DISUSUN OLEH:
Mahek Monawar Patel
1102015125
PEMBIMBING:
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Usia : 44 tahun
Alamat : Kelurahan Ciracas
Jenis Kelamin : Laki-laki
Ruang Rawat : Flamboyan (403)
Pekerjaan : Pedagang
Agama : Islam
Tanggal Masuk RS : 24 Mei 2019
Tanggal Pemeriksaan : 27 Mei 2019
Keluhan Tambahan :Pasien merasa lemas , mual (+), nyeri ulu hati (+), muntah (-), diare (-),
batuk pilek (-).
Riwayat Keluarga :
Riwayat Penyakit Jantung (-)
Riwayat Penyakit Paru (-)
Riwayat DM (-)
Status Generalis:
1. Keadaan umum : tampak sakit sedang
2. Kesadaran : composmentis GCS: 15 E: 4 V: 5 M: 6
3. Tekanan darah : 100/70 mmHg
4. Nadi : 84x/menit, reguler, kuat angkat
5. Suhu : 36,3oC
6. Pernapasan : 20x/menit
7. Status Gizi:
- Berat badan :62 kg
- Tinggi badan :163 cm
- IMT : 23,3 kg/m²
Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 27 Mei 2019 pukul 14.30 WIB
Kepala
1. Bentuk : Normocephal
2. Posisi : Simetris
3. Wajah : Tidak sembab
Mata
1. Exophtalmus : Tidak ada
2. Enophtalmus : Tidak ada
3. Edema periorbita : -/-
4. Kongtiva anemis : -/-
5. Sklera ikterik : -/-
6. Pupil : isokor
7. Refleks cahaya : Langsung (+/+) Tidak langsung (+/+)
8. Injeksi Konjungtiva : +/+
Hidung
1. Bentuk : Normal
2. Napas cuping hidung : Tidak ditemukan
3. Septum : Tidak ada deviasi
4. Sekret : Tidak ditemukan
Telinga
1. Bentuk & ukuran : Normal
2. Darah & cairan : Tidak ditemukan
3. Nyeri tekan tragus : -/-
4. Pendegaran : Normal
Mulut
1. Labium oris : Normal, tidak tampak massa/benjolan
2. Commissura Labiorum Oris : Simetris, tidak ditemukan deviasi
3. Philtrum : Berada di tengah
4. Vestibulum oris : Tampak gigi teratur
5. Cavum oris : Lidah bentuk normal, tidak ditemukan deviasi
6. Pallatum molle : Tidak hiperemis, tidak tampak massa
7. Fossa bucalis : Tidak ditemukan massa
8. Uvula : Letak ditengah, tidak deviasi
9. Tonsila palatina : T1/T1, tidak hiperemis
Kulit
1. Warna : Sawo matang
2. Efloresensi dan jaringan parut :Dalam batas normal
3. Pigmentasi : Dalam batas normal
4. Turgor : Baik
5. Ikterus : Tidak ada
6. Sianosis : Tidak ada
7. Pucat : Tidak ada
8. Pertumbuhan rambut : Dalam batas normal
Leher
1. Bentuk : Bentuk normal, tidak tampak hiperemis, tidak tampak massa
2. Kelenjar tiroid : Tampak pembesaran
3. Kelenjar limfe : Tidak tampak pembesaran
Paru-Paru
1. Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris pada keadaan statis dan
dinamis. Tidak tampak hematoma, sikatrik, dan benjolan.
2. Palpasi : Fremitus taktil dan vocal dada kanan dan kiri normal. Nyeri
tekan (-), Teraba Massa (-).
3. Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
4. Auskultasi : Suara napas dasar vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung
1. Inspeksi : Iktus kordis terlihat
2. Palpasi :Iktus kordis teraba di ICS 5 linea midclav sinitra
3. Perkusi
- Batas jantung kanan : ICS 4 linea parasternalis dextra
- Batas jantung kiri : ICS 5 linea axillaris anterior sinistra
- Batas pinggang jantung : ICS 3 linea parasternalis sinistra
4. Auskultasi :Bunyi jantung I/II reguler, gallop (-),murmur (-)
Abdomen
1. Inspkesi : Perut datar simetris.
2. Aukultasi : Bising usus (+) normal
3. Palpasi : Supel, terdapat nyeri tekan pada regio hypogastric, right iliac
dan left iliac dan tidak teraba massa. Tidak teraba pembesaran hepar dan lien, tes
undulasi (-)
4. Perkusi : Timpani pada seluruh kuadran, shifting dullnes (-)
Ekstremitas
1. Akral hangat pada ektermitas atas dan bawah dextra sinistra
2. Edema pada ektremitas atas dan bawah dextra sinistra (+)
3. Caapilary Refill Time < 2 detik
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium pada tanggal 24 Mei 2019 di RSUD Ciracas
URINALISA
Urin Lengkap Makroskopis
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Keruh Jernih
Kimia Urin
Berat Jenis 1.020 1.003 – 1.030
pH 5.00 4.6 – 8.5
Glukosa Negatif Negatif
Bilirubin Negatif mg/dL Negatif
Keton Negatif mg/dL Negatif
Darah/Hb (4+) positif 4 /L Negatif
Protein (3+) positif 3 Negatif
Urobilinogen Negatif mg/dL Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Leukosit Esterase (2+) positif 2 Negatif
Sedimen Flowcymetri
Leukosit H 15 – 20 /L 0 – 5 / LPB
Eritrosit 1-2 /L 0 – 3 / LPB
Silinder H2–3 /L Negatif
Epitel + /L Negatif
Kritstal Negatif /L Negatif
Bakteri Negatif /L Negatif
DIAGNOSIS KERJA
Infeksi Saluran Kemih
Acute Kidney Injury
DIAGNOSIS BANDING
Pielonefritis Akut
Hipertrofi Prostat Benigna
Glomerulonefritis
PENATALAKSANAAN
Terapi Non-Farmakologi
Tirah Baring
Terapi Farmakologi
1. IVFD Asering / 8 jam
2. Injeksi Cefoperazone 2 x 1 gr (iv)
3. Injeksi NAC 3 x 1amp (iv)
4. PCT 3 x 1 tab (jika demam)
5. Injeksi Ranitidin 2 x 1 am (iv)
PROGNOSIS
Ad vitam :Dubia ad Bonam
Ad Functionam :Dubia ad Bonam
Ad Sanactionam :Dubia ad Bonam
FOLLOW UP
27 Mei 2019 28 Mei 2019 29 Mei 2019
S/ S/ S/
- BAK Keruh (+) - BAK Keruh (-) - BAK keruh (-)
- Nyeri saat BAK (-) - Nyeri saat BAK (-) - Nyeri saat BAK (-)
- BAK berdarah (-) - BAK berdarah (-) - BAK berdarah (-)
- BAK lancar (-) - BAK lancar (+) - BAK lancar (+)
O/ O/ O/
A/ A/ A/
ISK dan AKI ISK dan AKI ISK dan AKI
P/ P/ P/
- IVFD RA/8 jam - IVFD RA/8 jam - IVFD RA/8 jam
- Braxidin 3 x 1 - Braxidin 3 x 1 - Braxidin 3 x 1
- asam folat 3 x 1 - asam folat 3 x 1 - asam folat 3 x 1
- vit B12 3 x 1 - vit B12 3 x 1 - vit B12 3 x 1
- Flunarizine 2 x 1 - Flunarizine 2 x 1 - Flunarizine 2 x 1
- Inj Ranitidin 1 amp IV - Inj Ranitidin 1 amp IV - Inj Ranitidin 1 amp IV
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
INFEKSI SALURAN KEMIH
DEFINISI
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan dimana kuman atau mikroba tumbuh dan
berkembang biak dalam saluran kemih dalam jumlah bermakna (IDAI, 2011). Istilah ISK
umum digunakan untuk menandakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih
(Haryono, 2012).
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan bakteriuria
patogen dengan colony forming units per mL CFU/ ml urin > 105, dan lekositouria >10 per
lapangan pandang besar, disertai manifestasi klinik.
KLASIFIKASI
Klasifikasi infeksi saluran kemih dapat dibedakan berdasarkan anatomi dan klinis. Infeksi
saluran kemih diklasifikasikan berdasarkan anatomi, yaitu:
1. Perempuan
2. Laki-Laki
Presentasi klinis ISK bawa pada laki-laki mungkin sistitis, prostatitis, epidimidis, dan
urethritis.
1. Pielonefritis Akut (PNA). Pielonefritis akut adalah proses inflamasi parenkim ginjal
yang disebabkan infeksi bakteri.
2. Pielonefritis Kronik (PNK). Pielonferitis kronik mungkin akibat lanjut dari infeksi
bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih dan
refluks vesikoureter dengan atau tanpa bacteriuria kronik sering diikuti pembentukan
jaringan ikat parenkim ginal yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik.
Bacteriuria asimptomatik kronik pada orang dewasa tanpa faktor predisposisi tidak
pernah menyebabkan pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal.
EPIDEMIOLOGI
Infeksi saluran kemih (ISK) tergantung banyak faktor; seperti usia, gender, prevalensi
bakteriuria, dan faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih
termasuk ginjal. Selama periode usia beberapa bulan dan lebih dari 65 tahun perempuan
cenderung menderita ISK dibandingkan laki-laki. ISK berulang pada laki-laki jarang
dilaporkan, kecuali disertai faktor predisposisi. Prevalensi bakteriuri asimptomatik lebih sering
ditemukan pada perempuan. Menurut penelitian, hampir 25-35% perempuan dewasa pernah
mengalami ISK selama hidupnya. Prevalensi selama periode sekolah (school girls) 1%
meningkat menjadi 5% selama periode aktif secara seksual. Prevalensi infeksi asimpotimatik
meningkat mencapai 30% bila disertai faktor predisposisi.
Di Amerika Serikat, terdapat >7 juta kunjungan pasien dengan ISK di tempat praktik umum.
Sebagian besar kasus ISK terjadi pada perempuan muda yang masih aktif secara seksual dan
jarang pada laki-laki <50 tahun5. Insiden ISK pada laki-laki yang belum disirkumsisi lebih
tinggi (1,12%) dibandingkan pada laki-laki yang sudah disirkumsisi (0,11%).
ETIOLOGI
Prevalensi ISK menginkat baik pada perempuan maupun laki-laki bila disertai faktor
predisposisi seperti terlihat pada tabel 1.
PATOGENESIS
- Kelasi besi
Membran protein lainnya - Antibiotika resisten
- Kemungkinan perlengketan
Bakteri patogen dari urin dapat menyebabkan manifestasi klinis bergantung pada perlengketan
mukosa oleh bakteri, faktor virulensi, dan variasi faktor virulensi1.
MANIFESTASI KLINIS
Infeksi saluran kemih dapat diketahui dengan beberapa gejala seperti demam, susah buang air
kecil, nyeri setelah buang air besar (disuria terminal), sering buang air kecil, kadang-kadang
merasa panas ketika berkemih, nyeri pinggang dan nyeri suprapubik.
Setiap pasien dengan ISK pada laki-laki dan ISK rekuren pada perempuan harus dilakukan
investigasi faktor predisposisi atau pencetus.
Presentasi klinis ISK atas dan bawah pada pasien dewasa seperti terungkap pada gambar 2.
Gambar 2. Hubungan antara lokasi infeksi dengan gejala klinis
Presentasi klinis PNA seperti panas tinggi (39,5 ºC – 40.5 ºC), disertai menggigil dan
sakit pinggang. Pesentasi klinis PNA ini sering didahului gejala ISK bawah (sistitis).
Pada pemeriksaan fisik diagnostik tampak sakit berat, panas intermiten disertai
menggigil dan takikardia. Frekuensi nadi pada infeksi E.coli biasanya 90 kali per menit,
sedangkan infeksi oleh kuman staphylococcus dan streptococcus dapat menyebabkan
takikardia lebih dari 140 kali per menit. Ginjal sulit teraba karena spasme otot-otot.
Distensi abdomen sangat nyata dan rebound tenderness mungkin juga ditemukan, hal
ini menunjukkan adanya proses dalam perut, intra peritoneal.
manifestasi kliniknya bervariasi dari keluhan-keluhan ringan atau tanpa keluhan dan
ditemukan kebetulan pada pemeriksaan urin rutin. Presentasi klinik PNK dapat berupa
proteinuria asimtomatik, infeksi eksaserbasi akut, hipertensi, dan gagal ginjal kronik
(GGK).
3. ISK bawah (sistitis)
Presentasi klinis sistitis seperti sakit suprapubik, polakisuria, noturia, dysuria, dan
stranguria dan tidak jarang dengan hematuria. Keluhan sistemik seperti panas
menggigil jarang ditemukan, kecuali bila disertai penyulit PNA. Pada wanita, keluhan
biasanya terjadi 36-48 jam setelah melakukan senggama, dinamakan honeymoon
cystitis. Pada laki-laki, prostatitis yang terselubung setelah senggama atau minum
alkohol dapat menyebabkan sistitis sekunder.
Presentasi klinis SUA sulit dibedakan dengan sistitis. SUA sering ditemukan pada
perempuan usia antara 20 – 50 tahun. Presentasi klinis SUA sangat sedikit (hanya disuri
dan sering BAK) disertai cfu/ml < 105; sering disebut sistitis abakterialis.
Sindrom uretra akut (SUA) dibagi menjadi 3 kelompok pasien, yaitu; a) kelompok
pertama pasien dengan pyuria, biakan urin dapat diisolasi E.coli dengan cfu/ml urin 103
– 105. Sumber infeksi berasal dari kelenjar peri-uretral atau uretra sendiri. Kelompok
pasien ini memberikan respon yang baik terhadap antibiotic standar seperti ampicillin.
b) kelompok kedua pasien leukosituria 10-50/lapang pandang tinggi dan kultur urin
steril. Kultur (biakan) khusus ditemukan chlamydia trachomatis atau bakteri anaerobik.
c) kelompok ketiga pasien tanpa pyuria dan biakan urin steril.
ISK rekuran. Infeksi saluran kemih (ISK) rekuren terdiri dari 2 kelompok, yaitu: a) Re-infeksi
(re-infection). Pada umumnya episode infeksi dengan interval > 6 minggu dengan
mikroorganisme (MO) yang berlainan. b) Relapsing infection. Setiap kali infeksi disebabkan
oleh mikroorganisme yang sama, disebabkan sumber infeksi tidak mendapat terapi yang
adekuat.
DIAGNOSIS
Dikatakan ISK jika terdapat kultur urin positif ≥100.000 CFU/mL. Ditemukannya positif
(dipstick) leukosit esterase adalah 64 - 90%. Positif nitrit pada dipstick urin, menunjukkan
konversi nitrat menjadi nitrit oleh bakteri gram negatif tertentu (tidak gram positif), sangat
spesifik sekitar 50% untuk infeksi saluran kemih. Temuan sel darah putih (leukosit) dalam urin
(piuria) adalah indikator yang paling dapat diandalkan infeksi (> 10 WBC / hpf pada spesimen
berputar) adalah 95% sensitif tapi jauh kurang spesifik untuk ISK. Secara umum, > 100.000
koloni/mL pada kultur urin dianggap diagnostik untuk ISK.
Pemeriksaan analisa urin rutin terdiri dari pH urin, proteinuria (albuminuria), dan
pemeriksaan mikroskopik urin. Urin normal mempunyai pH bervariasi antara 4,3-8,0.
Bila bahan urin masih segar dan pH >8 (alkalis) selalu menunjukkan adanya infeksi
saluran kemih yang berhubungan dengan mikroorganisme pemecah urea (ureasplitting
organism). Albuminuria hanya ditemukan ISK. Sifatnya ringan dan kurang dari 1 gram
per 24 jam.
Pemeriksaan mikroskopik urin terdiri dari sedimen urin tanpa putar (100 x) dan
sedimen urin dengan putar 2500 x/menit selama 5 menit. Pemeriksaan mikroskopik
dengan pembesaran 400x ditemukan bakteriuria >105 CFU per ml. Lekosituria (piuria)
10/LPB hanya ditemukan pada 60-85% dari pasien-pasien dengan bakteriuria
bermakna (CFU per ml >105). Kadang-kadang masih ditemukan 25% pasien tanpa
bakteriuria. Hanya 40% pasien-pasien dengan piuria mempunyai bakteriuria dengan
CFU per ml >105. Analisa ini menunjukkan bahwa piuria mempunyai nilai lemah untuk
prediksi ISK.
Tes dipstick pada piuria untuk deteksi sel darah putih. Sensitivitas 100% untuk >50
leukosit per HPF, 90% untuk 21-50 leukosit, 60% untuk 12-20 leukosit, 44 % untuk 6-
12 leukosit. Selain itu pada pemeriksaan urin yang tidak disentrifuge dapat dilakukan
pemeriksaan mikroskopik secara langsung untuk melihat bakteri gram negatif dan gram
positif. Sensitivitas sebesar 85 % dan spesifisitas sebesar 60 % untuk 1 PMN atau
mikroorganisme per HPF. Namun pemeriksaan ini juga dapat mendapatkan hasil positif
palsu sebesar 10%10.
2. Uji biokimia
Uji biokimia didasari oleh pemakaian glukosa dan reduksi nitrat menjadi nitrit dari
bakteriuria terutama golongan Enterobacteriaceae. Uji biokimia ini hanya sebagai uji
saring (skrinning) karena tidak sensitif, tidak spesifik dan tidak dapat menentukan tipe
bakteriuria.
3. Mikroorganisme
Pemeriksaan mikrobiologi yaitu dengan Colony Forming Unit (CFU) ml urin. Indikasi
CFU per ml antara lain pasien-pasien dengan gejala ISK, tindak lanjut selama
pemberian antimikroba untuk ISK, pasca kateterisasi, uji saring bakteriuria
asimtomatik selama kehamilan, dan instrumentasi. Bahan contoh urin harus dibiakan
lurang dari 2 jam pada suhu kamar atau disimpan pada lemari pendingin. Bahan contoh
urin dapat berupa urin tengah kencing (UTK), aspirasi suprapubik selektif.
Interpretasi sesuai dengan kriteria bakteriura patogen yakni CFU per ml >105 (2x)
berturut-turut dari UTK, CFU per ml >105 (1x) dari UTK disertai lekositouria > 10 per
ml tanpa putar, CFU per ml >105 (1x) dari UTK disertai gejala klinis ISK, atau CFU
per ml >105 dari aspirasi supra pubik. Menurut kriteria Kunin yakni CFU per ml >105
(3x) berturut-turut dari UTK.
TATALAKSANA
1. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah
Prinsip manajemen ISK bawah meliputi intake cairan yang banyak, antibiotika yang
adekuat, dan kalau perlu terapi simptomatik untuk alkalinisasi urin dengan natrium
bikarbonat 16-20 gram per hari:
- Hampir 80% pasien akan memberiksan respon setelah 48 jam dengan
antibiotika tunggal; seperti ampisilin 3 gram, trimetoprim 200 mg.
- Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisis (leukosuria) diperlukan terapi
konvensional selama 5 – 10 hari.
- Pemeriksaan mikroskopis urin dan biakan urin tidak diperlukan bila semua
gejala hilang dan tanpa leukosuria.
Pada sistitis akut, antibiotika pilihan pertama antara lain nitrofurantoin, ampisilin,
penisilin G, asam nalidiksik dan tetrasiklin. Golongan sulfonamid cukup efektif tetapi
tidak ekspansif. Pada sistitis kronik dapat diberikan nitrofurantoin dan sulfonamid
sebagai pengobatan permulaan sebelum diketahui hasil bakteriogram.
Sindrom Uretra Akut (SUA). Pasien dengan SUA dengan hitung kuman 103 – 105
memerlukan antibiotika yang adekuat. Infeksi klamidia memberikan hasil yang baik
dengan tetrasiklin. Infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme anaerobik diperlukan
antimikroba yang serasi, misalnya golongan kuinolon.
2. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Atas
Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut (PNA) memerlukan rawat inap untuk
memelihara status hidrasi dan terapi antibiotik parenteral minimal 48 jam. Indikasi
rawat inap pada PNA antara lain kegagalan dalam mempertahankan hidrasi normal atau
toleransi terhadap antibiotik oral, pasien sakit berat, kegagalan terapi antibiotik saat
rawat jalan, diperlukan investigasi lanjutan, faktor predisposisi ISK berkomplikasi,
serta komorbiditas seperti kehamilan, diabetes mellitus dan usia lanjut.
The Infectious Disease Society of America menganjurkan satu dari tiga alternative
terapi antibiotic IV sebagai terapi awal selama 48 - 72 jam, sebelum adanya hasil
kepekaan biakan yakni fluorokuinolon, amiglikosida dengan atau tanpa ampisilin dan
sefalosporin spektrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida.
Terapi Empiris Antimikroba Parenteral yang direkomendasikan untuk Pyelonefritis
Akut tanpa komplikasi:
No Nama Obat Dosis Parenteral
1. Siprofloksasin 400 mg bid
2. Levofloksasin 250 – 500 mg qd
3. Sefotaksim 2 gram tid
4. Seftriakson 1 – 2 gram qd
5. Sefazidim 1 – 2 gram qd
KOMPLIKASI
Komplikasi ISK bergantung dari tipe yaitu ISK tipe sederhana (uncomplicated) dan ISK tipe
berkomplikasi (complicated).
1. ISK sederhana (uncomplicated)
ISK akut tipe sederhana yaitu non-obstruksi dan bukan pada perempuan hamil pada
umumnya merupakan penyakit ringan (self limited disease) dan tidak menyebablan
akibat lanjut jangka lama.
ISK tipe berkomplikasi biasanya terjadi pada perempuan hamil dan pasien dengan
diabetes mellitus. Selain itu basiluria asimtomatik (BAS) merupakan risiko untuk
pielonefritis diikuti penurun laju filtrasi glomerulus (LFG).
Komplikasi emphysematous cystitis, pielonefritis yang terkait spesies kandida dan
infeksi gram negatif lainnya dapat dijumpai pada pasien DM. Pielonefritis
emfisematosa disebabkan oleh MO pembentuk gas seperti E.coli, Candida spp, dan
klostridium tidak jarang dijumpai pada pasien DM. Pembentukan gas sangant intensif
pada parenkim ginjal dan jaringan nekrosis disertai hematom yang luas. Pielonefritis
emfisematosa sering disertai syok septik dan nefropati akut vasomotor.
Abses perinefritik merupakan komplikasi ISK pada pasien DM (47%), nefrolitiasis
(41%), dan obstruksi ureter (20%).
PROGNOSIS
Prognosis pasien dengan pielonefritis akut, pada umumnya baik dengan penyembuhan 100%
secara klinik maupun bakteriologi bila terapi antibiotika yang diberikan sesuai. Bila terdapat
faktor predisposisi yang tidak diketahui atau sulit dikoreksi maka 40% pasien PNA dapat
menjadi kronik atau PNK. Pada pasien Pielonefritis kronik (PNK) yang didiagnosis terlambat
dan kedua ginjal telah mengisut, pengobatan konservatif hanya semata-mata untuk
mempertahankan faal jaringan ginjal yang masih utuh. Dialisis dan transplantasi dapat
merupakan pilihan utama.
Prognosis sistitis akut pada umumnya baik dan dapat sembuh sempurna, kecuali bila terdapat
faktor-faktor predisposisi yang lolos dari pengamatan. Bila terdapat infeksi yang sering
kambuh, harus dicari faktor-faktor predisposisi. Prognosis sistitis kronik baik bila diberikan
antibiotik yang intensif dan tepat serta faktor predisposisi mudah dikenal dan diberantas.
PENCEGAHAN
Data epidemiologi klinik mengungkapkan uji saring bakteriuria asimptomatik bersifat selektif
dengan tujuan utama untuk mencegah menjadi bakteriuria disertai presentasi klinis ISK. Uji
saring bakteriuria asimptomatik harus rutin dengan jadual tertentu untuk kelompok pasien
perempuan hamil, pasien DM terutama perempuan, dan pasca transplantasi ginjal perempuan
dan laki-laki, dan kateterisasi laki-laki dan perempuan.
DAFTAR PUSTAKA