Anda di halaman 1dari 29

Laporan Kasus

HERNIA INGUINALIS LATERALIS SINISTRA INKARSERATA

DISUSUN OLEH:
dr. Devi Nindya Oktara

PEMBIMBING:
dr. Butet Dameria

PROGRAM INTERNSIP DOKTER


INDONESIA RUMKIT TNI AD TK.IV
BANDAR LAMPUNG
LAMPUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT


yang telah memberikan limpahan kenikmatan kesehatan baik
jasmani maupun rohani sehingga pada kesempatan ini penulis
dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Hernia
Inguinalis Lateralis Sinistra Inkarserata”. Laporan kasus ini
merupakan salah satu syarat dalam mengikuti program internsip
dokter Indonesia.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada dr. Butet Dameria serta berbagai pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan laporan kasus
ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyusunan laporan kasus ini disebabkan keterbatasan
kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi
perbaikan di masa yang akan datang. Mudah-mudahan laporan
kasus ini dapat memberi manfaat dan pelajaran bagi kita semua.

Bandar Lampung, Januari 2023

Penulis

i
BAB I. PENDAHULUAN

Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia di abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik
dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. 1
Hernia dapat dibagi berdasarkan letaknya dan diberi nama sesuai dengan
lokasi anatominya. Hampir 75 % dari hernia abdomen merupakan hernia
ingunalis. Hernia inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis dan hernia
ingunalis medialis dimana hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak dua
pertiga dari hernia ingunalis. Sepertiga sisanya adalah hernia inguinalis
medialis.1,3,4 Hernia inguinalis dilaporkan sebagai penyebab obstruksi usus nomor
satu terbesar di Indonesia dan paling sering di temukan dalam kasus bedah serta
urutan kedua dalam tindakan operasi gawat darurat setelah appendicitis akut di
Indonesia.1,2 Hernia dapat terjadi pada semua jenis kelamin, namun angka
kejadian penyakit ini lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan
dengan perbandingan 9:1.2
Hernia ingunalis terbagi menjadi dua, yaitu hernia inguinalis lateralis
(hernia indirect) dan hernia inguinalis medialis (hernia direct). Dua pertiga
kejadian hernia merupakan hernia inguinalis lateralis, sedangkan sepertiganya lagi
merupakan hernia inguinalis medialis.1,2,3
Berdasarkan sifatnya hernia inguinalis dapat digolongkan menjadi
1,3
reponibel, ireponibel, inkarserata, dan strangulata. Hernia harus segera
ditatalaksana sebelum terjadi komplikasi. Hernia inkarserata dapat menyebabkan
ileus obstruktif yang merupakan salah satu gawat abdomen, sehingga memerlukan
tindakan sesegera mungkin. Jika tidak segera dilakukan pembedahan, maka hernia
inkarserata dapat berlanjut menjadi hernia strangulata yang dapat menyebabkan
nekrosis usus, perforasi, dan akhirnya menyebabkan peritonitis. 1

2
BAB II. LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. K

Usia : 54 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Bandar Lampung

Masuk Rumah Sakit : 5 Januari 2023

2.2 Anamnesis
2.2.1 Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan benjolan di lipat paha kiri sejak ± 1 tahun yang lalu.

2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD RS DKT Bandar Lampung dengan keluhan terdapat
benjolan di lipat paha kiri sejak ± 1 tahun yang lalu. Benjolan berukuran seperti
telur ayam. Benjolan biasa timbul akibat gerakan aktif pasien, seperti batuk,
bersin, dan mengedan.
Sejak 1 bulan terakhir, benjolan lebih sering dirasakan muncul dan makin
lama semakin terasa nyeri. Benjolan tidak dapat dimasukkan baik secara spontan
ataupun dimasukkan secara manual menggunakan tangan. Keluhan juga disertai
dengan demam naik turun sejak 1 bulan terakhir dan perut kembung sejak 2 hari
yang lalu. Tidak terdapat benjolan di tempat lain. Nyeri pada benjolan (+), flatus
(+), nyeri tekan (-), BAK dan BAB tidak ada keluhan, riwayat trauma (-).

2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit sistemik seperti hipertensi dan diabetes mellitus disangkal.

Riwayat penyakit jantung disangkal.

3
2.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit serupa pada keluarga tidak ada.

2.3 Pemeriksaan Fisik


2.3.1 Kesadaran Umum dan Tanda Vital
Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan darah : 140/100 mmHg


Nadi : 108 x/menit

Suhu : 37,2 OC

Pernafasan : 22 x/menit

2.3.2 Status Generalis


Kepala Normocephalic, simetris, jejas (-), rambut hitam tersebar
merata

Mata Konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),


edema palpebra (-/-)

Hidung Deformitas septum nasi (-/-), sekret (-/-), mukosa hiperemis


(-/-), nafas cuping hidung (-), darah (-/-), deviasi (-)
Telinga Sekret (-/-), deformitas (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri
tekan mastoid (-/-)
Mulut Bibir tidak sianosis, mukosa bibir kering(-)

Leher Pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar getah bening (-)

Thorax I Gerakan dinding dada saat statis simetris kiri kanan,


dan pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan
retraksi dinding dada (-)
P Stem fremitus simetris kanan dan kiri

P Sonor seluruh lapang paru

A Suara nafas vesikuler (+/+) normal, wheezing (-/-)


ronhki (-/-)

Cor I Iktus kordis tidak terlihat

P Iktus kordis tidak teraba

4
P Batas jantung normal

A Bunyi jantung I-II normal, murmur (-), gallop (-), irama


reguler

Abdomen I Datar

P Nyeri tekan (-), supel, hepar tidak teraba, lien tidak


teraba

P Timpani

A Bising usus (+) normal

Ekstremitas Sianosis (-), akral hangat (+/+), edema (-/-),CRT < 2’


superior
dan inferior

2.3.3. Status Lokalis Regio Inguinalis Sinistra


Inspeksi : Terlihat benjolan sebesar telur ayam, diameter ±5cm.

Palpasi : Teraba benjolan, bentuk lonjong, sebesar telur ayam,


konsistensi kenyal. Benjolan dapat dimasukkan dengan
menggunakan tangan.
- Zieman’s Test : Benjolan teraba pada jari ke 2 (jari
telunjuk) pada saat pasien diminta batuk dan mengedan.
- Finger Test : Benjolan teraba pada ujung jari pada saat
pasien diminta batuk dan mengedan.
- Thumb Test : Benjolan tidak keluar pada annulus
internus pada saat pasien diminta batuk dan mengedan.

Auskultasi : BU (+)

5
2.4 Pemeriksaan Penunjang
2.4.1 Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 5 Januari 2022
No. Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
1. Hemoglobin 13,4 gr/dl Laki-laki 13,0-18,0 gr/dl
Perempuan 12,0-16,0 gr/dl
2. Hematokrit 39% Laki-laki 40-52%
Perempuan 35-47%
3. Leukosit 13.100 mm3 4.000-11.000 mm3
4. Trombosit 341.000 sel/ mm3 150.000-450.000 sel/ mm3
5. Ureum 14 mg Ureum serum=8-20 mg
Ureum rutin 12-20 g/24jam
6. Creatinin 0,9 mg/dl Laki-laki 0,5-1,2 mg/dl
Wanita 0,5-1,1 mg/dl
7. Glukosa Darah Sewaktu 101 mg/dl 70-120mg/dl
8. SGOT 19 10-40u/l
9. SGPT 13 10-40u/l
10. HbsAg (Rapid) Non reaktif
11. HIV ICT (Rapid) Non reaktif
12. Masa Perdarahan 2 menit 30 detik -
13. Masa Pembekuan 3 menit
14. Swab Antigen negative

2.5 Diagnosis
Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Inkarserata

2.6 Tatalaksana
-Pre op herniotomy dan hernioraphy
-IVFD NaCl 0,9% gtt xxx/m
-Pasang catheter
-Puasa

6
- Inj. Cefotaxime 2x1 gram
- Inj. Ketorolac 3x30 mg

Post op

- IVFD NaCl 0,9% gtt xxx/menit


- Inj. Cefotaxime 2x1 gr
- Inj. Ketorolac 3x30 mg
- Inj. Ranitidine 2x50 mg

Laporan Operasi (6 Januari 2023)


Tindakan yang dilakukan : Herniotomy dan Hernioraphy
Tanggal : 6 Januari 2023
Pukul : 13.00-1400 WIB
1. Dilakukan insisi oblique
2. Identifikasi fascia
3. Kantong di buka
4. Herniotomy
5. Hernioraphy dengan mesh
6. Rawat perdarahan
7. Operasi selesai

2.8. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad sanationem : dubia ad bonam

7
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi
A. Struktur Dinding Anterior Abdomen
Lapisan-lapisan dinding abdomen terdiri dari (luar ke dalam):5
1. Kulit
2. Fascia superficialis, terdiri dari fascia camperi dan fascia scarpae
3. Otot dinding anterior abdomen, antara lain: muskulus obliquus externus
abdominis, muskulus obliquus internus abdominis, muskulus transversus
abdominis
4. Fascia transversalis
5. Lemak extraperitoneal
6. Peritoneum parietale

Gambar 2.2.1 Lapisan-lapisan dinding abdomen

8
1. Kulit
Garis-garis lipatan kulit alami berjalan konstan dan hampir horizontal di
sekitar tubuh. Secara klinis hal ini penting karena insisi sepanjang garis lipatan ini
akan sembuh dengan sedikit jaringan parut sedangkan insisi yang menyilang
garis-garis ini akan sembuh dengan jaringan parut yang menonjol

2. Fascia superficialis:
a. Lapisan luar, Panniculus adiposus (fascia camperi): berhubungan dengan
lemak superficial yang meliputi bagian tubuh lain dan mungkin sangat tebal (3
inci [8cm] atau lebih pada pasien obesitas)
b. Lapisan dalam, Stratum membranosum (fascia scarpae): stratum
membranosum tipis dan menghilang di sisi lateral dan atas. Di bagian inferior,
stratum membranosum berjalan di depan paha dan di sini bersatu dengan
fascia profunda pada satu jari di bawah ligamentum inguinale.

3. Otot dinding anterior abdomen:


a. Musculus obliquus externus abdominis
Merupakan lembaran otot yang lebar dan tipis, dibentuk oleh dua lapisan:
superfisial dan profunda menjadi aponeurosis obliquus externus. Bersama dengan
aponeurosis otot obliqus internus dan transversus abdominis, mereka membentuk
sarung rektus dan akhirnya linea alba. Aponeurosis obliqus eksternus menjadi
batas superfisial dari kanalis inguinalis. Ligamentum inguinal terletak dari spina
iliaca anterior superior ke tuberculum pubicum. Ligamentum inguinale (Poupart)
merupakan penebalan bagian bawah aponeurosis muskulus obliqus eksternus.
Terletak mulai dari SIAS sampai ke ramus superior tulang pubis. Lakunare
(Gimbernati) merupakan paling bawah dari ligamentum inguinale dan dibentuk
dari serabut tendon obliqus eksternus yang berasal dari daerah Sias. 6
b. Muskulus obliquus internus abdominis
Merupakan lembaran otot yang lebar dan tipis yang terletak di profunda
muskulus obliquus externus abdominis. Serabut tendon yang terbawah bergabung
dengan serabut-serabut yang sama dari muskulus transversus abdominis
membentuk conjoined tendon.5

9
c. Muskulus transversus abdominis
Merupakan lembaran otot yang tipis dan terletak di profunda muskulus
obliquus internus abdominis dan serabut-serabutnya berjalan horizontal ke depan.
Serabut tendo yang terbawah bersatu dengan serabut tendo yang sama dari
muskulus obliquus internus abdominis membentuk conjoined tendon. 5

4. Fascia transversalis
Merupakan lapisan fascia tipis yang membatasi muskulus transversus
abdominis. Fascia transversalis digambarkan oleh Cooper memiliki 2
lapisan:Fascia transversalis dapat dibagi menjadi dua bagian, satu terletak sedikit
sebelum yang lainnya, bagian dalam lebih tipis dari bagian luar; ia keluar dari
tendon otot transversalis pada bagian dalam dari spermatic cord dan berikatan ke
linea semulunaris. Ligamentum Cooper terletak pada bagian belakang ramus
pubis dan dibentuk oleh ramus pubis dan fascia. Ligamentum Cooper adalah titik
fiksasi yang penting dalam metode perbaika laparoscopic sebagaimana pada titik
McVay.6

5. Lemak extraperitoneal
Merupakan selapis tipis jaringan ikat yang mengandung lemak dalam jumlah
yang bervariasi dan terletak diantara fascia transversalis dan peritoneum
5
parietale.

6. Peritoneum parietale
Merupakan membrana serosa tipis (pelapis dinding abdomen) dan
melanjutkan diri ke bawah dengan peritoneum parietale yang melapisi rongga
pelvis.5

B. Saraf-Saraf Dinding Anterior Abdomen:5


 Rami anteriores enam nervi thoracici bagian bawah. Berjalan di dalam celah
antara muskulus obliquus internus abdominis dan muskulus transversus
abdominis. Saraf tersebut menyarafi kulit dinding anterior abdomen, otot-otot
(termasuk muskulus rectus abdominis dan muskulus pyramidalis), dan

10
peritoneum parietale. Saraf-saraf ini berakhir dengan menembus dinding
anterior vagina muskuli recti abdominis.
 Nervus lumbalis 1. Punya perjalanan yang sama namun tidak masuk ke vagina
muskuli recti abdominis. Saraf ini berbentuk sebagai nervus iliohypogastricus
yang menembus aponeurosis muskulus obliquus externus abdominis di atas
anulus inguinalis superficialis dan nervus ilioinguinalis yang keluar dari
anulus ini. Saraf-saraf ini berakhir dengan menyarafi kulit tepat di atas
ligamentum inguinale dan symphisis pubica

C. Arteriae Dinding Anterior Abdomen:5


 Arteri epigastrika superior: merupakan salah satu cabang terminal arteri
thoracica interna. Mendarahi bagian tengah atas dinding anterior abdomen dan
beranastomosis dengan arteria epigastrika inferior
 Arteri epigastrika inferior: merupakan cabang arteria iliaca externa tepat diatas
ligamentum inguinale. Mendarahi bagian tengah bawah dinding abdomen
anterior dan beranastomosis dengan arteria epigastika superior.
 Arteri circumflexa profunda: merupakan cabang arteria iliaca externa tepat
diatas ligamentum inguinale. Mendarahi bagian lateral bawah dinding
abdomen.
 Dua arteri intercostales posterior bagian bawah merupakan cabang aorta
descendens dan empat arteri lumbales yang berasal dari aorta abdominalis.
Mendarahi bagian lateral dinding abdomen.

D. Vena Dinding Anterior Abdomen:5


 Vena epigastrika superior
 Vena epigastrika inferior mengalirkan darah ke vena thoracica
 Vena circumflexa ilium profunda interna dan vena iliaca externa
 Vena intercostales posterior mengalirkan darah ke vena azygos
 Vena lumbales mengalirkan darah ke vena cava inferior

11
2.2. Canalis Inguinalis 5
Canalis inguinalis merupakan saluran oblik yang menembus bagian bawah
dinding anterior abdomen dan terdapat pada kedua jenis kelamin. Pada laki-laki,
saluran ini merupakan tempat lewatnya struktur-struktur yang berjalan dari testis
ke abdomen dan sebaliknya. Pada perempuan, saluran ini dilalui oleh ligamentum
teres uteri (rotundum) yang berjalan dari uterus ke labium majus pudendi. Selain
itu, saluran ini dilewati oleh nevus ilioinguinalis baik laki-laki maupun
perempuan.
Canalis inguinalis panjangnya sekitar 1.5 inci (4 cm) pada orang dewasa
dan terbentang dari anulus inguinalis profundus (lubang berbentuk oval terletak
sekitar 1.3cm diatas ligamentum inguinale pada pertengahan antara sias dan
symphisis pubica) pada fascia transversalis, berjalan ke bawah dan medial sampai
anulus inguinalis superficialis (lubang berbentuk segitiga) pada aponeurosis
obliquus externus abdominis. Canalis inguinalis terletak sejajar dan tepat diatas
ligamentum inguinale.

12
Gambar 2.2. Canalis inguinalis
Dinding canalis inguinalis, terdapat dinding anterior, dinding posterior,
dinding inferior/dasar, dan dinding superior/atap. Dinding anterior canalis
inguinalis dibentuk oleh aponeurosis muskulus obliquus externus abdominis.
Dinding posterior canalis inguinalis dibentuk oleh fascia transversalis. Dinding
inferior canalis inguinalis dibentuk oleh lipatan pinggir bawah aponeurosis
muskulus obliquus externus abdominis yang disebut ligamentum inguinale dan
ujung medialnya disebut ligamentum lacunare. Dinding superior canalis inguinalis
dibentuk oleh serabut-serabut terbawah muskulus obliquus internus abdominis
dan muskulus transversus abdominis yang melengkung.
Fungsi canalis inguinalis, pada laki-laki, memungkinkan struktur-struktur
yang terdapat di dalam funiculus spermaticus berjalan dari atau ke testis menuju
abdomen dan sebaliknya. Pada perempuan, canalis inguinalis yang lebih kecil
memungkinkan ligamentum teres uteri berjalan dari uterus menuju ke labium
majus.
Adanya canalis inguinalis pada bagian bawah dinding anterior abdomen
pada laki-laki dan perempuan merupakan suatu tempat lemah. Tataletak canalis
inguinalis untuk mengatasi kelemahan ini:
1. Dinding anterior canalis inguinalis diperkuat oleh serabut-serabut muskulus
obliquus internus abdominis tepat di depan anulus inguinalis profundus
2. Dinding posterior canalis inguinalis diperkuat oleh conjoined tendon tepat di
belakang anulus inguinalis superficialis
3. Pada waktu batuk dan mengedan (miksi, defekasi, dan partus), serabut-serabut
paling bawah muskulus obliquus internus abdominis dan muskulus transversus
abdominis yang melengkung berkontraksi sehingga atap yang melengkung
menjadi datar dan turun mendekati lantai. Atap mungkin menekan isi canalis
inguinalis ke arah dasar sehingga sebenarnya canalis inguinalis menutup.
4. Bila diperlukan mengedan dengan kuat, seperti pada defekasi dan partus,
secara alamiah orang cenderung dalam posisi jongkok, articulatio coxae fleksi,
dan permukaan anterior tungkai atas mendekati permukaan anterior dinding

13
abdomen. Dengan cara ini, bagian bawah dinding anterior abdomen dilindungi
oleh tungkai atas.
2.3. Trigonum Hesselbach
Trigonum Hesselbach merupakan daerah dengan batas:
 Inferior: Ligamentum Inguinale.
 Lateral: Vasa epigastrika inferior.
 Medial: Tepi m. rectus abdominis.
Dasarnya dibentuk oleh fascia transversalis yang diperkuat serat
aponeurosis m.transversus abdominis. Hernia yang melewati trigonum
Hesselbach disebut sebagai hernia direk, sedangkan hernia yang muncul lateral
dari trigonum ini adalah hernia indirek.

Gambar 2.4 Trigonum Hesselbach

14
3.1 Hernia
3.1.1 Definisi
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding
rongga yang bersangkutan. Pada hernia di abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau
bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin,
kantong, dan isi hernia.1,3 Skema hernia abdomen dapat dilihat pada gambar 2.1.1

Gambar 2.1. Skema Hernia Abdomen1


Keterangan gambar:
(1) kulit dan jaringan subkutis, (2) lapisan muskulo-aponeurosis,
(3) peritoneum parietale dan jaringan praperitoneal, (4) rongga
perut, (5) cincin atau pintu hernia, (6) kantong hernia.

3.1.2 Klasifikasi
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia dapatan
atau akuisita. Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama sesuai dengan lokasi anatominya, seperti
hernia diafragma, inguinal, umbilikalis, femoralis, dan sebagainya.1 Gambar 2.2 menunjukkan
lokasi hernia yang terjadi pada abdomen.1.3,4

Gambar 2.2. Tipe Hernia Abdomen4


Menurut sifatnya dibagi sebagai berikut.1
1. Hernia reponibel: isi hernia dapat keluar-masuk. Usus keluar ketika berdiri atau mengedan,
dan masuk lagi ketika berbaring atau bila didorong masuk perut.
2. Hernia ireponibel: isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut, hernia
disebut hernia ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh pelekatan isi kantong kepada
peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta.
3. Hernia inkarserata: bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap
dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya, terjadi gangguan pasase.

15
4. Hernia strangulata: bila sudah terjadi gangguan vaskularisasi pada isi hernia.

Klasifikasi hernia berdasarkan sifatnya dapat dilihat pada tabel 2.1. dan gambar 2.3. 1

Gambar 2.3.
Klasifikasi Hernia Berdasarkan Sifatnya, Hernia
Usus1

Keterangan gambar:
(1) Kulit dan jaringan subkutan, (2) lapisan otot dan/atau
aponeurosis, (3) peritoneum parietale dan jaringan
peritoneum, (4) kantong hernia dengan usus.
A. Hernia reponibel
B. Hernia ireponibel
C. Hernia inkarserata dengan ileus obstruksi usus
D. Hernia strangulate

Tabel 2.1. Gambaran Klinis Hernia Berdasarkan Klasifikasi Sifatnya 1


Reponibel
Tampak
Jenis secara Nyeri Obstruksi Toksik
Sakit
spontan
Reponibel + - - - -
Ireponibel - - - - -
Inkarserata - + + + -
Strangulata - ++ ++ ++ ++

Bila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus, hernianya disebut hernia Richter.
Hernia Richter dapat disertai dengan ileus, bisa juga tidak (lihat Gambar 2.4). 1

Gambar 2.4. Hernia Richter1


A. Hernia Richter tanpa ileus obstruktif
B. Hernia Richter dengan ileus obstruktif

Hernia eksterna adalah hernia yang menonjol ke luar melalui dinding perut, pinggang,
atau perineum. Hernia interna adalah tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu lubang
dalam rongga perut, seperti foramen Winslow, resesus retrosekalis atau defek dapatan pada
mesenterium umpamanya setelah anastomosis usus. 1,3

16
Hernia insipiens atau hernia yang membalut, merupakan hernia indirek pada kanalis
inguinalis yang ujungnya tidak keluar dari anulus eksternus. Hernia yang kantongnya menjorok
ke dalam celah antara lapisan dinding perut dinamakan hernia interparietalis atau hernia
interstisialis.1
Hernia yang sebagian dinding kantongnya terbentuk dari organ isi hernia, misalnya
sekum, kolon desenden atau kandung kemih, disebut hernia gelincir atau sliding hernia. Hernia
gelincir dapat terjadi karena isi kantong berasal dari organ yang letaknya ekstraperitoneum. Alat
bersangkutan tidak masuk ke kantong hernia, melainkan menggelincir turun ke rongga kantong
hernia.1
Hernia epigastrika menonjol melalui defek di linea alba, kranial dari umbilikus. Yang
jarang terjadi ialah hernia Spieghel yang muncul melalui tempat lemah di antara tepi lateral otot
rektus abdominis dengan linea semisirkularis. Hernia Spieghel merupakan hernia interstisial
yang terletak antara m.transversus abdominis dan m.oblikus internus abdominis (Gambar 2.5). 1,3

Gambar 2.5 Hernia Interstitialis1


Hernia lumbalis menempati dinding perut bagian lateral, contohnya hernia sikatriks pada
bekas luka operasi ginjal, hernia di trigonum lumbale inferior Petit, dan trigonum lumbale
superior Grijnfelt. Hernia di trigonum lumbale jarang ditemukan. 1,3
Hernia sikatriks atau hernia insisional terjadi pada bekas luka laparotomi. Sayatan pada
menyebabkan anestesia kulit dan paralisis otot pada segmen yang dipersarafi oleh saraf yang
bersangkutan. Jika lebih dari dua saraf terpotong, mungkin terjadi hernia ventralis, umpamanya
pada insisi lumbotomi.1
Bentuk hernia lain yang juga jarang dijumpai ialah hernia obturatoria melalui foramen
obturatorium dan hernia diafragmatika melalui foramen Bochdalek di diafragma. Hernia Littre
adalah hernia yang berisi divertikulum Meckel. 1,3

3.2 Hernia Inguinalis


3.2.1 Klasifikasi Hernia Inguinalis
Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus. Di medial
bawah, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus. Kanalis inguinalis berisi funikulus
spermatikus pada laki-laki dan ligamentum rotundum pada perempuan. 3,7

17
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis (HIL) karena keluar dari
rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus. Hernia kemudian masuk ke dalam kanalis
inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila
hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum sehingga disebut hernia skrotalis. 1 Gambar
2.6 A menunjukkan annulus inguinalis interna dan eksterna, serta kanalis inguinalis. 7
Hernia inguinalis direk, disebut juga hernia inguinalis medialis (HIM), menonjol
langsung ke depan melalui segitiga Hesselbach (Gambar 2.6 B), daerah yang dibatasi oleh
ligamentum inguinale di bagian inferior, pembuluh epigastrika inferior di bagian lateral dan tepi
otot rektus di bagian medial. Hernia medialis, umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin
hernia longgar.1,7 Jika hernia inguinalis lateralis dan medialis terjadi secara bersamaan di satu
sisi yang sama maka disebeut sebagai hernia pantalon. 3

Gambar 2.6. Regio Inguinalis5

18
Nervus ilioinguinalis dan nervus iliofemoralis mempersarafi otot di regio inguinalis,
sekitar kanalis inguinalis, funikulus spermatikus, serta sensibilitas kulit regio inguinalis, skrotum
dan sebagian kecil kulit tungkai bagian proksimomedial. 7

3.2.2 Etiologi dan Epidemiologi


Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau didapat. Hernia dapat
dijumpai pada segala usia, dan lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan. Berbagai faktor
berperan pada pembentukan pintu masuk hernia di anulus internus yang cukup lebar sehingga
dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu, diperlukan pula faktor yang dapat
mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu. 1
Faktor yang dipandang berperan dalam kejadian hernia adalah adanya (1) prosesus
vaginalis yang terbuka, (2) peningkatan tekanan intraabdomen, dan (3) kelemahan otot dinding
perut karena usia atau karena kerusakan nervus ilioingunalis dan iliofemuralis. 1
Saat di kandungan, testis turun mengikuti prosesus vaginalis. Pada neonatus, kurang lebih
90 % prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan pada bayi umur satu tahun, sekitar 30%
prosesus vaginalis belum tertutup, namun kejadian hernia pada umur ini hanya beberapa persen
(< 10%). Umumnya disimpulkan bahwa prosesus vaginalis paten bukan merupakan penyebab
tunggal hernia, tetapi diperlukan faktor lain, seperti anulus inguinalis yang cukup besar dan
tekanan intraabdomen yang meningkat secara kronik, seperti batuk kronik, hipertrofi prostat,
konstipasi, dan asites, sering disertai hernia inguinalis.1

3.2.3 Diagnosis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia
reponibel, keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin, mengangkat benda berat atau mengedan dan menghilang setelah berbaring
atau istirahat. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul jika terjadi inkarserata karena
ileus obstruktif atau jika terjadi strangulata karena nekrosis atau gangren. 1,8
Pada bayi dan anak, adanya benjolan yang hilang timbul di lipat paha biasanya diketahui
oleh orangtua. Jika hernia mengganggu dan anak atau bayi sering gelisah, banyak menangis, dan
kadang perut kembung, harus dipikirkan kemungkinan hernia strangulata. 1
Pada saat inspeksi, diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum,
atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk (manuver
valsava) sehingga benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat. 1
Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba
mendorong apakah benjolan dapat direposisi. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba
pada funikulus spermatikus dengan cara menggesek dua lapis kantong yang memberikan sensasi

19
gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut dengan tanda sarung tangan sutera, tetapi
umumnya tanda ini sukar ditentukan. Jika kantong hernia berisi organ, bergantung isinya, pada
palpasi mungkin teraba usus, omentum, atau ovarium. Isi hernia, pada bayi perempuan, yang
teraba seperti sebuah massa padat, biasanya terdiri atas ovarium. 8
Hernia inguinalis medialis dan lateralis dapat dibedakan menggunakan tiga teknik berikut
ini.1,8
1. Zieman’s test
Pasien diperiksa dalam posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan terlebih dahulu benjolan
tersebut. Hernia kanan diperiksa menggunakan tangan kanan, begitu pula sebaliknya. Minta
pasien untuk batuk atau mengedan. Jika teraba benjolan di jari kedua berarti hernia inguinalis
lateralis, jari ke 3 berarti hernia inguinalis medialis, jari ke-4 berarti Hernia Femoralis
(Gambar 2.7 A).8
2. Finger test
Dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada pasien anak, dapat dicoba mendorong isi
hernia dengan menekan kulit skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan
apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Jika hernia tersebut dapat direposisi, pada waktu
jari masih berada dalam anulus eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau ujung jari
menyentuh hernia, berarti hernia inguinalis lateralis, dan kalau bagian sisi jari yang
menyentuhnya, berarti hernia inguinalis medialis (Finger test, lihat Gambar 2.7 B). 1
3. Thumb test
Ibu jari menenkan annulus internus dan minta pasien untuk batuk atau mengejan. Bila keliar
benjolan berarti hernia inguinalis medialis, sedangkan jika tidak keluar berarti hernia
inguinalis lateralis (Gambar 2.7 C).8

A B C
Gambar 2.7. Pemeriksaan Hernia Inguinal (A) Zieman’s test (B) Finger test (C) Thumb test 1,8

3.2.4 Tatalaksana
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Reposisi
tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulata, kecuali pada pasien anak. Reposisi dilakukan

20
secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia sambil membentuk corong sedangkan tangan
kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai
terjadi reposisi.1,3
Pada anak-anak reposisi spontan lebih sering terjadi dan gangguan vitalitas isi hernia
jarang terjadi dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia pada
anak lebih elastis. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak menggunakan sedatif dan
kompres es di atas hernia. Bila reposisi berhasil, anak disiapkan untuk operasi pada hari
berikutnya (lihat Gambar 2.8). Jika reposisi hernia tidak berhasil, operasi harus segera dilakukan
dalam waktu enam jam1 .

Gambar 2.8. Tatalaksana Hernia Inkarserata1


Keterangan gambar:
(1) Sedative parenteral, (2) sikap trendelenberg,
(3) cairan parenteral, (4) kantong es pada hernia di
lipat paha

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.


Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri atas
herniotomi dan hernioplasti (lihat Gambar 2.9). 1,2,3,7

Gambar 2.9. Herniotomi dan Hernioplasti1

21
Pada herniotomi, dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong
dibuka, dan isi hernia dibebaskan kalau ada pelekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia
dijahit dan diikat setinggi mungkin lalu dipotong. 1,7
Pada hernioplasti, dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting dalam mencegah
terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode hernioplasti,
seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan
memperkuat fasia transversalis, dan menjahitkan pertemuan otot transversus abdominis internus
dan otot oblikus abdominis internus, yang dikenal dengan nama conjoint tendon, ke ligamentum
inguinale Pouparti menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia transversalis, otot tranversus
abdominis, dan otot oblikus internus abdominis ke ligamentum Cooper pada metode Lotheissen-
McVay.1,3
Setelah diseksi kanalis inguinalis, dilakukan rekonstruksi dasar lipat paha dengan cara
mendekatkan muskulus oblikus internus abdominis, muskulus transversus abdominis, dan fasia
transversalis ke traktus iliopubik dan ligamentum inguinale. Teknik ini dapat diterapkan baik
pada hernia direk (lihat Gambar 2.10) maupun indirek. 1,3
Gambar 2.10. Hernia Inguinalis Direct1

Kelemahan teknik Bassini dan teknik lain yang berupa variasi teknik herniotomi Bassini
adalah terdapatnya regangan berlebihan pada otot-otot yang dijahit. Untuk mengatasi masalah
ini, pada tahun 1980-an, dipopulerkan pendekatan operasi bebas regangan, yaitu teknik
hernioplasti bebas regangan menggunakan mesh (hernioplasti bebas regangan), dan sekarang
teknik ini banyak dipakai. Pada teknik ini, digunakan mesh prostesis untuk memperkuat fasia
transversalis yang membentuk dasar kanalis inguinalis tanpa menjahitkan otot-otot ke
ligamentum inguinale.9
Pada hernia kongenital bayi dan anak-anak yang penyebabnya adalah prosesus vaginalis
yang tidak menutup, hanya dilakukan herniotomi karena anulus inguinalis internus cukup elastis
dan dinding belakang kanalis cukup kuat. 1
Tidak satu pun teknik yang dapat menjamin bahwa tidak akan terjadi residif. Angka
kekambuhan setelah perbaikan hernia inguinalis indirek pada dewasa dilaporkan berkisar 0,6–
3%. Penggunaan mesh pada perbaikan hernia menurunkan risiko kekambuhan 50-75%.9

22
Pada operasi hernia, secara laparoskopik, mesh prostesis diletakkan di bawah peritoneum
secara intraperitoneal on-lay mesh procedur (IPOM) pada dinding perut atau ekstraperitoneum
secara trans-abdominal preperitoneal technique (TAPP) atau total extraperitoneal mesh
1,9
placement (TEP).

3.2.5 Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia dapat
pula tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia inkarserata yang menimbulkan gejala
obstruksi usus yang sederhana. Jarang terjadi inkarserasi retrograd, yaitu dua segmen usus
terperangkap di dalam kantong hernia dan satu segmen lainnya berada dalam rongga peritoneum
seperti huruf W (lihat Gambar 2.11). 1,9

Gambar 2.11. Hernia W1

Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaan, terjadi bendungan vena sehingga terjadi edema organ atau struktur di dalam hernia
dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya edema menyebabkan jepitan pada cincin
hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu (strangulasi). Isi
hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus.
Jika isi hernia terdiri atas usus, dapat terjadi perforasi; akhirnya, dapat timbul abses lokal, fistel,
1,2,3
atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.

23
BAB IV. ANALISIS KASUS

Pasien laki-laki usia 54 tahun datang ke IGD RS DKT Bandar Lampung


terdapat benjolan di lipat paha kiri sejak ± 1 tahun yang lalu. Benjolan
berukuran seperti telur ayam. Benjolan biasa timbul akibat gerakan aktif pasien,
seperti batuk, bersin, dan mengedan.
Sejak 1 bulan terakhir, benjolan lebih sering dirasakan muncul dan
makin lama semakin terasa nyeri. Benjolan tidak dapat dimasukkan baik secara
spontan ataupun secara manual menggunakan tangan. Keluhan juga disertai
dengan demam naik turun sejak 1 bulan terakhir dan perut terasa kembung sejak
2 hari yang lalu. Tidak terdapat benjolan di tempat lain. Nyeri pada benjolan (+),
flatus (+), nyeri tekan (-), BAK dan BAB tidak ada keluhan, riwayat trauma (-).

Pasien menyangkal memiliki riwayat sakit kencing manis, hipertensi, dan


penyakit jantung.
Pada pemeriksaan fisik, terlihat benjolan pada lipat paha kiri yang tidak
dapat masuk secara spontan saat pasien berbaring maupun secara manual
menggunakan tangan. Benjolan yang muncul teraba kenyal dengan ukuran sekitar
5x5 cm. Saat dilakukan pemeriksaan finger test, dimana jari telunjuk yang melalui
scrotum diinaginasikan menelusuri annulus eksternus sampai mencapai kanalis
inguinalis kemudian pasien diminta mengedan, terasa dorongan atau tekanan pada
ujung jari pemeriksa. Sehingga menjadi dasar bahwa pasien mengalami hernia
inguinalis lateralis sinistra. Benjolan yang terasa nyeri disertai dengan keluhan
demam naik turun dan perut terasa kembung menunjukan hernia bersifat
inkarserata, keluhan tersebut muncul ketika isinya terjepit oleh cincin hernia
sehingga isi kantung terperangkap, akibatnya menimbulkan gangguan pasase dan
menyebabkan nyeri. Sehingga dari anamnesis dan pemeriksaan fisik tersebut
cukup untuk menegakkan diagnosis bahwa pasien mengalami hernia inguinalis
lateralis sinistra inkarserata
Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu direncanakan operasi hernia yaitu
herniotomy dan hernioraphy, pilihan terapi pembedahan karena penanganan untuk
kasus-kasus hernia adalah dengan melakukan operasi, ditambah lagi pasien usia
tua, resiko kekambuhan kemungkinan besar bisa kembali terjadi. Terapi
medikamentosa yaitu antibiotic cefotaxime untuk profilaksis sebelum dan pasca
operasi. Obat analgetik diberikan intravena untuk mengatasi inflamasi dan
24
mengurasi nyeri pasca operasi.
Pasien diberi edukasi mengenai penyakitnya dan resiko berulangnya
penyakit tersebut. Edukasi yang diberikan antara lain :

• Menghindari kerja berat atau angkat beban berat karena hal ini dapat
memicu kekambuhan baik di area yang sama (inguinal kanan) meskipun
sudah terpasang mesh, ataupun di area inginal kiri.
• Makan-makanan tinggi protein dan berserat baik dari sayuran dan buah-
buahan untuk mempercepat penyembuhan luka operasi dan memperlancar
pencernaan sehingga terhindar dari konstipasi yang meningkatkan resiko
kekambuhan.
• Mobilisasi dini, yaitu miring kiri-kanan, agar tidak terjadi perlengketan
dan cairan disekitar luka operasi tidak menumpuk dan menjadi pemicu
munculnya kasus infeksi luka operasi.
• Hindari merokok atau menghirup polutan asap rokok dari orang lain, serta
polutan-polutan lain mengingat hasil rontgen thorax pasien menunjukkan
penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) yang dicetuskan lebih banyak oleh
asap rokok. Meski sekarang kondisi PPOK pasien dalam kondisi stabil,
tetapi apabila terdapat keluhan batuk-batuk, pasien diharapkan control ke
rumah sakit atau puskesmas terdekat untuk menangani masalah batuknya
agar keluhan batuk tersebut tidak menjadi pemicu berulangnya hernia pada
tempat yang sama maupun tempat yang baru.
• Pasien diminta control rutin untuk perawatan luka operasi agar tidak
berkembang menjadi infeksi luka operasi.
• Istirahat yang cukup, asupan nutrisi yang seimbang, asupan cairan yang
cukup, agar pasien selalu dalam kondisi kesehatan yang baik.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. de Jong W. 2017. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-de Jong: sistem organ dan tindak
bedahnya. Diterjemahkan dari Bahasa Inggris oleh R Sjamsuhidajat, TOH Prasetyono, R
Rudiman, I Riwanto, P Tahalele (Ed.). Volume 2. Edisi 4. Jakarta: EGC; 2017: pp.640–649.
2. Sari IM. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hernia inguinalis pada pasaien
dewasa di RSUD Wonosari. Yogyakarta: UGM; 2017.
3. Skandalakis JE, Gray SW, Mansberger AR, Colborn GL, dan Skandalakis LL. HERNIA
Surgical Anantomy and Techniquf; 1989. pp.54–113.
4. The British Hernia Centre. The Anatomy of Hernia. Tersedia di https://bit.ly/2ZO7rh3 diakses
tanggal 31 Mei 2019.
5. Snell, Richard S. Anatomi Klinik untuk mahasiswa kedokteran; alih bahasa: Liliana Sugiharto,
edisi ke-6. Jakarta:EGC, 2006, hal. 148-65, 189-90
6. Bland, Kirby I. 2002. Inguinal Hernias. The Practice of General Surgery. New York. WB
Saunders Company. 795-801
7. Netter FH. Atlas of Human Anatomy. Edisi 5. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2013: pp.199.
8. Bickley LS. BATES: Buku Ajar Pemeruksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan.
9. Jenkins JT dan O’Dwyer. Clinical Review: Inguinal Hernias. BMJ; 2008: 1(336), pp.269–272.

26
27
28

Anda mungkin juga menyukai