Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN KASUS

“Sorang anak laki-laki usia 14 tahun dengan Torsio Testis”

Diajukan kepada :
dr. Jonsinar Silalahi, Msi. Med, Sp. B, Sp.BA

Disusun oleh :
Fitri Fauziah N. (H3A020089)

KEPANITERAAN KLINIK FAKULTAS


KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2023
Identitas Pasien
Nama : An. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 14 tahun
Alamat : Kalipancur, Semarang
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Belum bekerja
Suku bangsa : Jawa
Status perkawinan : Belum menikah
Nomor RM : 64-XX-XX
Tanggal masuk RS : 3 Februari 2023
Ruang perawatan : Amarilis 2
Jenis kesehatan : BPJS
Anamnesis
Keluhan utama :
Kantung buah zakar kanan membesar

Riwayat Penyakit Sekarang :


Anak laki-laki berusia 14 tahun datang ke IGD RS Tugurejo dengan keluhan
kantung buah zakar sebelah kanan membesar sejak satu minggu yang lalu setelah
tertendang bola. Saat ini nyeri dirasakan sedikit berkurang, tetapi semakin
membesar. Pasien menyangkal adanya gangguan BAK selama sakit yang
dirasakan, BAB (+) normal, demam (-). Riwayat trauma pada alat kelamin (-)
riwayat dipijit (-).
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Pribadi, Sosial, Ekonomi
Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat trauma : disangkal Pasien seorang anak laki-laki sebagai pelajar
Riwayat operasi : disangkal SLTP, tinggal bersama ayah ibunya. Riwayat
Riwayat alergi : disangkal
olahraga bermain sepak bola, konsumsi buah
sayur kadang-kadang, pembayaran dengan
Riwayat Keluarga
BPJS, pekerjaan ayah pasien karyawan
Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal swasta, ibu sebagai ibu rumah tangga.
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Aktifitas bermain seperti biasa anak normal.
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat penyakit asma : disangkal
Riwayat Prenatal Riwayat Kelahiran
Pasien merupakan anak pertama dari dua
bersaudara. Ibu pasien setiap bulan selalu Anak laki-laki lahir usia kehamilan 38
memeriksakan kehamilan pada dokter dan minggu lahir secara caesar atas indikasi
pernah melakukan USG. Ibu pasien tidak induksi gagal di RS dibantu oleh dokter,
memiliki tekanan darah tinggi atau penyakit gula menangis kuat, gerak aktif, warna kulit,
selama kehamilan. Ibu pasien hanya telapak tangan dan kaki kemerahan. Berat
mengkonsumsi vitamin yang diberikan badan lahir 3200 gr, panjang badan 48 cm.
bidan/dokter saat kontrol. Tidak mengkonsumsi
alkohol, maupun rokok selama kehamilan. Usia
kehamilan cukup bulan.
Riwayat Pemeliharaan Postnatal
Ibu pasien tidak mengalami perdarahan post partum

Riwayat Nutrisi
Diberikan ASI eksklusif sampai usia 6 bulan, dan dilanjutkan MP-ASI dan susu formula

Riwayat Imunisasi
Imunisasi lengkap sesuai usia

Riwayat Tumbuh Kembang


Riwayat pertumbuhan baik, tidak ada masalah pada pertumbuhannya, Riwayat
perkembangan sesuai dengan usianya
Pemeriksaan Fisik
● Keadaan umum : baik
● Kesadaran : compos mentis, E4M6V5
● Tanda vital
Tekanan darah : 120/85 mmHg
Nadi : 98 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,5
SpO2 : 98%
● Status gizi :
BB : 49 kg
TB : 167 cm
Keadaan gizi : 18.3 (underwight)
Pemeriksaan Fisik
Status gizi :
BB : 49 kg
TB : 167 cm
Keadaan gizi :
-BB/U : 49/51x100% = 96% (gizi baik)
-TB/U : 167/164x100% = 101% (tinggi baik)
-BB/TB : 49/52x100% = 100% (perawakan normal)
Status Generalisata
● Kepala
Mesosefal, jejas (-)
● Mata
Konjungtiva anemis (-/-), refleks cahaya langsung/tidak langsung (+/+), pupil
bulat, isokor, secret (-/-)
● Telinga
Deformitas (-/-), mikrotia (-/-), secret (-/-), darah (-/-)
● Hidung
Nafas cuping hidung (-/-), secret (-/-), bleeding (-/-), jejas (-/-)
● Mulut
Sianosis (-/-), secret (-/-), bleeding (-/-), jejas (-/-), bibir kering (-), tidak trismus
● Leher
Simetris, pembesaran KGB (-), jejas (-)
Thorax
Paru-paru Anterior dan Posterior
● Inspeksi : hemithoraks simetris, deformitas (-)
● Palpasi : gerak dada simetris, ICS melebar/menyempit (-/-), massa (-), nyeri (-)
● Perkusi : sonor seluruh lapang paru
● Auskultasi : vesikuler seluruh lapang, ronchi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung
● Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
● Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V 1-2 cm ke medial linea midclavicula sinistra
Perkusi : Atas : ICS II linea parasternal sinister
Pinggang : ICS III linea parasternal sinistra
Kanan bawah : ICS V linea sternalis dextra
Kiri bawah : ICS V 1-2 cm ke arah medial linea midclavicula sinistra
● Auskultasi : BI > BJ II katup mitral dan trikuspidalis, BJ II > BJ I katup aorta dan pulmonal,
bunyi tambahan (-).
Abdomen
● Inspeksi : tampak datar, jejas (-), pelebaran vena (-)
● Auskultasi : bising usus (+)
● Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen
● Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-)
Ekstremitas
Superior Inferior
Jejas -/- -/-
Nyeri -/- -/-
Deformitas -/- -/-
Gerakan Bebas/Bebas Bebas/Bebas
Kekuatan 5-5-5/ 5-5-5 5-5-5/5-5-5
Edema -/- -/-
Capillary Refill Time < 2 detik/< 2 detik < 2 detik/< 2 detik
Akral dingin -/- -/-
Status lokalisata
Regio genitourinaria eksternal :

Inspeksi :

Penis : terdapat glans penis tidak tertutup preputium, warna sama dengan
warna kulit sekitar, terlihat meatus uretra external berada diujung glans
penis

Scrotum dextra : tampak tergantung, warna hiperemis (+), edem (+), letak
tampak lebih tinggi dibandingkan scrotum sinistra, posisi tampak lebih
horizontal dibanding scrotum sinistra (angell’s sign +)

Palpasi :

Scrotum : terdapat 2 buah testis, konsistensi kenyal, bentuk bulat,


permukaan rata, ukuran kedua testis sama kanan dan kiri, nyeri tekan
(+/-), reflex cremaster (belum dilakukan), phren’s sign pada scrotum
kanan (belum dilakukan)
Diagnosis Sementara
Torsio Testis Dextra DD Orchitis Testis Dextra
3 Februari 2023 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Leukosit 8.30 10^3/ul 3.8 – 10.6
Eritrosit 5.21 10^3/ul 4.4 – 5.9
Hemoglobin 12.7 g/dl 13.2 – 17.3
Hematokrit 39.1 % 33 – 45
MCV L 74.6 Fl 80 – 100
MCH L 24.2 Pg 26 – 34
MCHC 32.5 g/dl 32 – 36
Trombosit 320 10^3/ul 150 – 440
RDW 14.0 % 11.5 – 14.5
MPV 8.8 fL 7.0 – 11.0
PLCR 15.6 %
Diff Count
Eosinofil absolute 0.44 10^3/ul 0.045 – 0.44
Basofil absolute 0.04 10^3/ul 0 – 0.02
Netrofil absolute 6.17 10^3/ul 1.8 – 8
Limfosit absolute 1.2 10^3/ul 0.9 – 5.2
Monosit absolute 0.29 10^3/ul 0.16 – 1
Eosinofil 2.0 % 2–4
Basofil 0.30 % 0–1
Neutrofil 56.40 % 50 – 70
Limfosit 31.0 % 25 – 40
Monosit H 8.9 % 2– 8
Netrofil Limfosit
Ratio 1.75 % <3.13
3 Februari 2023
Pemeriksaan penunjang
KIMIA KLINIK

Glukosa Waktu 76 mg/dL 60 – 100


Ureum 17 mg/dL 10.0 0- 50.0
Creatinin 0.57 mg/dL < 0.87
Natrium 139 mmol/L 135 – 147
Kalium 4.2 mmol/L 3.1 – 5.1
KOAGULASI

PT L 9.5 detik 10.0 – 12.7

Nilai kontrol : 9.9

Nilai kontrol : 9.2 – 12.4


APTT 36.5 detik 33.1 – 45.6

Nilai kontrol : 34.2

Nilai kontrol : 28.6 – 38.8


2 Februari 2023
USG
Telah dilakukan pemeriksaan USG testis dengan probe superficial
Testis kanan membesar ekogenitas masih homogen
tak tampak nodul hipo/ hiperekhioik tak tampak kalsifikasi
Epididimis kanan melebar
Tampak hidrokel kanan yang bersepta septa
Testis kiri : bentuk dan besar dalam batas normal
Ekogenitas homogen normal
Tak tampak nodul hipo maupun hiperekoik
Tidak ada kalsifikasi
Epididymis kanan melebar kiri dalam batas normal
Tak ada gambaran spermatokel
Dengan doppler tampak peningkatan vaskuler
tak tampak ada pelebaran pleksus pampiniformis kanan kiri

KESAN :
- Tampak pembesaran testis kanan disertai hidrokel yang bersepta
- Cenderung epididimi-orchitis dextra
- Masih mungkin ada torsi lama testis kanan
Diagnosis Kerja

Torsio Testis Dextra


Initial Plan
Terapi
• Inf RL 20 tpm
• Inj Ketorolac 30mg/8 jam
intravena
• OP cito eksplorasi testis

Monitoring
• Keluhan pasien
• Keadaan umum
• Tanda vital
• Skala nyeri
Initial Plan
Edukasi
Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang:
• Menjelaskan kepada keluarga dan pasien bahwa nyeri yang dirasakan diakibatkan
buah zakar pasien terpuntir
• Menjelaskan bahwa kondisi ini adalah kondisi akut yang butuh penanganan
segera, untuk melepas puntiran dari buah zakar
• Menjelaskan bahwa diperlukan tindakan operasi untuk melihat vitalitas dari buah
zakar pasien dan mengembalikan posisi buah zakar kearah yang benar
Laporan Operasi
Telah dilakukan Eksplorasi testis dan orchidoktomi pada tanggal 4 Februari 2023 pukul 12.00 - 13.00 WIB.

Langkah-langkah operasi :

1. Pasien terlentang dalam RA

2. Desinfeksi area operasi dan persempit dengan duk steril

3. Insisi daerah testis kanan

4. Perdalam insisi, identifikasi kantong buah zakar

5. Buka kantong, tampak isi berupa testis yang sudah nekrosis


6. Detorsi testis kanan
7. Dilakukan orkidektomi
8. Dilanjutkan orkidoprksi pada testis kiri
9. Rawat perdarahan
10. Jahit luka lapis demi lapis
11. Operasi selesai
Prognosis

Quo ad vitam : dubia ad bonam


Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
TINJAUAN
PUSTAKA
Definisi
Torsio testis  salah satu kondisi vaskuler akut, chorda spermatica
terpelintir pada porosnya dan menghambat aliran darah pada testis. Torsio
testis dapat berujung pada cedera iskemik dan hilangnya fungsi testis sehingga
perlu dilakukan pengangkatan testis. Dapat muncul dalam usia berapapun
namun seringkali muncul setelah lahir atau pada rentang usia 12-18 tahun.
Torsio testis merupakan suatu keadaan yang termasuk gawat
darurat , butuh segera dilakukan tindakan bedah. Jika tidak segera ditangani
dengan cepat dalam 4-6 jam setelah onset nyeri maka dapat menyebabkan
infark dari testis yang selanjutnya akan diikuti oleh atrofi testis.
Anatomi testis
Testis terletak di dalam cavum scrota ditutupi
oleh scrotum. Lapisan nya dari luar ke dalam yakni :
a. Cutis
b. Tunica dartos
c. Fascia Spermatica Externa
d. M. Cremasterica
e. Fascia Cremasterica
f. Fascia Spermatica Interna
g. Tunica Vaginalis Propia
h. Tunica Albuginea
Vaskularisasi Testis
A. testicularis dextra et sinistra cabang dari aorta abdominalis
V. testicularis dextra yg bermuara ke V. cava Inferior
V. testicularis sinistra yg bermuara ke V. renalis sinistra lalu bermuara ke V. cava
Inferior

Innervasi Testis
Dipersarafi oleh serabut saraf dari plexus nervacus tertucularis. Plexus ini dibentuk
oleh nervus thoracalis VI-XII.
Testis terdiri dari 3 sel
1. Sel Leydig  menghasilkan hormon testoseron utk menumbuhkan ciri kelamin
sekunder laki-laki, dan sebagai Endokrin
2. Sel Sertoli  memberi makan sperma yang dirangsang oleh FSH yang
dihasilkan oleh Adenehipofisis, dan sebagai Eksokrin
3. Sel Spermatozoid  menghasilkan sperma yang berada pada dinding Tubulus
Seminiferus Contortus, dan sebagai Eksokrin
Testis menghasilkan hormon testosterone  memacu perkembangan sistem
reproduksi steroid pria dan ciri seksual sekunder laki-laki.
Etiologi
● Adanya kelainan sistem penyangga testis menyebabkan testis dapat
mengalami torsio jika bergerak secara berlebihan (perubahan suhu yang
mendadak berenang, ketakutan, latihan yang berlebihan, batuk, celana
yang terlalu ketat, defekasi, atau trauma yang mengenai skrotum)
● Peningkatan volume testis (sering dihubungkan dengan pubertas), tumor
testis, testis yang terletak horizontal, riwayat kriptorkismus, dan pada
keadaan dimana spermatic cord intrascrotal yang panjang
Klasifikasi
1. Intravaginal
Terjadi akibat kelainan anatomi dari tunika vaginalis yang menutupi seluruh
testis dan epididimis, sehingga menyebabkan penempelan ke skrotum terganggu

2. Ekstravaginal
Sering terjadi pada fetus dan neonatus karena fasia spermatika eksterna tidak
menempel pada otot dartos, yang menyebabkan testis masih sangat mobile.
Patofisiologi
Penegakkan diagnosis
1. Anamnesis
● Nyeri unilateral hebat yang mendadak dirasakan saat istirahat dan diikuti
pembengkakan testis  akut skrotum
● Dapat disertai nyeri perut (selalu ada karena perdarahan dan persarafan)
● Mual muntah.
● Bayi  rewel, gelisah, tidak mau nyusu
Penegakkan diagnosis
2. Pemeriksaan Fisik
• Nyeri tekan
• Posisi testis abnormal
• Hilang refleks kremaster
• Edem, indurasi, eritem skrotum
• Phren test
• Testis terpuntir ke arah antero-medial
• Deming’s sign (testis terlihat terpuntir letaknya lebih tinggi daripada testis
yang abnormal)
• Angell’s sign (posisi lebih horizontal daripada yang normal )
Penegakkan diagnosis
3. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan urin  menyingkirkan infeksi traktus urinarius

b. Radiologi
CDUS (Color Doppler Ultrasonography)
• Melihat aliran darah pada A. Testikulari
• Gold Standar untuk pemeriksaan torsio testis dengan sensitivitas 82-90%, spesifitas
100%.
• Memberikan informasi jaringan di sekitar testis yang echotexture/ultrasonografi dapat
menemukan abnormalitas yang terjadi pada skrotum seperti hematom, torsio
appendiks dan hidrokel
• pada torsio testis, akan timbul keadaan echotexture selama 24-48 jam dan
adanya perubahan yang semakin heterogen menandakan proses nekrosis sudah mulai
terjadi.
CDUS
Imaging torsio testis intravaginal
(A) torsio intermiten. CDUS menunjukkan
masih ada nya flow arteri ke testis 12 jam
nyeri dan hilangnya flow dan
heterogenitas parenkim pada pasien datang
kembali dengan nyeri yang lebih berat.
(B) torsio akut dengan menurunnya flow
arteri.
(C) Torsio yang lama. CDUS menunjukkan
heterogenitas testis tanpa flow arteri dan
vena dan hiperehoid cincin parenkim.
Diagnosis banding
Epididimitis akut Hidrokel Hernia inkaserata Tumor Testis

-Demam -Benjolan dikantong -Riwayat benjolan Pembesaran testis


-Nanah dari uretra scrotum: tidak nyeri keluar masuk ke yang tidak nyeri,
-Riwayat gonta ganti -Pada pemeriksaan dalam scrotum biasanya terjadi pada
pasangan transluminasi (+) muncul saat batuk, usia 20-50 tahun dan
-Phern signs  nyeri mengejan, menangis sering disertai dengan
berkurang -Kemerahan pada limfadenopati
-Sedimen urin : scrotum abdomen
leukosituria, -Auskultasi : bunyi
bakteriuria bising usus pada
scrotum (+)
Terapi
1. Non Opeartif
• Detorsio manual dari funikulus spermatikus dapat mengembalikan aliran darah
• Jarang dilakukan

2. Operatif dengan eksplorasi testis


Tujuan dilakukannya eksplorasi
• Memastikan diagnosis torsio testis
• Melakukan detorsi testis yang torsio
• Memeriksa apakah testis masih viable
• Membuang (jika testis sudah nonviable) atau memfiksasi jika testis masih viable
• Memfiksasi testis kontralateral
Terapi
Jika testis masih hidup, dilakukan orkidopeksi (fiksasi testis) pada
tunika dartos kemudian disusul orkidopeksi pada testis kontralateral.
Orkidopeksi dilakukan dengan mempergunakan benang yang tidak diserap pada
3 tempat untuk mencegah agar testis tidak terpluntir kembali, sedangkan pada
testis yang sudah mengalami nekrosis dilakukan pengangkatan testis
(orkidektomi) dan kemudian disusul orkidopeksi pada testis kontralateral.
Prognosis
Secara umum, anak-anak yang lebih kecil prognosis lebih baik
daripada remaja dan orang dewasa dan semakin lama torsi semakin besar
kerusakannya. Jika torsi teratasi dalam 4 hingga 6 jam, pemulihan total dapat
diharapkan. Testis tidak dapat hidup setelah 24 jam dan hanya memiliki
viabilitas minimal pada 12 jam (20%).
Komplikasi
• Nekrosis tubular pada testis yang terlibat jelas terlihat setelah 2 jam dari
torsi.
• Keterlambatan lebih dari 6-8 jam antara onset gejala yang timbul dan waktu
pembedahan/detorsi manual akan menurunkan angka pertolongan terhadap
testis hingga 55-85%
• Putusnya suplai darah ke testis dalam jangka waktu yang lama akan
menyebabkan atrofi testis. Atrofi testikular dapat terjadi dalam waktu 8 jam
setelah onset iskemia. Insiden terjadinya atrofi testis meningkat bila torsio
telah terjadi 8 jam atau lebih. Komplikasi klinisnya adalah kesuburan yang
menurun dan hilangnya testikular apabila torsi tersebut tidak diperbaiki
dengan cukup cepat.
Daftar Pustaka
1. Emeka, C. K., 2020. Acute Testicular Torsion in Children. J. Clinical Surgery and Research, 2(024), pp. 1-3.
2. Laher, A., Ragavan, S., Mehta, P. & Adam, A., 2020. Testicular Torsion in The Emergency Room: A Review of
Detection and Management Strategies. Open Access Emergency Medicine, Volume 12, pp. 237 -246.
3. Sjamsuhidajat R, Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran – EGC.
2004. 799.
4. Cuckow, PM. 2001. Torsion of Testis. BJU International (2000). The Hospital for Sick Children ; Bristol, United
Kingdom
5. Datu Razak (2008). Sistem Urogenitalia. Datu Razak, editor. Diktat Anatomi. Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran,
Universitas Hasanuddin. Makassar. h.23-7
6. Purnomo, Basuki P. Dasar-dasar Urologi. Jakarta : Sagung Seto. 2003. 8,145-148.
7. Ringdahl, Erika MD ; Teague, Lynn MD. 2006. Testicular Torsion. American Family Physician. University of
Missouri–Columbia School of Medicine: Columbia, Missouri 15;74(10):1739-1743.
8. Wilson, Lorraine M. Hillegas, Kathleen B. 2006. Gangguan Sistem Reproduksi Laki-Laki dalam Price, Sylvia A.
Wilson, Lorraine M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC.
9. Kusumajaya, C., 2018. Diagnosis dan Tata Laksana Torsio Testis. CDK Journal, 45(10), pp. 736 -739.
10. Saxena AX, Castellani C, Ruttenstock EM, Hollwarth ME. Testicular Torsion: A 15 year single centre clinical and
histological analysis. Acta Paediatrica. 2012;101:282-6
TERIMAKASI
H
Mohon arahan dan
bimbingannya dokter

Anda mungkin juga menyukai