PENDAHULUAN
1
medikamentosa simptomatis seperti pemberian analgetik. Oleh karena itu,
ketepatan diagnosis dokter dalam menegakkan diagnosis kasus hernia inguinalis
sangat penting sebagai langkah awal untuk menentukan tatalaksana dan mencegah
terjadinya perburukan. Pembahasan kasus ini sebagai salah satu kompetensi
dokter umum agar dapat mengidentifikasi, menegakkan diagnosis, kemudian
menentukkan tatalaksana awal dan merujuk pasien sehingga morbiditas dan
mortalitas dapat diturunkan.
BAB II
STATUS PASIEN
2
2.1 Identifikasi
Nama : Tn. S
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 01 Juli 1975
Umur : 45 tahun
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat : Jl Lubuk Bakung RT 006/009
Pekerjaan : Petani
MRS : 06 Maret 2021
Nomor Rekam Medis : 21003208
2.2 Anamnesis
Autoanamnesis dilakukan pada hari Sabtu tanggal 06 Maret 2021
3
Riwayat benjolan di lipat paha sebelumnya : iya sejak 2 tahun
yang lalu
Riwayat benjolan di bagian tubuh lain : disangkal
Riwayat penyakit gondongan : disangkal
Riwayat diabetes melitus : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat trauma : disangkal
Riwayat operasi : disangkal
Keadaan Spesifik
Kepala
Bentuk : Simetris, Normosefali
Rambut : Tebal, warna hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Pupil bulat , isokor, reflek cahaya (+/+),
konjungtiva
palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Deformitas (-), sekret (-/-), napas cuping hidung (-)
Telinga : Deformitas (-/-), fistula (-/-), sekret (-/-)
4
Mulut : Sianosis (-), edema (-), stomatitis (-),cheilitis (-)
Tenggorokan : Faring hiperemis (-), Arcus Faring Simetris, Tonsil T1-T1,
uvula di tengah
Leher : JVP 5-2 cmH2O, pembesaran KGB (-),
Thoraks
a. Paru-paru
Inspeksi : Statis dan dinamis simetris, retraksi (-/-),
Palpasi : Stem fremitus simetris, krepitasi (-/-), nyeri (-/-)
Perkusi : Sonor (+/+) normal
Auskultasi : Vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
b. Jantung
Inspeksi : Iktus kordis (-)
Palpasi : Iktus kordis (-), thrill (-)
Perkusi : Redup (+) normal, batas jantung-paru (+) normal
Auskultasi : BJ I-II (+) normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Cembung, venektasi (-), jejas (-)
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat
Palpasi : Lemas, hepar-lien sulit, nyeri tekan (+) seluruh
lapang abdomen
Perkusi : Hipertimpani
Ekstremitas
Deformitas (-), jejas (-), akral hangat, CRT< 3”
Status Lokalis
Regio Inguinalis Dextra
Inspeksi : Massa ukuran 4 x 4 cm, warna benjolan sama dengan
jaringan sekitar, darah (-), sekret (-)
5
Palpasi : Hangat (-), konsistensi kenyal, permukaan rata, mobile,
Tidak dapat masuk kedalam abdomen, nyeri (-), suhu kulit
sama dengan sekitar. Finger test tidak bisa dinilai.
Transluminasi test (-)
Hematokrit 43 40 - 52
Hitung jenis
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 0 0-4 %
Segmen 69 40-70 %
Limfosit 13 30-45 %
Monosit 18 2-10 %
6
Kesan:
- Pulmo tak tampak kelainan
- Cor dalam batas normal
3.2.1 Elektrokardigrafi
3.4 Tatalaksana
IVFD RL gtt XX/menit
7
Inj. Omeprazole 1x40 mg/IV
Inj. Ondansentron 1x8 mg/IV
Ahli Rawat dr. Sp.B untuk tindakan herniography.
3.5 Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
8
3.1. Anatomi Regio Inguinal
Regio inguinalis adalah area pertemuan antara dinding anterior abdomen
dan regio femoralis. Di daerah ini, dinding abdomen lemah karena perubahan
selama masa perkembangan dan saccus atau diverticulum peritonealis, dengan
atau tanpa isi abdomen, dan karenanya dapat menyebabkan penonjolan yang
disebut dengan hernia inguinalis. 6
Dinding abdomen ikut membentuk ligamentum inguinale dan canalis
inguinalis. Pada daerah ini juga terdapat annulus inguinalis yang merupakan pintu
dari canalis inguinalis. Annulus inguinalis superficialis berbentuk seperti segitiga
yang dibentuk oleh aponeurosis musculus obliquus externus abdominis. Basisnya
dibentuk oleh crista pubica dengan apex mengarah ke superolateral. Sisi annulus
dibentuk crus medialis dan crus lateralis. Annulus ini dapat diraba di atas dan
sedikit lateral tuberculum pubicum. Annulus inguinalis profundus berbentuk agak
oval, terletak 1,3cm di atas pertengahan ligamentum inguinale dan lateral terhadap
arteria epigastrica inferior. Annulus ini batasnya kurang tegas dan dibentuk oleh
fascia transversa.7,8
Kelemahan yang ada di dinding anterior abdomen pada regio inguinalis ini
dikarenakan oleh perubahan-perubahan yang terjadi selama perkembangan gonad.
Sebelum testis dan ovarium turun dari posisi asalnya yang tinggi di dinding
posterior abdomen, terbentuklah kantong keluar peritoneum (prosesus vaginalis)
yang dilapisis oleh beberapa lapisan dinding anterior abdomen. Rangkaian
perkembangan gonad pada kedua jenis kelamin diakhiri saat prosesus vaginalis
menutup. Jika tidak menutup atau tidak sempurna menutup,kelemahan dapat
terjadi di dinding anterior abdomen dan hernia inguinalis dapat terjadi. 6
1. Canalis inguinalis
Canalis inguinalis adalah suatu saluran sempit yang terbentang dengan
arah inferomedial, tepat di atas dan paralel dengan separuh bagian bawah
ligamentum inguinale. Struktur ini dimulai pada annulus inguinalis profundus
dan berlanjut sampai kira-kira 4 cm, berakhir di annulus inguinalis
superficialis. Isi canalis inguinalis adalah adalah ramus genitalis nervus
genitofemoralis, funiculus spermaticus pada pria, dan ligamentum teres uteri
9
pada wanita, nervus ilioinguinalis berjalan melewati bagian canalis
inguinalis, keluar melalui annulus inguinalis superficialis dengan isi yang
lain. 8
Batas-batas canalis inguinalis 7
Anterior: Aponeurosis musculus obliquus externus obdiminis dan di
sebelah lateral diperkuat oleh serabut musculus obliquus internus
abdominis
Posterior: Dibentuk oleh fascia transversal dengan bagian medial diperkuat
oleh tendo conjuctivus
Inferior: Dibentuk oleh ligamentum inguinale dan ligamentum lacunare
Superior: Dibentuk oleh serabut-serabut melengkung dari musculus
obliquus internus abdominis dan musculus transversal abdominis.
Adanya canalis inguinalis pada bagian bawah dinding anterior abdomen
pada laki-laki dan perempuan merupakan suatu tempat yang lemah. Tata
letak canalis inguinalis untuk mengatasi kelemahan ini: 7,8,9
Dinding anterior canalis inguinalis diperkuat oleh serabut-serabut
musculus obliquus internus abdominis tepat di depan annulus inguinalis
profundus
Dinding posterior canalis inguinalis diperkuat oleh conjoined tendon tepat
di belakang annulus inguinalsi superficialis
Pada waktu batuk dan mengedan (miksi, defekasi, partus) serabut-serabut
paling bawah muskulus obliquus internus abdominis dan musculus
transversus abdominis yang melengkung berkontraksi sehingga atap yang
melengkung menjadi datar dan turun mendekati lantai. Atap mungkin
menekan isi canalis inguinalis kearah dasar sehingga sebenarnya canalis
inguinalis menutup
Bila diperlukan mengedan dengan kuat seperti pada defekasi dan partus,
secara alamiah orang dalam posisi jongkok, articulation coxae fleksi dan
permukaan anterior tungkai atas mendekati permukaan anterior dinding
abdomen. Dengan cara ini, bagian bawah dinding anterior abdomen
dilindungi oleh tungkai atas.
10
Gambar 3. Dinding dan isi Canalis Inguinalis, sisi kanan.7
2. Funiculus Spermaticus
Funiculus spermaticus dimulai dari proksimal pada annulus
inguinalis profundus dan dibentuk oleh kumpulan alat-alat yang melalui
canalis inguinalis. Funiculus spermaticus ini dilapisi tiga lapisan fascia
konsentris yang berasal dari lapisandinding perut, yaitu: 8
Fascia spermatica interna, yang merupakan lapisan terdalam, berasal
dari fascia transversalis, dan melekat ke tepi annulus inguinalis
profundus;
Musculus cremasterica dengan musculus cremaster terkait, yang
merupakan lapisan tengah fascia dan berasal dari musculus obliquus
abdominis; dan
Fasciaspermatica externa, yang merupakan penutup terdangkal
funiculus spermaticus, berasal dari aponeurosis munculus obliquus
externus abdominis, dan melekat ke tepi annulus inguinalis
superficialis.
Struktur-struktur pada funiculus spermaticus dari annulus
inguinalis profundus berlanjut menuruni canalis inguinalis, dan keluar
dari annulus superficialis, setelah mendapatkan tiga fascia penutup
selama perjalanannya. Kumpulan struktur dan fascia ini berlanjut ke
11
dalam skrotum, dan struktur-struktur ini berhubungan dengan testis dan
fascia yang mengelilinginya. 6
Di dalam funiculus spermaticus laki-laki terdapat canalis
inguinalis yangberisi ductus deferens, arteri testicularis, vena
testicularis, pembuluh getah bening, pembuluh darah dan saraf untuk
ductus deferens, ramus genitalis dari nervus genitofemoralis dan nervus
illioinguinalis. Pada perempuan canalis inguinalis berisi ligamentum
teres uteri yang merupakan sisa gubernaculum ovarii dan cabang nervus
illioinguinalis. Karena tidak mengandung funiculus spermaticus maka
annulus inguinalis superficialis pada perempuan mejadi kecil dan tidak
menjadi tempat lemah dari dinding abdomen. Canalis inguinalis (Nuck)
pada perempuan ini jarang menimbulkan masalah.8
12
Gambar 4. Trigonum Hesselbach
14
2. Adanya kelemahan jaringan/otot
3. Tersedianya kantong
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital maupun karena
sebab yang didapat. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan
pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga dapat
dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu diperlukan pula faktor yang
dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar
tersebut. Pada orang sehat memiliki mekanisme yang dapat mencegah
terjadinya hernia, gangguan pada mekanisme tersebutlah yang dapat
menyebabkan terjadinya hernia. Faktor yang dipandang dapat berperan
sebagai penyebab hernia yaitu: 10, 12,13
Adanya prosesus vaginalis yang terbuka (bawaan lahir)
Peninggian tekanan di dalam rongga perut (kegiatan fisik yang berlebihan/
mengangkat beban berlebih, batuk kronik dan PPOK)
Kelemahan otot dinding perut karena usia
Pada hernia femoralis sekunder dapat terjadi sebagai komplikasi herniorafi
pada hernia inguinalis, terutama yang memakai teknik Bassini atau
Shouldice yang menyebabkan fasia transversa dan ligamentum inguinale
lebih tergeser ke ventrokranial sehingga kanalis femoralis lebih luas.
3.2.4. Patofisiologi
Ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole gonad
ke permukaan interna labial/skrotum. Gubernaculum akan melewati dinding
abdomen yang mana pada sisi bagian ini akan menjadi kanalis inguinalis.
Prosesus vaginalis adalah evaginasi divertikular peritoneum yang membentuk
bagian ventral gubernaculum bilateral. Pada pria, testes awalnya retroperitoneal
dan dengan prosesus vaginalis testes akan turun melewati canalis inguinalis ke
skrotum dikarenakan kontraksi gubernaculum. Pada sisi sebelah kiri terjadi
penurunan terlebih dahulu sehingga yang tersering hernia inguinalis lateralis
kanan. Angka kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan yang paling sering
adalah sebelah kanan. Pada wanita, ovarium turun ke pelvis dan gubernaculum
15
bagian inferior menjadi ligamentum rotundum yang mana melewati cincin interna
ke labia mayora.14
Prosesus vaginalis normalnya menutup, menghapuskan perluasan rongga
peritoneal yang melewati cincin interna. Pada pria kehilangan sisa ini akan
melekatkan testis yang dikenal dengan tunika vaginalis. Jika prosesus vaginalis
tidak menutup maka hidrokel atau hernia inguinalis lateralis akan terjadi.
Sedangkan pada wanita akan terbentuk kanal Nuck. Akan tetapi tidak semua
hernia inguinalis disebabkan karena kegagalan menutupnya prosesus vaginalis
dibuktikan pada 20%-30% autopsi yang terkena hernia inguinalis lateral prosesus
vaginalisnya menutup.7,15
3.2.5. Klasifikasi
Hernia inguinalis terbagi menjadi dua, yaitu hernia inguinalis medialis dan
hernia inguinalis lateralis.
16
1. Hernia Inguinalis Direct (Medialis)
Hernia ini disebut medialis karena menonjol dari perut di bagian medial
dari pembuluh epigastrika inferior. Hernia ini merupakan jenis hernia yang
didapat (akuisita) disebabkan oleh peninggian tekanan intra abdomen kronik
dan kelemahan otot dinding di trigonum Hesselbach. Jalannya langsung
(direct) ke ventral melalui annulus inguinalis subkutaneus. Hernia ini sama
sekali tidak berhubungan dengan prosesus vaginalis, umumnya terjadi bilateral,
khususnya pada laki-laki tua.
Hernia jenis ini jarang, bahkan hampir tidak pernah mengalami inkarserasi
dan strangulasi. 17,18
17
Gambar 8. Hernia Inguinalis Lateralis
19
memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera (silk sign) namun sulit
ditentukan. Bila kantong berisi organ maka tergantung dari isinya, dapat teraba
usus, omentum (seperti karet) atau ovarium. Dengan jari telunjuk atau jari
kelingking pada anak dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menekan kulit
skrotum melalui annulus eksternus hingga dapat ditentukan apakah isi hernia
dapat direposisi atau tidak. Bila dapat direposisi, jari tetap berada dalam annulus
eksternus dan pasien diminta mengejan, bila ujung jari menyentuh hernia berarti
hernia inguinalis lateralis, namun bila menyentuh sisi jari makan hernia inguinalis
medialis. Isi hernia pada bayi perempuan teraba seperti masa padat biasanya
merupakan ovarium.13
Hernia inguinalis pada masing-masing jenis pada umumnya memberikan
gambaran yang sama. Hernia yang turun hingga ke skrotum hampir sering
merupakan hernia inguinalis lateralis.15
Pada pemeriksaan fisik perkusi ditemukan tanda obstruksi bila telah terjadi
komplikasi berupa gangguan pasase usus seperti inkarserata maupun strangulata.
Sedangkan saat auskultasi bising usus (+) pada benjolan hernia yang terjadi. 13,14,15
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pasien yang hernia yang sudah mengalami strangulasi biasanya akan ada
pemeriksaan lab akan ditemukan leukositosis dengan shift to the left. Pemeriksaan
elektrolit, BUN, dan kadar kreatinin juga dilakukan untuk mengetahui derajat
20
dehidrasi yang mungkin timbul akibat muntah-muntah. Tes urinalisis juga
dilakukan untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus genitourinarius yang
menyebabkan nyeri pada lipat paha. 20
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin hernia.
Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat paha
atau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan testis.
Pemeriksaan ultrasonografi juga berguna untuk membedakan hernia inkarserata
dari suatu nodus limfatikus patologis atau penyebab lain dari suatu massa yang
teraba di inguinal. Pada pasien yang sangat jarang dengan nyeri inguinal tetapi tak
ada bukti fisik atau sonografi yang menunjukkan hernia inguinalis. CT scan dapat
digunakan untuk mengevaluasi pelvis untuk mencari adanya hernia obturator. 20
3.2.8. Tatalaksana
Terapi yang diberikan pada pasien dengan hernia dapat berupa tindakan
konservatif maupun operatif.
1. Konservatif
Tindakan ini terbatas pada reposisi, pemakaian penyangga atau penunjang
untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Tidak dilakukan pada
hernia strangulata kecuali anak-anak. Reposisi dilakukan secara bimanual.
Reposisi pada anak dapat dilakukan dengan menidurkan anak dengan
pemberian sedatif dan kompres es diatas hernia. Bila reposisi berhasil, anak
disiapkan untuk operasi hari berikutnya. Bila tidak berhasil harus dilakukan
operasi segera. 12,16,21
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia dan
bukan menyembuhkannya sehingga harus dipakai seumur hidup. Cara ini
menimbulkan komplikasi merusak kulit, dan tonus dinding perut di daerah
yang ditekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak dapat
menyebabkan atrofi testis karena pembuluh darah testis pada funikulus
spermatikus ikut tertekan.12,15,21
2. Operatif
21
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis
yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip
dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioplasty. 17
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan jika ada perlekatan,
kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu
dipotong. 17
Pada hernioplasty, dilakukan Hernioplasty lebih penting artinya dalam
mencegah terjadinya residif dibandingkan herniotomi. Dikenal sebagai metode
hernioplasty seperti memperkecil annulus inguinalis internus dengan jahitan
tertutup, menutup, dan memperkuat fascia transversal, dan menjahitkan
pertemuan M. transversus internus abdominis dan M. oblikus internus
abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum
inguinale Poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan fascia transversa,
M. transversus abdominis, M. oblikus internus abdominis ke ligamrentum
17
Cooper pada metode McVay. Operasi Hernioraphy merupakan gabungan
antara herniotomi dan hernioplasty.
3.2.9. Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi
hernia dapat bertahan dalam kantung hernia pada hernia ireponibel, hal ini dapat
terjadi kalau hernia terlalu besar atau terdiri dari omentum, organ ekstraperitoneal
(hernia geser) atau hernia akreta. Disini tidak timbul gejala klinik kecuali berupa
benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi
hernia strangulata yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana.
Sumbatan dapat terjadi total atau parsial seperti pada hernia richter. Bila cincin
hernia sempit, kurang elastis atau lebih kaku seperti pada hernia femoralis dan
hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkarserasi
retrograde yaitu dua segmen usus terperangkap di dalam kantung hernia dan satu
segmen lainnya berada dalam rongga peritoneum seperti huruf W.17
Jepitan hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di
dalam hernia dan transudasi ke dalam kantung hernia. Timbulnya edem
22
menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya
peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantung
hernia berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri dari
usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistula
atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.17
3.2.10. Prognosis
Perbaikan klinik memberikan angka kekambuhan sekitar 1-3% dalam
jarak waktu 10 tahun kemudian. Kekambuhan disebabkan oleh tegangan yang
berlebihan pada saat perbaikan, jaringan yang kurang, hernioplasty yang tidak
adekuat dan hernia yang terabaikan. Kekambuhan yang sudah diperkirakan lebih
umum terjadi pada pasien dengan hernia direk, khususnya hernia direk bilateral.
Kekambuhan tidak langsung biasanya akibat eksisi yang tidak adekuat dari ujung
proksimal kantung.22
BAB IV
ANALISIS MASALAH
23
Pasien datang dengan keluhan benjolan di buah zakar kanan. Benjolan di
buah zakar kanan dapat dipertimbangkan sebagai hernia, hidrokel, ataupun
limfadenopati. Pasien pada kasus ini didiagnosis sebagai hernia karena
berdasarkan anamnesis benjolan yang awalnya dapat keluar masuk 2 tahun yang
lalu, kemudian tidak dapat masuk kembali sejak 3 hari yang lalu serta pada
pemeriksaan fisik spesifik tes transluminasi negatif yang bermakna benjolan
tersebut bukan berasal dari cairan sehingga diagnosis hidrokel dapat disingkirkan.
Kemudian benjolan yang dapat keluar masuk sejak 2 tahun yang lalu bermakna
bukan merupakan suatu massa ataupun pembesaran kelenjar getah bening regional
sehingga diagnosis limfadenopati dapat disingkirkan. Hernia didefinisikan sebagai
penonjolan sebagian organ atau jaringan melalui lubang alamiah ataupun
abnormal dalam selaput pembungkus, membran, otot, atau tulang. Meskipun
hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan
dinding abdomen, pada umumnya daerah inguinal. 1,10,11
Pada anamnesis benjolan di buah zakar yang tidak dapat masuk kembali
sejak 3 hari yang lalu, kemungkinan isi hernia telah terjepit oleh cincin hernia
sehingga isi hernia tidak dapat kembali lagi ke rongga abdomen. Kemudian pada
anamnesis ditemukan gejala mual muntah, dan tidak bisa BAB serta buang angin
sejak benjolan tidak dapat masuk kembali. Hal ini bermakna bahwa isi hernia
yang berupa usus mengalami gangguan pasase usus akibat terjepit di cincin hernia
sehingga timbul gangguan obstruksi usus berupa mual muntah serta tidak bisa
BAB dan buang angina.
Factor risiko yang kemungkinan menyebabkan hernia pada pasien kasus
ini yaitu factor pekerjaan sebagai seorang petani, yang mana kemungkinan
melakukan pekerjaan berat. Faktor risiko tersering adalah pada pasien yang sering
batuk, mengalami konstipasi, hamil, riwayat keluarga yang mengalami hernia,
angkat berat, dan obesitas. 12
Hernia inguinalis tidak dapat hilang sendiri, sehingga pembedahan
merupakan terapi satu-satunya. Pada pasien ini direncanakan operasi
herniography. Operasi Hernioraphy merupakan gabungan antara herniotomi dan
hernioplasty. Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan jika ada perlekatan, kemudian
24
direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong. Pada
hernioplasty, dilakukan Hernioplasty lebih penting artinya dalam mencegah
terjadinya residif dibandingkan herniotomi. Dikenal sebagai metode hernioplasty
seperti memperkecil annulus inguinalis internus dengan jahitan tertutup, menutup,
dan memperkuat fascia transversal.17
DAFTAR PUSTAKA
25
8. Snell, S. Richard. 2008. Clinical Anatomy by Systems. Lippincott Williams
&Wilkins. USA. Terjemahan Suwahjo, Ardy dan Yohanes Antoni. 2011.
Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. EGC. Jakarta. Hal.279-376.
9. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2,
Jakarta, EGC, Hal: 523-537.
10. Schwartz, Shires, Spencer. 2012. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Edisi
10, EGC, Jakarta, Hal : 509 – 517.
11. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th
Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217.
12. Norton,Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic
Science and Clinical Evidence. New York. Springer. 787-803.
13. Wexler-MJ., 1997. Symposium on the Management of Inguinal Hernias 2.
Overview the Repair of Inguinal Hernia. 110 year after Bassini. Can J. Surg ;
40 (3) : 186 – 97.
14. Henry MM, Thompson JN , 2005, Principles of Surgery, 2nd edition, Elsevier
Saunders, page 431-445.
15. Sabiston, Buku Ajar Ilmu Bedah, bagian I, cetakan ke-dua, EGC, Jakarta,
1995. Hal : 228, 243.
16. Way, Lawrence W. 2003. Hernias & Other Lesions of the Abdominal Wall.
Current Surgical Diagnosis and Treatment. Eleventh edition. New York. Mc
Graw-Hill. 783-789.
17. Lutfi, A. dan K. Thalut. 2007. Dinding Perut, Hernia, Retroperitonemum,
dan Omentum. Buku Ajar Ilmu Bedah (Edisi ke-3). EGC. Hal. 615-41.
18. Greenfield et al 2011. Essentials of Surgery: Scientific Principles and
Practice (Edisi ke-5). Lippincott-Wilkins. Amerika, Hal. 1160-97.
19. Fitzgibbons, R. J. dan R.A. Forse. 2015. Groin Hernias in Adults. The New
England Journal of Medicine. 372 (8): 756-63.
20. Karen, M.D. Hernia & Other Lessions of Abdominal Wall. Dalam: Doherty
G. Current Diagnosis and Treatment Surgery: Thirteenth Edition. 2009.
McGraw-Hill Medical. New York. Amerika. Hal. 768-81.
21. Abrahamson J. Hernias in Maingot’s Abdominal Operation 10 th ed.Vol I.
Connecticut, Prentice Hall Int; 1997:479-580.
26
22. Palanivelu. 2004. Operative Manual of Laparoscopic Hernia Surgery (Edisi
ke-1). Penerbit GEM Foundation. Hal 39-58.
27