PENDAHULUAN
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga bersangkutan. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia
dapatan atau akuisita. Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama sesuai dengan lokasi
Sekitar 75% hernia terjadi di sekitar lipat paha, berupa hernia inguinal direk, indirek,
Menurut sifatnya, hernia disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar-
masuk. Usus keluar saat berdiri atau mengedan, dan masuk lagi ketika berbaring atau
bila didorong masuk perut. Selama hernia masih reponibel, tidak ada keluhan nyeri
atau gejala obstruksi usus. Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam
Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen muncul
didaerah sekitar lipat paha. Di berbagai negara di dunia, hernia inguinal lebih sering
terjadi 8 hingga 20 kali daripada hernia femoral. Perbandingan angka kejadian pada
pria sepuluh kali daripada wanita dan sekitar 55% hernia inguinal terjadi pada sisi
kanan. Sekitar 70 % dari hernia inguinal adalah hernia inguinal indirek. Hernia
bilateral empat kali lebih sering terjadi pada hernia direk daripada hernia indirek.
1
Setiap tahun, sekitar 85.000 reparasi hernia inguinal dilakukan di Inggris dan 750.000
kasus di Amerika.
inkarserata?
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1. Diharapkan laporan kasus ini dapat bermanfaat sebagai sarana ilmu pengetahuan
medis dan dapat dijadikan sebagai bahan literatur tentang hernia inguinalis
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Anamnesis
1. Identitas
Nama : Ny. T
Usia : 83 tahun
Alamat : Kromengan
Status : Janda
Agama : Islam
Suku : Jawa
No.RM : 471***
2. Keluhan Utama
Ny. T mengeluhkan adanya benjolan pada lipat paha kiri. Benjolan ini
muncul sejak 6 bulan yang lalu. Awalnya benjolan berukuran kecil dan tidak
terasa nyeri, kemudian beberapa jam sebelum masuk IGD secara tiba – tiba
muncul benjolan yang semakin besar. Benjolan teraba keras dan tidak dapat
digerakkan. Benjolan juga disertai dengan rasa nyeri hebat. Nyeri dirasakan
3
seperti melilit dan menjalar ke perut bagian atas. Nyeri bertambah apabila
benjolan dipegang atau di raba. Ny.T juga mengeluhkan mual – muntah, sehingga
5. Riwayat Terapi
6. Riwayat Alergi
1. Kulit
Warna kulit coklat, pucat (-), gatal (-), kulit kering (-), bintik merah (-).
2. Kepala
Pusing (-), nyeri (-).
3. Mata
Pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan kabur (-)
4. Hidung
Tersumbat (-), mimisan (-), sekret (-), purulen (-)
5. Telinga
Pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-)
4
6. Mulut
Sariawan (-), mulut kering (-) perdarahan (-)
7. Tenggorokan
Sakit menelan (-), serak (-)
8. Pernafasan
Sesak nafas (-), batuk (-), dahak (-)
9. Kadiovaskuler
Nyeri dada (-), berdebar-debar (-)
10. Gastrointestinal
Mual (+), muntah (+), diare (-), nyeri ulu hati (-)
11. Genitourinaria
BAK lancar, warna dan jumlah dalam batas normal
12. Neurologik
kejang (-), lumpuh (-), kesemutan (-), penurunan kesadaran (-)
13. Muskuloskeletal
Kaku sendi (-), nyeri otot (-)
14. Ekstremitas
- Atas kanan : bengkak (-), sakit (-), luka (-)
- Atas kiri : bengkak (-), sakit (-), luka (-)
- Bawah kanan : bengkak (-), sakit (-), luka (-)
- Bawah kiri : bengkak (-), sakit (-), luka (-)
15. Genital
Terdapat benjolan lipat paha sebelah kiri
2. Kesadaran : Composmentis
3. GCS : 456
4. Tanda Vital
Pernafasan : 18 x /menit
Suhu : 36 oC
5
5. Kepala
Bentuk normocephal, luka (-), rambut tidak mudah dicabut, keriput (-), atrofi m.
temporalis (-), makula (-), papula (-), nodula (-), kelainan mimik wajah/bells
6. Mata
7. Hidung
8. Mulut
9. Telinga
10. Tenggorokan
11. Leher
JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran
12. Thoraks
6
13. Cor
14. Kulit
Turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), venektasi (-), petechie (-), spider nevi (-),
berkeringat (-).
15. Sistem genitalia: terdapat massa regio inguinal sinistra, batas tegas (+).
16. Status lokalis: terdapat massa diregio inguinal sinistra, batas tegas (+), Finger test:
terasa massa pada ujung jari, Ziemann’s test: terdapat dorongan pada jari II,
7
2.4 Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium
Kimia Klinik
Glukosa Darah
Ureum 18 mg/dl 10 – 20
8
Immunoserologi
Reaktif
2.5 Resume
Ny. T datang ke IGD diantar oleh anaknya mengeluh terdapat benjolan di sela
paha sebelah kiri. Menurut Ny. T benjolan tersebut muncul sejak 6 bulan sebelum
maruk rumah sakit. Awalnya benjolan berukuran kecil dan tidak terasa nyeri. Namun
tadi pagi, benjolan tiba – tiba membesar dan disertai nyeri hebat. Benjolan teraba
keras dan tidak dapat digerakkan. Nyeri semakin hebat jika benjolan disentuh. Nyeri
menjalar hingga perut bagian atas. Ny. T juga mengeluhkan mual – muntah, sehingga
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada Ny. T ditemukan adanya massa diregio
inguinal sinistra, batas tegas (+), Finger test: terasa massa pada ujung jari, Ziemann’s
test: terdapat dorongan pada jari II, auskultasi: terdapat peningkatan peristaltik.
yang berupa darah lengkap, kimia darah, dan immunoserologi. Hasil darah lengkap
dalam batas normal, sedangkan pada kimia darah ditemukan adanya gula darah
9
2.6 Penatalaksanaan
1. Infus NS
2. Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
2.7 Follow Up
Tanggal S O A P
13/05/19 - Menggigil - GCS: 456 Post HTHR - Lanjut intervensi
dengan
- Nyeri luka - KU: Cukup Mesh (II)
operasi
- Nadi 107
x/menit
- Suhu 370C
14/05/19 - Nyeri luka - GCS: 456 Post HTHR - Lanjut intervensi
operasi dengan
- KU: Cukup Mesh (II)
- Suhu
36,90C
- Nadi 92
x/menit
- Tekanan
Darah
109/60
mmHg
15/05/19 - Nyeri luka - GCS: 456 Post HTHR - Drip Tramadol
operasi dengan 100 mg/8 jam
- KU: Cukup Mesh (II)
- Tx tetap/Lanjut
- Tekanan intervensi
Darah
143/88 - Mobilisasi (duduk
mmHg – jalan)
- Nadi 91
10
x/menit
BAB III
11
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi
Kanalis inguinalis adalah saluran yang berjalan oblik (miring) dengan panjang
Terletak mulai dari SIAS sampai ke ramus superior tulang pubis (Omar F & Moffat
D, 2004)
a. Anterior: dibatasi oleh aponeurosis muskulus oblikus eksternus dan 1/3 lateralnya
lateral. Bagian medial dibentuk oleh fasia transversa dan konjoin tendon, dinding
12
posterior berkembang dari aponeurosis muskulus transversus abdominis dan fasia
transversal.
c. Superior: dibentuk oleh serabut tepi bawah muskulus oblikus internus dan
d. Inferior: dibentuk oleh ligamentum inguinale dan lakunare bagian ujung atas dari
kanalis inguinalis adalah internal inguinal ring. Ini merupakan defek normal dan
fasia transversalis dan berbentuk huruf “U” dan “V” dan terletak di bagian lateral
dan superior. Batas cincin interna adalah pada bagian atas muskulus transversus
Kanalis inguinalis pria terdapat duktus deferens, tiga arteri yaitu: arteri
spermatika interna, arteri diferential dan arteri spermatika eksterna, lalu plexus vena
pampiniformis, juga terdapat tiga nervus yaitu: cabang genital dari nervus
genitofemoral, nervus ilioinguinalis dan serabut simpatis dari plexus hipogastrik dan
tiga lapisan fasia yaitu: fasia spermatika eksterna yang merupakan lanjutan dari fasia
internus, dan fasia otot lalu fasia spermatika interna yang merupakan perluasan dari
abdominis yang membentuk lapisan anterior rektus. Aponeurosis ini membentuk tiga
13
struktur anatomi di dalam kanalis inguinalis berupa ligamentum inguinale, lakunare
dibentuk dari serabut tendon oblikus eksternus yang berasal dari daerah sias.
Ligamentum ini membentuk sudut <45 derajat sebelum melekat pada ligamentum
pektinea (Cooper), ligamentum ini tebal dan kuat yang terbentuk dari ligamentum
pubis dan ke bagian lateral periosteum tulang ilium (Omar F & Moffat D, 2004).
14
Konjoin tendon merupakan gabungan serabut-serabut bagian bawah
berinsersi pada tuberkulum pubikum dan ramus superior tulang pubis (Omar F &
Moffat D, 2004).
merupakan ligamentum, tetapi penebalan dari fasia transversalis pada sisi medial
ligamentum ini dibentuk dari serabut aponeurosis yang berasal dari crus inferior
cincin externa yang meluas ke linea alba (Omar F & Moffat D, 2004).
bagian medial, ke arah pinggIr inferior cincin dalam dan menyilang pembuluh darah
femoral dan membentuk pinggir anterior selubung femoralis (Omar F & Moffat D,
2004).
abdominis. Segitiga Hasselbach, pada tahun 1814 Hasselbach mengemukan dasar dari
segitiga yang dibentuk oleh pekten pubis dan ligamentum pektinea. Segitiga ini
dibatasi oleh:
15
a. Supero-lateral: pembuluh darah epigastrika inferior
3.2 Definisi
Kata hernia berarti penonjolan suatu kantong peritoneum, suatu organ atau
lemak praperitoneum melalui cacat kongenital atau akuisita (dapatan). Hernia terdiri
atas cincin, kantong, dan isi hernia. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui
defek atau bagian lemah dari lapisan muskuloaponeurotik dinding perut (Sabiston
D.C, 2010).
16
Hernia inguinalis adalah kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal masuk
ke rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin
inguinalis. Materi yang masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa juga
3.3 Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab
yang didapat. Lebih banyak terjadi pada lelaki daripada perempuan. Berbagai faktor
penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang
cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu, diperlukan
faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup
lebar. Pada orang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia
inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur otot oblikus
internus abdominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi, dan
adanya fasia transversa yang kuat sehingga menutupi trigonum hasselbach yang
serabut otot yang paling bawah membentuk atap mioaponeurotik pada kanalis
transversalis. Kontraksi ini terus bekerja hingga ke depan cincin interna dan berfungsi
17
Kontraksi m.transversus abdominis menarik dan meregang crura anulus
internus, iliopubic tract, dan fasia transversalis menebal sehingga cincin menutup
seperti spincter (Shutter Mechanism). Pada saat yang sama m. oblikus eksternus
inguinalis menjadi teregang dan menekan cincin interna pada dinding posterior yang
(Sjamsuhidajat, R. 2011).
antara hernia pada anak dengan dewasa. Pada anak, penyebab tersering adalah
gangguan kongenital kelainan jaringan ikat (misalnya anak dengan dislokasi panggul)
18
3.4 Insidensi dan Faktor Resiko
Insidens inguinalis pada bayi dan anak tidak diketahui pasti, penelitian dan
populasi tertentu didapatkan 10-20 hernia inguinalis per 1000 kelahiran hidup,
dengan perbandingan anak laki-laki dan wanita berkisar 4:1 sampai 10:1 terutama
pada seri kasus dalam jumlah banyak. Sebagian besar hernia inguinalis ditemukan
pada sisi kanan. Penelitian mendapatkan pada anak laki-laki 60% hernia inguinalis
terdapat pada sisi kanan, 30% sisi kiri, dan 10% bilateral. Insidens hernia inguinalis
bayi premature mencapai 30% dengan angka inkarserasi lebih dari 31%. Insidens
hernia inguinalis inkarserasi strangulasi seri pasien yang besar didapatkan 10%- 20%
hampri setengahnya pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Insidens hernia inguinalis
inkarserasi pada anak usia dibawah 1 tahun mencpai 30%, dan insiden hernia
inkarserasi yang perlu tindkan pembedahan segera lebih tinggi pada wanita
dibandingkan laki-laki.
didapatkan sebanyak 7% pada bayi laki-laki usia kehamilan kurang dari 6 minggu, dn
hanya 0,6% pada bayi laki-laki lahir dengan usia kehamilan lebih besar dari 36
minggu. Penelitian lain mendpatkan angka 30% insidens hernia pada bayi dengan
berat badan lahir kurang dari insidens hernia inguinalis didapatkan meningkat Karen
factor risiko lain seperti terdapat riwayat keluarga denganhernia inguinalis, penyakit
19
peritoneal yang menetap, defek congenital dinding abdomen. Terdapat juga
peningkatan insidens hernia inguinalis pada bayi dengan kelainan jaringan ikat
peritonei sebuah kantong peritoneum yang menonjol keluar, yang pada janin berperan
dalam pembentukan kanalis inguinalis. Oleh karena itu kantong hernia masuk
kedalam kanalis inguinalis melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah
lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis nguinalis dan keluar ke rongga
perut melalui anulis inguinalis eksternus. lateral dari arteria dan vena epigastrika
inferior (Mansjoer, A. 2000). Hernia ini lebih sering dijumpai pada sisi kanan. Hernia
a. Merupakan sisa prosessus vaginalis dan oleh karena itu bersifat kongenital.
b. Angka kejadian hernia indirek lebih banyak dibandingkan hernia inguinalis direk.
20
f. Kantong hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis melalui anulus inguinalis
h. Kantong hernia dapat meluas ke arah bawah ke dalam kantong skrotum atau
labium majus.
Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis medialis. Hernia ini
melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa epigastrika inferior di daerah yang
dibatasi segitiga Hasselbach. Hernia inguinalis direk jarang pada perempuan, dan
sebagian bersifat bilateral. Hernia ini merupakan penyakit pada laki-laki lanjut usia
Terjadi bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong
terperangkap dan tidak dapat kembali ke rongga perut. Akibatnya terjadi gangguan
pasase atau vaskularisasi. Secara klinis istilah hernia inkarserata dimaksutkan untuk
hernia ireponibel yang disertai gangguan pasase. Hernia strangulate digunakan untuk
3.6 Patofisiologi
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 dari
21
testis itu akan menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi tonjolan
peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir
umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak
Pada pria testes awalnya retroperitoneal dan dengan processus vaginalis testes
gubernaculum. Pada sisi sebelah kiri terjadi penurunan terlebih dahulu sehingga ,yang
tersering hernia inguinalis lateralis angka kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan
yang paling sering adalah yang sebelah kanan. Pada wanita ovarium turun ke pelvis
peritoneal yang melewati cincin interna. Pada pria kehilangan sisa ini akan
melekatkan testis yang dikenal dengan tunika vaginalis. Jika processus vaginalis tidak
menutup maka hidrokel atau hernia inguinalis lateralis akan terjadi. Sedangkan pada
wanita akan terbentuk kanal Nuck. Akan tetapi tidak semua hernia ingunalis
30% autopsi yang terkena hernia ingunalis lateralis proseccus vaginalisnya menutup
(Norton,Jeffrey A. 2001).
Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi karena lanjut usia, karena pada
umur yang tua otot dinding rongga perut dapat melemah. Sejalan dengan
22
bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada
orang tua kanalis tersebut telah menutup, namun karena daerah ini merupakan lokus
meningkat seperti, batuk kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang-barang
berat dan mengejan, maka kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan
timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan
keluar melalui defek tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas
akibat trauma, hipertropi prostat, asites, kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital
(Mansjoer, A. 2000).
ditemukan pada pemeriksaan fisik rutin dengan palpasi benjolan pada annulus
23
inguinalis superfisialis atau suatu kantong setinggi annulus inguinalis profundus
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha
yang timbul pada waktu mengedan. Batuk atau mengangkat benda berat, dan
menghilang waktu istirahat baring. Pada bayi dan anak-anak adanya benjolan yang
hilang timbul di lipat paha biasanya diketahui oleh orang tua. Jika hernia terjadi pada
anak atau bayi, gejalanya terlihat anak sering gelisah, banyak menangis, dan kadang-
Pada inspeksi diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum atau
labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk
sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat. Palpasi dilakukan
dalam keadaan ada benjolan hernia, di raba konsistensinya dan dicoba mendorong
apakah benjolan dapat direposisi. Setelah benjolan tereposisi dengan jari telunjuk atau
jari kelingking pada anak-anak. Cincin hernia dapat diraba, dan berupa anulus
Gambaran klinis yang penting dalam penilaian hernia inguinalis meliputi tipe,
penyebab, dan gambaran. Hernia inguinais direct, isi hernia tidak terkontrol oleh
tekanan pada cincin internal, secara khas menyebabkan benjolan ke depan pada lipat
paha, tidak turun ke dalam skrotum. Hernia inguinalis indirect, isi hernia dikontrol
oleh tekanan yang melewati cincin internal, seringkali turun ke dalam skrotum (Grace
24
3.8 Penatalaksanaan
1. Konservatif
Reposisi dan pemakaian penyangga untuk mempertahankan isi hernia yang telah
direposisi.
pasien anak.
hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap hingga terjadi reposisi.
Pada anak, inkarserasi lebih sering terjadi pada anak usia dibawah 2 tahun.
kompres diatas hernia. Bila reposisi berhasil, anak disiapkan untuk operasi
pada hari berikutnya. Bila reposisi tidak berhassil, maka operasi harus segera
2. Operatif
Kantong dibuka da nisi hernia dibebaskan jika ada pelekatan, lalu kemudian
3.9 Komplikasi
25
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia, isi
hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia reponibel. Hal ini dapat
terjadi kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ
ekstraperitoneal. Di sini tidak timbul gejala klinis kecuali berupa benjolan. Isi hernia
dapat pula terjepit oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia inkaserata yang
menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Bila cincin hernia sempit, kurang
elastis, atau lebih kaku seperti pada hernia femoralis dan hernia obturatoria, maka
lebih sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkaserasi retrograd, yaitu dua
segmen usus terjepit didalam kantong hernia dan satu segmen lainnya berada dalam
rongga peritoneum seperti huruf “W”. Jepitan cincin hernia akan menyebabkan
gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan, terjadi bendungan vena
sehingga terjadi edema organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam
kantong hernia. Timbulnya edema yang menyebabkan jepitan cincin hernia makin
hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan
serosanguinus. Apabila isi hernia terdiri atas usus, dapat terjadi perforasi yang
akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis jika terjadi hubungan
BAB IV
PEMBAHASAN
26
4.1 Anamnesis
Pasien dengan hernia memiliki variasi gejala dari asimtomatik hingga nyeri
hebat pada daerah kelamin. Pada pasien yang asimtomatik, biasanya diketahui
memiliki hernia ketika melakukan pemeriksaan fisik rutin atau pun karena
keingintahuan akan benjolan pada daerah kelamin yang tidak terasa sakit.
Deskripsi gejala yang timbul pada pasien dengan hernia dapat berupa rasa
berat atau tertarik pada daerah kelamin yang semakin memberat seiring berjalannya
hari, muncul secara intermiten dan menjalar ke testis; keluhan nyeri tajam dapat
Pada pasien kasus ini, anamnesis yang didapatkan adalah muncul benjolan
yang membesar secara tiba – tiba disertai rasa nyeri hebat yang menjalar hingga perut
bagian atas.
diagnosis banding benjolan pada daerah kelamin, serta menentukan ada atau tidaknya
hernia inguinalis. Diagnosis dapat ditegakan hanya dengan inspeksi adanya tonjolan
pada daerah inguinal, namun pada hernia yang tidak kasat mata, diperlukan
pemeriksaan lanjutan pada kanalis inguinalis. Berikut akan dijelaskan lebih lanjut
mengenai pemeriksaan fisik pada organ skrotum dan pemeriksaan terhadap hernia itu
sendiri.
27
Hernia dapat terjadi baik pada bagian femoral maupun inguinal, sehingga
pada inspeksi, bagian-bagian tersebut perlu diperhatikan lebih teliti, dan untuk
meyakinkan bahwa pasien benar memiliki hernia, pasien diminta mengedan untuk
sesuai sisi yang diperiksa. Lakukan invaginasi kulit skrotum hingga menyentuh
bagian kanalis inguinalis eksternal yang jika terjadi pelebaran cincin kanalis, jari
telunjuk akan dapat memasuki kanalis tersebut. Massa hernia akan menyentuh jari
ketika pasien batuk atau mengedan ketika tengah dilakukan pemeriksaan. Pada hernia
indirek, ujung jari akan dapat menahan sehingga tidak terjadi penonjolan hernia,
sedangkan pada hernia direk tidak berpengaruh terhadap maneuver ini (Shochat S,
2000).
Pada pasien ini pada pemeriksaan ujung jari pemeriksan menyentuh massa
rongga abdomen. Pada hernia inkarserata, massa tidak dapat dikembalikan ke dalam
supply darah pada bagian organ yang terjebak dan ditandai dengan adanya
tenderness, mual, muntah, dan hal ini membutuhkan tatalaksana bedah ( Shochat S,
2000).
28
Pada pasien saat dilakukan penekanan dengan menggunakan jari terhadap
benjolan untuk memeriksan apakah massa hernai bisa kembali ke rongga abdomen,
pasien ini mengalami hernia linguinalis lateralis sinistra yang bersifat irreponible
akan tetapi pada pemeriksaan bising usus didapatkan hasil bising usus meningkat dan
ada gangguan pada pola buang angin dan defekasi pasien, sehingga pasien dikatakan
Pasien mengalami mual dan muntah dan nyeri tenderness di daerah massa hernia.
4.3 Penatalaksanaan
Pasien datang ke IGD dengan keluhan munculnya benjolan dan nyeri hebat,
1. Infus NS
2. Injeksi Ketorolac 3 x 30 mg
Ketorolac dapat digunakan sebegai pereda nyeri, sehingga pasien ini diberikan
harus diperbaiki secara operatif tanpa penundaan. Pada keasaan inkarserata dilakukan
operasi elektif atau cito sehingga dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas.
29
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penegakan diagnosis kasus Ny.T dari hasil anamnesa yang telah dilakukan.
Pada anamnesa diketahui benjolan sudah muncul sejak 6 bulan yang lalu dan tiba –
tiba membesar sejak tadi pagi (sebelum dibawa ke RS) yang disertai nyeri hebat dan
data pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik didapatkan hasil bonjolan pada lipat paha
sebelah kiri. Benjolan tidak dapat direposisi, Finger test (+), Ziemans test (+), dan
terdapat peningkatan peristatik pada benjolan, sehingga dari temuan tersebut dapat
inkarserata.
Tatalaksana pada pasien ini juga sudah masuk ke dalam indikasi operasi yaitu
kondisi inkarserata dan tindakan operasi yang dapat dilakukan salah satunya adalah
5.2 Saran
kasus ini dapat menyajikan informasi yang lebih komprehensif dan dapat menjadi
30
DAFTAR PUSTAKA
Grace PA. dan Borley NR. 2006. At Glance Ilmu Bedah. Erlangga. Jakarta.
Indonesia.
Mantu Nur Farid. 1999. Hernia Inguinalis pada Bayi dan Anak. Kuliah Bedah
Anak.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal 17-304.
Scherer II LR, Grosfeld Jl. 1993. Inguinal Hernia And Umbullical Anomalies,
Pediatric
31
32