Anda di halaman 1dari 16

Vol 2 No 3

E-ISSN :2722-0877

TINJAUAN PUSTAKA

Sepsis: Kriteria Diagnosa Dan Tatalaksana

Hany Melati Harahap, Dinda Seruni Medina Nasution, Faras Munandar,


Nadhila Faradhiba Siregar , Rudfi Rizky S Nainggolan

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Email Korespondensi: Harahaphanymelati@gmail.com

Abstrak: Sepsis adalah respons sistemis terhadap infeksi di dalam tubuh yang dapat
berkembang menjadi sepsis berat dan syok septik. Sepsis berat dan syok septik adalah
masalah kesehatan utama dan menyebabkan kematian terhadap jutaan orang setiap tahunnya.
Sepsis sekarang dipahami sebagai keadaan yang melibatkan aktivasi awal dari respons pro-
inflamasi dan anti- inflamasi tubuh, patofisiologi keadaan ini dimulai dari adanya reaksi
terhadap infeksi. Gejala yang timbul meliputi respons inflamasi sistemis seperti demam,
takikardi, takipnea, leukositosis, kemudian berkembang menjadi hipotensi. Penanganan
sepsis dan syok septik adalah resusitasi awal, vasopressor/ inotropik, dukungan
hemodinamika, pemberian antibiotik awal, kontrol sumber infeksi, diagnosis (kultur dan
pemeriksaan radiologi), tatalaksana suportif (ventilasi, dialisis, transfusi) dan pencegahan
infeksi. Penelitian merupakan penelitian tinjauan pustaka melalui penelusuran situs
terakreditasi seperti Google Scholar, PubMed, dengan kata kunci criteria diagnosis sepsis,
pathogenesis sepsis, management sepsis dan sepsis dalam watu beberapa tahun terbaru,
dengan kriteria inklusi meliputi artikel bahasa inggris dan Indonesia dalam bentuk full teks.
Kriteria eksklusi artikel publikasi dalam bentuk tidak asli. Dari hasil pencarian jurnal dengan
kata kunci di atas terdapat 35 artikel yang sudah di lakukan proses identifikasi terdapat 30
artikel yang sesuai dengan judul pada artikel ini. Berdasarkan hasil artikel yang dikumpulkan,
sepsis adalah penyebab kematian utama di ruang perawatan intensif dan insidennya
mengalami kenaikan.

Kata Kunci: Antibiotik, Infeksi, Sepsis

PENDAHULUAN sepsis adalah penyebab kematian utama di


Sepsis dan syok septik adalah salah ruang perawatan intensif pada negara
satu penyebab utama mortalitas pada maju, dan insidennya mengalami kenaikan.
pasien dengan kondisi kritis. Berdasarkan Sepsis juga seperti halnya penyakit dengan
buletin yang diterbitkan oleh WHO (World infark miokard akut, trauma atau stroke
Health Organization) pada tahun 2010, yang memerlukan kecepatan dan ketepatan
305
JURNAL IMPLEMENTA HUSADA
Jurnal.umsu.ac.id/index.php/JIH
Vol 2 No 3

E-ISSN :2722-0877

pemberian terapi dalam jam pertama vasodilasi pembuluh darah perifer, depresi
setelah terjadinya sepsis berat sehingga miokardia, dan peningkatan metabolisme
cenderung mempengaruhi terapi.1 akan menyebabkan ke tidak setimbangan
Di negara maju seperti Amerika antara pengantaran oksigen sistemis
Serikat, CDC (Centre for Disease Control dengan kebutuhan oksigen yang akan
and Prevention) menyatakan bahwa 1,5 menyebabkan hipoksia jaringan sistemis
juta orang Amerika terkena sepsis dalam atau syok.7
setahun. Sekitar 250.000 orang meninggal. Patofisiologi keadaan ini dimulai
Morbiditas dan mortalitas dapat meningkat dari adanya reaksi terhadap infeksi. Hal ini
jika tidak segera dikenali dan diobati. akan memicu respons neuro humoral
Orang yang lebih tua memegang proporsi dengan adanya respons pro inflamasi dan
yang lebih besar (58-65%) dari pasien anti inflamasi, dimulai dengan aktivasi
sepsis.2 selular monosit, makrofag dan neutrofil
Sepsis adalah respons sistemis yang berinteraksi dengan sel endotelial.5
terhadap infeksi di dalam tubuh yang dapat Panduan Surviving Sepsis
berkembang menjadi sepsis berat dan syok Campaign (SSC) 2017, identifikasi sepsis
septik.3 Sepsis merupakan komplikasi segera tanpa menunggu hasil pemeriksaan
berbahaya akibat disregulasi respons tubuh darah dapat menggunakan skoring qSOFA.
terhadap infeksi mikroorganisme Sistem skoring ini merupakan modifikasi
patogenik atau toksinnya ke dalam darah Sequential (Sepsis-related) Organ Failure
atau jaringan lainnya, sehingga terjadi Assessment (SOFA). qSOFA hanya
respons sistemis berlebihan terhadap terdapat tiga komponen penilaian yang
infeksi, yang menyebabkan kumpulan masing-masing bernilai satu. Skor qSOFA
gejala klinis serta berakhir pada keadaan ≥2 mengindikasikan terdapat disfungsi
disfungsi organ yang mengancam jiwa.4 organ.8
Syok septik di definisikan sebagai Skor qSOFA direkomendasikan
kondisi sepsis dengan keadaan hipotensi untuk identifikasi pasien berisiko tinggi
refrakter (tekanan darah sistolik <90 mengalami perburukkan dan memprediksi
mmHg, Mean arterial pressure <65 lama pasien dirawat baik di ICU atau non-
mmHg, atau penurunan > 40 mmHg dari ICU. Pasien diasumsikan berisiko tinggi
ambang dasar tekanan darah sistolik yang mengalami perburukkan jika terdapat dua
tidak responsif setelah diberikan cairan atau lebih dari 3 kriteria klinis. Untuk
kristaloid sebesar 20 sampai 40 ml/kg.5 mendeteksi kecenderungan sepsis dapat
Sepsis sekarang dipahami sebagai dilakukan uji qSOFA yang dilanjutkan
keadaan yang melibatkan aktivasi awal dengan SOFA.9
dari respons pro-inflamasi dan anti- Disfungsi organ didiagnosis
inflamasi tubuh.6 Bersamaan dengan apabila peningkatan skor SOFA ≥ 2. Dan
kondisi ini, abnormalitas sirkuler seperti istilah sepsis berat sudah tidak digunakan
penurunan volume intravaskuler, kembali. Implikasi dari definisi baru ini
306
JURNAL IMPLEMENTA HUSADA
Jurnal.umsu.ac.id/index.php/JIH
Vol 2 No 3

E-ISSN :2722-0877

adalah pengenalan dari respons tubuh yang Sepsis berat dan syok septik adalah
berlebihan dalam patogenesis dari sepsis masalah kesehatan utama dan
dan syok septik, peningkatan skor SOFA ≥ menyebabkan kematian terhadap jutaan
2 untuk identifikasi keadaan sepsis dan orang setiap tahunnya.11 Sepsis berat
penggunaan quick SOFA (qSOFA) untuk adalah sepsis disertai dengan kondisi
mengidentifikasi pasien sepsis di luar ICU disfungsi organ, yang disebabkan karena
(10). Walaupun penggunaan qSOFA inflamasi sistemis dan respons pro
kurang lengkap dibandingkan penggunaan koagulan terhadap infeksi.13 Syok septik di
skor SOFA di ICU, qSOFA tidak definisikan sebagai kondisi sepsis dengan
membutuhkan pemeriksaan laboratorium keadaan hipotensi refrakter (tekanan darah
dan dapat dilakukan secara cepat dan sistolik <90 mmHg, Mean arterial
berulang. Penggunaan qSOFA diharapkan pressure <65 mmHg, atau penurunan > 40
dapat membantu klinisi dalam mengenali mmHg dari ambang dasar tekanan darah
kondisi disfungsi organ dan dapat segera sistolik yang tidak responsif setelah
memulai atau mengeskalasi terapi.6 diberikan cairan kristaloid sebesar 20
sampai 40 ml/kg).5
ISI Sepsis berdasarkan “Surviving
Definis Sepsis Sepsis Campaign” didefinisikan sebagai
Sepsis adalah respons sistemis adanya infeksi (termasuk diduga suatu
terhadap infeksi di dalam tubuh yang infeksi) bersamaan dengan manifestasi
dapat berkembang menjadi sepsis berat sistemis infeksi. Sepsis berat didefinisikan
dan syok septik.3 Sepsis merupakan sebagai sepsis ditambah disfungsi organ
komplikasi berbahaya akibat disregulasi akibat sepsis atau adanya hipo perfusi
respons tubuh terhadap infeksi jaringan (Tabel 1 dan 2).8 Syok septik
mikroorganisme patogenik atau toksinnya diartikan sebagai hipotensi yang diinduksi
ke dalam darah atau jaringan lainnya, sepsis yang menetap meskipun telah
sehingga terjadi respons sistemik dilakukan resusitasi cairan secara adekuat.
berlebihan terhadap infeksi, yang Hipoperfusi jaringan yang diinduksi sepsis
menyebabkan kumpulan gejala klinis serta didefinisikan sebagai hipotensi di induksi
berakhir pada keadaan disfungsi organ oleh infeksi, peningkatan laktat, atau
yang mengancam jiwa.2 oliguria.9
Tabel 1. Definis sepsis 1992-20168,13,14
Definisi Sepsis Sepsis Sepsis
(1992) (2011) (2016)
Sepsis Sindrom Tidak ada Gangguan
respons perubahan fungsi organ
inflamasi definisi akibat
sistemik renspons
(SIRS) yang tubuh
disebabkan terhadap

307
JURNAL IMPLEMENTA HUSADA
Jurnal.umsu.ac.id/index.php/JIH
Vol 2 No 3

E-ISSN :2722-0877

infeksi infeksi yang


menganjcam
jiwa
Sepsis Berat Sepsis Tidak ada Definis
disertai salah perubahan sepsis berat
satu gejala definisi dihilangkan
gangguan
fungsi organ,
hipoperfusi,
hipotensi,
asidosis
laktat,
oligouria atau
gangguan
status mental
akut
Renjatan/syok Sepsis Tidak ada Sepsis
septic disertai perubahan disertai
hipotensi definisi gangguan
walaupun sirkulasi,
telah dan
dilakukan metabolik
terapi cairan yang
yang adekuat, mengancam
sepsis jiwa
dengan terapi
obat
inotropika
atau
vasopressor

Epidemiologi adalah penyebab kematian utama di ruang


Sepsis dan syok septik adalah salah perawatan intensif pada negara maju, dan
satu penyebab utama mortalitas pada insidennya mengalami kenaikan. Setiap
pasien dengan kondisi kritis.10 Pada tahun tahunnya terjadi 750.000 kasus sepsis di
2004, WHO menerbitkan laporan Amerika Serikat. Hal seperti ini juga
mengenai beban penyakit global, dan terjadi di negara berkembang, di mana
didapatkan bahwa penyakit infeksi sebagian besar populasi dunia bermukim.
merupakan penyebab tersering dari Kondisi seperti standar hidup dan higienis
kematian pada negara berpendapatan yang rendah, malnutrisi, infeksi kuman
rendah.18 akan meningkatkan angka kejadian sepsis.1
Berdasarkan buletin yang Di negara maju seperti Amerika
diterbitkan oleh WHO (World Health Serikat, CDC (Centre for Disease Control
Organization) pada tahun 2010, sepsis and Prevention) menyatakan bahwa 1,5
308
JURNAL IMPLEMENTA HUSADA
Jurnal.umsu.ac.id/index.php/JIH
Vol 2 No 3

E-ISSN :2722-0877

juta orang Amerika terkena sepsis dalam dua kali lebih besar dibandingkan dengan
setahun. Sekitar 250.000 orang meninggal. angka di negara maju.17
Morbiditas dan mortalitas dapat meningkat
jika tidak segera dikenali dan diobati. Patofisiologi
Orang yang lebih tua memegang proporsi Sepsis sekarang dipahami sebagai
yang lebih besar (58-65%) dari pasien keadaan yang melibatkan aktivasi awal
sepsis.2 dari respons pro-inflamasi dan anti-
Ditentukan bahwa kejadian sepsis inflamasi tubuh.6 Bersamaan dengan
berat meningkat lebih dari 100 kali lipat kondisi ini, abnormalitas sirkuler seperti
seiring bertambahnya usia dan mortalitas penurunan volume intravaskuler,
meningkat dari 10% pada anak-anak vasodilasi pembuluh darah perifer, depresi
menjadi 26% pada pasien 60-64 tahun dan miokardia, dan peningkatan metabolisme
38% pada mereka yang usianya ≥ 85 akan menyebabkan ketidakseimbangan
tahun. Sayangnya, kelompok usia yang antara pengantaran oksigen sistemis
rentan terdiri dari mereka yang berusia ≥ dengan kebutuhan oksigen yang akan
80 tahun, yang meningkat pada nilai 3,8% menyebabkan hipoksia jaringan sistemis
per tahun dan diperkirakan mencapai 20% atau syok.7
dari semua orang tua pada tahun 2050.15 Presentasi pasien dengan syok
Dalam sebagian besar penelitian dapat berupa penurunan kesadaran,
sebelumnya, infeksi saluran pernapasan, takikardia, penurunan kesadaran, anuria.
intra-abdominal, saluran kemih, dan aliran Syok merupakan manifestasi awal dari
darah, merupakan fokus utama infeksi keadaan patologis yang mendasari.
sepsis, terhitung > 75% dari kasus.16 Tingkat kewaspadaan dan pemeriksaan
Berdasarkan hasil dari Riskesdas klinis yang cermat dibutuhkan untuk
2013 yang diterbitkan oleh Kemenkes, mengidentifikasi tanda awal syok dan
penyakit infeksi utama yang ada di memulai penanganan awal.20
Indonesia meliputi ISPA, pneumonia, Patofisiologi keadaan ini dimulai
tuberkulosis, hepatitis, diare, malaria.4 Di dari adanya reaksi terhadap infeksi. Hal ini
mana infeksi saluran pernafasan dan akan memicu respons neuro humoral
tuberkulosis termasuk 5 besar penyebab dengan adanya respons proinflamasi dan
kematian di Indonesia.16 anti inflamasi, dimulai dengan aktivasi
Kondisi serupa juga terjadi di selular monosit, makrofag dan neutrofil
negara Mongolia, di mana penyakit infeksi yang berinteraksi dengan sel endotelial.
merupakan 10 penyebab kematian tertinggi Respons tubuh selanjutnya meliputi
di negara tersebut. Dan pada suatu mobilisasi dari isi plasma sebagai hasil
penelitian yang diadakan pada tahun 2008, dari aktivasi selular dan disrupsi
angka kejadian sepsis pada pasien yang endotelial. Isi Plasma ini meliputi sitokin-
masuk ke ICU di RS Mongolia didapatkan sitokin seperti tumor nekrosis faktor,
interleukin, caspase, protease, leukotrien,
309
JURNAL IMPLEMENTA HUSADA
Jurnal.umsu.ac.id/index.php/JIH
Vol 2 No 3

E-ISSN :2722-0877

kinin, reactive oxygen species, nitrit Respons utama inflamasi dan pro
oksida, asam arakidonat, platelet koagulan terhadap infeksi berhubungan
activating factor, dan eikosanoid.21 sangat erat. Beberapa agen infeksi dan
Sitokin pro inflamasi seperti tumor sitokin inflamasi seperti tumor necrosis
nekrosis faktor α, interleukin-1β, dan factor α (TNF-α) dan interleukin-1
interleukin-6 akan mengaktifkan rantai mengaktifkan sistem koagulasi dengan
koagulasi dan menghambat fibrinolisis. cara menstimulasi pelepasan faktor
Sedangkan Protein C yang teraktivasi jaringan dari monosit dan endothelium
(APC), adalah modulator penting dari yang memicu terhadap pembentukan
rantai koagulasi dan inflamasi, akan trombin dan bekuan fibrin. Sitokin
meningkatkan proses fibrinolisis dan inflamasi dan trombin dapat mengganggu
menghambat proses trombosis dan potensi fibrinolitik endogen dengan
inflamasi.12 merangsang pelepasan inhibitor
Aktivasi komplemen dan rantai plasminogen-activator 1 (PAI-1) dari
koagulasi akan turut memperkuat proses platelet dan endothelium. PAI-1
tersebut. Endotelium vaskular merupakan merupakan penghambat kuat aktivator
tempat interaksi yang paling dominan plasminogen jaringan, jalur endogen untuk
terjadi dan sebagai hasilnya akan terjadi melisiskan bekuan fibrin. Efek lain dari
cedera mikro vaskular, trombosis, dan trombin pro koagulan mampu merangsang
kebocoran kapiler. Semua hal ini akan jalur inflamasi multipel dan lebih menekan
menyebabkan terjadinya iskemia jaringan. sistem fibrinolitik endogen dengan
Gangguan endotelial ini memegang mengaktifkan inhibitor fibrinolisis
8
peranan dalam terjadinya disfungsi organ thrombin-activatable (TAFI).
dan hipoksia jaringan global.5

Gambar 1. Patofisiologi Sepsis

310
JURNAL IMPLEMENTA HUSADA
Jurnal.umsu.ac.id/index.php/JIH
Vol 2 No 3

E-ISSN :2722-0877

Mekanisme kedua melalui aktivasi inflamasi (TNF-α, interleukin-1, dan


protein aktif C yang berkaitan dengan interleukin-6) oleh monosit dan membatasi
respons sistemis terhadap infeksi. Protein monosit dan neutrofil pada endothelium
C adalah protein endogen yang yang cedera dengan mengikat selectin.8
mempromosikan fibrinolisis dan Hasil akhir respons jaringan
menghambat trombosis dan peradangan, terhadap infeksi berupa pengembangan
merupakan modulator penting koagulasi luka endovaskuler difus, trombosis mikro
dan peradangan yang terkait dengan sepsis. vaskuler, iskemia organ, disfungsi
Kondisi tersebut memberikan efek anti multiorgan, dan kematian (gambar 1,
trombotik dengan menginaktivasi faktor gambar 2).8
Va dan VIIIa, membatasi pembentukan
trombin. Penurunan trombin akan
berdampak terhadap proses inflamasi, pro
koagulan, dan anti fibrinolitik. Menurut
data in vitro menunjukkan bahwa protein
aktif C memberikan efek anti inflamasi
dengan menghambat produksi sitokin

Gambar 2. Jalur patogenok utama yang terlibat dalam jalur klinis sepsis yang juga memiliki implikasi pada
patofisiologi organ organ sepsis.

311
JURNAL IMPLEMENTA HUSADA
Jurnal.umsu.ac.id/index.php/JIH
Vol 2 No 3

E-ISSN :2722-0877

Kriteria Diagnosis Keadaan SIRS sendiri dapat ditemukan


Kriteria untuk diagnosis sepsis dan pada pasien yang dirawat inap tanpa
sepsis berat kali dibentuk tahun 1991 oleh ditemukan adanya infeksi.6
American collafe of Chest Physican and Menurut panduan Surviving Sepsis
Society of Critical Care Medicine Campaign (SSC) 2017, identifikasi sepsis
Consensus (tabel 1).3 Pada tahun 2001, segera tanpa menunggu hasil pemeriksaan
SSCM, ACCP dan European Society of darah dapat menggunakan skoring qSOFA.
Critical Care (ESICM) merevisi definisi Sistem skoring ini merupakan modifikasi
sepsis dan menambahkan tingkatan dari Sequential (Sepsis-related) Organ Failure
sepsi dengan akronim PIRO Assessment (SOFA). qSOFA hanya
(Predisposition, Infection, Response to the terdapat tiga komponen penilaian yang
infectious challenge, and Organ masing-masing bernilai satu. Skor qSOFA
10
dysfunction). ≥2 mengindikasikan terdapat disfungsi
Kemudian pada tahun 2016, SCCM organ (tabel 4).8 Skor qSOFA
dan ESCIM mengeluarkan konsensus direkomendasikan untuk identifikasi
internasional yang ketiga yang bertujuan pasien berisiko tinggi mengalami
untuk mengidentifikasi pasien dengan perburukkan dan memprediksi lama pasien
waktu perawatan di ICU dan risiko dirawat baik di ICU atau non-ICU. Pasien
kematian yang meningkat. Konsensus ini diasumsikan berisiko tinggi mengalami
menggunakan skor SOFA (Sequential perburukkan jika terdapat dua atau lebih
Organ Failure Assesment) dengan dari 3 kriteria klinis. Untuk mendeteksi
peningkatan angka sebesar 2, dan kecenderungan sepsis dapat dilakukan uji
menambahkan kriteria baru seperti adanya qSOFA yang dilanjutkan dengan SOFA
peningkatan kadar laktat walaupun telah (Gambar 6).9
diberikan cairan resusitasi dan penggunaan Disfungsi organ didiagnosis
vasopressor pada keadaan hipotensi.10 apabila peningkatan skor SOFA ≥ 2. Dan
Istilah Sepsis menurut konsensus istilah sepsis berat sudah tidak digunakan
terbaru adalah keadaan disfungsi organ kembali. Implikasi dari definisi baru ini
yang mengancam jiwa yang disebabkan adalah pengenalan dari respons tubuh yang
karena disregulasi respons tubuh terhadap berlebihan dalam patogenesis dari sepsis
infeksi. Penggunaan kriteria SIRS untuk dan syok septik, peningkatan skor SOFA ≥
mengidentifikasi sepsis dianggap sudah 2 untuk identifikasi keadaan sepsis dan
tidak membantu lagi. Kriteria SIRS seperti penggunaan quick SOFA (qSOFA) untuk
perubahan dari kadar sel darah putih, mengidentifikasi pasien sepsis di luar
temperatur, dan laju nadi menggambarkan ICU.10 Walaupun penggunaan qSOFA
adanya inflamasi (respons tubuh terhadap kurang lengkap dibandingkan penggunaan
infeksi atau hal lainnya). Kriteria SIRS skor SOFA di ICU, qSOFA tidak
tidak menggambarkan adanya respons membutuhkan pemeriksaan laboratorium
disregulasi yang mengancam jiwa. dan dapat dilakukan secara cepat dan
312
JURNAL IMPLEMENTA HUSADA
Jurnal.umsu.ac.id/index.php/JIH
Vol 2 No 3

E-ISSN :2722-0877

berulang. Penggunaan qSOFA diharapkan kondisi disfungsi organ dan dapat segera
dapat membantu klinisi dalam mengenali memulai atau mengeskalasi terapi.6

Tabel 2. Kriteria Sepsis 1992-2016 8,9


Definisi Sepsis (1992) Sepsis (2011) Sepsis (2016)

Sepsis Kriteria SIRS bila ditemukan 2 gejala atau lebih Kriteria SIRS Skor SOFA ≥2
tanda sebagai berikut : ditambah dengan qSOFA ≥2
- Suhu >38°C atau <36°C fokal infeksi
- Detak jantung >90 kali/menit Disertai dengan
- Frekuensi pernapasan >20 kali/menit atau kriteria
PaCO2<32 mmHg hemodinamik,
- Jumlah leukosit >12000 atau <4000/mm3 atau inflamasi, dan
ditemukan sel leukosit muda >10% kriteria gangguan
- Disertai dengan fokal infeksi fungsi organ
Sepsis Berat Kriteria sama Kriteria sama Definis sepsis berat
dihilangkan
Renjatan/syok Kriteria sama Kriteria sama Sepsis dengan hipotensi
septic Kadar serum laktat ≥2 mmol/L
yang menetap walaupun telah
diberikan terapi cairan
sehingga dibutuhkan
pemberian vasopressor untuk
mempertahankan MAP > 65
mmHg

Tabel 3. Sequential organ failure assessment (SOFA) score8,9


NO Sistem organ SOFA Score
0 1 2 3 4
1 Respiratory po/Fio2 (kpa) >400 <400 <300 <200 dengan <100 dengan
bantuan bantuan
respirasi respirasi
2. Koagulasi Platelet, x >150 <150 <100 <50 <20
105/mm5
3. Hepar, bilirubin mg/dl <1,2 <1,2-1,9 2,0 – 5.9 6,0 – 11,9 >12,0
4. Kardiovaskuler MAP > 70 MAP <70 Dopamin <5 Dopamin 5,1- Dopamin >15
mmHg mmHg ug/kg/menit 15 ug/kg/ atau epinefrin
atau menit atau >0,1 ug/kg/
Dobutamin epinefrin ≤ 0,1 menit
(dosis ug/kg/menit
berapapun) atau
norepinefrin ≤
0,1 ug/ kg/
menit
5. Sistem saraf pusat, GCS 15 13-14 10-12 6-9 <6

313
JURNAL IMPLEMENTA HUSADA
Jurnal.umsu.ac.id/index.php/JIH
Vol 2 No 3

E-ISSN :2722-0877
6. Renal, kreatinin dan urine <1,2 1,2 – 1,9 2,0 -3,4 3,5 – 4,9 >5,0
output <500 <200

Tabel 4. Skor quickSOFA (qSOFA)8,9


Kriteria Qsofa Point
Laju pernafasan > 22x/menit 1
Perubahan status mental/kesadaran 1
Tekanan darah sistolik <100 mmHg 1

Penatalaksanaan resusitasi awal, terutama mencakup


Tata laksana dari sepsis penanganan hipotensi pada syok
8,22,23,24
menggunakan protokol yang dikeluarkan sepsis.
oleh SCCM dan ESICM yaitu “Surviving A. Pengukuran Kadar Laktat
Sepsis Guidelines”. Surviving Sepsis Peningkatan kadar laktat dapat
Guidelines pertama kali dipublikasi pada menunjukkan beberapa kondisi di
tahun 2004, dengan revisi pada tahun 2008 antaranya hipoksia jaringan, peningkatan
dan 2012. Pada bulan Januari 2017, revisi glikolisis aerobik yang disebabkan
keempat dari Surviving Sepsis Guidelines peningkatan stimulasi beta adrenergik atau
dipresentasikan pada pertemuan tahunan pada beberapa kasus lain. Peningkatan
SCCM dan dipublikasikan di Critical Care kadar laktat >2mmol/L harus diukur pada
Medicine dan Intensive Care Medicine di kondisi 2-4 jam awal dan dilakukan
mana didapatkan banyak perkembangan tindakan resusitasi segera.25
baru pada revisi yang terbaru.21 B. Kultur Darah
Komponen dari penanganan sepsis Pengambilan kultur darah
dan syok spetic adalah resusitasi awal, dilakukan segera, hal tersebut berguna
vasopresor/inotropik, dukungan untuk meningkatkan optimalisasi
hemodinamika, pemberian antibiotik awal, pemberian antibiotik dan identifikasi
kontrol sumber infeksi, diagnosis (kultur patogen. Kultur darah sebaiknya dalam 2
dan pemeriksaan radiolog), tatalaksana preparat terutama untuk kuman aerobik
suportif (ventilasi, dialisis, transfusi) dan dan anaerobik. Pengujian kultur juga dapat
pencegahan infeksi.10 menyingkirkan penyebab sepsis, apabila
Terdapat perubahan bermakna infeksi patogen tidak ditemukan maka
surviving sepsis campaign 2018 dari pemberian antibiotik dapat dihentikan.26,27
rangkaian 3 jam, 6 jam, menjadi rangkaian
1 jam awal. Tujuan perubahan ini adalah C. Antibiotik Spektrum Luas
diharapkan terdapat perubahan manajemen
314
JURNAL IMPLEMENTA HUSADA
Jurnal.umsu.ac.id/index.php/JIH
Vol 2 No 3

E-ISSN :2722-0877

Protokol baru merekomendasikan 1. Passive leg raising test. Penilaian ini


bahwa penggunaan antibiotik diberikan untuk menilai pasien sepsis kategori
maksimal dalam waktu 1 jam. Pemberian responder atau non-responder,
antibiotik spektrum luas sangat dengan sensitivitas 97% dan
direkomendasikan pada manajemen awal. spesifisitas 94%. Bila pulse pressure
Pemilihan antibiotik disesuaikan dengan bertambah > 10% dari baseline,
bakteri empiris yang ditemukan.28,29,30 dianggap responder. Penilaian ini
Karena infeksi menyebabkan bertujuan untuk menilai peningkatan
sepsis, penanganan infeksi merupakan cardiac output dengan penambahan
komponen penting dalam penanganan volume.
sepsis, tingkat kematian meningkat dengan 2. Fluid challenge test . Mengukur
adanya penundaan penggunaan anti kemaknaan perubahan isi sekuncup
mikroba. Untuk meningkatkan jantung (stroke volume) atau tekanan
keefektivitasan penggunaan antibiotik, sistolik arterial, atau tekanan nadi
penggunaan antibiotik berspektrum luas (pulse pressure). Pemberian cairan
sebaiknya disertai dengan kultur dan dapat mengembalikan distribusi
identifikasi sumber penularan kuman.29 oksigen dalam darah dan perfusi ke
Perlu segera diberikan terapi organ vital untuk mencegah
empiris dengan anti mikroba artinya gangguan kerusakan organ.
bahwa diberikan anti mikroba sebelum 3. Stroke Volume Variation (SVV).
hasil kultur dan sensitivitas terhadap Penilaian variasi isi sekuncup
kuman didapatkan. Pemberian anti jantung akibat perubahan tekanan
mikroba secara dini dapat menurunkan intra-toraks saat pasien
perkembangan syok dan angka mortalitas. menggunakan ventilasi mekanik.
Setelah hasil kultur dan sensitivitas di Syarat penilaian responsivitas cairan
dapatkan maka terapi empiris diubah dengan metode ini adalah:
menjadi terapi rasional sesuai dengan hasil a. Pasien dalam kontrol
kultur dan sensitivitas.23 ventilasi mekanis penuh
D. Cairan Intravena b. Volume tidal 8-10
Pemberian cairan merupakan terapi mL/kgBB (predicted body
awal resusitasi pasien sepsis, atau sepsis weight),
dengan hipotensi dan peningkatan serum c. Tidak ada aritmia. Pasien
laktat. Cairan resusitasi adalah 30 masuk kategori responder
ml/kgBB cairan kristaloid; tidak ada bila SVV ≥12%.
perbedaan manfaat antara koloid dan Selain SVV, Pulse Pressure Variation
kristaloid. Pada kondisi tertentu seperti (PPV) juga dapat dipergunakan untuk
penyakit ginjal kronis, dekompensasi menilai responsivitas cairan.13
kordis, harus diberikan lebih hati-hati. E. Pemberian Vasopressor
Beberapa teknik untuk menilai respons:11
315
JURNAL IMPLEMENTA HUSADA
Jurnal.umsu.ac.id/index.php/JIH
Vol 2 No 3

E-ISSN :2722-0877

Manajemen resusitasi awal Penambahan vasopressin (sampai 0,03


bertujuan untuk mengembalikan U/menit) atau epinefrin untuk
perfusi jaringan, terutama perfusi mencapai target MAP dapat
8
organ vital. Jika tekanan darah tidak dilakukan.
meningkat setelah resusitasi cairan, Dopamin sebagai vasopresor
pemberian vasopressor tidak boleh alternatif norepinefrin hanya
ditunda. Vasopressor harus diberikan direkomendasikan untuk pasien tertentu,
dalam 1 jam pertama untuk misalnya pada pasien berisiko rendah
mempertahankan MAP >65 mmHg. takiaritmia dan bradikardi relatif.
Dalam review beberapa literatur Penggunaan dopamin dosis rendah untuk
ditemukan pemberian proteksi ginjal sudah tidak
vasopressor/inotropik sebagai direkomendasikan lagi. Dobutamin
8
penanganan awal dari sepsis. disarankan diberikan pada hipoperfusi
F. Pemilihan Vasopressor menetap meskipun sudah diberi cairan
Norepinefrin direkomendasi adekuat dan vasopresor.22
sebagai vasopresor lini pertama.

Gambar 3. Kiteria klinis pasien sepsis dan syok sepsis

Dobutamin dapat diberikan sampai disfungsi miokard yang ditandai


dosis 20 ug/kgBB/menit atau ditambahkan peningkatan tekanan pengisisan jantung
bersama vasopresor lain apabila terdapat: dan curah jantung yang rendah dan

316
JURNAL IMPLEMENTA HUSADA
Jurnal.umsu.ac.id/index.php/JIH
Vol 2 No 3

E-ISSN :2722-0877

penurunan perfusi yang terus berlanjut dengan judul artikel, Berdasarkan hasil
meskipun volume intravaskuler dan artikel yang dikumpulkan, sepsis adalah
tekanan rerata arteri adekuat telah tercapai. penyebab kematian utama di ruang
Dobutamin tidak dipakai untuk perawatan intensif pada negara maju, dan
meningkatkan indeks curah jantung sampai insidensinya mengalami kenaikan.
supranormal. Steroid dapat digunakan Dinegara maju seperti Amerika Serikat,
apabila dengan norepinefrin target MAP CDC (Centre for Disease Control and
masih belum tercapai.8,22 Prevention) menyatakan bahwa 1,5 juta
orang Amerika terkena sepsis dalam
METODE setahun. Sekitar 250.000 orang meninggal.
Penelitian merupakan penelitian Dari artikel penelitian yang dijumpai untuk
tinjauan pustaka melalui penelusuran situs identifikasi sepsis segera tanpa menunggu
terakreditasi seperti Google Scholar, hasil pemeriksaan darah dapat
PubMed dengan kara kunci criteria menggunakan skoring qSOFA.
diagnosis sepsis, pathogenesis sepsis, Penggunaan qSOFA diharapkan dapat
management sepsis, dan sepsis dalam membantu klinisi dalam mengenali kondisi
kurun waktu beberapa tahun terakhir ini. disfungsi organ dan dapat segera memulai
Kriteria inklusi meliputi artikel bahasa atau mengeskalasi terapi. Dari beberapa
Inggris dan bahasa Indonesia dalam kurun artikel penelitian untuk terapi sepsis dan
waktu terbaru, artikel dalam bentuk full syok sepsis yang dilakukan adalah
teks sedangkan untuk kriteria eksklusi resusitasi awal, vasopresor/inotropik
yaitu publikasi yang dalam bentuk tidak diberikan dukungan hemodinamik,
asli seperti abstrak saja dan buku. pemberian antibiotik awal, kontrol sumber
Sebelum penulis membuat infeksi, diagnosis (kultur dan pemeriksaan
kesimpulan dari beberapa hasil literatur, radiologi), tatalaksana suportif (ventilasi,
penulis mengidentifikasi dalam bentuk dialisis, transfusi) dan pencegahan infeksi.
ringkasan secara singkat berupa beberapa
nama menulis, tahun penulisan dam kasus. KESIMPULAN
Setelah membuat ringkasan kemudian Sepsis berdasarkan “Surviving
penulis melakukan analisa manajemen Sepsis Campaign” didefinisikan sebagai
penanganan yang dilakukan dalam kasus adanya infeksi (termasuk diduga suatu
sepsis yang dihadapi berdasarkan infeksi) bersamaan dengan manifestasi
penyebab dari tiap kasus. sistemis infeksi. Sepsis berat didefinisikan
sebagai sepsis ditambah disfungsi organ
HASIL akibat sepsis atau adanya hipoperfusi
Secara keseluruhan dari hasil jaringan.8 Sepsis adalah respons sistemik
pencarian jurnal, terdapat 35 artikel, yang terhadap infeksi di dalam tubuh yang dapat
setelah dilakukan proses identifikasi dari berkembang menjadi sepsis berat dan syok
35 artikel terdapat 30 artikel yang sesuai septik.3
317
JURNAL IMPLEMENTA HUSADA
Jurnal.umsu.ac.id/index.php/JIH
Vol 2 No 3

E-ISSN :2722-0877

Istilah Sepsis menurut konsensus Terdapat perubahan bermakna


terbaru adalah keadaan disfungsi organ surviving sepsis campaign 2018 dari
yang mengancam jiwa yang disebabkan rangkaian 3 jam, 6 jam, menjadi rangkaian
karena disregulasi respons tubuh terhadap 1 jam awal. Tujuan perubahan ini adalah
infeksi. Penggunaan kriteria SIRS untuk diharapkan terdapat perubahan manajemen
mengidentifikasi sepsis dianggap sudah resusitasi awal, terutama mencakup
tidak membantu lagi.6 penanganan hipotensi pada syok
8,22,23,24
Sepsis sekarang dipahami sebagai sepsis.
keadaan yang melibatkan aktivasi awal Skor qSOFA direkomendasikan
dari respons pro-inflamasi dan anti- untuk identifikasi pasien berisiko tinggi
inflamasi tubuh.6 Bersamaan dengan mengalami perburukkan dan memprediksi
kondisi ini, abnormalitas sirkular seperti lama pasien dirawat baik di ICU atau non-
penurunan volume intravaskular, ICU. Pasien diasumsikan berisiko tinggi
vasodilatasi pembuluh darah perifer, mengalami perburukkan jika terdapat dua
depresi miokardial, dan peningkatan atau lebih dari 3 kriteria klinis. Untuk
metabolisme akan menyebabkan mendeteksi kecenderungan sepsis dapat
ketidakseimbangan antara pengantaran dilakukan uji qSOFA yang dilanjutkan
oksigen sistemis dengan kebutuhan dengan SOFA.9
oksigen yang akan menyebabkan hipoksia
jaringan sistemis atau syok.7 UCAPAN TERIMA KASIH
Menurut panduan Surviving Sepsis Ucapan penghargaan setingginya
Campaign (SSC) 2017, identifikasi sepsis atas bimbingan dan pengarahan dari
segera tanpa menunggu hasil pemeriksaan dosen-dosen Fakultas Kedokteran
darah dapat menggunakan skoring qSOFA. Universitas Muhammadiyah Sumatera
Sistem skoring ini merupakan modifikasi Utara serta Teman-teman yang terlibat
Sequential (Sepsis-related) Organ Failure dalam tinjauan pustaka ini.
Assessment (SOFA). qSOFA hanya
terdapat tiga komponen penilaian yang DAFTAR PUSTAKA
masing-masing bernilai satu. Skor qSOFA 1. Dellinger RP, Levy MM, Rhodes A,
≥2 mengindikasikan terdapat disfungsi AnnaneD, Gerlach H, Opal MS, et al.
organ.8 Surviving Sepsis Campaign Guidlines
Komponen dari penanganan sepsis for management of severe sepsis and
dan syok spetic adalah resusitasi awal, septic shock. 2012. Critical Care
vasopresor/inotropik, dukungan Medicine and Intensive Care
hemodinamik, pemberian antibiotik awal, Medicine.2013;2014,41(2):580-637.
kontrol sumber infeksi, diagnosis (kultur 2. Martin GS, Mannimo DM, Eaton S,
dan pemeriksaan radiolog), tatalaksana Moss M. 2003. The epidemiology of
suportif (ventilasi, dialisis, transfusi) dan sepsis in the United States from 1979
pencegahan infeksi.10
318
JURNAL IMPLEMENTA HUSADA
Jurnal.umsu.ac.id/index.php/JIH
Vol 2 No 3

E-ISSN :2722-0877

through 2000. N eng J Med. 12. Bernard GR, Vincent JL, Laterre PF,
2003;348:1546-54. LaRosa S, Dhainaut JP, Rodriguez
3. Mayr FB, Yende S, Angus DC. AL, et al. Efficacy and safety of
Epidemiology of severe sepsis. recombinant human activated protein
Virulence. 2013; 5(1): 4-11 c for severe sepsis. N Eng J Med.
4. Badan Penelitian dan Pengembangan 2001; 344 (10): 699-709.
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 13. Jamal F, Auliansyah. Penerapan
Riset kesehatan dasar 2013. 2013. Hal. Konsep ROSE pada Pemberian Cairan
65 dalam Tatalaksana Sepsis. J Kedokt
5. Nguyen BH, Rivers EP, Abrahamian Nanggroe Med. 2019;2:11–7.
FM, Moran GJ, Abraham E, Trzeciak 14. Santoso WD, Nainggolan L.
S, et al. Severe sepsis and septic Antimicrobials Usage in Clinical
shock: review of the literature and Practice: Strategy to Combat
emergeny department management Infectious Agent. Interna Publ. 2017;
guidelines. Annals of Emergency 15. York N, World Population Ageing,
Medicine. 2006; 48(1): 28-50. 1950- 2050, United Nations, 2002: 34-
6. Singer M, Deutschman CS, Seymour 70
CW, Hari MS, Annane D,109 Bauer 16. Alberti C, Brun-Buisson C. 2003.
M, et al. The third international Epidemiology of Infection and Sepsis:
concensus definitions for sepsis and A Review. Advances in Sepsis 2003;
septic shock (sepsis- 3). JAMA. 2016: 3: 45-55.
315 (8): 801-10. 17. World Health Organization.
7. Rivers, E, Nguyent B, Havstad S, Indonesia: WHO statistical profile.
Ressler J, Muzzin A, Knoblich B, et [Internet]. 2015. [cited 2018 Jan 6].
al. Early goal directed therapy in the Available from: URL:
treatmenr of severe sepsis and septic http:// www.who.int/gho/countries/idn
shock. N Eng J Med. 2001; 345 (19): .pdf? ua=1
1368-77. 18. Bataar O, Lundeg G, Tsenddorj G,
8. Putra IAS. Update Tatalaksana Sepsis. Jochberger S, Grander W, Baelan I, et
CDK. 2019;46:681–685. al. Nationwide survey on resource
9. Putra IMP. Pendekatan Sepsis dengan availability for implementing current
Skor SOFA. 2018;45:606–9. sepsis guidelines in Mongolia.
10. Mehta Y, Kochar G. Sepsis and [Internet]. 2010 . [cited 2018 Jan 5].
septic shock. Journal of Cardiac Available from: URL:
Critical Care TSS. 2017; 1(1): 3-5. http:// www.who.int/bulletin/ volumes
10. Mehta Y, Kochar G. Sepsis and septic /88/11/10-077073/en/.
shock. Journal of Cardiac Critical 19. Dries JD, editors. Fundamental
Care TSS. 2017; 1(1): 3-5. Critical Care Support. 5nd ed. Mount
11. Surviving sepsis campaign 2016 Prospect: Third Printing; 2014.
319
JURNAL IMPLEMENTA HUSADA
Jurnal.umsu.ac.id/index.php/JIH
Vol 2 No 3

E-ISSN :2722-0877

20. Backer D, Dorman T. Surviving sepsis Berat dan Syok Sepsis di Bangsal
guidelines: a continuous move toward Rawat Inap Penyakit Dalam Rumah
better care of patients with sepsis. Sakit Cipto Mangunkusumo. J
JAMA. 2017; 317(8): 807-8. Penyakit Dalam Indones. 2015;2:96–
21. Menkes. Pedoman Nasional Pelayanan 106.
Kedokteran Tatalaksana Sepsis. 28. Budi S, Ikawati Z, Dwiprahasto I,
2017;01:1–82. Nuryastuti T. Evaluation of Drug
22. Setiati S et al. Buku Ajar: Ilmu Related Problems (DRPs) Antibiotic
Penyakit Dalam. Interna Publishing; in Sepsis Patients in Hospital X at
2014. Yogyakarta. J Ilmu kefarmasian
23. Irvan, Febyan, Suparto. Sepsis and Indones. 2017;15:43–49.
Treatment based on The Newest 29. Ningsih PK, Subagijo PB. Cost
Guideline. J Anestesiologi Indones. Effectiveness Analysis of Antibiotic
2018;10:62–73. Used for Sepsis Patients in dr .
24. Kurniawan MB, Pradian E, Nawawi Soebandi Hospital During 2014-2015.
AM. Lactate Clearance sebagai e-Jurnal Pustaka Kesehat.
Prediktor Mortalitas pada Pasien 2017;5:151–156.
Sepsis Berat dan Syok Septik di 30. Howell MD, Davis AM. Management
Intesive Care Unit Rumah Sakit Dr. of sepsis and septic shock. JAMA.
Hasan Sadikin Bandung. J Anestesi 2017; 317(8): 847-8
Perioper. 2017;5:45–50.
25. Herman, Rahman, Asti H.
Procalcitonin And Blood Culture As
Biomarker Of Sepsis In Dr Wahidin
Sudirohusodo Makassar Hospital. J
Media Anal Kesehat. 2019;10:152–
162.
26. Adiwinoto RP, et.al. Empirical
Antibiotic Therapy Assessment of
Patients diagnosed with Sepsis in
Intermediate Care Ward of Internal
Medicine Department of Dr. Soetomo
General Hospital according to
Gyssens Method. Ocean Biomed J.
2018;1:69–78.
27. Katu S, Suwarto S, Pohan HT,
Abdullah M. Faktor- Faktor yang
Mempengaruhi Keberhasilan Terapi
Antibiotik Empirik pada Pasien Sepsis
320
JURNAL IMPLEMENTA HUSADA
Jurnal.umsu.ac.id/index.php/JIH

Anda mungkin juga menyukai