Anda di halaman 1dari 48

STUDI KASUS RAWAT INAP

Kelompok 4

PRAKTEK KERJA POFESI APOTEKER


RSUD BLAMBANGAN BANYUWANGI
ANGGOTA
KELOMPOK 4

Nargiss Lukman Hakim S.B. 192211101135


Niswatul A’yunil Ahsan 192211101136
Anjas Setya Prakasa 192211101137
Alvareza Shafira Viesta 192211101139
Norma Justika Elma S. 192211101140
Iqomatul Imamiyah 192211101141
Firda Noor Ivana 192211101142
Khoirun Nisak 192211101143
Latar Belakang
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit infeksi saluran pernapasan menular yang
disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2).

Awalnya, China melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan.
Pada tanggal 7 Januari 2020, China mengidentifikasi kasus tersebut sebagai jenis baru
coronavirus. Pada tanggal 11 Maret 2020, WHO sudah menetapkan COVID-19 sebagai pandemi.

per tanggal 25 Oktober 2020 SATGAS Penanganan COVID-19 melaporkan jumlah kasus
terkonfirmasi berjumlah 389.712 kasus, sembuh 313.764 kasus, dan meninggal 13.299 kasus.
Dengan jumlah tersebut, nilai (Case Fatality Rate/CFR di Indonesia adalah sekitar 4,2%

Transmisi SARS-CoV-2 terjadi terutama melalui droplet pernapasan dari kontak tatap muka dan
pada tingkat yang lebih rendah, melalui kontaminasi permukaan. Pasien yang terinfeksi virus ini
gejala yang ringan hingga berat yang mengharuskan pasien menjalani perawatan intensif di
rumah sakit.

Komorbiditas paling umum di rumah sakit termasuk hipertensi, diabetes, penyakit kardiovaskular,
penyakit paru kronis, penyakit ginjal kronis, keganasan, dan penyakit hati kronis. Pendekatan
multidisipliner sangat dibutuhkan dalam proses pengambilan keputusan masalah multi-morbiditas
yang dimiliki pasien
Etiologi

• Penyebab COVID-19 adalah virus Corona yang merupakan


keluarga Coronaviridae. Coronavirus merupakan virus RNA
strain tunggal positif, berkapsul dan tidak bersegmen.
• Virus Corona memiliki 4 genus yaitu
1. alphacoronavirus,
= virus corona yang menyebabkan wabah SARS
2. betacoronavirus, pada 2002-2004, yaitu Sarbecovirus. Sehingga,
International Committee on Taxonomy of Viruses
3. gammacoronavirus, dan (ICTV) memberikan nama penyebab COVID-19
sebagai SARS-CoV-2.
4. deltacoronavirus.
Patofisiologi

Terdiri dari:
• Subunit S1 sebagai pengatur receptor binding
domain (RBD).
• Subunit S2 memiliki fungsi dalam fusi membran antara sel
virus dan sel inang.

SARS-CoV-2 akan berikatan dengan reseptor angiotensin


converting enzyme 2 (ACE 2) yang ditemukan pada traktus
respiratorius bawah manusia dan enterosit usus kecil.
Setelah terjadi fusi, RNA virus akan dikeluarkan dalam
sitoplasma sel inang kemudian terjadilah proses sintesis virus
yang kemudian akan menginfeksi sel-sel manusia
Manifestasi Klinis

• rasa nyeri dan


tidak menunjukkan • Uncomplicated
sakit,
gejala apapun dan illness
• hidung tersumbat
tetap merasa sehat • Pneumonia
& pilek
ringan
• nyeri kepala,
• Pneumonia berat
• konjungtivitis,
• Acute Respiratory
• sakit
Distress
tenggorokan,
Syndrome
• diare,
(ARDS)
• hilang penciuman
• Sepsis
dan pembauan
• Syok sepsis
• ruam kulit
Definisi Operasional

Kasus Kasus
Suspek Probable

Kasus Kontak
Konfirmasi Erat
Diagnosis

Jenis spesimen:
 usap nasofaring dan
orofaring,
 sputum,
pemeriksaan dengan
 bronchoalveolar lavage,
metode deteksi
 tracheal aspirate, molekuler/NAAT (Nucleic
nasopharyngeal aspirate
atau nasal wash dalam Acid Amplification Test)
VTM, seperti RT-PCR
 Serum (2 sampel yaitu akut
dan konvalesen)
• Pneumonia adalah bentuk infeksi pernapasan akut yang menyerang paru-paru. Pada orang
yang sehat, kantung alveoli akan terisi udara saat bernafas, sedangkan pada pasien pneumonia alveoli
dipenuhi dengan nanah dan cairan sehingga mengakibatkan proses pernafasan terasa menyakitkan
dan membatasi asupan oksigen (WHO, 2019).
• Tanda dan gejala khas dari pneumonia adalah
demam, menggigil, dyspnea (sesak nafas), dan
batuk produktif yang menghasilkan sputum
berlendir dan berwarna atau hemoptysis, nyeri
dada karena pleuritis (G.Wells dkk., 2017).
Manajemen Terapi CAP di Rumah Sakit
Terapi Penggunaan Antibiotik Empiris Pada CAP
• Diabetes merupakan kondisi kronis yang disebabkan oleh kekurangan insulin mutlak atau
kekurangan insulin relatif akibat gangguan sekresi dan aksi insulin yang ditandai terjadinya
intoleransi glukosa simptomatik yang mengakibatkan hiperglikemia dan perubahan metabolisme
lipid dan protein.
Manifestasi Klinis Diabetes Melitus :
• A1C sebesar 6,5% atau lebih
• Puasa (tanpa asupan kalori selama minimal 8 jam) glukosa
plasma 126 mg / dL (7,0 mmol / L) atau lebih
• Glukosa plasma dua jam 200 mg / dL (11,1 mmol / L) atau
lebih selama uji toleransi glukosa oral (OGTT)
menggunakan muatan glukosa yang setara dengan 75 g
glukosa anhidrat yang dilarutkan dalam air
• Konsentrasi glukosa plasma acak 200 mg / dL (11,1 mmol
/ L) atau lebih dengan gejala klasik hiperglikemia atau
krisis hiperglikemik.
Algoritma Terapi DM Tipe 2
GAGAL JANTUNG (HEART FAILURE)
Gagal jantung (heart failure) adalah sindrom klinis progresif yang disebabkan
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh

Secara umum tatalaksana terapi gagal jantung telah diatur berdasarkan


stage yang ada, yaitu sebagai berikut:
HEPATITIS
Hepatitis adalah gangguan hati karena virus, ada Hepatitis B/HBV (DNA Orthohepadnavirus) dan
Hepatitis C/HCV (RNA). Faktor risiko terkena hepatitis yaitu lingkungan endemik hepatitis (afrika), bayi
lahir tanpa vaksin dan dari ibu HBsAg, narkoba suntik, homo seksual, pasien yg diterapi imunosupresan,
kenaikan AST ALT, penerima donor darah/bagian darah lainnya, semua wanita hamil, penderita ESRD,
HIV, HCV, tenaga medis kontak dengan penderita HIV, multiseksual, usia 19-59 DM yg belum divaksin.

Diagnosis: positif HbsAg+IgM (HBV) dan positif RNA HCV+Ig G (HCV)


Gejala: flu, demam, lemas, mual, muntah, diare, urin gelap, pruritus, nyeri perut
Tanda: jaudince, hepatomegali, splenomegali, HE bisa koma, palmar eitema
TATALAKSANA HEPATITIS
TATALAKSANA HEPATITIS (REAKTIF)
SEPSIS
Sepsis adalah tingkat keparahan dari suatu infeksi yang tidak dapat ditangani dengan baik dan tepat dalam
waktu yang lama. Sepsis menunjukkan sindrom infeksi yang jelek, dimana terjadi infeksi sistemik dengan
adanya mikroorganisme patogen atau toxinnya dalam darah.
ETIOLOGI SEPSIS

Perubahan hemodinamik  hipotensi, takikardia, oligo/anuria, penurunan aliran


darah ke ginjal dan hati menyebabkan ARF dan hepatic failure (HF)
Perubahan seluler  glucose intolerance, peningkatan gula darah
Perubahan respirasi  terjadi peningkatan asam organik yg memicu tjdnya asidosis
metabolik dan penurunan kadar bikarbonat  terjadi takipnea (nafas cepat) 
ARDS
Perubahan hematologi aktivasi koagulasi darah sistemik, mybb microvascular
trombus pd organ dan masalah perdarahan
Perubahan neurologi
TATALAKSANA SEPSIS
• Antibiotik empiris: antibiotik spektrum luas (1 jam selama sepsis) kemudian antibiotik dimonitoring
setiap hari, bila memungkikan dilakukan penggantian ke antibiotik spektrum sempit (pemberlakuan de-
eskalasi).
TATALAKSANA SEPSIS
• resusitasi cairan

• iontropik positif atau vasokontriksi


TATALAKSANA SEPSIS
• Injeksi glukosa (bila ada indikasi hipoglikemia)
• Hidrokortison (iv) pada pasien sepsis yang tekanan darahnya tetap rendah atau
tidak responsif dengan resusitasi cairan dan penambahan vasopresor/vasokontriksi
TATALAKSANA SEPSIS
BAB III
PHARMACEUTICAL CARE PLAN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : X
Umur : 45 tahun (Laki-laki)
Tanggal MRS : 17 April 2020
Tanggal KRS : 30 April 2020
Diagnosa : CAP, DM, Hepatitis, HHF, Edema Paru, Sepsis (PDP)

II. SUBYEKTIF
2.1 Keluhan Pasien
Tanggal (April)
Keluhan 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Sesak √ √ - - - -
Batuk √ √ - - - -

2.2 Riwayat Penyakit Dahulu : Hipertensi


2.3 Riwayat Pengobatan: MRS di rumah sakit NU.
2.4 Riwayat Keluarga/ Sosial : -
2.5 Alergi Obat : (disangkal)
2.6 Riwayat Lain: Bertemu dengan orang dari luar
III. OBYEKTIF
A . Pemeriksaan Fisik (18-04-2020)
Pemeriksaan Fisik Hasil
1. Kulit ...........
2. Kepala a-i-c-d I
3. Thorak Rh -+/-+
4. Abdomen Flat
5. Ekstremitas Hangat, edema -/-

B . Tanda-Tanda Vital
Tanggal (April)
Data Klinis Nilai Normal 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
TD 140/90 mmHg 133/ - - 136/ 129/ - - - - - - - -
(< 60 thn + DM) 80 94 76
Nadi 60-100 (x/menit) 95 - - - - - - - - 94 - - -
RR 20(x/menit) 32 - - - - - - - - 22 20 - -
Suhu 36,5-37,5 ºC - - 36 - - - - - - 36,8 - - -

Keterangan:
: Kondisi umum cukup
: Kondisi umum baik
C. Data Laboratorium dan Data Klinik
Tanggal (April)
Data Laboratorium Nilai Rujukan 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Leukosit 3,8-10,6 x 103/μL 18,5 18,5 - - - - - - - - - - 11,5 -
a. Lym 20-40 % 11,36 - - - - - - - - - - - 22,2 -
b. Mix 0,8-10,8 % 7.1 - - - - - - - - - - - 8,0 -
c. Neu 73,7-89.7% 81,3 - - - - - - - - - - - 69,8 -
Eritrosit 4,4-5,9 x 106/μL 4,11 - - - - - - - - - - - 4,02 -
a. MCV 80-100 Fl 82,2 - - - - - - - - - - - 80,1 -
b. MCH 26-34 pg 27,7 - - - - - - - - - - - 27,1 -
c. MCHC 32-36g/dL 33,7 - - - - - - - - - - - 33,9 -
Hemoglobin 13,2-18 g/dL 11,4 11,5 - - - - - - - - - - 10,9 -
Hematokrit/PCV 40-52% 33,8 - - - - - - - - - - - 32,2 -
Trombosit 150-440 x 103/μL 355 355 - - - - - - - - - - 533 -
GDA 70-125 mg/dL 194 195 231 - 153 - - - - - 139 139 - 137
BUN 8-25 mg/dL 24,07 24,07 - - 21,7 - - - - - - - - -
SCr 0,6-1,4 mg/dL 1,77 1,77 - - 1,63 - - - - - - - - -
SGOT <50 U/L 65,5 65,6 - - 20 - - - - - - - - -
SGPT <50 U/L 28,7 28,7 - - 9,6 - - - - - - - - -
HbA1C < 7% - - 8,6 - - - - - - - - - - -
GCS 456 - - 456 456 - - - - - - 456 456 456 -
NLR <3,13 - 7,15 - - - - - - - - - - - -
IV. TERAPI PASIEN
Obat Rute Dosis Tanggal Pemberian Obat
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
(KRS)
Levofloxacin i.v 1 x 750 mg √ - - - - - - - - - - - -

Farmavon i.v 3 x 1 amp √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - - -


Codein p.o 3 x 10 mg √ √ √ √ - - - - - - - - -
Azitromisin p.o 1 x 500 mg √ √ √ √ - - - - - - - - -

Ceftriaxon p.o - - - - - - - - - - - - -
Omeprazol i.v 2x1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Lasix i.v 2x1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - - -

O2 nasal - √ - - √ - - - - - - - -
Moxifloxacin i.v 1 x 400 mg - √ √ √ √ - √ √ √ - - - -

Glimepirid p.o 3 mg - - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Aminefron p.o 3x1 - - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Curcuma p.o 3x20 mg - - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Ins. Novorapid 3x4 IU - - - √ √ √ √ √ √ √ - - -

Moxifloxacin i.v (drip) 1 x 100 mg - - - - - √ - - - - - - -

Infus PZ (NS) i.v √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √


Lasix p.o 1x20 mg - - - - - - - - - √ √ √ √
Moxifloxacin p.o 1x400 mg - - - - - - - - - √ √ √ √
Spironolacton p.o 1x25 mg - - - - - - - - - √ √ √ √
Digoxin p.o 1x0,25 mg - - - - - - - - - √ √ √ √
Concor p.o 1 x 2,5 mg - - - - - - - - - √ √ √ √
CPG p.o 1x75 mg - - - - - - - - - √ √ √ √
Candesartan p.o 1x8 mg - - - - - - - - - √ √ √ √
Problem
medis :
HHF
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis kasus ini adalah sebaai berikut :

1. Ceftriaxkson disarankan untuk dihentikan


2. Levoflokasasin dihentikan
3. Moksifloksasin di-switch apabila kondisi pasien membaik
4. Farmavon dihentikan apabila batuk mereda
5. Glimepirid lanjut, tetap monitor gda
6. Konfirmasi ke dokter terkait penggunaan omeprazole karena efek samping dan
menyarankan penggantian dengan ranitidin
7. Lasix dapat di-switch ke per oral apabila kondisi pasien membaik
8. Terapi lainnya dapat dilanjutkan
DAFTAR PUSTALA

Alldrege, B. et al., 2013. Applied Therapeutic. Philadelphia: Walters Kluwer.

Cascella, M., Rajnik, M., Cuomo, A., Dulebohn, S. C., & Di Napoli, R. (2020). Features, evaluation and treatment coronavirus (COVID-19). In Statpearls [internet]. StatPearls Publishing.

Dipiro, J., Talbert, R.., Yee, G., Matzke, G., Wells, B., & Posey, L., 2008. Pharmacoterapy a Phatophysiologic Approach 7 ed. New York: Appleton & Lange.

Dipiro, J., Wells, B. & Dipiro, C., 2012. Pharmacoterapy Handbook. 9 ed. New York: Appleton & Lange.

Dipiro, J., Talbert, R.., Yee, G., Matzke, G., Wells, B., & Posey, L., 2015. Pharmacoterapy a Phatophysiologic Approach 10 ed. New York: Appleton & Lange.

2017 ACC/AHA/HFSA Focused Update of the 2013 ACCF/AHA Guideline for the Management of Heart Failure

DIH. 2009. Drug Infornation Handbook. 17th Edition. American Phamacist Association.

G.Wells, B., J. T. DiPiro, T. L. Schwinghammer, dan C. V. DiPiro. 2017. Pharmacotherapy Handbook,Tenth Edition. McGraw-Hill Companies.

Isbaniah, F. dan A. D. Susanto. 2020. Pneumonia Corona Virus Infection Disease -19 (COVID-19 ). Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RS
Persahabatan, Jakarta

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19). Jakarta: Indonesia

Lim, Wei Shen, dkk. 2009. The British Thoracic Society Guidelines For The Management Of Community Acquired Pneumonia In Adults Update 2009. British Thoracic Society Standards of Care Committee.

PDSKI. 2015. Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung Edisi pertama. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia.

Misnadiarly. 2008. Penyakit infeksi saluran nafas pneumonia pada anak, orang dewasa, dan usia lanjut. Jakarta: Pustaka Obor populer.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Pneumonia Komunitas, pedoman diagnosis & penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: PDPI.

.(Terlampir)

Anda mungkin juga menyukai