LAPORAN KASUS
‘Talasemia’
Oleh :
Martina Lovenia Romaito
FA B 11 8 0 5 5
Pembimbing :
d r. A n d a r J u a n R i v a i P. S i t a n g g a n g , M . S c , S p . A
PENDAHULUAN
Talasemia
WHO : 7 % populasi global → Usia angka harapan hidup
pembawa talasemia beta → sebagian talasemia → rata-rata 8-10 tahun
besar di negara berkembang
Penanganan adekuat/optimal →
Indonesia : Frekuensi gen talasemia usia angka harapan hidup ↑ →
beta 3-10% dekade keempat
KASUS
4
ANAMNESIS
IDENTITAS PASIEN
Nama penderita : An. NA
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat/tanggal lahir : Palangka Raya, 13 Juli 2007
Umur : 13 tahun 6 Bulan
.....Anamnesis 5
AYAH IBU
• Saat usia 2 tahun anaknya pertama kali mengalami pucat, badan lemas,
demam, rewel dan sulit makan.
• Sampai usianya 3 tahun, pucat semakin sering dan tak kunjung membaik
• Berobat ke Banjarmasin dilakukan pemeriksaan darah, kemudian
didiagnosis talasemia.
• Sejak saat itu tersebut anak rutin mendapatkan transfusi sampai saat ini.
.....Anamnesis 8
Riwayat Keluarga
Riwayat Kehamilan dan • Riwayat ikterik neonatorum dengan riwayat kelahiran seksio
Persalinan Sekarang dan
sesarea, ditolong dokter, cukup bulan, segera menangis.
Sebelumnya
PEMERIKSAAN FISIK
Usia : 13 tahun
LK : 53 cm
Interpretasi : Antara -2
dan +2 SD →
Normosefali
...Pemeriksaan Fisik 12
Usia : 13 tahun
TB : 138 cm
Interpretasi :
TB/U : < persentil 3 →
Perawakan pendek
...Pemeriksaan Fisik 13
Usia : 13 tahun
LLA : 21 cm
Interpretasi :
LLA/U : (21/24) x 100 % =
87,5 % → Gizi baik
...Pemeriksaan Fisik 14
Usia : 13 tahun
Tekanan darah : 110/70 mmHg
TB/U : <P3
Tekanan darah persentil dari TB →
P5
Sistolik : Diastolik :
P50 104 P50 62
P90 117 P90 76
P95 121 095 80
P99 128 P99 87
Ekstremitas Akral hangat, sianosis (-), CRT ≤ 2 detik, pucat (+), ikterik (-)
.....Pemeriksaan Fisik 19
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Parameter Hasil Nilai normal
DIAGNOSIS
• Talasemia
• Anemia mikrositik hipokromik
• Perawakan Pendek
• Pubertas terlambat
• Gizi Baik
22
TATA L A K S A N A
PROGNOSIS
• Quo ad vitam : Dubia ad bonam
• Quo ad functionam : Dubia ad bonam
• Quo ad sanationam : Dubia ad malam
23
TINJAUAN PUSTAKA
24
DEFINISI
EPIDEMIOLOGI
World Bank :
7% populasi dunia → pembawa sifat talasemia.
300.000-500.000 bayi baru lahir → kelainan Hb
berat
50.000-100.000 anak meninggal → talasemia β →
80% berasal dari negara berkembang.
Indonesia → salah satu negara sabuk talasemia
dunia (3-10%)
Kemenkes (2018)
26
KLASIFIKASI
Talasemia Mayor
Klinis Talasemia Minor
Talasemia Intermediet
PAT O F I S I O L O G I
DIAGNOSIS
ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK
High Performance
Morfologi Darah Liquid
Darah Lengkap Chromatography
Tepi
(HPLC)
KOMPLIKASI
Komplikasi Infeksi
Komplikasi Endokrin
Penyebabnya terutama → Komplikasi Sistem
toksisitas besi Muskuloskeletal
TATA L A K S A N A
SUPORTIF DEFINITIF
Transfusi darah
Kelasi besi Bone marrow
Suplemen dan transplantation
nutrisi (BMT)
Splenektomi
Vaksinasi Genetic therapy
Psikososial
PEMBAHASAN
33
ANAMNESIS
TEORI KASUS
Ggn. Oksigenasi ke
pembentukan/ ↑ Hb ↓ Pucat, badan
jaringan dan sel
destruksi eritrosit berkurang ↓
lemas
PEMERIKSAAN FISIK
TEORI KASUS
• KU : tampak pucat, facies cooley
• Tampak pucat. • TTV normal (TD; 110/70mmHg, N; 98x/m, RR;
• Sklera tampak ikterik 22x/m, Suhu; 36,50C)
• Facies Cooley • Perawakan pendek (TB/U <P-3)
• Gizi baik (LLA/U 87,5%)
• Hepatosplenomegali
• Kulit coklat-kekuningan (Hiperpigmentasi)
• Gagal tumbuh • Konjungtiva anemis +/+
• Gizi kurang, perawakan • Splenomegali schuffner 5, permukaan rata, tepi
pendek tumpul, konsistensi padat, nyeri tekan (-), batas tegas
• Pubertas terlambat • Hepatomegali 3 cm dari arcus costa, 3 cm dari
• Hiperpigmentasi kulit procesus xiphoideus, permukaan rata, tepi tumpul,
konsistensi padat, nyeri tekan (-), batas tegas
• Ekstremitas pucat +/+
36
↑ katabolisme Bilirubin
↑ timbunan besi Ikterik
Hb indirek ↑
Hepatomegali
Pertumbuhan
Eritropoiesis ↑ destruksi berlebih pada tulang
eritrosit di limpa
inefektif
Vena lienalis
Lapisan basal Warna kulit terhambat → Facies cooley
epidermis kecoklatan Splenomegali
37
Ggn. penggunaan
Ggn.
Hipoksia kronis nutrien pada tingkat
pertumbuhan
sel
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TEORI KASUS
• Hb ↓ • Hb : 6,3 g/dl
• MCV ↓ • MCV : 67,61fL
• MCH ↓ • MCH : 22,41 pg
• Eritrosit : 2,81 x 10 /ul
6
• Eritrosit ↓
• Trombosit : 158 x 103/ul
• Leukosit ↓ • Elektrofoesis Hb : Tidak
• Trombosit ↓ dilakukan
• Ferritin Serum ↑ • Ferritin Serum : Tidak
• Elektrofoesis Hb ↑ dilakukan
39
TATA L A K S A N A
• Deferasiroks dengan
• Transfusi PRC dosis total yang
250+250+250 cc diberikan adalah 1 x
• Inj. Dexamethasone 660 mg
40
KOMPLIKASI
TEORI KASUS
MONITORING
Sebelum transfusi
3 bulan
Darah perifer
lengkap dan fungsi Tinggi badan, berat 6 bulan
hati badan 1 tahun
Feritin
Pertumbuhan,
perkembangan, status
besi, fungsi jantung,
fungsi endokrin, visual,
pendengaran, serologi
virus.
42
Pucat, lemas
Riwayat transfusi dan Transfusi Darah
konsumsi obat xjade Talasemia
Riwayat Keluarga
Facies Cooley Kelasi Besi Ad vitam
Hepatosplenomegali 1. Gg.
Hiperpigmentasi kulit Endokrin ●
Dubia ad bonam
Anemia Mikrositik Mikronutrien
Hipokromik Ad functionam
Belum menstruasi Pubertas 2. Ggn.
terlambat Pertumbuhan ●
Dubia ad bonam
R. Makanan dengan Keb. Kalori
kualitas kurang dan 40 x 46= 1840 Ad sanationam
kuantitas cukup Perawakan kkal
TB/U 83,3% Pendek ●
Dubia ad malam
43
KESIMPULAN
Telah ditegakkan diagnosis talasemia pada An. NA, 13 tahun 6 bulan didapatkan dari
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Tatalaksana→ Suportif
• Transfusi PRC, kelasi besi, suplemen/nutrisi, psikososial
44
D A F TA R P U S TA K A
1. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. 8 ed. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2016.
2. Permono B, Sutaryo, Ugrasena, Endang W, Maria A. Buku Ajar Hemotologi-Onkologi Anak. 3 ed. Jakarta: Badan Penerbit IDAI;
2010.
3. Wulandari RD. Kelainan pada Sintesis Hemoglobin: Thalassemia dan Epidemiologi Thalassemia. Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya
Kusuma. 2016;5(2):33–43.
4. Zainuddin V, Agus A, Mansyur A. Talasemia Beta Hemoglobin E. Indonesia Journal of Clinical Pathology Medical Laboratory.
2015;21(3):309–12.
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran, Tatalaksana Thalasemia. In Jakarta; 2018.
6. Rujito L. Talasemia: Genetik Dasar dan Pengelolaan Terkini. 1 ed. Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman; 2019. 90 hal.
7. Lanzkowsky P. Lanzkowsky’s Manual of Pediatric Hematology and Oncology. 6 ed. The Surgery of Childhood Tumors. Elsevier;
2016.
8. Hoffbrand A, Moss. Kapita Selekta Hematologi. 6 ed. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2017.
9. Silberstein, Do V. The Thalassemias. Reference Module Biomedical Research. 2014;1(December):1060–6.
10.Silbernagl S, Lang F. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2014.
11.Bagus P, Intanri Kurniati. Pendekatan Diagnosis Berbasis Molekuler pada Pasien Talasemia. Medula. 2019;9(2):339–45.
12.Aisyi M, Tumbelaka AR. Pola Penyakit Infeksi pada Thalassemia. Sari Pediatri. 2003;5(1):27–33.
13.Moeryono H, Fajar S, Aditya S. Pubertas Terlambat Pada Anak Thalassemia di RSAB Harapan Kita Jakarta. Sari Pediatr. 2012;14(3).
14.Pramita D, Batubara JR. Pubertas Terlambat pada Thalassemia Mayor. Sari Pediatri. 2003;5(1):4–11.
15.Nienhuis AW, Nathan DG. Pathophysiology and Clinical Manifestations of the β-Thalassemias. Cold Spring Harb Perspect Med.
2012;2(12):1–13.
16.Rembulan A. Indeks RDW dan Mentzer sebagai Uji Skrinning Diagnosis Thalassemia. Majority. 2015;4(7):7–12.
45
.....Daftar Pustaka
17. Esti S, Wiharto, Novi K. Identifikasi Anemia Thalasemia Betha Mayor Berdasarkan Morfologi Sel Darah
Merah. Scientific Journal Informatics. 2015;2(1):15–28.
18. Salim E, Suldiah, Amsyar P, Kartin A. Pedoman Praktik Klinik Rumah Sakit Umum Daerah Undata. In Palu: Departemen Ilmu
Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako; 2015. hal. 285.
19. Dewi DR, Swastini DA. Majalah Patologi Klinik Indonesia dan Laboratorium Medik. Indonesia Journal Clinical Pathology Medical
Laboratory [Internet]. 2005;12(1):9–15.
20. Marcdante K, Robert K, Hal J, Richard B. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. 6 ed. Jakarta: Saunders Elsevier; 2014. 877 hal.
21. IDAI. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2009.
22. Arimbawa M, Ketut A. Profil Pertumbuhan, Hemoglobin Pre-transfusi, Kadar Feritin, dan Usia Tulang Anak pada Thalassemia
Mayor. Sari Pediatri. 2011;13(4):299–304.
23. Abdul L, Tumbelaka A, Matondang C, Chair I, Bisanto J, Abdoerachman H, et al. Pemeriksaan Klinis Pada Bayi dan Anak. 3 ed.
Jakarta: Sagung Seto; 2014.
25. Luszy A, Sri N. Masalah Nutrisi Pada Thalassemia. Sari Pediatri. 2003;5(1):21–6.
46
S E K I A N DA N T E R I M A K A S I H