi. Osisikan pasien untuk duduk menunduk
untuk mencegah darah menumpuk di daerah faring posterior
sehingga mencegah penyumbatan jalan nafas.
 Hentikan perdarahan
- Tekan pada bagian depan hidung selama 10 menit.
- Tekan hidung antara ibu jari dan jari telunjuk
- Jika perdarahan berhenti tetap tenang dan coba cari tahu
apa faktor pencetus episaksis dan hindari.
 Jika perdarahan berlanjut
- Dapat akibat penekanan yang kurang kuat
- Bawa ke fasilitas yang dapat diberikan vasokonstriktor
(adrenalin 1: 10.000, oxymetazolin-semprot hidung) ke
daerah pendarahan. Apabila masih belum teratasi dapat
dilakukan kauterisasi elektrik/kimia (perak nitrat) atau
pemasangan tampon hidung.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas :

6
1) Identitas pasien : Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal
masuk rumah sakit (MRS), nomor register, dan diagnosa medik.
2) Identitas Penanggung Jawab Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin,
alamat, pekerjaan, serta status hubungan dengan pasien.
b. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh darah keluar dari hidung tidak berhenti.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan
pertanyaan tentang riwayat dapat mengidentifikasi pemicu yang
menyebabkan epistaksis, durasi suatu episode, dan upaya pertolongan
pertama. Informasi ini dapat membantu merencanakan rejimen
pengobatan yang tepat.
d. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung
atau trauma
e. Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluargayang lalu yang
mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang
f. Pengkajian data
1) Aktifitas dan istirahat : adanya kelelahan, insomnia, letargi, kurang
istirahat, sakit dada, dipsnea pada saat istirahat atau saat beraktifitas.
2) Sirkulasi : riwayat hipertensi, anemia, syok septik, asites, disaritmia,
fibrilasi atrial,kontraksi ventrikel prematur, peningkatan JVP,
sianosis, pucat.
3) Respirasi : dipsnea pada waktu aktifitas, takipnea, riwayat penyakit
paru.
4) Pola makan dan cairan : hilang nafsu makan, mual dan muntah.
5) Eliminasi : penurunan volume urine, urin yang pekat, nokturia, diare
atau konstipasi.
6) Neuorologi : pusing, penurunan kesadaran, disorientasi.
7) Interaksi sosial : aktifitas sosial berkurang
8) Rasa aman : perubahan status mental, gangguan pada kulit/dermatitis

7
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum : Kesadaran dan keadaan emosi, kenyamanan,
distress, sikap dan tingkah laku pasien.
2) Tanda-tanda Vital :
a) Tekanan Darah Nilai normalnya :
Nilai rata-rata sistolik : 110-140 mmHg
Nilai rata-rata diastolik : 80-90 mmHg
b) Nadi Nilai normalnya :
Frekuensi : 60-100x/menit (bradikardi atau takikkardi)
c) Pernapasan Nilai normalnya :
Frekuensi : 16-20 x/menit Pada pasien : respirasi meningkat,
dipsnea pada saat istirahat / aktivitas
d) Suhu Badan
Metabolisme menurun, suhu menurun
3) Head to toe examination :
a) Kepala : bentuk , kesimetrisan
b) Mata: konjungtiva: anemis, ikterik atau tidak?
c) Mulut: apakah ada tanda infeksi?
d) Telinga : kotor atau tidak, ada serumen atau tidak, kesimetrisan
e) Muka; ekspresi, pucat
f) Leher: apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
g) Dada: gerakan dada, deformitas
h) Abdomen : Nyeri tekan pada abdomen, Teraba massa pada
abdomen
i) Ekstremitas: Nyeri panggul saat beraktivitas, Tidak ada
j) kelemahan.
4) Pemeriksaan penunjang
a) Data laboratorium: pemeriksaan darah lengkap
b) Pemeriksaan fisik:ada tidaknya benjolan dan ukuran benjolan
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon pasien
terhadap masalah kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Diagnosa
berdasarkan SDKI adalah :

8
a. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin
(D.0009)
b. Risiko perdarahan b.d kurang informasi tentang pencegahan perdarahan
(D.0012)
c. Resiko Hipovolemia b.d kehilangan cairan akibat perdarahan
3. Perencanaan Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala bentuk treatment yang dikerjakan oleh
perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
tujuan luaran yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Diagnosa
berdasarkan SIKI adalah :
Dx. keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan intervensi Manajemen hipovolemia (SIKI
efektif b.d keperawatan selama 1x8 jam I.03116, Hal 184)
penurunan diharapkan nyeri akut Observasi
konsentrasi menurun dengan kriteria - Priksa tanda dan gejala hipovolemia
hemoglobin hasil : - Monitor intake dan output cairan
(D.0009) Perfusi perifer( L.02011) Terapeutik
- Warna kulit pucat - Hitung kebutuhan cairan
menurun - Berikan posisi trendelenbrug
- Pengisian kapiler - Berikan asupan cairan oral
membaik Edukasi
- Tekanan darah sistolik - Anjurkan memperbanyak asupan oral
membaik - Anjurkan menghindari perubahan
- Tekanan diastolik posisi mendadak
membaik Kolaborasi
- Tekanan arteri rata rata - Kolaborasi pemberian cairan IV
membaik isotonis
- - Kolaborasi cairan IV hipertonis
- Kolaborasi pemberian produk darah
Risiko perdarahan Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Perdarahan (L.02067)
b.d kurang keperawatan selama 1x8 jam Observasi
informasi tentang diharapkan tingkat - Monitor tanda gejala perdarahan
pencegahan perdarahan membaik dengan - Monitor hematokrit/hemoglobin
perdarahan kriteria hasil : sebelum dan sesudah kehilangan
(D.0012) Tingkat Perdarahn darah
(L.02017) Terapeutik
- Hemoglobin membaik
- Pertahankan bedrest selama
- Teknan darah membaik
perdarahan
- Uhu tubuh membaik
- Batasi tindakan infasif jika perlu
- Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
- Anjurkanmeningkatkan cairan untuk
menghindari konstipasi

9
- Anjurkan segera melapor jika terjadi
pendarahan
Kolaborasi
- Kolaborasi obat pengontrol
perdarahan
- Kolaborasi produk darah jika perlu

Resiko Setelah dilakukan intervensi Pemantauan Cairan (I.03121)


Hipovolemia b.d keperawatan selama 1x8 jam Observasi
kehilangan cairan diharapkan risiko - Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
akibat perdarahan hipovolemia menurun - Monitor tekanan darah
dengan kriteria hasil : - Identifikasi faktor risiki
Status Cairan (L.03028) ketidakseimbangan cairan
- Kekuatan nadi meningkat (perdarahan)
- Perasaan lemah menurun Terapeutik
- Tekanan darah membaik - Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi klien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Manajemen Perdarahan Antepartum
tidak Dipertahankan (I.02043)
Observasi
- Identifikasi riwayat kehilangan darah
( nyeri)
- Periksa kontraksi uterus atau
peningkatan kekuatan tonus otot
uterus
- Monitor tanda vital ibu berdasrkan
kehilangan darah
Terapeutik
- Posisikan ekstremitas bawah lebih
tinggi
Edukasi
- Anjurkan menurunkan resiko
perdarahan ( tirah baring)
(Standar Intervensi Keperawatan Indonesia dalam (PPNI,2018))
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan yang
dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Implementasi
keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien,
faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi

10
implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti,
2017)
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil,
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk
melihat keberhasilan bila hasil dan evaluasi tidak berhasil sebagian
perlu disusun rencana keperawatan yang baru. Metode evaluasi
keperawatan, yaitu :

a. Evaluasi formatif (proses)


Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama
proses asuhan keperawatan dan bertujuan untuk menilai hasil
implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang
dilakukan, system penulisan evaluasi formatif ini biasanya ditulis
dalam catatan kemajuan atau menggunakan system SOAP.
b. Evaluasi sumatif (hasil)
Evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir yang bertujuan untuk
menilai secara keseluruhan, sistem penulisan evaluasi sumatif ini
dalam bentuk catatan naratif atau laporan ringkasan.

11
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Data Umum

Tanggal Pengkajian : 01 Maret 2024

Jam : 13.00 WIB

Oleh : Keluarga Pasien

Sumber Data : Keluarga Pasien

Metode Pengumpulan Data : Wawancara, Anamnesa

1. Identitas Pasien

Nama Lengkap : Ida Tri Noviana


Nama panggilan : Ida
Tempat lahir/ Usia : Yogyakarta, 34 Tahun
Status perkawinan : Kawin
Agama/suku : Islam/Jawa
Warga negara : WNI
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Dx. Medis : Abnormal uterine bleeding

2. Penanggung Jawab
Nama : Tn. R
Hubungan dg pasien : Suami
Alamat : Yogyakarta
Pekerjaan : Wiraswasta

12
B. Pengkajian Data Dasar

1. Primary Assessment
a. Airway
Jalannafas paten, tidak ada benda asing, darah, sputum, lendir,
tidak adasnouring (ngorok), tidak ada gurgling (kumur-kumur),
tidak adastridor.
b. Breathing
Penggunaan otot tambahan, Frekuensi meningkat, Irama nafas
tidakteratur, Kedalaman pernafasan dalam, penggunaan nafas
cupingidung, terdapat bunyi tambahan Wheezing, pasien terpasang
O2,Diagnosa yang mungkin muncul : Pola napas tidak efektif
berhubungan dengan hipovolemia
c. Circulation
Turgorkulit menurun, akral dingin, CTR > N, adanya perdarahan di
vagina, mukosa kering, pucat hingga sianosis, curah jantung masih
adekuat. Kemudian, nadi dan tekanan darah dapat berubah secara
tiba-tiba. Pada saat takikardi (100-120 kali/menit) dan hipotensi
(sistolik kurang dari 90-100 mmHg) terjadi, pasien telah
kehilangan darah sekitar 25% sampai 32% dari volume darahnya,
adanya syok hipovolemik. Diagnosa yang mugkin muncul :
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah
yang berlebihan. Syok berhubungan dengan hipovolemia
2. Fokus Assessment
a. KU
Keadaan umum pasien buruk. Vital sign : TD 100/90 mmHg, N
110x/menit, S 36.3ºC, RR 24x/menit, SpO2 90%.
b. Tingkat kesadaran
Pasien datang pukul 09.00 WIB dengan kesadaran unresponsiv.
c. Keluhan utama
Pasien datang dengan diantar keluarga. Keluarga mengatakan
kondisi pasien melemah sejak pagi dikarenakan perdarahan,
kemudian pasien dibawa ke IGD RSUP Dr Sardjito.

3. Sekunder Assessment
a. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat laparoskopi kistektomi 3 tahun lalu, riwayat laparatomi
reccurent kista coklat dengan adhesi 3 tahun lalu, inj gneh agonis 6
bulan tahun 2021
b. Riwayat penyakit sekarang (AMPLE)
1) Allergy
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak memiliki alergi
terhadap obat-obatan sistemik maupun topical

13
2) Medication
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak sedang mengonsumsi
obat-obatan tertentu.
3) Previous medical history
Ca Mammae
4) Last meal
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mengonsumsi
makanan sejak pagi tadi, hanya minum air putih saja 1 gelas
kecil.
5) Events related to injury
Tidak ada

c. Riwayat Kesehatan keluarga


Keluarga pasien mengatakan di keluarga ada riwayat keturunan Ca
yaitu nenek pasien. Keluarga pasien mengatakan keluarga tidak
memiliki riwayat hipertensi, DM, asma atau penyakit yang lain.

d. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Kondisi kepala pasien bersih, tidak ada luka, tidak ada
perubahan warna kulit.
2) Leher
Leher pasien bersih, tidak ada luka dan bekas luka, tidak ada
perubahan warna kulit.
3) Thoraks
a) Inspeksi
Dada pasien simetris, tidak ada lesi.
b) Auskultasi
Terdengar suara vesikuler, dengan irama yang tidak
beraturan.
c) Perkusi
Tidak terdengar suara.
d) Palpasi
Tidak menunjukkan respon.
4) Abdomen
a) Inspeksi
Kondisi abdomen pasien baik, tidak ada bekas luka, tidak
ada perubahan warna kulit.
b) Auskultasi
Tidak terdengar
c) Perkusi
Tidak terdengar
d) Palpasi

14
Pasien tidak menunjukkan respon nyeri tekan.
e) Perineum/Rectum/Vagina
Terdapat perdarahan di vagina
f) Esktrimitas dan Musculoskeletal
Kondisi esktrimitas dan musculoskeletal baik, tidak ada
lesi.
g) Terapi
Inj asamtranexamat 1gr
Inj ketorolac 1 A
Ketoprofen supp
h) Pemeriksaan Penunjang
1) Data Laboratorium
Hematologi
Darah Hasil Nilai
Lengkap Rujukan
Eritosit 4.18 4.00-5.40
Hemoglobin 12.2 12.0-15.0
Hematokrit 37.0 35.0-49.0
MCV 88.5 80.0-94.0
MCH 29.2 26.0-32.0
MCHC 33.0 32.0-36.0
Netrofil 48.6 50.0-70.0
Limfosit 31.5 18.0-42.0
Monosit 4.2 2.0-11.0
Eosinofil 15.6 1.0-3.0
Basofil 0.1 0.0-100
Trombsit 383 150-450
MPV 8.8 7.2-11.1
PDW 8.8 9.0-13.0
PCT 0.34 0.17-0.35
P-LCR 14.9 15.0-25.0

2) Data Penunjang
Ada tidaknya benjolan dan ukuran benjolan

15
ANALISA DATA
Data Masalah Penyebab
DS = - Nyeri akut Agen
DO = pencedera
1. Tekanan darah pasien tidak fisiologis
beraturan :
a. Pukul 20.05 = 89/41 mmHg
b. Pukul 20.10 = 100/82 mmHg
c. Pukul 20.15 s.d 20.45 tidak
terdeteksi
2. Perubahan irama jantung
Takikardi dan semakin melemah :
a. Pukul 20.05 = 148x/menit
b. Pukul 2010 = 159x/menit
c. Pukul 20.15 = 143x/menit
d. Pukul 20.24 = 143x/menit
e. Pukul 20.30 = 147x/menit
f. Pukul 20.34 = 149x/menit
g. Pukul 20.36 = 163x/menit
3. Nadi perifer teraba lemah
4. Capillary refill >3 detik
5. Oliguria
6. Warna kulit pucat
7. Hasil pemeriksaan EKG pasien
aritmia

C. Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Curah jantung b.d Perubahan irama dan frekuensi jantung d.d
adanya penurunan fungsi jantung.

16
D. Perencanaan Keperawatan
Waktu Dx. Tujuan Perencanaan
Keperawatan
Selasa, Penurunan Setelah dilakukan Resusitasi Jantung Paru (SIKI Hal. 392 I.02083)
27/2/2024 curah jantung tindakan Observasi :
b.d Perubahan keperawatan 1. Identifikasi keamanan penolong, lingkungan dan pasien
irama dan selama 1x24 jam 2. Identifikasi respon pasien
frekuensi jantung diharapkan curah 3. Monitor nadi karotis dan napas setiap 2 menit atau 5 siklus RJP
jantung Terapeutik
meningkat dengan 1. Pakai alat pelindung diri, dan Posisikan pasien telentang di tempat datar
kriteria hasil : 2. Raba nadi karotis dalam waktu < 10 detik
1. Takikardi 3. Berikan rescue breathing jika ditemukan ada nadi tetapi tidak ada napas
menurun 4. Kompresi dada 30 kali dikombinasikan dengan bantuan napas (ventilasi) 2 kali
sedang (3) jika ditemukan tidak ada nadi dan tidak ada napas.
2. Gambaran 5. Kompresi dengan tumit telapak tangan menumpuk di atas telapak tangan yang
EKG aritmia lain tegak lurus pada pertengahan dada (seperdua bawah sternum)
menurun (3) 6. Kompresi dengan kedalaman kompresi 5-6 cm dengan kecepatan 100-120 kali
3. Tekanan darah per menit
membaik (3) 7. Bersihkan dan buka jalan napas dengan head-tilt chin-lift atau jaw thrust
8. Berikan bantuan napas dengan menggunakan bag valve mask dengan Teknik
EC-Clamp
9. Kombinasikan kompresi dan ventilasi selama 2 menit atau sebanyak 5 siklus
10. Hentikan RJP jika ditemukan ada tanda-tanda kematian biologis
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur Tindakan kepada keluarga
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat injeksi Ephineprin 1 ampule.

31
E. Implementasi Keperawatan
Hari/Tanggal Jam Diagnosa PELAKSANAAN EVALUASI
Keperawatan
Selasa, 20.00 Penurunan curah 1. Monitor Tensi dan nadi S=-
27/2/2024 jantung b.d Perubahan 2. Monitor pernafasan O=
irama dan frekuensi 3. Kolaborasikan pemberian 1. Tekanan darah pasien tidak
jantung obat injeksi Ephineprin beraturan:
a. Pukul 20.05 = 89/41 mmHg
4. Membersihkan sekret yang
b. Pukul 20.10 = 100/82 mmHg
menghalangi jalan nafas c. Tensi tidak terdeteksi
2. Perubahan irama jantung Takikardi
dan semakin melemah :
a. Pukul 20.05 = 148x/menit
b. Pukul 2010 = 159x/menit
c. Pukul 20.15 = 143x/menit
d. Pukul 20.24 = 143x/menit
3. Nadi perifer teraba lemah
4. Capillary refill >3 detik
5. Warna kulit pucat
6. Hasil pemeriksaan EKG pasien
aritmia

A: Penurunan curah jantung b.d Perubahan


irama dan frekuensi jantung tidak teratasi

P: Tindakan RJP
Selasa, 20.30 Penurunan curah 1. Monitor Tensi dan nadi S=-
27/2/2024 jantung b.d Perubahan 2. Monitor pernafasan O=
irama dan frekuensi 3. Kolaborasikan pemberian 1. Tekanan darah pasien tidak
terdeteksi

31
jantung obat injeksi Ephineprin 2. Perubahan irama jantung Takikardi
4. Membersihkan sekret yang dan semakin melemah :
menghalangi jalan nafas a. Pukul 20.30 = 147x/menit
5. Kompresi dada 30 kali b. Pukul 20.34 = 149x/menit
c. Pukul 20.36 = 163x/menit
dikombinasikan dengan
3. Nadi perifer teraba lemah
bantuan napas (ventilasi) 4. Capillary refill >3 detik
5. Warna kulit pucat

A: Penurunan curah jantung b.d Perubahan


irama dan frekuensi jantung tidak teratasi

P: Tindakan RJP, pembersihan jalan nafas,


pemberian obat Epinephrine
Selasa, 20.50 Penurunan curah 1. Monitor Tensi dan nadi S = -
27/2/2024 jantung b.d Perubahan 2. Monitor pernafasan O=
irama dan frekuensi 3. Kolaborasikan pemberian 1. Tekanan darah pasien tidak
jantung obat injeksi Ephineprin terdeteksi
2. Perubahan irama jantung Takikardi
4. Membersihkan sekret yang
dan semakin melemah :
menghalangi jalan nafas 3. Capillary refill >3 detik
5. Kompresi dada 30 kali 4. Warna kulit pucat
dikombinasikan dengan
bantuan napas (ventilasi) A: Penurunan curah jantung b.d Perubahan
irama dan frekuensi jantung tidak teratasi

P: Perawatan Jenazah

32
33
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemberian tindakan asuhan keperawatan yang telah dilakukan oleh
peneliti selama kurang lebih 2 jam pada tanggal 27 Februari 2024
diperoleh hasil bahwa evaluasi hasil dengan metode SOAP.
Objektif,tekanan darah tidak beraturan, perubahan irama jantung secara
terus menerus, pukul 20.15-20.45 tekanan darah tidak terdeteksi, warna
kulit pucat, hasil EKG pasien aritmia. Analisis,masalah pasien tidak
teratasi. Planning, perawatan jenazah.
B. Saran
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan
penurunan curah jantung, penulis memberikan usulan dan masukan yang
positif khususnya dibidang kesehatan antara lain:
1. Bagi institusi pelayanan kesehatan
Hal ini diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan
dan mempertahankan hubungan kerja sama antar tim kesehatan maupun
klien. sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan
yang optimal pada umumnya dan pasien penurunan curah jantung
khususnya, diharapkan pelayanan kesehatan dapat menyediakan fasilitas
serta sarana dan prasarana yang mendukung kesembuhan pasien.
2. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat
Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien agar lebih maksimal,
khususnya pada pasien dengan penurunan curah jantung. Perawat
diharapkan dapat memberikan pelayanan profesonal dan komprehensif.
3. Bagi institusi pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas
dan profesional sehingga dapat tercipta perawat yang profesional,

36
terampil, inovatif danbermutu yang mampu memberikan asuhan
keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan

37
DAFTAR PUSTAKA
Merry.P.L.,Ora.P.,Ronny.T. 2021 Epistaksis Di Poliklinik Tht-Kl Blu Rsup Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
DPP PPNI. Jakarta Selatan.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP . (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
DPP PPNI. Jakarta Selatan.
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
DPP PPNI. Jakarta Selatan.

38

Anda mungkin juga menyukai