Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Hernia didefinisikan sebagai penonjolan sebagian organ atau jaringan
melalui lubang yang alamiah maupun abnormal. Hernia pada dinding abdomen
paling sering ditemukan dengan prevalensi 1,7% untuk semua umur dan 4% untuk
usia lebih dari 45 tahun. Hernia inguinalis terhitung sekitar 75% dari seluruh
hernia dinding abdomen, risiko pada pria terkena kelainan ini adalah 27% dan
pada perempuan hanya 3%. 1,2
Hernia inguinalis terjadi pada 10 dari 100.000 populasi di Inggris dan lebih
tinggi di Amerika Serikat, yaitu 28 dari 100.000. Angka ini menjadikan operasi
hernia inguinalis paling sering dilakukan di bedah umum. Pada tahun 2001-2002
saja sekitar 70.000 operasi hernia inguinalis (62.969 primer, 4.939 rekuren) telah
dilakukan dan membutuhkan lebih dari 100.000 ranjang rumah sakit untuk pasien.
Hampir 95% pasien dari kelainan ini adalah laki-laki. Pada laki-laki, insiden akan
meningkat dari 11 per 10.000 populasi berusia 16-24 tahun menjadi 200 per
10.000 populasi berusia 75 tahun keatas.3
Di berbagai negara di dunia, hernia inguinalis lebih sering terjadi 8 hingga
20 kali daripada hernia femoral. Perbandingan angka kejadian pada pria sepuluh
kali daripada wanita dan sekitar 55% hernia inguinalis terjadi pada sisi kanan.
Sekitar 70% dari hernia inguinalis adalah hernia inguinalis indirek. Hernia
bilateral empat kali lebih sering terjadi pada hernia direk daripada hernia indirek. 4
Menurut sifatnya, hernia disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat
keluar-masuk. Usus keluar saat berdiri atau mengedan, dan masuk lagi ketika
berbaring atau bila didorong masuk perut. Selama hernia masih reponibel, tidak
ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Bila isi kantong tidak dapat
direposisi kembali ke dalam rongga perut, hernia disebut hernia ireponibel.
Keluhan nyeri baru timbul bila terjadi inkarserata karena ileus atau strangulasi
karena nekrosis atau gangren. 5

Terapi definitif untuk tatalaksana hernia melalui operasi. Tatalaksana non-


operatif hanya untuk mengatasi keluhan simptomatik dengan pemberian

1
medikamentosa simptomatis seperti pemberian analgetik. Oleh karena itu,
ketepatan diagnosis dokter dalam menegakkan diagnosis kasus hernia inguinalis
sangat penting sebagai langkah awal untuk menentukan tatalaksana dan mencegah
terjadinya perburukan. Pembahasan kasus ini sebagai salah satu kompetensi
dokter umum agar dapat mengidentifikasi, menegakkan diagnosis, kemudian
menentukkan tatalaksana awal dan merujuk pasien sehingga morbiditas dan
mortalitas dapat diturunkan.

BAB II
STATUS PASIEN

2
2.1 Identifikasi
Nama : Tn. S
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 01 Juli 1975
Umur : 45 tahun
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat : Jl Lubuk Bakung RT 006/009
Pekerjaan : Petani
MRS : 06 Maret 2021
Nomor Rekam Medis : 21003208

2.2 Anamnesis
Autoanamnesis dilakukan pada hari Sabtu tanggal 06 Maret 2021

Keluhan Utama : Benjolan di buah zakar kanan yang tidak dapat


masuk kembali sejak 3 hari yang lalu.
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang ke IGD RS AR Bunda Lubuklinggau dengan keluhan
benjolan di buah zakar kanan tidak dapat masuk kembali sejak 3 hari yang
lalu. Keluhan disertai mual dan muntah setiap makan sejak 3 hari yang lalu.
Pasien juga mengeluh tidak bisa BAB dan buang angin sejak 2 hari yang
lalu, dan perut kembung. Keluhan demam, dan nyeri pada benjolan
disangkal. Nafsu makan menurun.
Pasien mengaku benjolan awalnya sudah ada sejak 2 tahun yang lalu,
namun benjolan masih bisa keluar masuk. Benjolan keluar saat berdiri,
batuk, dan mengedan. Benjolan dapat masuk kembali jika berbaring,
didorong dengan menggunakan jari. Tidak ada perubahan warna serta nyeri
pada benjolan selama 2 tahun.

Riwayat Penyakit Dahulu

3
 Riwayat benjolan di lipat paha sebelumnya : iya sejak 2 tahun
yang lalu
 Riwayat benjolan di bagian tubuh lain : disangkal
 Riwayat penyakit gondongan : disangkal
 Riwayat diabetes melitus : disangkal
 Riwayat hipertensi : disangkal
 Riwayat trauma : disangkal
 Riwayat operasi : disangkal

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga


 Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga : disangkal

2.3 Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 82 x/menit
Frekuensi Napas : 20 x/menit
Suhu : 36,9°C
SpO2 : 98%

Keadaan Spesifik
Kepala
 Bentuk : Simetris, Normosefali
 Rambut : Tebal, warna hitam, tidak mudah dicabut
 Mata : Pupil bulat , isokor, reflek cahaya (+/+),
konjungtiva
palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
 Hidung : Deformitas (-), sekret (-/-), napas cuping hidung (-)
 Telinga : Deformitas (-/-), fistula (-/-), sekret (-/-)

4
 Mulut : Sianosis (-), edema (-), stomatitis (-),cheilitis (-)
 Tenggorokan : Faring hiperemis (-), Arcus Faring Simetris, Tonsil T1-T1,
uvula di tengah
 Leher : JVP 5-2 cmH2O, pembesaran KGB (-),

Thoraks
a. Paru-paru
 Inspeksi : Statis dan dinamis simetris, retraksi (-/-),
 Palpasi : Stem fremitus simetris, krepitasi (-/-), nyeri (-/-)
 Perkusi : Sonor (+/+) normal
 Auskultasi : Vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

b. Jantung
 Inspeksi : Iktus kordis (-)
 Palpasi : Iktus kordis (-), thrill (-)
 Perkusi : Redup (+) normal, batas jantung-paru (+) normal
 Auskultasi : BJ I-II (+) normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
 Inspeksi : Cembung, venektasi (-), jejas (-)
 Auskultasi : Bising usus (+) meningkat
 Palpasi : Lemas, hepar-lien sulit, nyeri tekan (+) seluruh
lapang abdomen
 Perkusi : Hipertimpani

Ekstremitas
 Deformitas (-), jejas (-), akral hangat, CRT< 3”

Status Lokalis
Regio Inguinalis Dextra
 Inspeksi : Massa ukuran 4 x 4 cm, warna benjolan sama dengan
jaringan sekitar, darah (-), sekret (-)

5
 Palpasi : Hangat (-), konsistensi kenyal, permukaan rata, mobile,
Tidak dapat masuk kedalam abdomen, nyeri (-), suhu kulit
sama dengan sekitar. Finger test tidak bisa dinilai.
Transluminasi test (-)

3.1 Diagnosis Banding


 Hernia Inguinalis Lateralis Inkarserata
 Limfadenopati Inguinal
 Hidrokel

3.2 Pemeriksaan Penunjang


3.2.1 Pemeriksaan Laboratorium
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL

Hb 13,3 13,0 – 18,0 mg/dL

Eritosit 6,9 4 - 5,9

Leukosit 6600 4400 – 11300/uL

Trombosit 405.000 150.000 - 450.000

Hematokrit 43 40 - 52

Hitung jenis

 Basofil 0 0-1 %
 Eosinofil 0 0-4 %
 Segmen 69 40-70 %
 Limfosit 13 30-45 %
 Monosit 18 2-10 %

CRP 104 <5

GDS 111 74 – 139 mg/dL

3.2.2 Foto Rontgen Thorax

6
Kesan:
- Pulmo tak tampak kelainan
- Cor dalam batas normal

3.2.1 Elektrokardigrafi

Interpretasi EKG: dalam batas normal

3.3 Diagnosis Kerja


Hernia Inguinalis Lateralis Inkarserata Dextra

3.4 Tatalaksana
 IVFD RL gtt XX/menit

7
 Inj. Omeprazole 1x40 mg/IV
 Inj. Ondansentron 1x8 mg/IV
 Ahli Rawat dr. Sp.B untuk tindakan herniography.

3.5 Prognosis
 Quo ad vitam : bonam
 Quo ad functionam : bonam
 Quo ad sanationam : dubia ad bonam

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

8
3.1. Anatomi Regio Inguinal
Regio inguinalis adalah area pertemuan antara dinding anterior abdomen
dan regio femoralis. Di daerah ini, dinding abdomen lemah karena perubahan
selama masa perkembangan dan saccus atau diverticulum peritonealis, dengan
atau tanpa isi abdomen, dan karenanya dapat menyebabkan penonjolan yang
disebut dengan hernia inguinalis. 6
Dinding abdomen ikut membentuk ligamentum inguinale dan canalis
inguinalis. Pada daerah ini juga terdapat annulus inguinalis yang merupakan pintu
dari canalis inguinalis. Annulus inguinalis superficialis berbentuk seperti segitiga
yang dibentuk oleh aponeurosis musculus obliquus externus abdominis. Basisnya
dibentuk oleh crista pubica dengan apex mengarah ke superolateral. Sisi annulus
dibentuk crus medialis dan crus lateralis. Annulus ini dapat diraba di atas dan
sedikit lateral tuberculum pubicum. Annulus inguinalis profundus berbentuk agak
oval, terletak 1,3cm di atas pertengahan ligamentum inguinale dan lateral terhadap
arteria epigastrica inferior. Annulus ini batasnya kurang tegas dan dibentuk oleh
fascia transversa.7,8
Kelemahan yang ada di dinding anterior abdomen pada regio inguinalis ini
dikarenakan oleh perubahan-perubahan yang terjadi selama perkembangan gonad.
Sebelum testis dan ovarium turun dari posisi asalnya yang tinggi di dinding
posterior abdomen, terbentuklah kantong keluar peritoneum (prosesus vaginalis)
yang dilapisis oleh beberapa lapisan dinding anterior abdomen. Rangkaian
perkembangan gonad pada kedua jenis kelamin diakhiri saat prosesus vaginalis
menutup. Jika tidak menutup atau tidak sempurna menutup,kelemahan dapat
terjadi di dinding anterior abdomen dan hernia inguinalis dapat terjadi. 6
1. Canalis inguinalis
Canalis inguinalis adalah suatu saluran sempit yang terbentang dengan
arah inferomedial, tepat di atas dan paralel dengan separuh bagian bawah
ligamentum inguinale. Struktur ini dimulai pada annulus inguinalis profundus
dan berlanjut sampai kira-kira 4 cm, berakhir di annulus inguinalis
superficialis. Isi canalis inguinalis adalah adalah ramus genitalis nervus
genitofemoralis, funiculus spermaticus pada pria, dan ligamentum teres uteri

9
pada wanita, nervus ilioinguinalis berjalan melewati bagian canalis
inguinalis, keluar melalui annulus inguinalis superficialis dengan isi yang
lain. 8
Batas-batas canalis inguinalis 7
 Anterior: Aponeurosis musculus obliquus externus obdiminis dan di
sebelah lateral diperkuat oleh serabut musculus obliquus internus
abdominis
 Posterior: Dibentuk oleh fascia transversal dengan bagian medial diperkuat
oleh tendo conjuctivus
 Inferior: Dibentuk oleh ligamentum inguinale dan ligamentum lacunare
 Superior: Dibentuk oleh serabut-serabut melengkung dari musculus
obliquus internus abdominis dan musculus transversal abdominis.
Adanya canalis inguinalis pada bagian bawah dinding anterior abdomen
pada laki-laki dan perempuan merupakan suatu tempat yang lemah. Tata
letak canalis inguinalis untuk mengatasi kelemahan ini: 7,8,9
 Dinding anterior canalis inguinalis diperkuat oleh serabut-serabut
musculus obliquus internus abdominis tepat di depan annulus inguinalis
profundus
 Dinding posterior canalis inguinalis diperkuat oleh conjoined tendon tepat
di belakang annulus inguinalsi superficialis
 Pada waktu batuk dan mengedan (miksi, defekasi, partus) serabut-serabut
paling bawah muskulus obliquus internus abdominis dan musculus
transversus abdominis yang melengkung berkontraksi sehingga atap yang
melengkung menjadi datar dan turun mendekati lantai. Atap mungkin
menekan isi canalis inguinalis kearah dasar sehingga sebenarnya canalis
inguinalis menutup
 Bila diperlukan mengedan dengan kuat seperti pada defekasi dan partus,
secara alamiah orang dalam posisi jongkok, articulation coxae fleksi dan
permukaan anterior tungkai atas mendekati permukaan anterior dinding
abdomen. Dengan cara ini, bagian bawah dinding anterior abdomen
dilindungi oleh tungkai atas.

10
Gambar 3. Dinding dan isi Canalis Inguinalis, sisi kanan.7

2. Funiculus Spermaticus
Funiculus spermaticus dimulai dari proksimal pada annulus
inguinalis profundus dan dibentuk oleh kumpulan alat-alat yang melalui
canalis inguinalis. Funiculus spermaticus ini dilapisi tiga lapisan fascia
konsentris yang berasal dari lapisandinding perut, yaitu: 8

Fascia spermatica interna, yang merupakan lapisan terdalam, berasal
dari fascia transversalis, dan melekat ke tepi annulus inguinalis
profundus;

Musculus cremasterica dengan musculus cremaster terkait, yang
merupakan lapisan tengah fascia dan berasal dari musculus obliquus
abdominis; dan

Fasciaspermatica externa, yang merupakan penutup terdangkal
funiculus spermaticus, berasal dari aponeurosis munculus obliquus
externus abdominis, dan melekat ke tepi annulus inguinalis
superficialis.
Struktur-struktur pada funiculus spermaticus dari annulus
inguinalis profundus berlanjut menuruni canalis inguinalis, dan keluar
dari annulus superficialis, setelah mendapatkan tiga fascia penutup
selama perjalanannya. Kumpulan struktur dan fascia ini berlanjut ke

11
dalam skrotum, dan struktur-struktur ini berhubungan dengan testis dan
fascia yang mengelilinginya. 6
Di dalam funiculus spermaticus laki-laki terdapat canalis
inguinalis yangberisi ductus deferens, arteri testicularis, vena
testicularis, pembuluh getah bening, pembuluh darah dan saraf untuk
ductus deferens, ramus genitalis dari nervus genitofemoralis dan nervus
illioinguinalis. Pada perempuan canalis inguinalis berisi ligamentum
teres uteri yang merupakan sisa gubernaculum ovarii dan cabang nervus
illioinguinalis. Karena tidak mengandung funiculus spermaticus maka
annulus inguinalis superficialis pada perempuan mejadi kecil dan tidak
menjadi tempat lemah dari dinding abdomen. Canalis inguinalis (Nuck)
pada perempuan ini jarang menimbulkan masalah.8

3. Trigonum Inguinale (Hesselbach)


Trigonum inguinale terletak di daerah inferomedial regio
inguinalis pada basis dari fossa inguinalis medialis dengan batas
sebagai berikut: bagian medial dibatasi oleh pinggir lateral musculus
rectus abdominis (linea semilunaris), bagian lateral dibatasi oleh arteria
epigastrica inferior, bagian bawah dibatasi oleh ligamentum inguinale
antara arteria epigastrica inferior dan linea semilunaris. Struktur daerah
ini lemah sehingga dapat menjadi tempat terjadinya hernia inguinalis
medialis meskipun di bagian belakang diperkuat falx inguinalis. Hal ini
dapat terjadi karena bagian ini tidak didukung oleh otot dinding perut
dan di sebelah anterior merupakan tempat dari annulus inguinalis
superficialis.8

12
Gambar 4. Trigonum Hesselbach

3.2. Hernia Inguinalis


3.2.1. Definisi
Hernia didefinisikan sebagai penonjolan sebagian organ atau jaringan
melalui lubang alamiah ataupun abnormal dalam selaput pembungkus, membran,
otot, atau tulang. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh
kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen, pada umumnya daerah
inguinal.1,10,11
Komponen penting dari hernia: 12,13
 Kantung hernia berupa peritoneum parietalis
 Isi hernia berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia
 Leher hernia/cincin hernia yaitu bagian tersempit kantong hernia yang
sesuai dengan kantong hernia

Gambar 5. Komponen Hernia


3.2.2. Epidemiologi
13
Hernia pada dinding abdomen paling sering ditemukan dengan prevalensi
1,7% untuk semua umur dan 4% untuk usia lebih dari 45 tahun. Hernia inguinalis
terhitung sekitar 75% dari seluruh hernia dinding abdomen yang terdiri dari hernia
inguinalis lateralis atau indirect hernia, hernia inguinalis medialis atau direct
hernia, dan hernia femoralis. 2,10,11
Hernia inguinalis terjadi pada 10 dari 100.000 populasi di Inggris dan lebih
tinggi di Amerika Serikat, yaitu 28 dari 100.000. Angka ini menjadikan operasi
hernia inguinalis paling sering dilakukan di bedah umum. Pada tahun 2001-2002
saja sekitar 70.000 operasi hernia inguinalis (62.969 primer, 4.939 rekuren) telah
dilakukan dan membutuhkan lebih dari 100.000 ranjang rumah sakit untuk pasien.
Hampir 95% pasien dari kelainan ini adalah laki-laki. Pada laki-laki, insiden akan
meningkat dari 11 per 10.000 populasi berusia 16-24 tahun menjadi 200 per
10.000 populasi berusia 75 tahun keatas. Semakin bertambahnya usia,
kemungkinan terjadinya hernia semakin besar. Hal ini dipengaruhi oleh kekuatan
otot-otot perut yang sudah mulai melemah.3,7,8
Di berbagai negara di dunia, hernia inguinalis lebih sering terjadi 8 hingga
20 kali daripada hernia femoral. Perbandingan angka kejadian pada pria sepuluh
kali daripada wanita dan sekitar 55% hernia inguinalis terjadi pada sisi kanan.
Sekitar 70% dari hernia inguinalis adalah hernia inguinalis indirek. Hernia
bilateral empat kali lebih sering terjadi pada hernia direk daripada hernia indirek. 4

3.2.3. Etiologi dan Faktor Risiko


Penyebab terjadinya hernia inguinalis masih diliputi berbagai kontroversi,
Faktor risiko tersering adalah pada pasien yang sering batuk, mengalami
konstipasi, hamil, riwayat keluarga yang mengalami hernia, angkat berat, dan
obesitas. Namun dari banyak faktor risiko tersebut diyakini ada tiga penyebab,
yaitu sebagai berikut:12
1. Peningkatan tekanan intra abdomen yang berulang
Seperti pada overweight, mengangkat barang yang berat yang tidak sesuai
dengan ukuran badan, sering mengedan karena adanya gangguan konstipasi
atau gangguan saluran kencing, adanya tumor yang mengakibatkan sumbatan
usus, batuk yang kronis dikarenakan infeksi, bronkitis, asma, emfisema, atau
alergi, kehamilan, atau adanya asites.

14
2. Adanya kelemahan jaringan/otot
3. Tersedianya kantong
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital maupun karena
sebab yang didapat. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan
pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga dapat
dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu diperlukan pula faktor yang
dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar
tersebut. Pada orang sehat memiliki mekanisme yang dapat mencegah
terjadinya hernia, gangguan pada mekanisme tersebutlah yang dapat
menyebabkan terjadinya hernia. Faktor yang dipandang dapat berperan
sebagai penyebab hernia yaitu: 10, 12,13
 Adanya prosesus vaginalis yang terbuka (bawaan lahir)
 Peninggian tekanan di dalam rongga perut (kegiatan fisik yang berlebihan/
mengangkat beban berlebih, batuk kronik dan PPOK)
 Kelemahan otot dinding perut karena usia
 Pada hernia femoralis sekunder dapat terjadi sebagai komplikasi herniorafi
pada hernia inguinalis, terutama yang memakai teknik Bassini atau
Shouldice yang menyebabkan fasia transversa dan ligamentum inguinale
lebih tergeser ke ventrokranial sehingga kanalis femoralis lebih luas.

3.2.4. Patofisiologi
Ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole gonad
ke permukaan interna labial/skrotum. Gubernaculum akan melewati dinding
abdomen yang mana pada sisi bagian ini akan menjadi kanalis inguinalis.
Prosesus vaginalis adalah evaginasi divertikular peritoneum yang membentuk
bagian ventral gubernaculum bilateral. Pada pria, testes awalnya retroperitoneal
dan dengan prosesus vaginalis testes akan turun melewati canalis inguinalis ke
skrotum dikarenakan kontraksi gubernaculum. Pada sisi sebelah kiri terjadi
penurunan terlebih dahulu sehingga yang tersering hernia inguinalis lateralis
kanan. Angka kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan yang paling sering
adalah sebelah kanan. Pada wanita, ovarium turun ke pelvis dan gubernaculum

15
bagian inferior menjadi ligamentum rotundum yang mana melewati cincin interna
ke labia mayora.14
Prosesus vaginalis normalnya menutup, menghapuskan perluasan rongga
peritoneal yang melewati cincin interna. Pada pria kehilangan sisa ini akan
melekatkan testis yang dikenal dengan tunika vaginalis. Jika prosesus vaginalis
tidak menutup maka hidrokel atau hernia inguinalis lateralis akan terjadi.
Sedangkan pada wanita akan terbentuk kanal Nuck. Akan tetapi tidak semua
hernia inguinalis disebabkan karena kegagalan menutupnya prosesus vaginalis
dibuktikan pada 20%-30% autopsi yang terkena hernia inguinalis lateral prosesus
vaginalisnya menutup.7,15

Gambar 6. Perbandingan HIL dan Anatomi Normal

Mekanisme pencegahan hernia inguinalis pada orang normal yaitu adanya


kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur muskulus oblikus internus
abdominis yang menutup annulus inguinalis internus ketika berkontraksi, dan
adanya fascia transversa yang kuat menutupi Trigonum Hasselbach yang
umumnya hampir tidak berotot. Patofisiologi timbulnya hernia inguinalis pada
orang dewasa biasanya disebabkan karena kegagalan salah satu atau lebih dari
mekanisme pencegahan hernia tersebut.15,16

3.2.5. Klasifikasi
Hernia inguinalis terbagi menjadi dua, yaitu hernia inguinalis medialis dan
hernia inguinalis lateralis.

16
1. Hernia Inguinalis Direct (Medialis)
Hernia ini disebut medialis karena menonjol dari perut di bagian medial
dari pembuluh epigastrika inferior. Hernia ini merupakan jenis hernia yang
didapat (akuisita) disebabkan oleh peninggian tekanan intra abdomen kronik
dan kelemahan otot dinding di trigonum Hesselbach. Jalannya langsung
(direct) ke ventral melalui annulus inguinalis subkutaneus. Hernia ini sama
sekali tidak berhubungan dengan prosesus vaginalis, umumnya terjadi bilateral,
khususnya pada laki-laki tua.
Hernia jenis ini jarang, bahkan hampir tidak pernah mengalami inkarserasi
dan strangulasi. 17,18

Gambar 7. Hernia Inguinalis Medialis.

2. Hernia Inguinalis Indirect (Lateralis)


Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di bagian lateral
pembuluh epigastrika inferior. Dikenal sebagai indirek karena keluar melalui
dua pintu dan saluran, yaitu annulus dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan
hernia lateralis akan tampak tonjolan berbentuk lonjong. Onset hernia ini dapat
terjadi pada saat bayi atau saat dewasa. 19

17
Gambar 8. Hernia Inguinalis Lateralis

Tabel. 1. Perbedaan Hernia Inguinalis Lateralis dan Hernia Inguinalis Medialis


Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Medialis
Disebut juga hernia indirek Disebut juga hernia direk
Lateral vasaepigastrika inferior Medial vasa epigastrika inferior
Bentuk lonjong Bentuk Bulat
Finger tes (+) massa teraba di ujung Finger test (+) massa teraba di sisi jari
jari
Melalui canalis inguinalis Tidak Melalui canalis inguinalis
Biasa karena prosesus vaginalis yang Biasa karena adanya lokus minoris
terbuka resistence (defek/bagian yang lemah
dari dinding rongga)
Kongenital dan bisa pada waktu Onset pada dewasa
dewasa

3.2.6. Diagnosis Banding


Beberapa diagnosis banding berkaitan dengan diagnosa hernia
diantaranya:17,19
a. Hidrokel pada funiculus spermaticus maupun testis. Yang membedakan dengan
hernia:
 Pasien diminta mengejan bila benjolan adalah hernia maka akan membesar,
sedangkan bila hidrokel benjolan tidak akan berubah. Bila benjolan terdapat
pada skrotum, maka dilakukan tes transluminasi. Tes ini positif pada hirokel.
 Pada hernia: canalis inguinalis teraba usus
 Perkusi pada hernia akan terdengar timpani karena berisi usus
 Fluktuasi positif pada hernia
18
b. Kriptochismus
c. Limfadenopati/limfadenitis inguinal
d. Varises vena saphena magna di daerah lipat paha
e. Lipoma yang menyelubungi funiculus spermatikus (sering disangka hernia
inguinalis medialis)

3.2.7. Penegakkan Diagnosis


Penegakkan diagnosis Hernia Inguinalis dilakukan melalui anamnesis
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
a. Anamnesis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.
Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha
yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang
setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan
didaerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan
pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk kedalam kantung
hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul bila terjadi inkarserata
karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren. 13,16
Pada umumnya hernia direk akan memberikan gejala yang sedikit
dibandingkan hernia inguinalis lateralis dan juga kemungkinannya lebih
berkurang untuk menjadi inkarserasi atau strangulasi.15

Tabel 2. Gambaran Klinis Hernia


Tampak
Jenis Reponibel Nyeri Obstruksi Toksik
Sakit
Reponibel + - - - -
Ireponibel - - - - -
Inkarserata - + + + -
Strangulata - ++ + ++ ++
b. Pemeriksaan Fisik
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada
inspeksi saat pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis yang berjalan dari
lateral atas ke medial bawah. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba
pada funikulus spermaticus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang

19
memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera (silk sign) namun sulit
ditentukan. Bila kantong berisi organ maka tergantung dari isinya, dapat teraba
usus, omentum (seperti karet) atau ovarium. Dengan jari telunjuk atau jari
kelingking pada anak dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menekan kulit
skrotum melalui annulus eksternus hingga dapat ditentukan apakah isi hernia
dapat direposisi atau tidak. Bila dapat direposisi, jari tetap berada dalam annulus
eksternus dan pasien diminta mengejan, bila ujung jari menyentuh hernia berarti
hernia inguinalis lateralis, namun bila menyentuh sisi jari makan hernia inguinalis
medialis. Isi hernia pada bayi perempuan teraba seperti masa padat biasanya
merupakan ovarium.13
Hernia inguinalis pada masing-masing jenis pada umumnya memberikan
gambaran yang sama. Hernia yang turun hingga ke skrotum hampir sering
merupakan hernia inguinalis lateralis.15

Gambar 9. Pemeriksaan hernia inguinalis

Pada pemeriksaan fisik perkusi ditemukan tanda obstruksi bila telah terjadi
komplikasi berupa gangguan pasase usus seperti inkarserata maupun strangulata.
Sedangkan saat auskultasi bising usus (+) pada benjolan hernia yang terjadi. 13,14,15
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pasien yang hernia yang sudah mengalami strangulasi biasanya akan ada
pemeriksaan lab akan ditemukan leukositosis dengan shift to the left. Pemeriksaan
elektrolit, BUN, dan kadar kreatinin juga dilakukan untuk mengetahui derajat

20
dehidrasi yang mungkin timbul akibat muntah-muntah. Tes urinalisis juga
dilakukan untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus genitourinarius yang
menyebabkan nyeri pada lipat paha. 20

Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin hernia.
Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat paha
atau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan testis.
Pemeriksaan ultrasonografi juga berguna untuk membedakan hernia inkarserata
dari suatu nodus limfatikus patologis atau penyebab lain dari suatu massa yang
teraba di inguinal. Pada pasien yang sangat jarang dengan nyeri inguinal tetapi tak
ada bukti fisik atau sonografi yang menunjukkan hernia inguinalis. CT scan dapat
digunakan untuk mengevaluasi pelvis untuk mencari adanya hernia obturator. 20

3.2.8. Tatalaksana
Terapi yang diberikan pada pasien dengan hernia dapat berupa tindakan
konservatif maupun operatif.
1. Konservatif
Tindakan ini terbatas pada reposisi, pemakaian penyangga atau penunjang
untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Tidak dilakukan pada
hernia strangulata kecuali anak-anak. Reposisi dilakukan secara bimanual.
Reposisi pada anak dapat dilakukan dengan menidurkan anak dengan
pemberian sedatif dan kompres es diatas hernia. Bila reposisi berhasil, anak
disiapkan untuk operasi hari berikutnya. Bila tidak berhasil harus dilakukan
operasi segera. 12,16,21
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia dan
bukan menyembuhkannya sehingga harus dipakai seumur hidup. Cara ini
menimbulkan komplikasi merusak kulit, dan tonus dinding perut di daerah
yang ditekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak dapat
menyebabkan atrofi testis karena pembuluh darah testis pada funikulus
spermatikus ikut tertekan.12,15,21
2. Operatif

21
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis
yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip
dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioplasty. 17
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan jika ada perlekatan,
kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu
dipotong. 17
Pada hernioplasty, dilakukan Hernioplasty lebih penting artinya dalam
mencegah terjadinya residif dibandingkan herniotomi. Dikenal sebagai metode
hernioplasty seperti memperkecil annulus inguinalis internus dengan jahitan
tertutup, menutup, dan memperkuat fascia transversal, dan menjahitkan
pertemuan M. transversus internus abdominis dan M. oblikus internus
abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum
inguinale Poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan fascia transversa,
M. transversus abdominis, M. oblikus internus abdominis ke ligamrentum
17
Cooper pada metode McVay. Operasi Hernioraphy merupakan gabungan
antara herniotomi dan hernioplasty.

3.2.9. Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi
hernia dapat bertahan dalam kantung hernia pada hernia ireponibel, hal ini dapat
terjadi kalau hernia terlalu besar atau terdiri dari omentum, organ ekstraperitoneal
(hernia geser) atau hernia akreta. Disini tidak timbul gejala klinik kecuali berupa
benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi
hernia strangulata yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana.
Sumbatan dapat terjadi total atau parsial seperti pada hernia richter. Bila cincin
hernia sempit, kurang elastis atau lebih kaku seperti pada hernia femoralis dan
hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkarserasi
retrograde yaitu dua segmen usus terperangkap di dalam kantung hernia dan satu
segmen lainnya berada dalam rongga peritoneum seperti huruf W.17
Jepitan hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di
dalam hernia dan transudasi ke dalam kantung hernia. Timbulnya edem

22
menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya
peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantung
hernia berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri dari
usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistula
atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.17

3.2.10. Prognosis
Perbaikan klinik memberikan angka kekambuhan sekitar 1-3% dalam
jarak waktu 10 tahun kemudian. Kekambuhan disebabkan oleh tegangan yang
berlebihan pada saat perbaikan, jaringan yang kurang, hernioplasty yang tidak
adekuat dan hernia yang terabaikan. Kekambuhan yang sudah diperkirakan lebih
umum terjadi pada pasien dengan hernia direk, khususnya hernia direk bilateral.
Kekambuhan tidak langsung biasanya akibat eksisi yang tidak adekuat dari ujung
proksimal kantung.22

BAB IV
ANALISIS MASALAH

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan


penunjang pada pasien laki-laki berusia 45 tahun dengan keluhan utama benjolan
di buah zakar kanan yang tidak dapat masuk kembali sejak 3 hari yang lalu,
didiagnosis dengan Hernia Inguinalis Lateralis Inkarserata Dextra.

23
Pasien datang dengan keluhan benjolan di buah zakar kanan. Benjolan di
buah zakar kanan dapat dipertimbangkan sebagai hernia, hidrokel, ataupun
limfadenopati. Pasien pada kasus ini didiagnosis sebagai hernia karena
berdasarkan anamnesis benjolan yang awalnya dapat keluar masuk 2 tahun yang
lalu, kemudian tidak dapat masuk kembali sejak 3 hari yang lalu serta pada
pemeriksaan fisik spesifik tes transluminasi negatif yang bermakna benjolan
tersebut bukan berasal dari cairan sehingga diagnosis hidrokel dapat disingkirkan.
Kemudian benjolan yang dapat keluar masuk sejak 2 tahun yang lalu bermakna
bukan merupakan suatu massa ataupun pembesaran kelenjar getah bening regional
sehingga diagnosis limfadenopati dapat disingkirkan. Hernia didefinisikan sebagai
penonjolan sebagian organ atau jaringan melalui lubang alamiah ataupun
abnormal dalam selaput pembungkus, membran, otot, atau tulang. Meskipun
hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan
dinding abdomen, pada umumnya daerah inguinal. 1,10,11
Pada anamnesis benjolan di buah zakar yang tidak dapat masuk kembali
sejak 3 hari yang lalu, kemungkinan isi hernia telah terjepit oleh cincin hernia
sehingga isi hernia tidak dapat kembali lagi ke rongga abdomen. Kemudian pada
anamnesis ditemukan gejala mual muntah, dan tidak bisa BAB serta buang angin
sejak benjolan tidak dapat masuk kembali. Hal ini bermakna bahwa isi hernia
yang berupa usus mengalami gangguan pasase usus akibat terjepit di cincin hernia
sehingga timbul gangguan obstruksi usus berupa mual muntah serta tidak bisa
BAB dan buang angina.
Factor risiko yang kemungkinan menyebabkan hernia pada pasien kasus
ini yaitu factor pekerjaan sebagai seorang petani, yang mana kemungkinan
melakukan pekerjaan berat. Faktor risiko tersering adalah pada pasien yang sering
batuk, mengalami konstipasi, hamil, riwayat keluarga yang mengalami hernia,
angkat berat, dan obesitas. 12
Hernia inguinalis tidak dapat hilang sendiri, sehingga pembedahan
merupakan terapi satu-satunya. Pada pasien ini direncanakan operasi
herniography. Operasi Hernioraphy merupakan gabungan antara herniotomi dan
hernioplasty. Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan jika ada perlekatan, kemudian

24
direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong. Pada
hernioplasty, dilakukan Hernioplasty lebih penting artinya dalam mencegah
terjadinya residif dibandingkan herniotomi. Dikenal sebagai metode hernioplasty
seperti memperkecil annulus inguinalis internus dengan jahitan tertutup, menutup,
dan memperkuat fascia transversal.17

DAFTAR PUSTAKA

1. Dorland, W.A. Newman. 2011. Dorland’s Pocket Medical Dictionary. 28th


edition. Elsevier. Singapore. Terjemahan A.A. Mahode. 2012. Kamus Saku
Kedokteran Dorland. Edisi 28. EGC. Jakarta.
2. Kingsnort, A. dan LeBlanc K.2003. Hernias: Inguinal and Incisional. Lancet.
362 (9395): 1561-71.
3. Chow, A. et al. 2007. Inguinal Hernia. BMJ Clin Evid. 4 (2007): 1-20.
4. Sadler, T. W. 2010. Embriologi Kedokteran Langman. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Edisi ke-7. Hal. 304-9.
5. Rasjad, C., editor. Buku Ajar Ilmu Bedah. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Edisi ke-3. Hal. 619-29.
6. Richard, L. D., Vogi W., dan Mitchell W. 2014. Gray’s Anatomy: Anatomy
of Human Body. Elseiver. Hal. 143-8.
7. Paulsen, F. dan Waschke. 2010. Sobotta: Altas der Anatomie des Menschen
Allgemeine Anatomie und Bewegungsapparat. Book 1. 23th edition. Elsevier
GmbH. Munchen. Terjemahan Pendit, U., Hartanto, H., Nugroho, A.,
Ramadhani, D., dan Diani, A. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia Anatomi
Umum dan Sistem Muskuloskeletal. Jilid 1. Edisi 23. EGC. Jakarta. Hal 130-
239.

25
8. Snell, S. Richard. 2008. Clinical Anatomy by Systems. Lippincott Williams
&Wilkins. USA. Terjemahan Suwahjo, Ardy dan Yohanes Antoni. 2011.
Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. EGC. Jakarta. Hal.279-376.
9. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2,
Jakarta, EGC, Hal: 523-537.
10. Schwartz, Shires, Spencer. 2012. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Edisi
10, EGC, Jakarta, Hal : 509 – 517.
11. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th
Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217.
12. Norton,Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic
Science and Clinical Evidence. New York. Springer. 787-803.
13. Wexler-MJ., 1997. Symposium on the Management of Inguinal Hernias 2.
Overview the Repair of Inguinal Hernia. 110 year after Bassini. Can J. Surg ;
40 (3) : 186 – 97.
14. Henry MM, Thompson JN , 2005, Principles of Surgery, 2nd edition, Elsevier
Saunders, page 431-445.
15. Sabiston, Buku Ajar Ilmu Bedah, bagian I, cetakan ke-dua, EGC, Jakarta,
1995. Hal : 228, 243.
16. Way, Lawrence W. 2003. Hernias & Other Lesions of the Abdominal Wall.
Current Surgical Diagnosis and Treatment. Eleventh edition. New York. Mc
Graw-Hill. 783-789.
17. Lutfi, A. dan K. Thalut. 2007. Dinding Perut, Hernia, Retroperitonemum,
dan Omentum. Buku Ajar Ilmu Bedah (Edisi ke-3). EGC. Hal. 615-41.
18. Greenfield et al 2011. Essentials of Surgery: Scientific Principles and
Practice (Edisi ke-5). Lippincott-Wilkins. Amerika, Hal. 1160-97.
19. Fitzgibbons, R. J. dan R.A. Forse. 2015. Groin Hernias in Adults. The New
England Journal of Medicine. 372 (8): 756-63.
20. Karen, M.D. Hernia & Other Lessions of Abdominal Wall. Dalam: Doherty
G. Current Diagnosis and Treatment Surgery: Thirteenth Edition. 2009.
McGraw-Hill Medical. New York. Amerika. Hal. 768-81.
21. Abrahamson J. Hernias in Maingot’s Abdominal Operation 10 th ed.Vol I.
Connecticut, Prentice Hall Int; 1997:479-580.

26
22. Palanivelu. 2004. Operative Manual of Laparoscopic Hernia Surgery (Edisi
ke-1). Penerbit GEM Foundation. Hal 39-58.

27

Anda mungkin juga menyukai