Anda di halaman 1dari 18

Asuhan Keperawatan Pada

Pasien DHF
By: Anita Rezki
BAB 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Mufidah (2012), berdasarkan data World Health Organization (WHO), diperkirakan 500.000 pasien DHF/DBD
membutuhkan perawatan di rumah sakit dalam setiap tahunnya dan sebagian besar penderitanya adalah anak-anak.
Ironisnya, sekitar 2,5% diantara pasien anak tersebut diperkirakan meninggal dunia.
DBD tahun 2015 sebanyak 1.071 orang dengan total penderita yang dilaporkan sebanyak 129.650 orang di
Indonesia dengan kasus terbanyak terjadi Indonesian di Jawa Timur Incidens Rate (IR) di Indonesia tahun 2015
sebesar 50,75% dan Case Fatality Rate (CFR) 0,83% (Kemenkes RI, 2016). Dinas Kesehatan DKI Jakarta
mencatat laporan tentang jumlah penderita demam berdarah dengue dari rumah sakit se DKI Jakarta. Tahun 2014
mengalami kenaikan jumlah penderita pada bulan Januari 1.826 penderita, Februari 2.088 penderita, Maret 2.812
penderita, April 2.815 penderita. Tahun 2015 mengalami kenaikan jumlah penderita pada bulan Februari 1.164
penderita, Maret 1.619 penderita, April 2.152 penderita. Pada tahun 2016 mengalami kenaikan jumlah penderita
pada bulan Februari 4.062 penderita, Maret 5.858 penderita, April 7.270 penderita. Tahun 2016 jumlah penderita
lebih tinggi jika dibanding tahun 2014 dan 2015. Sepanjang tahun 2016 daerah paling banyak penderita DBD ada
di kota Jakarta Timur sebanyak 12.271 penderita. Kemudian Jakarta Selatan sebanyak 8.865 penderita. Jakarta
Barat sebanyak 8.483 penderita. Sumber Subdin Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan DKI Jakarta.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan DHF yang di Rawat di Rumah Sakit?”
1.3 Tujuan
A. Tujuan Umum
Untuk mendeskripsikan kasus Asuhan Keperawatan pada Klien Anak dengan DHF yang di Rawat di Rumah
Sakit.
B. Tujuan Khusus
-Mengkaji Klien dengan DHF.
-Menegakkan Diagnosis Keperawatan pada Klien dengan DHF.
-Menyusun Perencanaan Keperawatan pada Klien dengan DHF.
-Melaksanakan Intervensi Keperawatan pada Klien dengan DHF.
-Mengevaluasi Klien dengan DHF.
BAB II

2.1 Pengertian DHF


Demam dengue atau DF dan demam berdarah dengue atau DBD
(dengue hemorrhagic fever disingkat DHF) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri
sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik.
Pada DHF terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokosentrasi (peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue yang ditandai
oleh renjatan atau syok (Nurarif & Kusuma 2015).
2.2 Etiologi
Etiologi dari Dengue Hemorragic Fever (DHF) menurut Doenges (2000)
yaitu Penyebab utama virus dengue tergolong albovirus Vektor utama : a) Aedes aegypti
b) Aedes albopictus
Adanya vektor tesebut berhubungan dengan :
a) Kebiasaan masyarakat
b) Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
c) Penyedaiaan air bersih yang langka
d) Daerah yang terjangkit DHF
e) Aedes aegypti betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang
2.3 Patafisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia. Hal tersebut
akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus sehingga menyebabkan
(pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, histamin) terjadinya: peningkatan suhu. Selain
itu viremia menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan
perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke intersisiel yang menyebabkan
hipovolemia. Trombositopenia dapat terjadi akibat dari penurunan produksi trombosit sebagai
reaksi dari antibodi melawan virus (Murwani 2018).
2.4 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada penderita DHF antara lain adalah (Nurarif
& Kusuma 2015) :
a) Demam dengue Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua atau lebih manifestasi
klinis sebagai berikut:
1) Nyeri kepala
2) Nyeri retro-orbital
3) Myalgia atau arthralgia
4) Ruam kulit
5) Manifestasi perdarahan seperti petekie atau uji bending positif
6) Leukopenia
7) Pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan DD/DBD
yang sudah di konfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama
b) Demam berdarah dengue
c) Sindrom syok dengue
2.5 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan pada penderita
DHF antara lain adalah (Wijayaningsih 2017) :
a. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit. Peningkatan nilai hematokri yang
selaludijumpai pada DHF merupakan indikator terjadinya perembesan plasma.
b.Uji Serologi = Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test) Uji serologi didasarkan atas timbulnya antibody pada penderita yang terjadi setelah
infeksi.
c. Uji hambatan hemaglutinasi Prinsip metode ini adalah mengukur campuran titer IgM dan IgG berdasarkan pada kemampuan antibody-
dengue yang dapat menghambat reaksi hemaglutinasi darah angsa oleh virus dengue yang
disebut reaksi hemaglutinasi inhibitor (HI).
d.Uji netralisasi (Neutralisasi Test = NT test) Merupakan uji serologi yang paling spesifik dan sensitif untuk virus dengue. Menggunakan
metode plague reduction neutralization test (PRNT). Plaque adalah daerah tempat virus menginfeksi sel dan batas yang jelas akan dilihat
terhadap sel di sekitar yang tidak terkena infeksi.
e. Uji ELISA anti dengue Uji ini mempunyai sensitivitas sama dengan uji Hemaglutination Inhibition (HI). Dan bahkan lebih sensitive dari
pada uji HI. Prinsip dari metode ini adalah mendeteksi adanya antibody IgM dan IgG di dalam serum penderita.
f. Rontgen Thorax : pada foto thorax (pada DHF grade III/ IV dan sebagian besar grade II) di dapatkan efusi pleura.
2.6 Penatalaksanaan

1) Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air sirup,
susu untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma,
demam, muntah, dan diare.
2) Berikan parasetamol bila demam, jangan berikan asetosal atau
ibuprofen karena dapat merangsang terjadinya perdarahan.
3) Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
4) Apabila terjadi perburukan klinis maka berikan tatalaksana sesuai
dengan tatalaksana syok terkompensasi.
2.7 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami demam berdarah dengue yaitu perdarahan
massif dan dengue shock syndrome (DSS) atau sindrom syok dengue (SSD). Syok sering
terjadi pada anak berusia kurang dari 10 tahun. Syok ditandai dengan nadi yang lemah dan
cepat sampai tidak teraba, tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau
sampai nol, tekanan darah menurun dibawah 80 mmHg atau sampai nol, terjadi penurunan
kesadaran, sianosis di sekitar mulut dan kulit ujung jari, hidung, telinga, dan kaki teraba dingin
dan lembab, pucat dan oliguria atau anuria (Pangaribuan 2017).
BAB III
ASKEP TEORITIS
3.1 Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan Identitas pasien, meliputi nama, umur, berat badan, jenis kelamin, alamat tempat tinggal, suku bangsa, agama, serta pekerjaan. Keluhan utama pasien biasanya
demam, mual dan muntah, nafsu makan menurun, nyeri otot, dan nyeri persendian.
b. Pengkajian kesehatan
1)Polanutrisi
Mual dan muntah,penurunan nafsu makan atau anoreksia,dengan tanda-tanda tidak menghabiskan porsi makan,muntah,dan mukosa bibir kering.
2) Sirkulasi
Terjadi takikardi, hipotensi, perdarahan, trombositopenia, leukopenia, ekimosis, epitaksis, dan hematemesis.
3) Nyeri
Nyeri tekan abdomen atau ulu hati, nyeri pada otot dan persendian.
4) Eliminasi
Melena,hematuria,konstipasi,diare.
5) Aktifitas
Kelemahan, kelelahan, nyeri otot dan persendian, serta mengalami gangguan pola tidur karena ketidaknyamanan yang di rasakan.
6) Cairan dan elektrolit
Dehidrasi ringan sampai berat.
7) Neurosensori
Penurunan kesadaran,pingsan,pusing.
8) Pernafasan
Takipnea,pernapasan dagkal.
9) Integumen
Petechiae,purpura,kulit dingin.
3.2 Diagnosa
a. Ketidak seimbagan cairan kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi.
b. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
perdarahan.
C. Hipertermia berhubungan dengan Infeksi.
3.3 Perencanaan Keperawatan

1. Ketidakseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi.

NOC NIC
tidak terjadi kekurangan cairan Managemen cairan dan elektrolit
1. Memantau tanda-tanda vital
Kriteria Hasil :
2. Pertahankan masukan dan pengeluaran
Menunjukan keseimbangan cairan akurat,perhatikan penurunan pengeluaran
adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, urine,keseimbangan cairan positif pada kalkulasi
membran mukosa 24 jam.
lembab, turgor kulit baik, dan tidak ada 3. Mengatur jadwal masukan cairan 24 jam. Dorong
muntah. makanan dengan kandungan cairan.
4. Kolaboasi dalam pemantauan pemeriksaan
laboratorium sesuai indikasi.
5. Kolaborasi pemberian cairan larutan IV sesuai
indikasi.
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
perdarahan.

NOC NIC
perfusi jaringan : perifer Penatalaksanaan sensasi perifer
1) Melakukan sirkulasi perifer secara
Kriteria Hasil : komprehensif: pemeriksaan pengisian
kapiler, tekanan darah, warna dan suhu
Tekanan darah dalam rentang yang ekstrimitas, membran mukosa.
diharapkan,denyut proksimal dan perifer
distal kuat dan simetris, tingkat sensasi 2) Catat keluhan rasa dingin, pertahankan
normal, warna kulit normal, suhu suhu lingkungan dan tubuh hangan
ekstrimitas hangat. sesuai indikasi.
3) wasi pemeriksaan laboratorium :
hemoglobin/hemotokrit dan jumlah sel
darah merah
3. Hipertermia berhubungan dengan penyakit.

NOC NIC
Thermoregulasi Managemen Demam, monitoring tanda vital
1) Pantau suhu pasien (derajat dan pola):
Kriteria Hasil : Suhu tubuh dalam rentang perhatikan menggigil/diaforesis.
normal, Nadi dan pernafasan dalam batas
2) Pantau suhu lingkungan, batasi dalam
normal.
pemakaian linen Atau selimut.
3) Anjurkan klien memakai pakaian
longgar dan tipis.
4) olaborasi pemberian obat antibiotik
3.4 Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan suau tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai
tujuan yang telah ditetapkan (Junaidi,2007).
3.5 Evaluasi Keperawatan
Menurut Asmadi (2005), evaluasi merupakan tahap akhir dari
suatu proses keperawatan yang juga merupakan suatu perbandingan yang sistematis dan
terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan
tenaga kesehatan yang lainnya.
3.6 Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan suatu pernyataan tentang kejadian atau aktivitas yang
otentik dengan memuat catatan tertulis.

Anda mungkin juga menyukai