Identitas Pasien
Nama : An. I
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 12 tahun
Alamat : Taruman RT 07/VI Singorojo Kendal
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pelajar
Suku Bangsa : Jawa
Status Perkawinan : Belum menikah
Nomor RM : 63-06-XX
Tanggal Masuk RS : 1 Juli 2022
Ruang Perawatan : Melati
Jaminan Kesehatan : BPJS
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Pasien datang ke IGD RSUD Tugurejo Semarang diantar keluarganya pada tanggal 1 juli 2022 pukul 03.06 WIB
dengan keluhan terdapat benjolan pada scrotum sebelah kanan. Awalnya keluhan benjolan dirasakan sejak usia 2 tahun,
benjolan mulanya berada di lipat paha kanan, namun semakin lama benjolan turun ke scrotum dan masih bisa
dikembalikan ke atas/keluar masuk. Benjolan awalnya terasa tidak sakit, namun sekarang pasien merasakan sakit pada
benjolan tersebut. Benjolan berjumlah 1 di sebelah kanan, sebesar biji durian bentuk bulat, makin lama benjolan makin
besar, dan nyeri pada benjolan. Keluhan benjolan dirasakan mengganggu aktivitas pasien sebagai pelajar. Keluhan
memburuk saat aktivitas, batuk, mengejan. Keluhan membaik saat pasien istirahat/berbaring. Gejala lain yang dirasakan
yaitu mual muntah (-), keluhan demam (-), gangguan BAB (-), BAK anyang-anyangan, flatus (+), sulit berjalan (+),
nyeri perut pada bagian kanan bawah dan tengah bawah (+).
Ibu pasien mengakui dahulu sudah memeriksakan anaknya ke dokter spesialis anak pada umur 2 tahun dan
setelah anak beranjak remaja, ibu pasien membawa anaknya ke RSUD Tugurejo.
Riw. Penyakit Dahulu Riw. Penyakit Keluarga
Keluhan serupa : (+) sejak usia 2 tahun Keluhan serupa : diakui bapak pasien ada
Riwayat mual muntah : (+) hari senin 2x, hari hernia, sudah di operasi
selasa 1x, hari rabu 3x, Riwayat tumor/kanker : disangkal
muntah yang dikeluarkan berisi Hipertensi : disangkal
makanan. Diabetes melitus : disangkal
Riwayat tumor/kanker : disangkal Penyakit jantung : disangkal
Riwayat trauma scrotum : disangkal Alergi obat : disangkal
Riwayat dipijit : disangkal Asma : disangkal
Alergi obat : disangkal
Asma : disangkal
Jantung
Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
Palpasi: ictus cordis teraba di ICS V 1-2 cm ke medial linea midclavicula sinistra
Perkusi:
Atas : ICS II linea parasternal sinistra
Pinggang: ICS III linea parasternal sinistra
Kanan bawah : ICS V linea sternalis dextra
Kiri bawah : ICS V 1-2 cm ke arah medial linea midclavicula sinistra
Auskultasi: BJ I > BJ II katup mitral dan trikuspidalis, BJ II > BJ I katup aorta dan pulmonal, bunyi
tambahan (-).
Abdomen
Inspeksi: datar, warna kulit sama dengan sekitar, jejas (-), massa (-)
Auskultasi : bising usus (+) 13 kali/menit
Perkusi: timpani seluruh lapang abdomen
Palpasi: nyeri tekan (+) pada kanan bawah dan tengah bawah, massa (-),
hepar lien ginjal tidak teraba.
Ekstremitas
Ekstremitas superior : edema (-/-), capillary refill time <2 detik/<2 detik,
hangat (+/+)
Ekstremitas inferior : edema (-/-), capillary refill time <2 detik/<2 detik,
hangat (+/+)
Status Lokalis
Regio scrotalis dextra
Inspeksi :
Tampak massa dengan bentuk bulat di daerah scrotalis dextra, warna sama dengan kulit sekitar, tidak
tampak gerakan usus, benjolan keluar lebih besar ketika pasien mengejan.
Palpasi :
Teraba massa dengan bentuk bulat dengan ukuran 4 cm x 3 cm di daerah scrotalis dextra, jumlah 1,
batas tegas, suhu sama dengan kulit sekitar, permukaan rata, nyeri tekan (+), massa teraba kenyal,
mobile (+), fluktuasi (-)
Auskultasi :
Bising usus (+)
Pemeriksaan Transluminasi : (-)
Pemeriksaan hernia inguinalis :
Finger test (+)
Ziemen test (-)
Thumb test (-)
Pemeriksaan hernia scrotalis
Tidak dapat dikembalikan : irreponibel
Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap (3 Juli 2022)
Px Hematologi EDTA Hasil Satuan Nilai Normal
Leukosit 6,70 103 IU/mL 4,5 – 13
Eritrosit 4,87 106 /uL 3,8 – 5,8
Hb 13,1 g/dL 11,8 – 15,0
HT 37,9 % 33 – 45
MCV L 77,8 fl 80 – 100
MCH 26,9 pg 26 – 34
MCHC 34,6 g/dL 32 – 36
Trombosit 320 103 IU/mL 156 – 408
RDW 12,4 % 11,5 – 14,5
MPV H 11,4 fL 7,0 – 11,0
PLCR 36,3 %
Diff Count
Eosinofil absolut H 0,46 103 IU/mL 0,045 – 0,44
Basofil absolut 0,04 103 IU/mL 0 – 0,2
Netrofil absolut 2,25 103 IU/mL 1,8 – 8
Limfosit absolut 3,26 103 IU/mL 0,9 – 5,2
Monosit absolut 0,69 103 IU/mL 0,16 – 1
Eosinofil H 6,9 % 1–5
Basofil 0,6 % 0–1
Neutrofil 33,5 % 25 – 60
Limfosit 48,7 % 20 – 50
Monosit H 10,3 % 1–6
Netrofil limfosit ratio 0,69 <3,13
Kimia Klinik (serum)
Glukosa sewaktu 87 mg/dL 60-100
Natrium 142 mmol/L 135 – 147
Kalium 3,7 mmol/L 3,1 – 5,1
Klorida 110 mmol/L 96 – 111
HEMOSTASIS
10,5 – 12,7
PT L 9,7 Detik Nilai control : 10,3
Range control : 9,0 – 12,2
28,9 – 45,6
APTT 41,1 Detik Nilai control : 31,7
Range control : 27,4 – 37,0
SEROLOGI
HBsAg Non reaktif Non reaktif
Diagnosis
Diagnosis Sementara
Ip. Edukasi Menjelaskan kepada keluarga penderita bahwa terjadi hernia inguinalis dextra.
Menjelaskan kepada keluarga penderita bahwa terdapat bagian isi perut penderita yang
turun dan masuk ke dalam kantong pelir.
Menjelaskan kepada keluarga penderita tentang penatalaksanaan yang akan dilakukan
bahwa perlu dilakukan tindakan operasi segera untuk menghilangkan benjolan.
Menjelaskan kepada keluarga penderita untuk mempuasakan penderita sebelum tindakan
operasi.
Menjelaskan kepada keluarga penderita bahwa penderita harus kontrol teratur hingga
luka bekas operasi sembuh dan tidak ada komplikasi.
Laporan Operasi
Telah dilakukan Herniotomi dan omentektomi pada tanggal 4 Juli 2022 pukul 11.00 - 12.00 WIB.
Langkah-langkah operasi :
5. Buka kantong, tampak isi berupa omentum dan terjerat, sulit dibebaskan
8. Rawat perdarahan
Kanalis inguinalis adalah saluran yang melalui dinding perut bagian bawah
berbentuk tabung yang merupakan tempat turunnya testis ke dalam skrotum.
Kanalis inguinalis dibatasi oleh anulus inguinalis internus yang merupakan
bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis muskulus transversus
abdominalis. Kanalis inguinalis merupakan suatu saluran intermuscularis dengan
panjang + 4 cm.
Definisi
Kata hernia pada hakekatnya berarti penonjolan suatu kantong peritoneum, suatu organ atau lemak
praperitoneum melalui cacat kongenital atau akuisita dalam parietes muskuloaponeurotik dinding abdomen
yang normalnya tak dapat dilewati. Hernia inguinalis direk adalah hernia yang disebabkan oleh peningkatan
tekanan intra abdomen secara kronik dan disebabkan oleh kelemahan otot dinding abdomen di trigonum
Hasselbach yang menyebabkan hernia langsung menonjol. Hernia inguinalis indirek adalah hernia yang
bersifat kongenital dan disebabkan oleh kegagalan penutupan prosesus vaginalis sewaktu turunnya testis ke
dalam skrotum atau keluar melalui anulus dan kanalis inguinalis.
Klasifikasi
Menurut sifatnya : Menurut lokasinya : Menurut isinya :
1. Hernia reponibel 1. Hernia inguinalis 1. Hernia adipose
2. Hernia irreponibel 2. Hernia femoralis 2. Hernia ritcher
3. Hernia inkarserata 3. Hernia umbilikalis 3. Hernia geser
4. Hernia strangulate 4. Hernia diafragmatika 4. Hernia littre
Patofisiologi
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor kongenital yaitu kegagalan penutupan
prosesus vaginalis pada waktu kehamilan yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga perut melalui kanalis
inguinalis. Faktor yang kedua adalah faktor yang didapat seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat
dan faktor usia, masuknya isi rongga perut melalui kanal inguinalis, jika cukup panjang maka akan menonjol keluar dari
anulus inguinalis eksternus.
Akibat salah satu dari paparan tersebut dapat menyebabkan tekanan intraabdomen meningkat dan menyebabkan
fasia abdomen terkoyak, sehingga terjadilah hernia inguinalis. Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan
timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut.
Etiologi dan Faktor Resiko
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang didapat. Berbagai
faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar
sehingga dapat dilalui oleh kantong hernia dan isi hernia.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis antara lain :
1. Kelemahan aponeurosis dan fasia tranversalis
2. Prosesus vaginalis yang terbuka, baik kongenital maupun didapat
3. Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik, hipertrofi prostat, konstipasi, dan asites
4. Kelemahan otot dinding perut karena usia
5. Defisiensi otot
6. Hancurnya jaringan penyambung oleh karena merokok, penuaan atau penyakit sistemik
Manifestasi Klinis
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha yang timbul pada
waktu mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat, dan menghilang waktu istirahat baring. Hernia
adalah asimtomatik, dan kebanyakan ditemukan pada pemeriksaan fisik rutin dengan palpasi benjolan
pada anulus inguinalis superfisialis atau suatu kantong setinggi anulus inguinalis profundus.
Salah satu tanda pertama hernia adalah adanya massa dalam daerah inguinalis manapun atau
bagian atas skrotum. Dengan berlalunya waktu, sejumlah hernia turun ke dalam skrotum sehingga
skrotum membesar. Pasien hernia sering mengeluh tidak nyaman dan pegal pada daerah ini, yang
dapat dihilangkan dengan reposisi manual hernia ke dalam kavitas peritonealis. Tetapi dengan berdiri
atau terutama dengan gerakan badan maka biasanya hernia muncul lagi.
Diagnosis
ANAMNESIS
Pada anamnesis dapat ditanyakan kepada orang tua pasien mengenai keluhan pasien seperti lokasi, awal
terjadinya keluhan, dan bagaimana urutan kejadiannya serta usaha yang dilakukan pasien dan orang tua pasien
dalam mengatasi keluhan pasien. Bila yang dikeluhkan ialah adanya benjolan di lipat paha saat batuk atau
bersin dan menghilang saat berbaring maka dapat dicurigai sebagai hernia reponibel. Jika orang tua pasien
mengeluhkan adanya benjolan yang menetap kemudian pasien terlihat gelisah, rewel, dan disertai mual atau
muntah maka dapat dicurigai sebagai hernia inkarserata. Penting juga ditanyakan adanya riwayat benjolan
yang hilang timbul pada daerah inguinal atau skrotal pada pasien bayi yang datang dengan keluhan perut
kembung dan muntah-muntah.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Inspeksi
Pada inspeksi, saat pasien diminta mengedan dalam posisi berdiri dapat dilihat hernia inguinalis lateralis
muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Perlu
diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum atau labia dalam posisi berdiri dan
berbaring. Pasien lalu diminta mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan yang asimetri dapat dilihat.
2. Palpasi
Pada palpasi, dilakukan saat ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah dapat
direposisi. Bila hernia dapat direposisi, waktu jari masih berada di annulus internus, pasien diminta mengedan,
kalau ujung jari menyentuh hernia berarti hernia inguinalis lateral, sementara jika bagian sisi jari yang
menyentuh, berarti hernia inguinalis medialis. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada
funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua kain
sutera. Disebut tanda sarung tangan sutera. Kalau kantong hernia berisi organ, palpasi mungkin meraba usus,
omentum (seperti karet) atau ovarium. Bising usus pada auskultasi skrotum akan semakin mengarah pada
hernia.
Tindakan operatif :
3. Herniotomi
4. Hernioraphy
5. Hernioplasty
Hernia inguinalis reponibel : Operasi sebaiknya dilakukan secepatnya setelah diagnosis ditegakkan untuk
mencegah kemungkinan terjadinya hernia strangulate.
Hernia inguinalis strangulate : Keadaan ini merupakan emergensi sehingga diperlukan operasi segera.
Hernia umbilikalis : Observasi dikerjakan sampai usia pasien kurleb 2 tahun.
Komplikasi
Inkaserasi retrograd, yaitu dua segmen usus terjepit didalam kantong hernia dan satu segmen
lainnya berada dalam rongga peritoneum seperti huruf “W”. Jepitan cincin hernia akan
menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia.
Komplikasi operasi hernia antara lain : infertilitas akibat cedera pada vas deferens, atrofi testis
akibat cedera pada pembuluh darah testis saat operasi, kriptorchidis sekunder akibat pembentukan
jaringan parut berlebihan pasca operasi dan rekurensi hernia.
Prognosis
Ad bonam bila ditatalaksana dengan segera. Prognosis dan angka mortalitas secara keseluruhan
dipengaruhi oleh apakah pembedahan itu darurat atau elektif. Untuk perbaikan bedah elektif dari
hernia scrotalis, risiko kematian rendah yaitu 0,1%. Kematian meningkat hingga 3% dengan operasi
darurat untuk usus tercekik terutama saat reseksi usus dilakukan.
Daftar Pustaka
1. Gray’s Anatomy : Anatomy of the Human Body. Elsevier. 2014
2. Widjaja, H, Anatomi abdomen, Jakarta, EGC, 2007, Hal : 21-25.
3. Schwartz, Shires, Spencer, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6, EGC, 2011.
Jakarta, Hal : 509-517
4. R. Bendavid, J. Abrahamson, Mauruce E. A, dkk. Abdominal Wall Hernias (Principles
and Management). Edisi 1. Penerbit Sringer-Varlag. New York.2011.
5. Michael M. Hendry & Jeremy N.T. Thompson. Clinical Surgery. Edisi II 2010.
6. Rasjad C. Hernia. Dalam : Sjamsuhidajat R, Jong WD, editor. Buku Ajar Ilmu Bedah.
Edisi ke 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran ECG. 2011 3a;Hal 619-2.
Terima Kasih Dokter.
Mohon Arahan dan
Bimbingannya 🙏🏻