PENDAHULUAN
Melanoma maligna adalah tumor ganas kulit yang berasal dari sel melanosit (sel
mata, telinga, traktus GI, leptomeninges, dan oral dan membran mukus genitalia.
Karena sebagian besar sel melanoma masih menghasilakn melanin, maka melanoma
seringkali berwarna coklat atau hitam. Menurut WHO, jumlah kasus melanoma
yang terjadi di dunia meningkat dengan cepat dibanding dengan kasus keganasan
lainnya Metastase melanoma maligna dapat terjadi secara limfogen dan hematogen.
Caucasian (kulit putih) dan rendah pada Negara yang berpenduduk asli Asian atau
African. Semua Negara Eropa melaporkan insiden melanoma maligna tinggi pada
lebih tinggi daripada perempuan sedangkan untuk bagian tubuh yang sering
ditemukan pada laki-laki adalah trunkus dan pada perempuan sering pada daerah
tungkai dan trunkus. Jarang ditemukan pada bagian tubuh yang tertutup pakaian.
adalah paparan radiasi ultraviolet (UV). terpapar sinar matahari yang membakar
kulit dalam waktu singkat tapi berulang-ulang diketahui sebagai faktor risiko utama.
1
Pengaruh Genetik berperan besar pada melanoma maligna Berdasarkan hasil
(CDK4 Terdapat dasar rasional untuk hubungan antara kejadian melanoma dan
mutasi pada CDKN2A dan CDK4 karena kedua tersebut adalah tumorsuppresor
checklist, ABCDE checklist from the American Cancer Society's, selain itu dalam
klasifikasi dan staging tumor digunakan klasifikasi dari The American joint
pengobatan. Prognosa buruk apabila metastase telah jauh ke organ lain seperti di
hati, paru, otak dan usus. Prognosa baik apabila lesi masih kecil dan belum terjadi
metastase.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 IDENTITAS
1. Nama : Tn. EL
3. Umur : 58 Tahun
6. Pekerjaan : Nelayan
7. Agama : Kristen
8. MR : 07-37-55
2.2 ANAMNESA
1. Keluhan Utama
Seorang Laki-laki usia 58 tahun datang ke IGD RSUD DR. PP. Magretti dengan
sinistra. Saat datang pasien mengeluh luka pada telapak kaki kiri sejak 7 bulan
yang lalu, awalnya luka berukuran kecil seperti tahi lalat berwarna hitam
kecoklatan dan terasa nyeri dan gatal namun lama kelamaan lukanya semakin
3
membesar, dan semakin nyeri dan berwarna abu-abu kemerahan. pasien juga
mengeluh bengkak pada daerah luka membuat pasien kesulitan berjalan dan
beraktivitas. Selain itu pasien mengeluh keluar daging dan keluar cairan
bercampur darah dari luka tersebut. Disamping keluhan luka pasien juga
mengeluh muncul benjolan pada paha kiri yang muncul 7 bulan SMRS dan
semakin membesar namun tidak terasa nyeri. Pasien juga mengeluh bicara pelo,
dan lumpuh bagian sisi kanan tubuh. Diketahui pasien mempunyai Riwayat
stroke 5 tahun yang lalu. Mual (-), muntah (-), pusing (+), Makan dan minum
Riwayat DM (-), Riwayat Hipertensi (-), Riwayat Stroke (+) 5 tahun yang lalu
Nelayan
1. Status Generalis
4
4. Nadi : 107x/menit
5. Respirasi : 20x/menit
7. SpO2 : 98%
c. Thorax
1. Paru
5
Palpasi : Ekspansi dada (+) Dextra = Sinistra
2. Jantung
d. Abdomen
Perkusi : Timpani.
e. Ekstremitas
Inspeksi : Massa pada regio ingunal sinsitra dan Luka pada regio
f. Genitalia
6
2. Status Lokalis
permukaan licin tidak rata, batas jelas, tepi tidak rata, bagian tengah meninggi,
mobile, tidak nyeri, konsistensi padat lunak, berwarna putih kemerahan, pus (-),
Terdapat Luka dengan ukuran 5x4 cm,asimetris dengan permukaan tidak rata,
batas jelas, imobile, nyeri, konsistensi padat lunak, dikelilingi dengan daerah
7
2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal
Parameter Nilai Normal
01/07/2021
Hb (g/dL) 5.8 14-18 gr%
CT 12 9-15 menit
BT 5 4-5 menit
HbSAg Non Reaktif Non Reaktif
Anti HCV Non Reaktif Non Reaktif
Sipilis Non Reaktif Non Reaktif
HIV/AIDS Non Reaktif Non Reaktif
Golda O
8
Scan Daerah Abdomen
9
Hepar :
Bentuk, ukuran dan echoparenkim dalam batas normal, vascular dan bile duct tidak
Renal :
Bentuk dan ukuran dalam batas normal, pelvicocalyceal syste tidak dilatasi, tidak
Bentuk, ukuran dan echoparenkim dalam batas normal, tidak tampak SOL.
Gallblader :
Tidak tampak echo batu, dinding tidak menebal, tidak tampak fluid collection
VU :
2.5 DIAGNOSIS
3. Anemia Gravis
4. Riwayat Stroke
2.6 TERAPI
10
IVFD NaCl 0.9% 500 cc/8 j
Ceftriaxone 2x1 gr iv
Metronidazole 3x500 mg iv
Metamizole 3x1 gr iv
2.7 PROGNOSIS
Ad Vitam : dubia
BAB III
11
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 DEFINISI
Melanoma maligna adalah tumor ganas kulit yang berasal dari sel melanosit (sel
mata, telinga, traktus GI, leptomeninges, dan oral dan membran mukus genitalia.
Karena sebagian besar sel melanoma masih menghasilakn melanin, maka melanoma
3.2 EPIDEMIOLOGI
maligna di Amerika pada tahun 2008 sebesar 62.480 kasus, dengan 34.4950 kasus
terjadi pada laki-laki dan 27.350 pada wanita. Di Eropa laju insidensinya <10-25
kasus baru tiap 100.000 penduduk, Di USA laju insidensinya 20-30 kasus baru tiap
tertinggi yaitu 50-60 kasus baru tiap 100.000 penduduk. Melanoma merupakan salah
satu kanker yang insidensnya terus meningkat. Pada tahun 1930an di Amerika,
resiko terkena melanoma maligna adalah 1:1.500, sekarang ini resiko meningkat
menjadi 1:74. Usia juga menentukan epidemiologi dari melanoma. Dikatakan bahwa
insiden kanker kulit, baik melanoma maupun non melanoma, meningkat seiring
12
Gambar Lifetime risk of Developing Invasive Melanoma (US)
13
Penyebab utama terjadi peningkatan insiden melanoma maligna secara umum
adalah paparan radiasi ultraviolet (UV). Terpapar sinar matahari yang membakar
kulit dalam waktu singkat tapi berulang-ulang diketahui sebagai factor risiko utama.
Caucasian (kulit putih) dan rendah pada Negara yang berpenduduk asli Asian atau
laki-laki dan perempuan yang terkena melanoma yaitu 0,97:1. Namun, kematian
akibat melanoma lebih banyak terjadi pada laki-laki dengan perbandingan antara
laki-laki dan perempuan yaitu 1,2:1. Pada Tahun 2006 American Cancer Society
memperkirakan terdapat 7910 kematian akibat melanoma yaitu 5020 pada laki-laki
dan 2890 pada perempuan. Angka kematian akibat melanoma sekitar 80% dari
Di Indonesia keganasan kulit menempati urutan ketiga setelah kanker leher rahim
dan kanker payudara. Tumor kulit ganas dijumpai 5,9-7,8% dari semua jenis tumor
ganas per tahun. Kasus keganasan kanker kulit yang paling banyak di temui
Indonesia adalah Karsinoma Sel Basal (KSB) (65,5%), diikuti oleh Karsinoma Sel
Skuamosa (KSS) (23,0%), Melanoma Maligna (MM) (7,9%), dan tumor kulit ganas
lainnya (3,6%). Kelompok geriatrik (usia lebih dari 60 tahun), kulit putih, dan laki-
laki merupakan kelompok yang memiliki risiko tinggi mendapatkan kanker kulit
ganas. Jumlah pasien kanker semakin meningkat beberapa tahun belakangan ini.
Indonesia termasuk negara tropis dengan paparan sinar ultraviolet matahari yang
sangat kuat dan sebagian besar masyarakatnya banyak melakukan aktivitas yang
14
kanker kulit ganas.Melanoma Maligna 20 kali lebih sering ditemukan pada kulit
putih dibandingkan kulit gelap. Selain itu, MM lebih sering menyebabkan kematian,
sekitar 75% dari semua kasus kanker kulit. Insiden kanker kulit di Indonesia tahun
2010 mencapai 1.429 kasus, terdiri dari laki-laki 47,38 % dan wanita 52,62%.
Kanker kulit menduduki peringkat ke empat dari 10 tumor tersering di Bali, yaitu
sebanyak 82 kasus kanker kulit dijumpai pada tahun 2010, dimana prevalensi
tertinggi terjadi pada usia 65-74 tahun terdiri dari 39 penderita laki-laki dan 43
3.3 ANATOMI
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan
organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat
tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter
persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak,
umur dan jenis kelamin. Demikian pula kulit bervariasi mengenai lembut tipis dan
tebalnya. Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar
adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan
lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang
merupakan suatu lapisan jaringan ikat. Pembagian kilit secara garis besar tersusun
atas tiga lapisan utama, yaitu lapisan epidermis, lapisan dermis dan lapisan subkutis
(hipodermis). Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis
ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak.
Fungsi Utama kulit adalah Proteksi, Absorbsi, Ekskresi, Persepsi, Pengaturan Suhu
15
Gambar Anatomi Kulit
1. Epidermis (11)
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel
Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada
telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh
ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Fungsi Epidermis : Proteksi
barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel,
atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) :
1. Stratum Korneum: Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
2. Stratum Lusidum: Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal
telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3. Stratum Granulosum: Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya
ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan
16
granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel
Langerhans.
pada tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum
spinosum dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum
tergantung letak, usia dan faktor lain. Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel yaitu:
merupakan sel berwarna muda dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap, dan
coklat melanin yang jumlahnya menentukan berbagai corak warna coklat di kulit
berbagai ras. Selain ditentukan secara herediter, kandungan melanin juga dapat
ditingkatkan secara singkat oleh pajanan berkas sinar ultraviolet dari matahari.
fungsi protektif, yaitu menyerap berkas sinar ultraviolet yang berbahaya. (11)
2. Dermis (11)
17
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai
“True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan
tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.Dermis terdiri dari dua lapisan :
kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai
dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan serabut
Dermis juga mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat
3. Subkutis (11)
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan
lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar
di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis
panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.
18
1. Nevus
Tahi lalat atau dalam bahasa kedokterannya disebut juga sebagai nevus
merupakan salah satu tumor jinak pada melanosit. Nevus tersebut dapat timbul sejak
lahir atau saat masa kanak-kanak, bisa juga saat remaja. Salah satu tipe nevus yang
dapat berubah menjadi melanoma yaitu dysplastic nevus atau tahi lalat atipik. Nevus
displastik sedikit seperti nevus normal biasa, namun juga terlihat seperti melanoma.
Nevus displastik ini seringkali merupakan faktor keluarga. Jika seseorang memiliki
seorang anggota keluarga yang mempunyai displastik nevus maka sekitar 50%
sampai dengan 10% pada mereka yang memiliki nevus displastik, tergantung pada
usia, faktor keluarga, jumlah nevus displastik dan faktor-faktor lainnya. Sedangkan
pada mereka yang memiliki nevus melanotik sejak lahir, resiko berkembangnya
melanoma yaitu sekitar 6%. Pada studi case-control , individu yang memiliki nevus
maupun sebagian).
b. Dua dari kriteria berikut : warna yang bervariasi, asimetris atau batas yang tidak
jelas. Adanya tahi lalat yang berubah, jumlahnya yang banyak (lebih dari 100
buah) dan adanya tahi lalat yang sangat besar dengan diameter >20 cm pada
2. Genetik (Genotipe)
19
Berdasarkan hasil penelitian 25-40% dari anggota keluarga yang menderita
kinase inhibitor 2A (CDKN2A) dan juga sedikit didapatkan mutasi pada cyclin-
kejadian melanoma dan mutasi pada CDKN2A dan CDK4 karena kedua tersebut
adalah tumorsuppresor genes (Miller dan Mihm, 2006). Lima sampai sepuluh persen
dari semua melanoma maligna adalah dari pasien dengan familial atypical multiple
70% selama hidup untuk berkembangnya sebuah melanoma maligna. Mutasi pada
risiko melanoma maligna. Namun, masih belum jelas seberapa pentingya mutasi dari
gen-gen ini dianggap sebagai faktor risiko melanoma maligna (Holterhues, 2011).
menemukan bahwa pigmentasi, jenis kulit, dan kebiasan (paparan sinar matahari)
3. Fenotipe
Fenotip yaitu ekspresi gen pada diri seseorang. Dan yang dimaksud dalam hal ini
yaitu ekspresi gen seseorang terhadap kulit yang terang, berbintik-bintik, warna mata
hijau atau biru, rambut merah atau pirang, dan lain sebagainya. Resiko terhadap
orang kulit putih 20 kali lebih tinggi bila dibanding dengan seorang Afrika Amerika.
Hal ini disebabkan karena efek protektif oleh pigmen kulit. Orang Caucasian,
rambut pirang atau merah, banyak freckles (ephelides), terdapat lebih dari 50 banal
20
melanocytic nevi, nevi besar, atypical nevi, dan dysplastic nevi merupakan faktor
4. Lingkungan
Sumber utama Radiasi Sinar UV adalah matahari. Sedangkan sumber yang lain
memiliki resiko yang lebih besar dibandingkan dengan yang tidak. Hal ini dikaitkan
juga dengan faktor lingkungan, yaitu tinggal dilokasi dekat dengan garis ekuator,
orang yang memiliki kebiasaan rekreasi outdoor atau orang yang memiliki pekerjaan
yang mengharuskannya terpajan sinar matahari lebih banyak, seperti pelaut, petani,
dll., Namun, pajanan terhadap sinar ultraviolet yang intermitten namun sangat kuat
lebih sering memiliki korelasi yang kuat dengan terjadinya melanoma Terutama
pada waktu intens terpapar oleh sinar matahari seperti membakar kulit jika
Orang yang berisiko selanjutnya, yaitu orang yang pernah menderita melanoma
pigmented naevus. Selain itu, orang yang dengan kondisi immune compromised
21
3.5.1 TAHAP PERKEMBANGAN MELANOMA
22
1. Proliferasi dari Melanosit (benign lesions)
Hal yang pertama terjadi yaitu sebuah proliferasi dari melanosit menjadi benign
nevus. Secara klinis, nevi ini berbentuk datar dan sedikit menonjol dengan warna
yang seragam atau gambaran teratur dari pigmen dot-like pada sebuah latar yang
cokelat atau hitam kecokelatan. Secara histologi, lesi ini memiliki peningkatan
jumlah dari kumpulan melanosit yang bersarang sepanjang lapisan basalis. (13)
pada tempat yang sebelumnya ada benign nevus atau pada tempat yang baru. Secara
klinis lesi ini mungkin asimetris, batasan tidak rata, mengandung lebih dari satu
warna, atau memiliki diameter yang lebih besar. Secara histologi, lesi ini memiliki
sel yang abnormal bentuk yang bebas dan sel-selnya tidak berdampingan lagi. (13)
intraepidermal. Secara klinis, lesi ini kadangkadang bisa menonjol. Lesi ini tidak
lagi memperlihatkan sel abnormal yang bebas dan sebagai gantinya dia
23
Lesi yang berlanjut ke fase vertical-growth memiliki kemampuan untuk masuk ke
dermis dan membentuk nodul besar, meluas ke papillary dermis. Sel-sel kanker bisa
5. Metastasis Melanoma
Akhir dari semua perkembangan kanker yaitu berhasil menyebarkan sel-sel kanker
ke bagian kulit lain dan organ-organ tubuh lainnya, dimana sel-sel tersebut bisa
24
1. Superficial spreading melanoma (SSM)
Subtipe ini paling sering terlihat pada individu usia 30-50 tahun. Pada umumnya
SSM timbul pada kulit normal (de novo), berupa plak archiformis berukuran 0,5 - 3
cm dengan tepi meninggi dan irreguler. Pada permukaannya terdapat campuran dari
bermacam-macam warna, seperti coklat, abu-abu, biru, hitam dan sering kemerahan
Lesi ini meluas secara radial. Pada umumnya mempunyai ukuran 2 cm dalam waktu
1 tahun, untuk melanjutkan tumbuh secara vertikal dan berkembang menjadi nodula
sedangkan pada pria di badan dan leher. Secara histologis, ditandai buckshot
Gambar Superficial spreading melanoma pada kulit dan di palatum, lesi coklat
kehitaman dengan batas tak beraturan, tampak lesi satelit.
25
Merupakan jenis melanoma kedua terbanyak (15-30%), sifat lesi ini lebih agresif.
Terjadi paling sering di kaki dan badan. Nodular melanoma adalah lesi berupa
nodul berbentuk setengah bola (dome shaped) atau polipoid dan eksofitik, berwarna
pertumbuhan pesat terjadi beberapa minggu sampai bulan, subtipe ini bertanggung
jawab untuk kebanyakan melanoma yang dalam. Dapat mengalami ulserasi dan
mudah terjadi perdarahan hanya dengan trauma ringan. Metastase dapat secara
limfogen dan hematogen. Secara histologis, lesi ini tidak memiliki fase pertumbuhan
radial. (2-4,8,11)
Gambar Nodular melanoma. pada kulit dan pada gingiva disertai ulserasi.
Merupakan kelainan yang jarang ditemukan (4-10%). Pertumbuhan lesi ini secara
vertikal, terjadi sangat lambat bisa sampai 5-20 tahun. Biasanya sering ditemukan di
kepala, leher, dan lengan pada individu yang lebih tua dengan rata-rata umur 65
tahun. Lesi precursor in situ biasanya besar, berdiameter lebih dari 1-3 cm dengan
tepi tidak teratur, telah terjadi minimal 10-15 tahun, dan menunjukkan pigmentasi
makula dari coklat tua sampai kehitaman, namun pada beberapa area dapat tampak
26
yang ditandai nodul biru-kehitaman dalam lesi in situ. Secara histologis ditandai
adneksa kulit. Lesi ini terjadi terutama pada wanita usia lanjut. Perbandingan antara
Sering dijumpai di telapak tangan, ibu jari kaki, daerah subungul, dan membrane
mukosa. Biasanya berawal dari pigmentasi hitam, makula batas tidak teratur, yang
kemudian berkembang menjadi papula yang invasif. Sering terjadi didekade ke-5
sampai ke-7 dari hidup seseorang. Pertumbuhan lesi makula meluas kearah lateral
27
Memberikan pertanyaan riwayat terpapar sinar matahari yang lama, riwayat kulit
terbakar yang berulang akibat paparan sinar matahari, riwayat menderita melanoma
riwayat immunosuppressant diseases, dan jika memang ada lesi ditanyakan sesuai
Glasgow 7-point checklist dimana jika ada 2 poin dari kriteria mayor seperti
perubahan ukuran, perubahan warna, dan perubahan bentuk dengan 1 poin dari
diameter lebih dari 7 mm. jika didapatkan 3 poin maka dicurigai terdapat keganasan
kulit. (14-15)
Sangat sulit membedakan bentuk dini karsinoma sel basal, karsinoma sel
melaporkan adanya lesi berpigmen baru atau adanya tahi lalat yang berubah. Kapan
e. Timbul satelitosis
f. Terasa gatal
g. Mudah berdarah
28
2. Nevus yang berlokasi di
a. Telapak tangan/kaki
b. · Bawah kuku
c. · Belakang telinga
d. · Vulva
beberapa tahun sebelum penampakan gejala klinisnya. Maka dalam hal ini jika
dijumpai penampakan pigmentasi melanin pada kulit dan terjadi perubahan ukuran,
kedalaman dan warna harus segera dilakukan pemeriksaan klinis yang serius.
Lebih dari 95% dari semua melanoma akan menunjukkan setidaknya satu tanda
2. The ABCDE checklist from the American Cancer Society's (1,-4, 14)
29
Berguna dalam mendiagnosa melanoma maligna serta untuk meningkatkan
30
Asymmetry
Border
Color
Ciri melanoma tidak memiliki 1 warna solid
melainkan campuran coklat kekuningan, coklat
dan hitam, bisa tampak merah, biru atau putih.
Diameter
Meskipun melanoma biasanya lebih besar dari 6
mm, ketika dilakukan pemeriksaan mereka bisa
lebih kecil dari seharusnya. Sehingga harus
diperhatikan perubahan tahi lalat dibanding yang
lainnya atau berubah menjadi gatal atau berdarah
ketika diameternya lebih kecil dari 6 mm .
Evolving
Setiap perubahan dalam ukuran, bentuk, warna, tingginya atau cirri-ciri lain atau ada
gejala baru seperti mudah berdarah, gatal dan berkrusta harus dicurigai keganasan
3.7.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
31
Tak ada pemeriksaan tertentu yang khusus untuk melanoma, baik yang belum
LDH (Lactaet Dehydrogenase) dianggap membantu. Kadar LDH yang tinggi dalam
bermakna pada melanoma stage IB/III atau dengan pemeriksaan berkala setiap 3-12
bulan. Selain LDH, kadar serum S-100 mungkin juga berguna sebagai penanda
2. Pemeriksaan Radiografi
menghasilkan gambaran spesifik dari bagian tubuh. Sebagian besar untuk memeriksa
kelenjar limfe di leher, axilla, dan pelipatan paha. Kadang digunakan pada biopsy
kelenjar limfe agar semakin akurat (Ultrasound guided fine needle aspiration).
Pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa sakit, tidak memakan waktu yang lama,
gambaran tumor pada paru-paru, yang seringkali harus dibedakan dengan tumor
atau pada hati dengan adanya gambaran pembesaran pada kelenjar limfe. Sedangkan
radiografi dengan MRI merupakan pemeriksaan yang paling baik untuk melihat
32
PET (Positron Emission Tomography) dilakukan untuk menambah informasi dari
hasil CT Scan dan MRI yang dilakukan. Pada pemeriksaan ini, digunakan semacam
glukosa yang mengandung atom radioaktif. Prinsip cara kerja PET yaitu dengan
adanya sifat sel kanker yang menyerap lebih banyak glukosa karena metabolismenya
yang tinggi. Tetapi penelitian yang dilakukan akhir-akhir ini menyatakan bahwa
pemeriksaan radiologi seperti CT Scan, MRI, PET, USG dan Scan tulang memiliki
hasil yang rendah pada pasien asmtomatik denganmelanoma kutaneus primer (Stage
3. Epiluminescence Mmicroscopy
33
Pada beberapa penelitian lain melibatkan analisis dengan bantuan komputer dan
Perbandingan gambaran
menggunakan
epiluminescence
microscopy (B)
maligna setelah lesi pigmentasi memenuhi 2 kriteria mayor dan 1 kriteria minor
maka selanjutnya dilakukan biopsi eksisi luas. Macam-macam tehnik biopsi itu
sendiri ada 3 macam, yaitu shave biopsy, punch biopsy dan incisional and excisional
biopsies.
Biopsi secara eksisi merupakan pilihan cara biopsi yang direkomendasikan untuk
pemeriksaan melanoma maligna. Pada tehnik ini, tumor diambil secara keseluruhan
secara eksisi dengan batas yang kecil dari batas tumor dipilih untuk memastikan
informasi tentang ketebalan tumor, adanya ulserasi, tahap invasi tumor secara
antomis, adanya mitosis, adanya regresi, adanya invasi terhadap pembuluh limfe dan
pembuluh darah, dan untuk melihat respon host terhadap tumor itu sendiri. Pada
umumnya batas kulit yang diambil yaitu sekitar 1-3 mm sekitar lesi untuk
34
memperakurat diagnosis dan histologic mikrostaging. Kecuali pada melanoma jenis
misdiagnosa.
Jenis biopsi tergantung pada ukuran dan lokasi anatomi lesi. Bila kurang dari 2
cm dilakukan eksisi tumor dengan batas tumor 2-5 mm sedangkan insisi tumor
dilakukan ketika diameter lesi lebih dari 2 cm dan secara anatomi letak lesi sulit
seperti di daerah wajah (Rager, Bridgeford, dan Ollila, 2005). Tindakan lymph node
dissection dan terapi adjuvan dipengaruhi oleh kedalaman lesi. Untuk 5-6 mm punch
Hasil yang dapat ditemukan pada pemeriksaan histologi ini bergantung pada jenis
radial atau fase in situ yang digambarkan dengan peningkatan jumlah melanosit
intraepitel yang bersifat (1) atipik dan besar, (2) tersusun tidak teratur di dermal-
epidermal junction, (3) adanya migrasi ke atas (pagetoid), (4) kurang memiliki
potensi biologi sel untuk bermetastasis. Lentigo melanoma dan acral lentiginous
situ pad dermal-epidermal juntion dan dengan tendensi yang kecil untuk
prognosis terpenting dan diukur secara vertikal dalam milimeter dari atas lapisan
35
granular hingga titik terdalam tumor. Semakin tebal tumor dapat diasosiasikan
dengan potensi metastase yang lebih tinggi dengan prognosa yang lebih jelek.
klasifikasi tersebut meliputi ukuran, dan apakah tumor tersebut telah menyebar ke
organ lain. Adanya klasifikasi ini, merupakan standar petugas kesehatan dalam
tepat.
klasifikasi yang paling banyak dan paling sering dipakai, dan memiliki klasifikasi T,
36
37
Tabel Klasifikasi Melanoma dari AJCC-TNM
Clark (1969) membagi Melanoma maligna menurut invasinya didalam lapisan kulit
Tingkat II : Invasi sel melanoma sampai dengan lapisan papilaris dermis (dermis
bagian superfisial)
Tingkat III : Invasi sel melanoma smpai dengan perbatasan antara lapisan papilaris
38
Gambar Representatif skematik klasifikasi melanoma maligna menurut Breslow dan Clark
3.9 TERAPI
Pembedahan merupakan terapi utama dari melanoma maligna, yang hampir 100%
efektif pada masa-masa awal tumor. Pembedahan ini, dilakukan dengan cara eksisi
luas dan dalam dengan pinggir sayatan yang direkomendasikan sesuai table berikut:
dilakukan biopsi sebelumnya. Diseksi ini dilakukan untuk tumor dengan kedalaman
1-4 mm dan tidak pada melanoma stage I. Hal ini disebabkan karena sebanyak 40%
kasus pada pasien melanoma dengan ketebalan 1-4 mm memiliki kelainan limfe
yang tidak tampak dan sebanyak 10% kasus dengan metastase jauh. Sedangkan
pasien dengan lesi lebih besar dari 4 mm, hampir 70% kasus dengan metastase jauh
dan 60% memiliki kelainan limfe yang tersembunyi. Namun pada kenyataannya
39
tindakan tersebut tidak memperbaiki survival rate dan hingga sekarang masih dalam
perdebatan. Pada penelitian yang dilakukan WHO, angka metastasis sekitar 48%
pada penderita yang dilakukan ELND. Sedangkan pada penelitian lain yang
adanya perbaikan survival rate pada pasien dengan usia kurang dari 60 tahun dengan
yang lain. Pada pembedahan ini, diseksi dilakukan pada kelenjar limfe yang
merupakan tempat utama melanoma untuk drainase. Adanya diseksi ini dikatakan
dapat mengidentifikasi mereka yang mempunyai resiko tinggi metastase dan mereka
yang mungkin mendapatkan keuntungan dengan diseksi lengkap kelenjar limfe atau
pada pasien melanoma stadium lanjut. Pasien yang memiliki melanoma dengan tebal
40
lebih dari 4 mm atau metastase ke limfonodi dengan pemberian terapi adjuvant dapat
hidup dan ketahanan terhadap terjadinya rekurensi Melanoma, sehingga oleh Food
and Drug Administration (FDA) mengajurkan IFN sebagai terapi tambahan setelah
eksisi pada pasien dengan resiko recurrent.IFN γ dilaporkan tidak efektif pada fase I
atau II dari melanoma yang bermetastase, namun potensi IFN γ yang merupakan
HLA klas II ekspresi antigen, merupakan hal yang tak dapat diabaikan.
Interleukin-2 (IL-2) pada penelitian terakhir, dalam dosis tinggi baik diberikan
menghasilkan respon pada pasien sebesar 15% sampai 20%, dengan respon lengkap
sebesar 4-6%. Terapi adjuvan lain selain IFN yaitu Kemoterapi dengan macamnya
yaitu:
dan gen terapi. Dalam kepustakaan lain disebutkan juga adanya terapi radiasi pada
pembedahan pada pasien dengan lokal atau regional melanoma atau untuk pasien
41
dengan unresectable dengan metastasis jauh. Terapi ini dapat mengurangi recurence
penelitian yang dilakukan National Cancer Institute (NCI) terapi ini menunjukkan
kemudian mengkode T cell receptors (TCRs) pada lymphosit pasien, kemudian telah
3.10 PROGNOSIS
1. Usia
prognosis buruk sesuai hubungannya dengan overall survival rates. Laki-laki dengan
usia lebih dari 60 tahun memiliki mortalitas yang tinggi pada melanoma maligna.
2. Letak tumor
survival rate. Sesuai penelitian yang dilakukan AJCC, letak melanoma maligna di
badan, kepala, dan leher berhubungan dengan prognosis buruk daripada letak
3. Ketebalan tumor
42
Ketebalan tumor beradasarkan metode Breslow dari tumor primer menunjukkan
hubungan dengan survival rate pada penyakit stage I dan II. semakin meningkat
ketebalan tumor semakin menurun survival rate. Sebelum AJCC 7th edition tahun
4. Ulkus
Ulkus disebut sebagai faktor bebas prognosis di dalam AJCC 7th edition tahun 2009
yang mana sangat berhubungan dengan survival. Terdapat ulkus pada tumor primer
berisiko berkembangnya penyakit lebih parah dan menurunkan survival rate. Ulkus
berhubungan dengan ketebalan tumor, dimana ulkus jarang pada melanoma maligna
yang tipis (6% untuk melanoma maligna < 1 mm) dan banyak pada melanoma
maligna yang tebal (63% untuk melanoma maligna > 4 mm). Pada penyakit stage
5. Mitotic Index
hubungan yang signifikan antara tumor mitotic index dengan prognosis pada
melanoma maligna. Mitotic index dihitung sebagai jumlah mitosis per millimeter
kuadrat, ini biasanya dihitung jumlah mitosis yang nampak pada 5 lapangan pandang
mikroskop daya kuat (x40), dimulai dari lapangan pandang yang paling banyak
mitosis. Pada AJCC 7th edition tahun 2009 sudah dicantumkan mitotic index sebagai
salah satu penentu staging. Pada pasien dengan mitotic index 0/mm² memiliki hasil
yang signifikan untuk survival rate yang baik daripada mitotic index ≥ 1/mm².
43
a. Bila ketebalan tumor ≤ 1mm diasosiasikan dengan angka ketahanan hidup antara
91-95% tergantung ada tidaknya ulserasi secara histologi dan klasifikasi Clark
b. Ketebalan tumor 1-4 mm, diasosiasikan dengan angka ketahan hidup antara 63-
c. Tebal tumor >4 mm memiliki angka ketahanan hidup 67% tanpa ulserasi, dan
d. Adanya ulserasi akan menurunkan angka ketahanan hidup pada setiap tingkat
tumor.
7. Stage III:
Metastase pada kelenjar limfe regional diasosiasikan dengan angka ketahanan hidup
5 tahun sebesar 13-69%, tergantung pada jumlah kelenjar limfe yang telah terkena,
secara mikroskopik maupun makroskopik, dan adanya ulserasi pada tumor primer.
8. Stage IV:
Prognosis untuk melanoma yang telah bermetastase jauh sangatlah buruk, dengan
angka ketahanan hidup median hanya 6-9 bulan dan 5 tahun sebesar 7-19%,
tergantung pada tempat yang terkena metastase. Umumnya, metastase pada jaringan
lunak, kelnjar, dan paru-paru memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan
berjudul: Final version of the American Joint Committee on Cancer Staging System
44
pada tiap grup dari masing-masing stage melanoma, seperti yang terlihat pada
gambar
45
BAB IV
PEMBAHASAN
pasien ini, didiagnosa Melanoma Maligna Regio Pedis dd Acral Lentiginous Melanoma
(ALM). Pada kasus diatas Seorang Laki-laki usia 58 tahun datang ke IGD RSUD DR. PP.
Magretti dengan membawa rujukan dari PKM Lingat dengan diagnosa limfadenopati inguinal
sinistra. Saat datang pasien mengeluh luka pada telapak kaki kiri sejak 7 bulan yang lalu,
awalnya luka berukuran kecil seperti tahi lalat berwarna hitam kecoklatan dan terasa nyeri
dan gatal namun lama kelamaan lukanya semakin membesar, dan semakin nyeri dan
berwarna abu-abu kemerahan. pasien juga mengeluh bengkak pada daerah luka membuat
pasien kesulitan berjalan dan beraktivitas. Selain itu pasien mengeluh keluar daging dan
keluar cairan bercampur darah dari luka tersebut. Disamping keluhan luka pasien juga
mengeluh muncul benjolan pada paha kiri yang muncul 7 bulan SMRS dan semakin
membesar namun tidak terasa nyeri. Pasien juga mengeluh bicara pelo, dan lumpuh bagian
sisi kanan tubuh. Diketahui pasien mempunyai Riwayat stroke 5 tahun yang lalu. Mual (-),
muntah (-), pusing (+), Makan dan minum baik, BAB dan BAK lancar. Pasien tidak
memiliki riwayat penyakit serupa dalam keluarga. Sebelumnya pasien bekerja sebagai
nelayan. Hasil anamnesis sesuai dengan Glasgow seven point checklist Dimana jika
didapatkan minimal 3 poin 2 mayor dan 1 minor maka dicurigai terdapat keganasan kulit.
Pekerjaan terdahulu pasien berupa nelayan menjadi salah satu factor resiko melanoma
maligna
46
Glasgow seven point checklist.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan conjungtiva anemis dan pada status lokalis region
inguinal sinistra Terdapat massa yang berbenjol benjol asimetris dengan ukuran6x5
cm,dengan permukaan licin tidak rata, batas jelas, tepi tidak rata, bagian tengah meninggi,
mobile, tidak nyeri, konsistensi padat lunak, berwarna putih kemerahan, pus (-), ulkus(-),
tidak gatal. Massa tersebut berupa pembesaran kelenjar getah bening. Sedangkan pada region
plantar pedis sinistra Terdapat Luka dengan ukuran 5x4 cm,asimetris dengan permukaan
tidak rata, batas jelas, imobile, nyeri, konsistensi padat lunak, dikelilingi dengan daerah
berwarna kehitaman disertai ulkus, pus (+), darah (+). Pada pemerikasaan penunjang lab
didapatkan Hb rendah yaitu 5,8 dan pada x-ray thoracx dan USG abdomen kesan normal
47
Asymmetry bentuk tumor yang asimetris, Border garis batas yang tidak teratur Color
memiliki lebih dari satu warna Diameter diameter tumor lebih dari 6 mm Evolving dalam
ukuran, bentuk, warna, tingginya atau cirri-ciri lain atau ada gejala baru seperti mudah
berdarah, gatal.
Penatalaksanaan pada pasien ini berupa Transfusi WB 2 bag/hr, Wide Eksisi Tumor
dan Diseksi Inguinal, IVFD NaCl 0.9% 500 cc/8 j, Ceftriaxone 2x1 gr iv, Metronidazole
48
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Melanoma maligna adalah tumor ganas kulit yang berasal dari sel melanosit (sel
lain melalui aliran darah dan limfa. Karena sebagian besar sel melanoma masih
Melanoma merupakan salah satu kanker yang insidensnya terus meningkat. Secara
tertinggi dimana Negara yang populasinya didominasi oleh Caucasian (kulit putih)
dan rendah pada Negara yang berpenduduk asli Asian atau African. insiden kanker
secara umum adalah paparan radiasi ultraviolet (UV). Selain sinar UV faktor resiko
lain berupa adanya nevus, Genetik (Riwayat Keluarga), Ras Caucasian adanya
Diketahui subtipe dari melanoma maligna ada empat yaitu Superficial spreading
49
Acral Lentiginous Melanoma (ALM). Dalam mendiagnosa melano mamaligna kita
perlu menanyakan faktor resiko dan jika memang ada lesi ditanyakan sesuai
ABCDE checklist from the American Cancer Society's yaitu: Asymmetry, Border,
Lymph Node Dissection serta terapi adjuvant berupa pemberian interferon alpha 2b
50
DAFTAR PUSTAKA
Dermatology in General Medicine Seventh Edition. New York. McGraw Hill: 2008
3. Klaus Wolff, Richard Allen Johnson. Fitzpatrick’s Color Atlas And Synopsis Of
4. Claus Garbe, Ketty Peris, Axel Hauschild, Philippe Saiag, Mark Middleton, Lars
5. Piotr Rutkowski, Ewa Kalinka, Jacek Fijuth, Milena Szacht. Cutaneous melanoma -
51
7. Eshini Perera, Rodney Daniel Sinclair, Neiraja Gnaneswaran. Malignant Melanoma.
9. Mosqueira JR, Gomez E, Bravo F, Vega JD, Soto L. Malignant Melanoma: Case
Report and Review of the Literature. Open Access J Trans Med Res 1(2): 00008. DOI:
10.15406/oajtmr.2017.01.00008. 2017
10. Giulia C. Leonardii, Luca Falzone, Rossella Salemi, Antonio Zanghi, Demetrios A.
2018.
11. Made Putri Hendaria, AAGN Asmarajaya, Sri Maliawan, Kanker kulit. Bagian/SMF
12. Liborija Lugovic-Mihic, Gaby Novak Bilić, Diana Ćesić, Mirna Situm. Melanoma
52
14. Rodrigo Arrangoiz, Joel Dorantes, Fernando Cordera, Manuel Munoz Juarez, Eduardo
Factors, Diagnosis and Staging. Journal of Cancer Treatment and Research. Vol. 4,
15. Fiona M Walter, A Toby Prevost, Joana Vasconcelos, Per N Hall, Nigel P Burrows,
Helen C Morris, Ann Louise Kinmonth and Jon D Emery. Using the 7-point checklist
as a diagnostic aid for pigmented skin lesions in general practice. British Journal of
53