Anda di halaman 1dari 54

PRESENTASI KASUS

PNEUMONIA

Pembimbing : dr. Woro Triaksiwi W. Msc. Sp.A


Anita Dwi Rachmawati- 20110310066
Laporan Kasus
 IDENTITAS
 Nama : An . M
 Umur : 1 tahun 4 bulan
 Jenis Kelamin : Laki – laki
 Berat Badan : 11 kg
 Tinggi Badan : 78 cm
 Alamat : Kalimalang 4/4, Mertoyudan
 Tanggal masuk RS : 20 Juli 2016
 Tanggal keluar RS : 23 Juli 2016
ANAMNESIS

Dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu pasien


 Keluhan Utama : batuk dan sesak nafas
 Keluhan Tambahan : demam
 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada 20 Juli 2016 pukul 17.00 pasien diantar ibunya datang
ke IGD RSUD Tidar Magelang dengan keluhan batuk, pilek dan sesak
nafas disertai demam sejak 7 hari yang lalu. Batuk berulang dan
produktif, tidak disertai suara mengi atau mengorok. Dahak kental,
warna kuning, tidak berbau, dan tidak ada darah, tidak ada riwayat
tersedak. Sesak tidak berhubungan dengan cuaca maupun aktifitas
fisik. Penderita juga mengalami demam, naik turun, tidak disertai
menggigil dan kejang. Muntah (-), BAB/BAK (+) n, nafsu makan
normal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
 Riwayat sering gatal dan sering pilek disangkal
 Ibu pasien mengaku, pasien pernah mengalami keluhan yang
serupa 4 bulan yang lalu, dan sempat dirawat inap di RSUD
Tidar Magelang. Tetapi setelah diperbolehkan pulang pasien tak
pernah kontrol.

Riwayat Penyakit Keluarga :


 Riwayat sesak nafas dalam keluarga disangkal
 Tak ada keluarga yang sedang atau pernah dalam pegobatan
penyakit paru-paru.
 Tidak ada riwayat atopik pada orang tua pasien.
 Riwayat asma dalam keluarga disangkal
Riwayat Kehamilan dan Persalinan :
 1. Antenatal
Pasien lahir dari ibu G2P1A0 saat ibu berusia 30 tahun
dengan usia kehamilan cukup bulan. Ibu rutin melakukan ANC
di bidan. Riwayat muntah diawal kehamilan, perdarahan,
trauma, bengkak anggota gerak, sakit selama kehamilan, dan
minum obat-obatan selama kehamilan disangkal.
 2. Natal
Pasien lahir spontan di bidan, kehamilan cukup bulan,
berat lahir 3100 gram, dan langsung menangis saat dilahirkan.
Riwayat bayi asfiksia, infeksi, kuning, dan trauma lahir
disangkal. Kondisi ibu dan bayi sehat setelah melahirkan.
 3. Post Natal
Bayi dalam keadaan sehat, ASI eksklusif diberikan
hingga umur 6 bulan. Rutin ke puskesmas setiap bulan
untuk menimbang badan dan mendapat imunisasi.
Riwayat Imunisasi :
 Ibu pasien rajin membawa pasien ke posyandu untuk
imunisasi.
 BCG : pada umur 1 bulan
 Hep B : 3x pada usia 1 minggu, 2 dan 3 bulan
 DPT : 3x pada usia 2, 3, 4 bulan
 Polio : 4x pada usia 2 hari, 2, 3, 4 bulan
 Campak : 1x pada usia 9 bulan

Kesimpulan : imunisasi dasar lengkap sesuai Depkes


Riwayat Makan Minum
 Usia 0-6 bulan : ASI eksklusif, frekuensi minum ASI tiap
kali bayi menangis dan tampak kehausan, sehari
biasanya lebih dari 8 kali dan lama menyusui 10 menit,
bergantian kiri kanan.
 Usia 6-8 bulan : bubur susu 2-3 kali sehari satu mangkok
kecil, dengan diselingi dengan ASI jika bayi lapar. Buah
pisang/pepaya sekali sehari satu potong (siang hari).
 Usia 8-12 bulan : nasi tim 3 kali sehari satu mangkok kecil
dengan sayur hijau/wortel, lauk ikan /tempe, dengan
diselingi dengan ASI jika bayi masih lapar. Buah
pepaya/pisang sehari 2 potong.
 Usia 1 tahun - sekarang : diperkenalkan dengan makanan
dewasa dengan sayur bervariasi dan lauk ikan, ayam
/tempe, porsi menyesuaikan, 3 kali sehari. ASI masih tapi
hanya kadang-kadang. Buah pepaya/pisang/jeruk jumlah
menyesuaikan.
Kesan : kualitas dan kuantitas cukup
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Motorik Kasar
 Mengangkat kepala : 3 bulan
 Tengkurap kepala tegak : 4 bulan
 Duduk sendiri : 6 bulan
 Berdiri sendiri : 11 bulan
 Berjalan : 13 bulan

Bahasa
 Bersuara “aah/ooh” : 2,5 bulan
 Berkata (tidak spesifik) : 8,5 bulan

Motorik halus
 Memegang benda : 3,5 bulan

Personal sosial
 Tersenyum : 2 bulan
 Mulai makan : 6 bulan
 Tepuk tangan : 9 bulan

Kesan : pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia


Riwayat Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan
Pasien adalah anak kedua dari 2 bersaudara.
Ayah pasien bekerja sebagai buruh pabrik, ibu pasien
juga bekerja sebagai buruh cuci, dan kakak laki-laki
pasien berusia 5 tahun. Penghasilan dari orang tua
untuk memenuhi kebutuhan mereka dirasa kurang.
Lingkungan rumah tidak begitu padat, terdapat
perokok aktif (ayah pasien), kebersihan dirasa kurang.
 Anamnesis Sistem
 Sistem serebrospinal : pasien sadar, demam, sakit kepala (-),
gangguan neurologis (-)

 Sistem kardiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-)

 Sistem respiratorius : sesak nafas (+), nafas cepat (+), batuk


(+), pilek (-), mimisan (-)

 Sistem gastrointestinal: perdarahan gusi (-), mual (-), muntah (-),


BAB (+) normal

 Sistem urogenital : BAK (+) normal, nyeri saat BAK (-)

 Sistem integumentum : turgor kulit baik, luka (-), ptekie (-),


purpura (-)

 Sistem mukuloskeletal : gerakan bebas kekuatan dan sensibilitas


normal, nyeri sendi (-), bengkak pada sendi (-)
 Keadaan Umum : Sedang,  Status Gizi :
tampak sesak  BB = 11 kg
 Kesadaran : Compos  TB = 78 cm
mentis  Usia : 1,4 th
 Vital Sign Berdasarkan WHO growth
 Nadi: 136 kpm, teratur, chart standart, status gizi
pasien :
kuat angkat, isi dan
tegangan cukup  BB/TB: 11/78= -2SD s/d 2SD (
normal )
 Pernafasan : 60 kpm,  TB/U: 78/1,4= -2SD s/d 2SD (
tipe thorakoabdominal normal )
 Suhu : 39,80 C  BB/U: 11/1,4= 2SD s/d 2SD (
gizi baik )
BB/U: 11/1,4= -2SD s/d 2SD ( gizi baik )
TB/U: 78/1,4= -2SD s/d 2SD ( normal )
BB/TB: 11/78= -2SD s/d 2SD ( normal )
PEMERIKSAAN FISIK
 Pemeriksaan Kepala
Bentuk mesochephal, rambut hitam, distribusi merata
 Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : nafas cuping hidung (+), sekret (-), epistaksis (-
)
 Mulut : bibir pucat (+), sianosis (-), stomatitis angularis
(-), glositis (-), lidah kotor (-), atrofi lidah (-), nyeri telan
(-), faring hiperemis (-), tonsil T1-T1

 Pemeriksaan Leher
Tak tampak adanya pembesaran limfonodi
Pemeriksaan Thoraks
Paru – paru :
 Inspeksi  Simetris kanan kiri, tidak ada deformitas, tidak
ada ketinggalan gerak, retraksi dinding dada intercosta (+)
 Palpasi  Vokal fremitus seimbang antara paru-paru kanan
dan kiri, tidak ada pembesaran limfonodi axilaries.
 Perkusi  Lapang paru sonor dan bag lobus inferior pekak
 Auskultasi  Suara dasar paru vesikuler, suara tambahan
ada, ronkhi basah halus (+/+), wheezing (-/-)
Jantung :
 Inspeksi : Ictus cordis tak terlihat
 Palpasi : Ictus cordis tak teraba
 Perkusi : Batas Jantung
Kanan atas : SIC II Linea Para Sternalis dextra
Kanan bawah : SIC IV LPS dextra
Kiri atas : SIC II Linea Mid Clavicula sinistra
Kiri bawah : SIC IV LMC sinistra
 Auskultasi
SI-SII reguler, tunggal, tidak terdapat bising jantung
Pemeriksaan Abdomen
 Inspeksi : datar, dinding dada // dinding perut, massa
(-), sikatrik (-), tanda-tanda radang (-)
 Auskultasi : peristaltik (+) normal
 Perkusi : timpani (+)
 Palpasi : supel, nyeri tekan (-), turgor kulit baik

Pemeriksaan Ekstremitas
Simetris, sianosis (-), akral hangat, deformitas (-), gerak
aktif
Pemeriksaan Neurologis Rangsang Meningeal :
 - Kaku Kuduk : (-)
Refleks fisiologis :  - Kernig Sign : (-)
 - Patella : +/+  - Brudzinski 1 : (-)
 - Achiles : +/+  - Brudzinski 2 : (-)
 - Trisep : +/+
 - Bisep : +/+ MOTORIK
• Gerakan : baik
• Kekuatan : baik
Refleks patologis : • Tonus : eutoni / eutoni
 - Babinski : (+) • Trofi : eutrofi / eutrofi
 - Oppenheim : (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis Pemeriksaan Nilai Nilai rujukan
Darah Rutin
Hemoglobin 12.1 g/dl 10.8 – 12.8
3
Leukosit 17.7 x 10 /ul (↑) 6.0 – 17.0
Diff Count
Eosinofil 3.70% 2–4
Basofil 1. 60 % (↑) 0–1
Neutrofil 59.60 % 50 – 70
Limfosit 27.60% 25 – 40
Monosit 7.50% 2–8
Hematokrit 36% 35 – 43
6
Eritrosit 5 x 10 /ul 3.6 – 5.2
3
Trombosit 141 x 10 /ul (↓) 150 – 400
MCV 72 fl (↓) 73 – 101
MCH 24 pg 23 – 31
MCHC 34 g/dl 26 – 34
Kimia Klinik
Gula Darah Sewaktu 113 mg/dL 70 – 150
Kesan
SGOT : terdapat leukositosis
36 dan
U/L trombositopenia < 47
SGPT 22 U/L < 39
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Ro Thorax :
 Gambaran difus merata pada kedua paru, berupa bercak-
bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer
paru, disertai dengan peningkatan corakan peribronkial

 Kesan :
 Bronchopneumonia
PROBLEM
• Batuk dan sesak nafas disertai demam 7
hari, nafas cepat, nafas cuping hidung,
retraksi dinding dada (intercosta),
ronkhi basah halus, leukositosis

HIPOTESIS
Bronkopenumonia, gizi baik
DIAGNOSIS BANDING
Pneumonia
•Demam
•Batuk dengan nafas cepat
•Crackles (ronki) pada auskultasi
•Pernafasan cuping hidung
•Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
•Merintih
•Sianosis

Bonkiolitis
•Episode pertama wheezing pada anak umur < 2 th
•Hiperinflasi dinding dada
•Ekspirasi memanjang
•Gejala pada pneumonia juga dapat dijumpai
•Kurang/ tidak respon dengan bronkodilator

Tuberkulosis
•Riwayat kontak positif dengan pasien TB dewasa
•Uji tuberkulin positifpertumbuhan buruk atau BB menurun
•Demam (> 2 minggu) tanpa sebab yang jelas
•Batuk kronis (>3 minggu)
•Pembengkakan kelenjar limfa leher, aksila, inguinal yang spesifik
DIAGNOSIS KERJA

 Pneumonia lobaris berat


USUL PX TERAPI
 Px mikrobiologis  O2 NK 1 L/menit
 Tes mantoux  Inf KA-EN 4B 1000 cc/24 jam
 Inj Cefotaxim 3 x 300 mg IV
 PO : Praxion F (Paracetamol)
syr 4 x cth 1 1/2
 Lasal expec0rant 3 x C1

MONITORING
KU dan vital sign
Awasi tanda-tanda gagal nafas
EDUKASI :
Preventif
Jauhi dari paparan asap rokok dan
debu
Usahakan ventilasi udara di rumah
bersikulasi dengan baik
Rehabilitatif
 Kontrol ke poli anak
Nasehat waktu pulang
 Menjaga kebersihan lingkungan dan pribadi
 Aktifitas dibatasi dengan lebih banyak beristirahat
 Meningkatkan kualitas dan kuantitas makanan
 Bila anak sakit segera berobat ke dokter
PROGNOSIS

 Quo ad vitam : ad bonam


 Quo ad functionam : ad bonam
 Qo ad sanasionam : Dubia ad bonam
TERIMA KASIH
TINJAUAN PUSTAKA

 Pneumonia sampai saat ini masih tercatat sebagai


penyebab kesakitan dan kematian utama pada balita.
 Menurut WHO, hampir 1 dari 5 balita di negara
berkembang meninggal disebabkan oleh pneumonia.
 Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim
paru. Sebagian besar disebabkan oleh
mikroorganisme (virus/bakteri).
 Terjadinya pneumonia pada anak seringkali
bersamaan dengan proses infeksi akut pada alveolus
yang disebut dengan bronkopneumonia atau
pneumonia lobularis.
DEFINISI

Bronkopneumonia adalah
peradangan akut parenkim
paru – paru yang berasal
dari suatu infeksi yang
biasanya dimulai dengan
infeksi bronkus/bronkiolus,
kemudian meluas ke
alveolus sekitarnya
(descending infection)
EPIDEMIOLOGI
 Setiap tahun, lebih dari 2 juta anak meninggal karena
pneumonia, berarti 1 dari 5 orang balita meninggal di
dunia.
 Menurut laporan WHO, lebih dari 50% kasus pneumonia
berada di Asia Tenggara dan Sub-Sahara Afrika.
 Pada penelitian kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007,
pneumonia menduduki tempat ke 2 sebagai penyebab
kematian bayi dan balita setelah diare.
 Bronkopneumonia sering terjadi pada bayi dan anak kecil.
ANATOMI
KLASIFIKASI
 Klasifikasikasi Gejala ISPA Untuk Golongan Umur <2
bulan
 a. Bronkopneumonia berat, adanya nafas cepat (fast
breating) yaitu frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali
per menit atau lebih, atau adanya tarikan yang kuat
pada dinding dada bagian bawah ke dalam (severe
chest indrawing).
 b. Bukan bronkopneumonia, batuk tanpa pernafasan
cepat atau penarikan dinding dada.
Umur Nafas Cepat
0 – 2 bulan >60 x/menit
2 – 12 bulan >50 x/menit
12 bulan – 5 tahun >40 x/menit
>5 tahun >30 x/menit
 Klasifikasi Gejala ISPA Untuk Golongan Umur 2 bulan – <5
tahun
 a. Bronkopneumonia sangat berat, adanya batuk atau
kesukaran bernafas disertai nafas sesak atau tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam (chest indrawing).
 b. Bronkopneumonia berat, adanya batuk atau kesukaran
bernafas disertai adanya nafas cepat sesuai umur. Batas
nafas cepat (fast breathing) pada anak umur 2 bulan - <1
tahun adalah 50 kali atau lebih per menit dan untuk anak
umur 1 - <5 tahun adalah 40 kali atau lebih permenit.
 c. Bukan bronkopneumonia, batuk tanpa pernafasan cepat
atau penarikan dinding dada.
ETIOLOGI
 Infeksi  Non Infeksi
Bakteri : Streptococcus Terjadi akibat aspirasi
Pneumoniae, Diplococus makanan, sekresi
pneumonia, Pneumococcus orofariengal atau isi
sp, Hemoliticus aureus,
Haemophilus influenza, lambung kedalam paru dan
karena kongesti paru yang
Virus : Respiratory syntical
virus, Virus influenza lama
Jamur : Citoplasma
capsulatum, Criptococcus
nepromas, Blastomices
dermatides, dan
Mycoplasma pneumonia
PATOFISIOLOGI
Bronkpneumonia bersifat sekunder yang diawali oleh
infeksi saluran pernasan atas

biasanya dimulai dari bronkeolus terminalis, dimana


merupakan lobus bagian bawah paru paling sering
terkena karena efek gravitasi

Menimulkan reaksi : kongesti, hepatisasi merah,


hepatisasi kelabu dan resolusi
a. Kongesti ( 4 sampai 12 jam pertama)
 Eksudat serosa masuk masuk ke dalam alveoli melalui
 pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor.
b. Hepatisasi merah ( 48 jam berikutnya)
 Paru tampak merah dan bergranula (hepatisasi =
seperti hepar) karena sel-sel darah merah, fibrin, dan
leukosit PMN mengisi alveoli
c. Hepatisasi kelabu ( 3 sampai 8 hari)
 Paru tampak kelabu karena leukosit dan fibrin
mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang
terserang
d. Resolusi ( 7 sampai 11 hari)
 Eksudat mengalami lisis dan direabsorbsi oleh
makrofag sehingga jaringan kebali ke bentuk semula
 Batuk
MANIFESTASI KLINIS
 Demam
 Takipneu yang disertai dengan retraksi interkostal, subkostal,
dan suprasternal
 Pernapasan cuping hidung
 Auskultasi dada dapat dijumpai ronki basah halus
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala
klinis berikut:
TRIAS BRONKOPNEUMONIA:
1. Sesak napas disertai dengan pernapasan cuping hidung
dan retraksi dinding dada.
2. Demam dengan suhu 39-40oC
3. Ronkhi basah, halus, nyaring (crackles)
Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya
15.000-40.000/mm3 dengan pergeseran ke kiri dan
peningkatan LED.
Foto thoraks menunjukkan gambaran infiltrat difus.

Sectish Theodore C, Prober Charles G. Nelson Textbook of Pediatrics : “Pneumonia”. Edisi ke-17. Saunders. 2004.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pada pemeriksaan darah tepi dapat terjadi leukositosis

 Pada foto dada terlihat infiltrate alveolar yang dapat


ditemukan diseluruh lapangan paru. Luasnya kelainan pada
gambaran radiologis biasanya sebanding dengan derajat
klinis penyakitnya

 Pemerikasaan mikorbiologis guna mencari etiologi kuman


penyebab dapat meliputi pemeriksaan sputum, sekret
nasofaring bagian posterior, aspirasi trakea

 Pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD), kadar pCo2 dapat


rendah, normal, ataupun meningkat
Bronkopneumonia ditandai dengan gambaran difus merata pada
kedua paru, berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas
hingga daerah perifer paru, disertai dengan peningkatan corakan
peribronkial.
PENATALAKSANAAN
 Antibiotik merupakan drug of choice untuk kuman
yang dicurigai
 Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan
terapi :
 Kuman yang dicurigai atas dasar klinis, etiologis dan
epidemiologis
 Berat ringannya penyakit
 Riwayat pengobatan sebelumnya serta respon klinis
 Ada / tidaknya penyakit yang mendasari
Rawat inap Rawat jalan
Lini I : Lini I  amoksisilin atau
>3 bln : inj.ampisilin + kloramfenikol kotrimoksasol
<3 bln : inj.ampisilin + gentamisin Alternatif : eritromisin

Lini II : amikasin, sefalosporin Catatan :


Neonatus & bayi kecil
Injeksi diberikan selama 3 hari, antibiotik iv harus segera,
PO 7-10hr sering sepsis dan
meningitis
 ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM
setiap 6 jam)

 Bila pasien datang dengan keadaan klinis berat,


sebagai alternatif, dapat diberikan seftriakson (80-100
mg/kgBB IM atau IV satu kali sehari)

 Apabila diduga pneumonia stafilokokal, ganti


antibiotik dengan gentamisin (7.5 mg/kgBB IM satu
kali sehari) dan kloksasilin (50 mg/kgBB IM atau IV
setiap 6 jam) atau klindamisin (15 mg/kgBB/hari dalam
3 kali pemberian
 Terapi Suportif

• Terapi O2 untuk mencapai saturasi 95-96%


• Nebulizer untuk pengenceran dahak yang ketal, dapat
disertai bronchodilator bila disertai bronkospasme
• Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak
• Cairan IV, O2, koreksi asam-basa, elektrolit, GDS,
analgetik/antipiretik, hisap lendir
• Nutrisi parenteral selama masih sesak
• Pemantauan komplikasi
KOMPLIKASI

 Pneumotoraks
 Empiema torasis
 Perikarditis purulenta
 Infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis purulenta
 Miokarditis
 OMA
PROGNOSIS

Pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat,


mortalitas dapat diturunkan sampai kurang dari 1%
Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan
yang datang terlambat menunjukkan mortalitas yang
lebih tinggi.
PENCEGAHAHAN
 Pencegahan Primer
 Pencegahan Sekunder
 Pencegahan Tersier
KESIMPULAN
 Berdasarkan pembagian pneumonia secara anatomi,
bronkopneumonia merupakan pneumonia lobularis.
 Bronkopneumonia merupakan peradangan pada paru
dimana proses peradangannya ini menyebar
membentuk bercak-bercak infiltrat yang berlokasi di
alveoli paru dan dapat pula melibatkan bronkiolus
terminal.
 Bronkopneumonia lebih sering menyerang bayi dan
anak. Hal ini dikarenakan respon imunitas mereka
masih belum berkembang dengan baik.
 Tercatat bakteri sebagai penyebab tersering
bronkopneumonia pada bayi dan anak yaitu
Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus
influenzae type B.
Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala
klinis berikut:
TRIAS BRONKOPNEUMONIA:
1. Sesak napas disertai dengan pernapasan cuping
hidung dan retraksi dinding dada.
2. Demam dengan suhu 39-40oC
3. Ronkhi basah, halus, nyaring (crackles)
Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya
15.000 - 40.000/mm3 dengan pergeseran ke kiri dan
peningkatan LED.
Foto thoraks menunjukkan gambaran infiltrat difus.
 Patofisiologi pneumonia berdasarkan urutan
stadiumnya, yaitu:
1. Stadium kongestif
2. Stadium hepatisasi merah
3. Stadium hepatisasi kelabu
4. Stadium reolusi
 Antibiotik yang diberikan sedini mungkin, dapat
memotong perjalanan penyakit sehingga stadium
khas yang telah diuraikan sebelumnya tidak terjadi
DAFTAR PUSTAKA

 http://www.who.int/childgrowth/standards/en/. Diunduh pada tanggal 23 Juni 2013


 Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1995. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 3. Jakarta: Infomedika
Jakarta;.1228-1235
 Kartasasmita, C.B. 2010. Pneumonia Pembunuh Balita, Ka Divisi Respirologi Departemen Kesehatan
Anak, FK Padjajaran Indonesia. PhD disertation Catholic University of Leuven, Faculty of Medicine.
 Sectish TC, Prober CG. 2008. Pneumonia. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting.
Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: WB Saunders
 Warsa UC. Streptococcus Pneumoniae. 2005. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta.
Badan Penerbit Binarupa Aksara.
 Pusat Data & Surveilans Tim. 2010. Buletin Jendela Epidemiologi, Pneumonia Balita Vol 3. Jakarta :
Kementrian Kesehatan RI.
 Rahajoe,et al. 2012. Pneumonia. Buku Ajar Respirologi Anak Edisi Pertama. Jakarta : Badan Penerbit IDAI
 Departemen Kesehatan RI. 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut
untuk Penanggulangan Pneumonia pada Balita. Jakarta.
 Unicef/WHO. 2006. Penumonia The Forgotten Killer of Children
 Coder, J. 2008. Bronkopneumonia. http:/www.IyaLaMedicalInformation.com
 Konsensus pneumonia. Diunduh dari www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-pneumoniakom/...
Tanggal 23 Juni 2013
 Pudjiadi,et al. 2010. Pneumonia. Pedoman Pelayanan Medis Jilid 1. Jakarta. Badan Penerbit IDAI
 Feldman, William. 2000. Evidence-Based Pediatrics, Pneumonia and Bronchiolitis. University of Toronto:
Canada.
 Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2007. Simposium Penatalaksanaan Penyakit Paru Pada Anak Terkini.
Jember.
 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1537.A / MENKES/ SK/XII/ 2002 Tanggal : 5 Desember 2002.
Pemberantasan Penyakit ISPA
 Ranuh I.G.N. Suyitno Hariyono, dkk. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Pengurus pusat Ikatan Dokter
Anak Indonesia, Jakarta 2012
Sekian…
Terima Kasih  

Anda mungkin juga menyukai