Anda di halaman 1dari 20

MIKOSIS PARU

PENDAHULUAN

Mikosis paru adalah gangguan paru disebabkan oleh kolonisasi jamur atau reaksi hipersensitif
terhadap jamur.
frekuensi mikosis paru meningkat dengan penyakit Sindrom Imunodefisiensi Akut (SIDA) dan
keganasan. Faktor predisposisi lainnya pemakaian obat-obat kortikosteroid, imunosupresif,
sitostatistika.
mikosis paru termasuk mikosis sistemik. Mikosis paru yang sering terjadi adalah aspergilosis,
kandidosis, kriptokokosis, pneumonia pneumositis, dan histoplasmosis.
gejala utama yang sering dijumpai berupa batuk, batuk kronik dengan dahak, kadang-kadang sesak
napas, batuk darah, sakit dada, dan demam.
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Mikosis paru disebabkan oleh infeksi/kolonisasi jamur atau reaksi hipersensitif terhadap jamur.

Klasifikasi
Riddell menglasifikasikan mikosis paru menjadi2:
• Aktinomisetes (aktinomikosis, nokardiomikosis).
• Ragi dan jamur menyerupai ragi (kriptokokosis, kandidosis).
• Jamur berfilamen (aspergillosis, mukormikosis).
• Jamur dimorfik (histoplasmosis, koksidiodomikosis, blastomikosis).
berdasarkan keberadaan jamur dalam tubuh, mikosis paru dibagi menjadi:
1. Mikosis paru yang disebabkan jamur pathogen, bisa bersifat:
• Endemik yaitu histoplasmosis, blastomikosis, koksidiodomikosis dan
parakoksidiodomikosis.
• Nonendemik yaitu kriptokokosis
2. Mikosis paru disebabkan jamur oportunis, yaitu aspergillosis, kandidosis, nokardiosis,
mukormikosis
1. Histoplasmosis

Histoplasmosis merupakan penyakit yang disebabkan jamur Histoplasma capsulatum. H. capsulatum bersifat dimorfik, hidup
dalam tanah yang mengandung kotoran burung, ayam, kelelawar. Manusia terinfeksi dengan terhirup spora H. capsulatum, tidak
ditularkan dari manusia ke manusia lainnya maupun dari hewan ke manusia atau sebaliknya.

Saat terinhalasi spora H capsulatum, beberapa spora berhasil menghindari pertahanan nonspesifik paru hingga mencapai alveolus.

Spora kemudian menjadi fase ragi dan bermultiplikasi dengan pembelahan biner. Pertahanan tubuh pertama yang berespon adalah
neutrofil, lalu diikuti dengan makrofag yang memfagosis ragi. Ragi difagosit tidak berhasil dibunuh, justru bermultiplikasi dalam tubuh
makrofag, menyebar ke hilus lalu ke seluruh tubuh.

sitokin proinflamasi dikeluarkan, seperti interleukin-12 (IL-12), interferon-γ (IFN-γ), tumor necrosis factor-α (TNF-α)

Penyembuhan lesi disertai fibrosis periferal. Area tengah berupa nekrosis yang terkapsulasi, seringkali disertai kalsifikasi

Gambaran histoplasmosis dengan kavitas


2. Kriptokokosis
Penyakit ini disebabkan oleh, Cryptococcus neoformans.Infeksi ini terjadi melalui alat pernapasan. Saat mencapai
alveolus, ragi tumbuh dan berkapsul. Makrofag alveolus merupakan pertahanan pertama terhadap C. neoformans.
Jamur ini memiliki protein antifagositik (Appl) yang menghambat jalur termediasi komplemen untuk perlekatan
dan ingesti ragi.
Infeksi primer di paru jarang menimbulkan gejala klinis. Gejala yang timbul menyerupai infeksi paru subakut
dengan batuk. Kebanyakan akan menimbulkan meningitis, terutama akibat disfungsi sel T dan sel natural killer
Foto toraks , gambaran yang bervariasi dan tidak spesifik, bisa berupa infiltrat, konsolidasi lobus, abses, nodul,
bentuk milier, adenopati hilus atau efusi pleura. Diagnosis ditegakkan bila menemukan Cryptococcus pada
pemeriksaan histopatologi atau isolasi Cryptococcus dari dahak, cairan bilasan bronkus, atau jaringan paru.
3. Aspergilosis
Penyakit ini disebabkan jamur Aspergillus, terutama spesies A. fumigatus. Jamur ini banyak berhamburan di udara
sehingga dihirup melalui saluran napas. Spora jamur terhirup, kolonisasi di permukaan mukosa. Jamur menembus
jaringan bila ada gangguan sistem imun, baik lokal atau sistemik. Bergantung kepada status imunologis dan genetic,
A. fumigatus dapat menimbulkan berbagai manifestasi yaitu
a) Allergic Bronchopulmonary Aspergillosis (ABPA) , merupakan manifestasi aspergillosis yang sering muncul.
Penyakit ini timbul akibat respons berlebihan imunoglobulin E (IgE) dan IgG terhadap pertumbuhan
intrabronkial jamur. IgE spesifik tersebut menyebabkan degranulasi sel mast, pelepasan mediator inflamasi, dan
reaksi
Manifestasi klinis ABPAbervariasi, berupa badan tidak enak, demam, sesak, sakit dada, wheezing, dahak purulent dan
batuk darah.
Berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, dan serologis, sudah dikenal 5 macam staging ABPA
seperti tercantum pada tabel
(ABPA), dengan bronkiektasis sentral
b) Aspergiloma
Aspergiloma terjadi pada pasien yang mempunyai kelainan anatomis paru, misal ada kavitas karena TB paru,
bronkiektasis, abses paru, tumor paru. Jamur tidak menembus sampai ke parenkim paru. Secara klinis,
hemoptysis (batuk darah) merupakan gejala utama yang dapat massif. Secara radiologis, Gambaran yang khas
dapat terlihat pada aspergiloma, yaitu fungus ball di dalam kavitas.
c) Aspergillosis Invasif
Aspergillosis pneumonia, infeksi jamur paru dijumpai pada pasien yang mempunyai kelainan sel neutrofil. Jamur
menimbulkan nekrosis dan infark multipel, jamur juga menyerbu pembuluh darah yang dapat menimbulkan
abses di otak, hati, kulit, dll. Karena yang diserang pembuluh darah, bisa menyebabkan hemoptisis ringan atau
perdarahan paru yang fatal.
d) Aspergillosis Kronik Nekrotizing
Penyakit ini merupakan bentuk aspergiloma dan aspergillosis invasif. Jamur tumbuh dan berkembang dalam
rongga udara yang tidak normal pada paru. Infeksi menyebar perlahan, menembus dan menghancurkan daerah
paru yang berdekatan, dijumpai lesi berongga pada lobus atas paru menyerupai gambaran tuberculosis yang
membentuk aspergiloma, atau awalnya aspergiloma kemudian menjadi invasive secara lokal. Gejala yang timbul
berupa sesak napas, batuk kronik, berdahak, berat badan menurun, keringat malam, demam, dan batuk darah
intermitten.
4. Kandidosis
Penyakit ini disebabkan oleh jamur spesies Candida, terutama C. albicans. Kandida dapat hidup
sebagai organisme komensal di mulut, saluran cerna dan vagina, tapi pada keadaan tertentu
dapat menjadi pathogen dan menyebabkan kandidosis.
Manifestasi klinis kandidosis paru bisa berupa:
Jamur hidup sebagai saprofit di saluran napas, misalnya pada penyakit paru kronik Kandidosis
primer, timbul karena aspirasi jamur dari rongga mulut. Manifestasi berupa pneumonia atau
dapat menyebar ke berbaga organ. Secara radiologis, menunjukkan bercak-bercak non-
homogen pada lobus kiri atas

Diagnosis dapat dipastikan dengan biopsi paru atau ditemukan


candida dalam jumlah banyak di dalam dahak dan sekret bronkus.
C. Diagnosis
Keluhan pasien mikosis paru mirip dengan keluhan penyakit paru, pada umumnya, tidak ada keluhan
patognomonik. Keluhan demam, batuk, sesak, dll
perlu diwaspadai sebagai gejala mikosis paru pada pasien dengan keadaan sebagai berikut:
Pada pemeriksaan fisis, sulit dibedakan dengan penyakit paru lainnya. Pemeriksaan penunjang untuk
mendiagnosis mikosis paru antara lain pemeriksaan radiologi, pemeriksaan laboratorium klinik tertentu,
serta pemeriksaan mikologi. Gambaran foto toraks pada sebagian besar mikosis paru tidak menunjukkan
ciri khas, dapat ditemukan infiltrat interstisial, konsolidasi, nodul multipel, kavitas, efusi pleura.
Gambaran yang khas dapat terlihat pada aspergiloma, yaitu fungus ball di dalam kavitas pada pemeriksaan
foto toraks.
Hasil laboratorium rutin berkaitan dengan mikosis paru adalah peningkatan jumlah sel eosinofil. Metode
laboratorium untuk mendiagnosis mikosis paru dilakukan melalui tiga pendekatan penting,
yaitu: pemeriksaan mikroskopik, isolasi dan identifikasi jamur. Biakan spesimen maupun hasil biopsi
jaringan masih menjadi baku emas diagnosis mikosis paru.
1. Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik langsung dilakukan dengan menambahkan laritan garam fisiologis, KOH
10%. Teknik pewarnaan dapat dilakukan dengan Giemsa, gomori methenamin silver (GMS), calcofluor,
maupun deteksi antibodi monoklonal dengan pewarnaan imunofluoresens.

2. Biakan
Pemeriksaan biakan jamur yang berasal dari berbagai spesimen respirasi memiliki nilai diagnostik
bervariasi, tergantung pada spesies jamur, asal spesimen serta derajat penyakit yang dialami pasien.
Penting dilakukan untuk identifikasi spesies secara konvensional maupun uji kepekaan jamur terhadap
obat-obat antijamur.

3. Serologi
Uji serologi secara tradisional digunakan untuk mendeteksi reaktivitas antibodi pejamu terhadap elemen-
elemen jamur. Nilai diagnostiknya sangat terbatas, sehingga perlu berhati-hati dalam menentukan
interpretasi hasil. Dewasa ini telah dikembangkan deteksi antigen yang memiliki nilai diagnostik lebiih
tinggi. Uji ini didasarkan atas deteksi komponen dinding jamur yang dilepaskan ke aliran darah atau
cairan tubuh lain pada saat jamur berproliferasi.
Tabel 1. Kriteria faktor pejamu, gambaran klinis dan hasil pemeriksaan mikologi 1
Kriteria Deskripsi

Faktor pejamu Neutropenia (neutrofil <500/mm3 selama >10 hari)


Menerima transplantasi sumsum tulang alogenik
Menerima terapi kortikosteroid jangka panjang dengan rerata
dosis minimal setara prednison 0,3 mg/kg/hari selama >3
minggu
Menerima terapi imunosupresan sel-T misalnya siklosporin,
penyekat TNF-alfa, antibodi monoklonal spesifik (misalnya
alemtuzumab), atau analog nukleosida dalam 90 hari terakhir.
Mengalami imunodefisiensi primer berat (misalnya penyakit
granulomatosa kronik atau imunodefisiensi berat lainnya)
Gambaran klinis Mayor
Terdapat salah satu dari tiga kondisi berikut pada CT-scan: lesi
padat dengan atau tanpa halo sign, air-crescent sign atau kavitas.
Minor
Gejala infeksi saluran napas bawah (misalnya batuk, Nyeri
dada, sesak napas, hemoptisis)
Pemeriksaan fisis terdapat pleural rub
Gambaran infiltrat baru yang tidak sesuai kriteria mayor
Hasil mikologi Pemeriksaan langsung

Ditemukan elemen jamur kapang dari spesimen sputum,


bilasan bronkus, aspirat sinus

Pertumbuhan jamur kapang dalam medium biakan


Pemeriksaan tidak langsung

Aspergilosis: antigen galaktomanan terdeteksi Dalam


plasma, serum.

Penyakit jamur invasif selain kriptokokus dan zigomikosis:


beta-glucan terdeteksi dalam serum
Sediaan Indikasi Dosis
Amfoterisin B blastomikosis,kandidosis, 0.25–1 mg/kg/hari 1. Golongan polien
deoksikolat koksidioidomikosis,mukcormikosis,
Golongan polien termasuk amfoterisin-B (AmB),
(Fungizone) basidiobolus,conidiobolus 0.7–1 mg/kg/hari
0.5–1 mg/kg/hari
nistatin dan natamisin. Cara
Histoplasmosis,sporotrikosis 0.7–1 mg/kg/hari
0.7 mg/kg/hari 5 mg/kg/hari
kerjanya adalah merusak membran sel jamur dengan cara
Kriptokokus ringan-sedang atau non-SSP
berikatan dengan ergosterol (komponen penting dinding sel),
Kriptokokosis berat atau SSP
sehingga permeabilitas selular meningkat dan terjadi
Kompleks lipid Meningitis kriptokokal (+HIV) 5 mg/kg/hari
kebocoran isi sel yang berakibat kematian jamur Saat ini
amfoterisin B (Abelcet)
Infeksi jamur invasif pada pasien yang 3 mg/kg/hari golongan polien yang tersedia di Indonesia adalah
refrakter atau intoleran terhadap terapi
amfoterisin-B konvesional amfoterisin-B deoksikolat (fungizone) dan nistatin.
Amfoterisin B Terapi empiris pada pasien demam, 6 mg/kg/hari
liposomal (Ambisome) netropenia, dan diduga mengalami infeksi
jamur Meningitis kriptokokal
(+ HIV)

Amfoterisin B colloidal Infeksi Aspergillus sp., Candida sp., dan atau 3–5 mg/kg/hari
dispersion (Amphotec) Cryptococcus sp. Aspergilosis invasif pada 3–4 mg/kg/hari
pasien dengan gangguan
2. Flusitosin
Turunan pirimidin ini aktif terhadap infeksi
Candida, Cryptococcus. Cara kerjanya
dengan mengganggu sintesis asam nukleat. Mudah
mengalami resistensi. Absorpsi oral baik, disekresi
dalam urin. Obat ini terdistribusi baik dalam SSP dan
dapat dikombinasikan dengan amfoterisin-B untuk
infeksi jamur sistemik. Efek samping meliputi
neutropenia, trombositopenia. Perlu dilakukan
pengawasan terhadap kemungkiman terjadinya gangguan
fungsi ginjal. Obat ini tidak tersedia di Indonesia
3. Golongan azol
Selama lebih dari dua dekade, antijamur
golongan azol telah digunakan dalam praktek
klinis. Golongan azol diklasifikasikan menjadi dua
kelas berbeda:
a) imidazol (misalnya klotrimazol, mikonazol dan
ketokonazol)
b) triazol (flukonazol, itrakonazol, vorikonazol dan
posakonazol)

Cara kerja obat golongan azol adalah


mengganggu sintesis ergosterol, suatu komponen
penting dalam membran sel jamur. Efek ini terjadi
melalui penghambatan enzim lanosterol 14-alfa
demetilase yang berperan mengubah lanosterol
menjadi ergosterol, sehingga gangguan struktur
normal membran sel. Selanjutnya pertumbuhan
jamur akan terhambat (efek fungistatik)
Respons terapi OAJ
Luaran klinis, respons Kriteria

Sukses

Respons komplit Membaik selama periode pengamatan, resolusi semua gejala

klinis dan kelainan radiologi, serta bukti mikologi (eradikasi

Respons parsial jamur).

Membaik selama periode pengamatan, perbaikan gejala klinis

dan kelainan radiologi, serta bukti biakan jamur steril atau

penurunan beban/jumlah jamur yang ditentukan secara

kuantitatif dengan petanda laboratorium.

Gagal

Respons menetap (stable) Membaik selama periode pengamatan, perbaikan minor atau

tanpa perbaikan dalam penyakit jamur, tetapi tidak ada bukti

progresif berdasarkan kriteria klinis, radiologis dan

Progresif laboratoris.

Bukti progresivitas penyakit berdasarkan kriteria klonis,

Kematian radiologis dan laboratoris.

Kematian dalam periode pengamatan oleh sebab apapun.


THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai