Diajukan Kepada:
dr. Bondan Prasetyo, Sp.B
Disusun Oleh:
Aiz Nafiisah Ilhana
H3A020109
Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang
2023
IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Tn. K
2. Usia : 46 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki laki
4. Agama : Islam
5. Suku bangsa : Jawa
6. Pendidikan : SMA
7. Alamat : Ngaliyan, Wates Semarang
8. Pekerjaan : Tidak bekerja
9. Status : menikah
10. Nomor Rekam Medis: 21-xx-xx
11. Tanggal Masuk RS : 8 februari 2022
12. Ruang Perawatan : Anggrek
13. Jaminan Kesehatan : BPJS
Anamnesis
• Keluhan Utama
Luka di kaki kanan
Riwayat penyakit serupa : diakui , pada kaki kiri (1 tahun yang lalu)
Riwayat trauma : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat operasi : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
Riwayat sakit jantung : disangkal
Riwayat hiperurisemia : disangkal
Anamnesis
Riwayat Penyakit Keluarga
• Riwayat penyakit yang sama : disangkal
• Riwayat hipertensi : disangkal
• Riwayat diabetes mellitus : disangkal
• Riwayat hiperurisemia : disangkal
• Riwayat keganasan : disangkal
Anterior Posterior
Palpasi Gerakan dada simetris, ICS tidak Gerakan dada simetris, ICS tidak
melebar/ menyempit, nyeri tekan melebar/ menyempit, nyeri tekan
(-), krepitasi (-), massa (-) (-), krepitasi (-), massa (-)
Perkusi Sonor seluruh lapang paru Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi Suara dasar paru vesikuler (+/+), Suara dasar paru vesikuler (+/+),
suara nafas tambahan (-) suara nafas tambahan (-)
Status Generalisata
• Thorax
o Jantung
Inspeksi
Ictus cordis tidak tampak.
Palpasi
Ictus cordis teraba pada ICS V 1-2 cm ke arah medial linea midklavicula
sinistra.
Perkusi, batas:
Atas : ICS II linea parasternal sinistra
Pinggang jantung : ICS III linea parasternal sinsitra
Kanan bawah : ICS V linea sternalis dextra
Kiri bawah: ICS V 1-2 cm ke arah medial
midclavikula sinistra
Auskultasi
Suara jantung I dan II reguler, suara tambahan (-).
Status Generalisata
• Abdomen
o Inspeksi : datar (+), lesi (-), massa (-), warna kulit sama seperti sekitar (+)
o Auskultasi : Bising usus (+) normal
o Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen.
o Palpasi :
o Ringan : Nyeri tekan (-)
o Dalam : Hepar, lien, ginjal : tidak teraba
Status Generalisata
• Ekstremitas
Superior Inferior
Edema -/- -/+
Sianosis -/- -/-
Nyeri -/- ++/--
Capillary Refill <2”/<2” <2”/<2”
Time
Akral dingin -/- -/-
Status Lokalisata
Pedis dextra
• Inspeksi :
Tampak luka pada dorsum pedis
dextra dengan dasar jaringan otot
disertai pus, berbatas tegas, tepi luka
terdapat jaringan yang necrosis.
• Palpasi :
Terdapat nyeri tekan, (+)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Leukosit H.16,93 10^3/ul 3.8 – 10.6
Eritrosit L 4.35 10^6/ul 4.4 – 5.9
MCV H 92,2 Fl 80 – 100
MCH H 32.0 Pg 26 – 34
MCHC L 31.7 g/dl 32 – 36
Eosinofil absolute L 0.03 10^3/ul 0.045 – 0.44
Neutrofil absolute H 13.49 10^3/ul 1.8 – 8
Monosit absolute H 1.16 10^3/ul 0.16 – 1
Eosinofil L 1.7 % 2–4
Neutrofil H 79,6 % 50 – 70
Limfosit L 13.1 % 25 – 40
Netrofil Limfosit Ratio H 9.08 <3.13
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Glukosa sewaktu 87 mg/dL N < 125
Ureum 32 mg/dL 10-50
Kreatinin 1.07 mg/dL 0,7-0.9
Kalium 3.8 mmol/L 3,5-5
Natrium 138 mmol/L 135-145
Albumin 4.0 Mmol/L 3,5-5,2
HbsAg Non reaktif Non reaktif
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
• Pemeriksaan fisik
Dijumpai adanya tanda tanda peradangan lokal yaitu eritema, edema, nyeri, teraba
hangat dan berbatas tidak tegas, serta bisa dijumpai gejala prodromal seperti
demam.
• Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium darah lengkap dengan hitung jenis, kimia
darah, fungsi ginjal, glukosa darah, elektrolit, kalsium dan albumin
USG dapat dilakukan untuk deteksi abses yang samar
Pencitraan diindikasikan pada pasien yang dicurigai osteomielitis
Pengecatan gram untuk menentukan terapi yang tepat
Diagnosis Banding
• Erisipelas
Perbedaan antara erisipelas dan selulitis adalah berdasarkan adanya keterlibatan
lapisan dermis bagian atas dan limfatik superfisial sehingga menimbulkan
kelainan berupa bercak kemerahan, berbatas tegas dengan tepi lesi yang meninggi
• Abses
Abses adalah kumpulan pus (nanah) pada suatu jaringan. Pada pasien dengan
abses , peradangan nya akan cenderung lebih terlokalisir, sedangkan pada selulitis,
peradangan jaringan lunak akan terjadi lebih luas.
Tatalaksana
Pengobatan pada selulitis secara umumnya meliputi :
1. Tirah baring
2. Elevasi dari tungkai yang terkena,
3. Antibiotika yang sesuai,
4. Analgetik untuk mengatasi nyeri,
5. Pertimbangkan hidrasi cairan oral dan intravena ( melakukan monitoring
hidrasi cairan serta tanda vital pasien)
6. Observasi demam dan perkembangan kemajuan pengobatan setiap hari.
7. Perawatan luka steril setiap hari.
Tatalaksana
Sesuai dengan klasifikasi selulitis menurut Dundee, maka :
• Selulitis derajat 1 cukup diberikan terapi antibiotic oral.
• Beberapa pasien dengan selulitis derajat 2 bisa diberikan antibiotic oral atau
mungkin memerlukan terapi awal melalui intravena.
• Pasien dengan selulitis derajat 3 dan 4 atau yang tidak memberikan respon
dengan terapi oral maka harus diberikan antibiotic melalui intravena (IV).
• Pasien dengan kekhawatiran adanya infeksi yang dalam atau nekrosis harus
menjalani konsultasi bedah segera untuk pertimbangan inspeksi bedah dan
debridement.
Prognosis
Prognosis nya tergantung pada waktu dan ketepatan penanganan dengan antibiotic
yang tepat. Kekambuhan selulitis dapat dicegah dengan perawatan segera pada
luka, kebersihan tangan yang tepat, serta mengobati komorbiditas yang
mendasarinya secara efektif.
• Bakteremia
Komplikasi
Jika infeksi bakteri mencapai aliran darah, itu bisa menyebabkan bakteremia.
Bakteremia didiagnosis dengan mendapatkan kultur darah pada pasien yang
menunjukkan gejala sistemik.
• Sepsis
Dantaranya ditandai dengan demam diatas 38 C, takipneu, takikardi, jumlah
leukosit abnormal.
Daftar Pustaka
1. Sullivan T, de Barra E. Diagnosis and management of cellulitis. Clin Med (Northfield Il). 2018;18(2):160.
2. Mitaart AF, Pandaleke HEJ. Selulitis dengan Ulkus Varikosum. Biomedik. 2014;6:60–4.
3. Snell RS. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. 9 ed. Sugiharto L, editor. Jakarta: EGC; 2014.
4. Dehdashtian A, Stringer TP, Warren AJ, Mu EW, Amirlak B, Shahabi L. Anatomy and Physiology of the Skin. In: Melanoma. Springer;
2018. hal. 15–26.
5. Cranendonk DR, Lavrijsen APM, Prins JM, Wiersinga WJ. Cellulitis: current insights into pathophysiology and clinical management.
Neth J Med. 2017;75(9):366–78.
6. Richmond JM, Harris JE. Immunology and skin in health and disease. Cold Spring Harb Perspect Med. 2014;4(12):a015339.
7. Marwick C, Broomhall J, Mccowan C, Phillips G, Gonzalez-mcquire S, Akhras K, et al. Severity assessment of skin and soft tissue
infections : cohort study of management and outcomes for hospitalized patients. J Antimicrobal Chemother. 2011;387–97.
8. Martin JW, Wilson R, Chaplin T. The management of cellulitis and erysipelas at an academic emergency department: current practice
versus the literature. Emerg Care J. 2017;13(1).
9. Meidania N, Pratiwi JN. Potensi Daun Serai sebagai Terapi Komplementer pada Selulitis. Glob Heal Sci J. 2020;2(2):163–70.
10. Novarina RM, Sawitri S. The Profile of Erysipelas and Cellulitis Patients. Berk Ilmu Kesehat Kulit dan Kelamin. 2015;27(1):32–40.
11. Amin AN, Cerceo EA, Deitelzweig SB, Pile JC, Rosenberg DJ, Sherman BM. Hospitalist perspective on the treatment of skin and soft
tissue infections. In: Mayo Clinic Proceedings. Elsevier; 2014. hal. 1436–51.
12. Stevens DL, Bisno AL, Chambers HF, Dellinger EP, Goldstein EJC, Gorbach SL, et al. Practice guidelines for the diagnosis and
management of skin and soft tissue infections: 2014 update by the Infectious Diseases Society of America. Clin Infect Dis.
2014;59(2):e10–52.
Terimakasih Dokter
Mohon Arahan dan
Bimbinganya