Anda di halaman 1dari 17

Farmakologi

Antivirus (DBD)

Apt. Elis Susilawati, M.Si


PENDAHULUAN
• Demam berdarah dengue (DBD)  penyakit demam akut yang
disebabkan oleh virus dengue
• Manifestasi simptomatik infeksi virus dengue:
1. Demam tidak terdiferensiasi
2. Demam dengue (dengan atau tanpa perdarahan): demam akut
selama 2-7 hari, ditandai dengan 2 atau lebih manifestasi klinis (nyeri
kepala, nyeri retroorbital, mialgia/ atralgia, ruam kulit, manifestasi
perdarahan [petekie atau uji bendung positif], leukopenia) dan
pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan pasien yang
sudah dikonfirmasi menderita demam dengue/ DBD pada lokasi dan
waktu yang sama.
3. DBD (dengan atau tanpa renjatan)
ETIOLOGI

• disebabkan oleh virus dengue yang


menyebabkan gangguan pada pembuluh
darah kapiler dan pada sistem
pembekuan darah, sehingga
mengakibatkan perdarahan- perdarahan.
• Vektor yang berperan dalam penularan
penyakit ini adalah nyamuk Aedes
aegypti.
Cara Penularan
 3 faktor yang berperan pada penularan infeksi virus dengue:
1. Manusia
2. Virus
3. Vektor perantara

Nyamuk Aedes aegypti menggigit manusia yang sedang mengalami viremia (2 hari
sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul) virus yang berada di kelenjar liur
nyamuk berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) 
ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya ( virus memerlukan
waktu masa tunas 46 hari -intrinsik incubation period- sebelum menimbulkan penyakit)
Siklus Penularan DBD
DIAGNOSA Penegakan diagnosa (WHO)  2
kriteria:
1. Kriteria Klinik (pemeriksaan fisik dan keluhan pasien)
Derajat 1 : Demam disertai gejala khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah uji
Tourniquet positif.
Derajat 2 : Derajat 1 disertai perdarahan spontan di kulit dan/atau perdarahan lain.
Derajat 3 : Ditemukannya kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan nadi
menurun ( < 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang dingin, lembab dan penderita
menjadi gelisah.
Derajat 4 : Renjatan berat dengan nadi yang tidak dapat diraba dan tekanan darah yang
tidak dapat diukur
2. Kriteria Laboratorium:
 uji serologi
 isolasi virus
 deteksi antigen deteksi RNA/DNA menggunakan tehnik Polymerase Chain Reaction (PCR)
DIAGNOSA
Pemeriksaan laboratorium rutin untuk penderita DBD adalah jumlah trombosit
dan kadar hematokrit.
Hasil pemeriksaan laboratorium yang dapat menjadi pertanda penyakit demam
berdarah adalah:
1. Trombositopenia (jumlah trombosit darah < /mm3)
2. Hemokonsentrasi (jumlah hematokrit ≥ 20%)
Dua kriteria klinis pertama, ditambah dengan trombositopenia dan
hemokonsentrasi sudah cukup untuk menegakkan diagnosis klinis DBD.
Efusi pleura (tampak melalui rontgen dada) dan atau hipoalbuminemia menjadi
bukti penunjang adanya kebocoran plasma. Bukti ini sangat berguna terutama
pada pasien yang anemia dan atau mengalami perdarahan berat.
Pada kasus syok, jumlah hematokrit yang tinggi dan trombositopenia
memperkuat diagnosis terjadinya Dengue Shock Syndrom.
TUJUAN & SASARAN TERAPI

Mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan


permeabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan, serta mengobati gejala
yang timbul.
ALGORITME TERAPI
Mengacu pada protokol WHO. Protokol ini terbagi dalam 5 kategori,
sebagai berikut:
1. Penanganan tersangka DBD tanpa syok
2. Pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa di ruang rawat.
3. Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan hematokrit >20%
4. Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD dewasa
5. Tatalaksana sindroma syok dengue pada dewasa
TERAPI NON FARMAKOLOGI

 Minumlah air putih min. 20 gelas berukuran sedang setiap hari (lebih
banyak lebih baik)
 Menurunkan panas dengan minum obat penurun panas (paracetamol
misalnya)
 Minum minuman ion tambahan seperti pocari sweat
 Minuman lain yang disarankan: Jus jambu merah untuk meningkatkan
trombosit (ada juga yang menyarankan: daun angkak, daun jambu, dsb)
 Makanan yang bergizi dan usahakan makan dalam kuantitas yang banyak
(meskipun biasanya minat makan akan menurun drastis).
TERAPI FARMAKOLOGI

• Belum ada obat yang spesifik untuk demam berdarah


• pengobatan DB bersifat simptommatik dan supportif, (mengatasi
kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas
kapiler dan sebagai akibat pendarahan).
 Cairan pengganti (rekomendasi WHO) :
• Cairan Laktat Ringer.
• Cairan Glukosa 5% dalam 0,9% NaCl.
• Cairan Glukosa 5% dalam 0,45% NaCl.
• Cairan Glukosa 5% dalam'h Laktat Ringer.
• Cairan Glukosa 5% dalam 0,3% NaCl.
OUTCOME TERAPI
1. Tampak perbaikan secara klinis
2. Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
3. Tidak dijumpai distres pernafasan (disebabkan oleh efusi pleura
atau asidosis)
4. Hematokrit stabil
5. Jumlah trombosit cenderung naik > /pl
6. Tiga hari setelah syok teratasi
7. Nafsu makan membaik
MONITORING
Tanda vital dan kadar hematokrit harus dimonitor dan dievaluasi secara teratur.
• Nadi, tekanan darah, respirasi, dan temperatur harus dicatat setiap menit atau lebih sering, sampai syok
dapat teratasi.
• Kadar hematokrit harus diperiksa tiap 4-6 jam sekali sampai keadaan klinis pasien stabil.
• setiap pasien harus mempunyai formulir pemantauan, mengenai jenis cairan, jumlah, dan tetesan, untuk
menentukan apakah cairan yang diberikan sudah mencukupi.
• Jumlah dan frekuensi diuresis.

Pada pengobatan syok,  penggantian volume intravaskuler telah benar-benar terpenuhi dengan baik.
Apabila diuresis belum cukup 1 ml/kg/BB, sedang jumlah cairan sudah melebihi kebutuhan diperkuat
dengan tanda overload antara lain edema, pernapasan meningkat, maka selanjutnya furasemid 1
mg/kgBB dapat diberikan.
Pemantauan jumlah diuresis, kadar ureum dankreatinin tetap harus dilakukan. Tetapi, apabila diuresis
tetap belum mencukupi, pada umumnya syok belum dapat terkoreksi dengan baik, maka pemberian
dopamia perlu dipertimbangkan.

Anda mungkin juga menyukai