Anda di halaman 1dari 23

Laporan Kasus

HYDROCELE SINISTRA PADA ANAK LAKI-LAKI


USIA 5 TAHUN

Oleh:

Woro Nurul Sandra Anindhita, S.Ked


NIM : 71 2018 069

Pembimbing:
dr. Gunawan Tohir, Sp.B, M.M

SMF ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2020
BAB I
LAPORAN KASUS
1.1 Identitas Pasien
Nama : An. Agung bin Santo
Umur : 17 Juli 2015
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jalan Jaya VII, RT.25, RW.03, Seberang Ulu II
MRS : 22 Desember 2020
No. RM : 59.01.01
Pembiayaan : BPJS

1.2 Anamnesis (Autoanamnesis&Alloanamnesis, 22 Desember 2020)


Keluhan Utama
Benjolan di kantung kemaluan kiri sejak 15 hari lalu

Riwayat Perjalanan Penyakit


Pasien datang ke IGD RSUD Palembang Bari dengan keluhan adanya
benjolan di testis kiri sejak 15 hari yang lalu. Benjolan dirasakan semakin
membesar. Benjolan dirasa lebih besar saat pagi hari dan terasa kencang saat
malam hari. Benjolan tidak hilang saat pasien berbaring dan istirahat. Os
menyangkal adanya keluhan nyeri, warna kulit testis tidak memerah, pasien
menyangkal adanya demam dan tidak ada kelainan saat buang air kecil. Tidak
ada keluhan buang air besar. Keluhan mual dan muntah disangkal. Pasien
menyangkal benjolan yang keluar masuk serta semakin membesar ketika batuk,
menangis atau mengejan.
Pasien mengaku tidak pernah mengobati keluhannya tersebut. Pasien tidak
pernah mengalami trauma berupa jatuh maupun terkena benda keras pada daerah
tersebut. Riwayat sering mengonsumsi alkohol (-), riwayat alergi obat disangkal
(-), keloid disangkal, dan riwayat operasi disangkal. Penurunan berat badan tanpa
sebab yang jelas disangkal. Pasien tidak mengaku demam (-), mual (-), muntah
(-), penurunan nafsu makan (-), sesak nafas (-), batuk (-), nyeri tulang (-), BAB
dan BAK normal.

Riwayat Penyakit Terdahulu


Riwayat penyakit serupa disangkal, Riwayat infeksi/peradangan pada testis
disangkal, riwayat trauma disangkal, Hipertensi (-), Diabetes Mellitus (-), Asma
(-), Alergi (-), Jantung (-), TB (-), riwayat operasi disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit serupa di keluarga disangkal. Riwayat tumor pada keluarga
disangkal. Riwayat ayah pernah menderita hidrokel disangkal. Hipertensi (-),
Diabetes Mellitus (-), Asma (-), Alergi (-), TB (-) Jantung (-).

Riwayat Penyakit Kehamilan


Ibu tidak sakit saat hamil, tidak mengkonsumsi obat-batan maupun jamu

Riwayat Penyakit Kelahiran


39 Minggu, BB 3500gram, PB 50cm, asfiksia (-), ikterik (-)

Riwayat Imunisasi
Imunisasi dasar lengkap

Riwayat Nutrisi
Anak gizi cukup
Riwayat Tumbuh Kembang
Sesuai Usia

1.3 Pemeriksaan Fisik


Status Generalis
KU : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis (GCS: E4, V5, M6)
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 108 x/menit, isi dan tegangan cukup
RR : 30 x/menit
Suhu : 36,60C
Berat badan : 20 kg
Tinggi badan : 115 cm
IMT : 15 (0 SD, Normal)

Kepala : normocephali, Rambut hitam, tidak mudah dicabut


a. Mata : conjungtiva pucat (-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya
(+/+), pupil bulat dan isokor
b. Hidung : napas cuping hidung tidak ada
c. Telinga : tidak ada kelainan
d. Mulut : bibir kering (-), sianosis (-)
e. Leher : vena jugularis datar (tidak distansi), trakea di tengah,
pembesaran KGB (-/-), massa (-)

Thoraks :
a. Inspeksi : gerak nafas simetris, retraksi tidak ada, frekuensi nafas 30
x/menit, iktus kordis tidak terlihat
b. Palpasi : iktus kordis tidak teraba, stem frermitus kanan kiri sama
c. Perkusi : batas jantung normal, sonor pada kanan dan kiri
d. Auskultasi : suara jantung jelas dan reguler, suara paru vesikuler, ronki
tidak ada, wheezing tidak ada, murmur (-), Gallop (-)

Abdomen:
a. Inspeksi : datar, lemas,massa (-), hemtoma (-), venektasi (-), scar (-),
b. Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), benjolan/massa (-)
c. Perkusi : timpani, nyeri ketok (-)
d. Auskultasi : bising usus 6x/menit normal, tidak ada bunyi tambahan

Ekstremitas
• Atas: edema tidak ada, massa tidak ada, jejas tidak ada, akral hangat
• Bawah: edema tidak ada, massa tidak ada, jejas tidak ada, akral hangat

Status Lokalis
Genitalia eksterna

Inspeksi : tampak penis belum sirkumsisi, tanda radang (-), skrotum kiri tampak
membesar, permukaan rata, hiperemi (-), warna sama dengan warna kulit, hematoma
(-), scar (-), bekas operasi (-), jejas (-)

Palpasi : pada penis tidak teraba massa tumor, tidak ada nyeri tekan. Pada palpasi
skrotum kiri terdapat massa kistik , ukuran 4x5 cm, tidak hangat, permukaan rata
(tidak berbenjol-benjol), fluktuasi (+), pulsasi (-), batas tidak tegas, teraba lunak,
benjolan tidak tegang, benjolan terasa seperti mengelilingi testis, testis kiri susah
diraba, gambaran usus(-), Skrotum kanan teraba testis (+)

Auskultasi: Tidak ada bising usus

Transluminasi: Positif pada testis sinistra


Gambar 1. Pemeriksaan transiluminasi pada
hidrokel

1.4 Pemeriksaan Penunjang


• Pemeriksaan Darah Rutin (22 Desember 2020)
Hematologi
Hematologi Lengkap Hasil Nilai normal
Hemoglobin 13.2 g/dL 12.0-14.0
Leukosit 9.000 /mm3 5.000 – 10.000
Eritrosit 4.8 juta/uL 3.6-5.8
Trombosit 300 ribu/mm3 150-450
Hematokrit 32 % 35-47
Hitung Jenis Leukosit
Basofil 0 % 0.1-1
Eosinofil 2 % 1-6
Batang 3 % 3-5
Segmen 65 % 40-70
Limfosit 39 % 30-45
Monosit 7 % 2-10
Urin Rutin
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Epitel Negatif Negatif
Eritrosit 0 0-1/lpb
Protein Negatif Negatif
Sedimen Negatif Negatif
Silinder Negatif Negatif
Leukosit 2 0-5/lpb
Glukosa Negatif Negatif

Pemeriksaan USG Scrotum (22 Desember 2020)

Suhu aksiler : 36,5


O
C.
SpO2 : 99%
• Kepala : tidak
ditemukan kelainan.
• Leher : tidak ditemukan
kelainan.
• Thoraks : tidak
ditemukan kelainan
• Abdomen : tidak
ditemukan kelainan.
• Ekstremitas : tidak
ditemukan kelainan.
• Status Urologi
• Regio Costovertebralis:
tidak ditemukan kelainan
• Regio Suprapubic: tidak
ditemukan kelainan
Regio Genitalia Eksterna :
1. Inspeksi : Tampak
penis belum sirkumsisi,
tanda radang (-), skrotum
kanan tampak membesar,
hiperemi (-).
2. Palpasi : Pada penis tidak
teraba massa tumor, tidak
nyeri tekan. Palpasi
pada skrotum kanan
terdapat massa kistik yang
tegang dan berfluktuasi,
nyeri tekan (-). Skrotum kiri
teraba testis (+)
3. Auskultasi: tidak ada
bising usus
4. Transiluminasi : positif
pada testis dextra
• Rectal Toucher : tidak
dievaluasi
Pemeriksaan penunjang
USG Scrotum
Scrotum dextra :
- Testis ukuran
13x5x7,3mm, bentuk
normal, intensitas
echoparenchym homogen,
tak tampak massa solid/
kistik/ warm like
appearance
- Tampak fluid collection
patologis
- Pada inguinal dextra
rampak defect yang
menghubungkan scrotum
dengan intraperitoneal
dengan diameter lokus
minoris non valsava
2,8 mm dan valsava 3,5 mm
Scrotum sinistra:
- Testis ukuran 11x7x9
mm, bentuk normal,
intensitas
echoparenchym homogen
Scrotum dextra: dalam batas normal
Scrotum sinistra: -tampak membesar dengan struktur testis dan epididimis di
dalamnya.
-testis dan epidimis : ukuran dan echo parenkim dalam batas normal, tidak
tampak SOL
-tampak echo cairan yang sangat banyak dalam scrotum
Kesan: hydrocele sinistra

1.5 Diagnosis Banding


 Hydrocele sinistra
 Hematocele sinistra
 Hernia inguinal sinistra
1.6 Diagnosis Kerja
Hydrocele sinistra

1.7 Penatalaksanaan
Farmakologi
 IVFD RL gtt 20x/m
Non-Farmakologi
 Tirah baring
 Rencana pembedahan

1.8 Prognosis
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Fungtionam : dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hydrocele

2.1.1 Definisi
Hidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan di antara lapisan
parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang
berada di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan
antara produksi dan reabsorbsi oleh sitem limfatik di sekitarnya.1

2.1.2 Anatomi Testis

Gambar 2.1. Anatomi Testis

Testis adalah organ genitalia pria yang terletak di skrotum. Ukuran


testis pada orang dewasa adalah 4x3x2,5 cm dengan volume 15-25 ml
berbentuk ovoid kedua buah testis terbungkus oleh jaringan tunika albuginea
yang melekat pada testis. Diluar tunika albuginea terdapat tunika vaginalis
yang terdiri atas lapisan viseralis dan parietalis, serta tunika dartos. Otot
kremaster yang berada disekitar testis memungkinkan testis dapat digerakkan
mendekati rongga abdomen untuk mempertahankan temperatur testis agar
tetap stabil.2,3 

Secara histopatologis, testis terdiri atas kurang lebih 250 lobuli dan
tiap lobulus terdiri atas tubuli seminiferi. Didalam tubulus seminiferus
terdapat sel-sel spermatogenia dan sel Sertoli, sedang diantara tubulus
seminiferi terdapat sel-sel Leydig. Sel-sel spermatogenia pada proses
spermatogenesis menjadi sel spermatozoa. Sel-sel Sertoli berfungsi
memberi makanan pada bakal sperma, sedangkan sel-sel Leydig atau
disebut sel interstisial testis berfungsi dalam menghasilkan hormon
testosteron.2,3

Sel-sel spermatozoa yang diproduksi di tubuli seminiferi testis


disimpan dan mengalami pematangan atau maturasi di epididimis setelah
mature sel-sel spermatozoa bersama-sama dengan getah dari epididimis dan
vas deferens disalurkan menuju ampula vas deferens. Sel-sel itu setelah
dicampur dengan cairan- cairan dari epididimis, vas deferens, vesikula
seminalis, serta cairan prostat membentuk cairan semen atau mani.2,3

Testis mendapatkan darah dari beberapa cabang arteri, yaitu : 1) Arteri


spermatika interna yang merupakan cabang dari aorta, 2) Arteri deferensialis
cabang dari arteri vesikalis inferior, 3) Arteri kremasterika yang merupakan
cabang arteri epigastrika. Pembuluh vena yang meninggalkan testis
berkumpul membentuk pleksus Pampiniformis. Pleksus ini pada beberapa
orang mengalami dilatasi dan dikenal sebagai varikokel.2,3 

2.1.3 Etiologi
Hidrokel primer terlihat pada anak akibat yang terjadi pada bayi baru
lahir dapat disebabkan karena: (1) belum sempurnanya penutupan prosesus
vaginalis, suatu divertikulum peritoneum embrionik yang melintasi kanalis
inguinalis dan membentuk tunika vaginalis, sehingga terjadi aliran cairan
peritoneum ke prosesus vaginalis atau (2) belum sempurnanya sistem
limfatik di daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel. Pada
bayi laki-laki hidrokel dapat terjadi mulai dari dalam rahim. Pada usia
kehamilan 28 minggu, testis turun dari rongga perut bayi ke dalam
skrotum, dimana setiap testis ada kantong yang mengikutinya sehingga terisi
cairan yang mengelilingi testis tersebut.4 
Pada orang dewasa, hidrokel sekunder dapat terjadi secara idiopatik
(primer) dan sekunder. Penyebab hidrokel sekunder terjadi karena didapatkan
kelainan pada testis atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem
sekresi atau reabsorbsi cairan dikantong hidrokel. Kelainan pada testis itu
mungkin suatu tumor, infeksi, atau trauma pada testis/epididimis. Hal ini
cenderung berkembang lambat dalam suatu masa dan kemudian dapat
menyebabkan produksi cairan yang  berlebihan oleh testis, maupun obstruksi
alliran limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus. 1 

2.1.4 Klasifikasi
Terdapat dua jenis hidrokel: Komunikan dan non-komunikan (sederhana).
Dalam hidrokel komunikan, terdapat hubungan langsung antara cavum
peritoneum dengan tunika vaginalis, yang memungkinkan cairan peritoneum
mengalir bebas. Jika hubungannya besar, isi perut (usus, kandung kemih, atau
omentum) dapat masuk ke pangkal paha, dan komplikasi ini disebut hernia
inguinalis.2 
Hidrokel non-komunikan atau sederhana terjadi ketika processus vaginalis
ditutup dan lebih banyak cairan dihasilkan oleh tunica vaginalis daripada
diserap. Merupakan jenis hidrokel yang biasa terjadi pada orang dewasa. Pada
hidrokel jenis ini tidak didapatkan hubungan antara tunika vaginalis dengan
rongga peritoneum dan prosesus vaginalis paten.5
Gambar 2.1 Hidrokel Komunikan dan Non Komunikan

2.1.5 Patofisiologi
Hidrokel adalah pengumpulan cairan pada sebagian prosesus vaginalis
yang masih terbuka. Kantong hidrokel dapat berhubungan melalui saluran
mikroskopis dengan rongga peritoneum dan berbentuk katup. Dengan
demikian cairan dari rongga peritoneum dapat masuk ke dalam kantong
hidrokel dan sukar kembali ke rongga peritoneum.  Pada kehidupan fetal,
prosesus vaginalis dapat berbentuk kantong yang mencapai scrotum. Ujung
bawah kantong ini mengelilingi testis dan disebut tunika vaginalis. Apabila
terjadi atrofi pada ujung proksimal dan tengah sehingga bagian distal yang
mengelilingi testis tetap terbuka, maka terjadi hidrokel testikularis. 4.6 
Hidrokel dapat ditemukan dimana saja sepanjang funikulus spermatikus,
juga dapat ditemukan di sekitar testis yang terdapat dalam rongga perut pada
undesensus testis. Hidrokel infantilis biasanya akan menghilang dalam tahun
pertama, umumnya tidak memerlukan pengobatan, jika secara klinis tidak
disertai hernia inguinalis. Hidrokel testis dapat meluas ke atas atau berupa
beberapa kantong yang saling berhubungan sepanjang prosesus vaginalis
peritonei. Hidrokel akan tampak lebih besar dan kencang pada sore hari
karena banyak cairan yang masuk dalam kantong sewaktu anak dalam posisi
tegak, tapi kemudian akan mengecil pada esok paginya setelah anak tidur
semalaman.6 
Pada orang dewasa hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan
sekunder. Penyebab sekunder terjadi karena didapatkan kelainan pada testis
atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau
reabsorbsi cairan di kantong hidrokel. Kelainan tersebut mungkin suatu
tumor, infeksi atau trauma pada testis atau epididimis. Dalam keadaan normal
cairan yang berada di dalam rongga tunika vaginalis berada dalam
keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi dalam sistem limfatik.1

2.1.6Diagnosis

a. Anamnesis2.4 
Pada anamnesis keluhan utama pasien adalah adanya benjolan di
kantong skrotum yang tidak nyeri. Biasanya pasien mengeluh benjolan
yan berat dan besar di daerah skrotum. Tergantung pada jenis hidrokel
biasanya benjolan tersebut berubah ukuran atau volume sesuai waktu
tertentu. 
Pada hidrokel testis besarnya kantong hidrokel tidak berubah
sepanjang hari. Pada hidrokel komunikan, kantong hidrokel besarnya dapat
beruba-ubah yang bertambah besar pada saat anak menangis. Pada riwayat
penyakit dahulu, hidrokel testis biasa disebabkan oleh penyakit seperti
infeksi atau riwayat trauma pada testis.
b. Pemeriksaan Fisik2  .4 
Pada inspeksi skrotum akan tampak lebih besar dari yang
lain. Palpasi pada skrotum yang hidrokel terasa ada fluktuasi, dan relatif
kenyal atau lunak tergantung pada tegangan di dalam hidrokel, permukaan
biasanya halus. Palpasi hidrokel seperti balon yang berisi air. Bila jumlah
cairan minimun, testis relatif mudah diraba. Sedangkan bila cairan yang
tekumpul banyak, testis akan sulit diraba. Juga penting dilakukan palpasi
korda spermatikus di atas insersi tunika vaginalis. Pembengkakan kistik
karena hernia atau hidrokel atau padat karena tumor. Normalnya korda
spermatikus tidak terdapat penonjolan, yang membedakannya dengan
hernia skrotalis yang kadang-kadang transiluminasinya juga positif. Pada
auskultasi dilakukan untuk mengetahui adanya bising usus untuk
menyingkirkan adanya hernia.
Langkah diagnostik yang paling penting adalah pemeriksaan
transiluminasi hidrokel dengan cahaya di dalam ruang gelap. Hidrokel
berisi cairan jernih, straw-coloured dan mentransiluminasi (meneruskan)
berkas cahaya. Kegagalan transiluminasi dapat terjadi akibat penebalan
tunika vaginalis karena infeksi kronik atau massa di skrotum tersebut
bukan hidrokel.
Hidrokel biasanya menutupi seluruh bagian dari testis. Jika
hidrokel muncul antara 18-35 tahun harus dilakukan aspirasi. Massa kistik
yang terpisah dan berada di pool atas testis dicurigai spermatokel. Pada
aspirasi akan didapatkan cairan kuning dari massa skrotum. Berbeda
dengan spermatokel, akan didapatkan cairan berwarna putih, opalescent
dan mengandung spermatozoa.

c. Pemeriksaan Penunjang2,4 
Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara melewati
skrotum dan membantu melihat adanya hernia, kumpulan cairan (hidrokel
atau spermatokel), vena abnormal (varikokel), dan kemungkinan adanya
tumor.

2.1.7 Diagnosis Banding


1. Varicocle 
Varikokel adalah varises dari vena pada pleksus pampiniformis
akibat gangguan aliran darah balik vena spermatika interna. Pada
anamnesis pasien mengeluh adanya benjolan di atas testis yang tidak nyeri,
testis terasa berat dan pasien dengan varikokel biasanya juga
mengeluh belum mempunyai anak setelah beberapa tahun menikah.
Pada pemeriksaan fisik pasien berdiri dan diminta untuk manuver
valsava. Pada inspeksi dan palpasi terdapat bentukan seperti kumpulan
cacing di dalam kantung, yang letaknya di sebelah kranial dari testis,
permukaan testis licin, konsistensi elastis.
2. Hematocele 
Hematocele adalah penumpukan darah di dalam tunika vaginalis,
biasanya didahului oleh trauma. Pada pemeriksaan didapatkan benjolan
pada testis, teraba kistik. Pemeriksaan transiluminasi (-). 
3. Torsio Testis 
Torsio testis adalah keadaan dimana funikulus spermatikus
terpuntir sehingga terjadi gangguan vaskularisasi dari testis yang dapat
berakibat terjadinya gangguan aliran darah daripada testis.
Pada anamnesa didapatkan keluhan yang timbul mendadak, nyeri
hebat dan pembengkakan pada skrotum. Sakit perut hebat kadang disertai
mual dan muntah, nyeri dapat dirasakan menjalar ke daerah inguinal.
Pemeriksaan fisik, pada inspeksi didapatkan testis bengkak, terjadi
retraksi testis ke arah kranial, karena funikulus spermatikus terpuntir dan
memendek, testis pada sisi yang terkena lebih tinggi dan lebih horizontal
jika dibandingkan testis sisi yang sehat. Pada palpasi teraba lilitan dan
atau penebalan funikulus spermatikus.
4. Spermatocele 
Spermatocele adalah benjolan kistik yang berasal dari
epididimis dan berisi sperma. Pada anamnesa pasien mengeluhkan adanya
benjolan kecil yang tidak nyeri. Pada pemeriksaan fisik teraba masa
kistik, mobile, lokasi di cranial. dari testis, transiluminasi (+). Pada
aspirasi didapatkan: cairan encer, keruh keputihan. 
5. Hernia Ingunalis Lateralis 
Pada anamnesis didapatkan keluhan benjolan di daerah
inguinal/skrotal yang hilang timbul. Timbul saat mengedan, batuk, atau
menangis, dan hilang bila pasien tidur. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan benjolan di lipat paha/skrotum pada bayi saat menangis dan
bila pasien diminta untuk mengedan. Benjolan menghilang atau dapat
dimasukkan kembali ke rogga abdomen. Transiluminasi (-). Terkadang
didapatkan bising usus (+) pada auskultasi. 
6. Tumor Testis
Tumor testis merupakan keganasan pada pria yang terbanyak
mengenai pria usia 15-35 tahun. Pada anamnesa didapatkan keluhan
adanya pembesaran testis yang tidak nyeri. Terasa berat pada kantong
skrotum. Terkadang juga sering diikuti dengan keluhan penurunan berat
badan dan nafsu makan menurun.

2.1.8 Tatalaksana
Hidrokel biasanya tidak berbahaya dan pengobatan biasanya baru
dilakukan jika penderita sudah merasa terganggu atau merasa tidak
nyaman atau jika hidrokelnya sedemikian besar sehingga mengancam
aliran darah ke testis.
Pengobatannya bisa berupa aspirasi dengan bantuan
sebuah jarum atau pembedahan. Tetapi jika dilakukan aspirasi,
kemungkinan besar hidrokel akan berulang dan bisa terjadi infeksi.
Setelah dilakukan aspirasi, bisa disuntikkan zat sklerotik tetrasiklin,
natrium tetra desil sulfat atau urea untuk menyumbat/menutup lubang di
kantung skrotum sehingga cairan tidak akan tertimbun kembali.
Hidrokel yang berhubungan dengan hernia inguinalis harus diatasi
dengan pembedahan sesegera mungkin.
Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai
usia 1 tahun dengan harapan setelah prosesus vaginalis menutup,
hidrokel akan sembuh sendiri; tetapi jika hidrokel masih tetap ada atau
bertambah besar perlu dipikirkan untuk dilakukan koreksi.
Beberapa indikasi untuk melakukan operasi pada hidrokel
adalah: (1) hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh
darah, (2) indikasi kosmetik, dan (3) hidrokel permagna yang dirasakan
terlalu berat dan mengganggu pasien dalam melakukan aktivitasnya
sehari-hari. Tindakan pembedahan berupa hidrokelektomi atau ligasi
tinggi hidrokel. Pengangkatan hidrokel bisa dilakukan anestesi umum
ataupun regional (spinal).

2.1.9 Komplikasi
Komplikasi hidrokel yaitu kompresi pada peredaran darah testis;
perdarahan yang disebabkan karena trauma dan aspirasi; sekunder
infeksi. Jika dibiarkan, hidrokel yang cukup besar mudah mengalami
trauma dan hidrokel permagna bisa menekan pembuluh darah yang
menuju ke testis sehingga menimbulkan atrofi testis. 4

2.1.10 Prognosis
Dengan terapi operasi, angka rekurensi adalah kurang dari 1%.
Direkomendasikan untuk memantau hidrokel 6 bulan sampai 1 tahun. 4
DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo, Basuki B., Dasar-Dasar Urologi, edisi ketiga, Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya, Malang, 2015 : 140-145, 186

2. Rhoads et all., Surgical Principal and Practise, Lippincott Turtle, 1971

3. Didi, Hidrokel, www.generalhealth.com., 2008

4. Park JC. Hydrocele. Online [diakses dari [diakses

dari www.emedicine.medscape.com www.emedicine.medscape.com , pada 12

, pada 21 Desember 2020]

5. Coran AG, dkk. Pediatric Surgery Sevent Edition. El Sevier: Philadelphia.

2012

6. Smith, Donald R., General Urology, 7th edition, Maruten Asian Edition,

2000.

7. Sjamsuhidajat R. dan Jong W.D.,  Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 4, Jakarta,

EGC, 2017

Anda mungkin juga menyukai