Anda di halaman 1dari 32

Laporan Kasus

ILEUS OBSTRUKTIF

Disusun Oleh :
dr. Fidyah Pratiwi

Pembimbing :
dr. Yose Rizky Siregar
dr. Karina

PROGRAM INTERNSHIP
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA PALEMBANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah subhanahu wata’ala karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul ”Ileus
Obstruktif”.
Laporan kasus ini merupakan salah satu syarat program dokter internship di
RS Bhayangkara Palembang. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Yose
Rizky Siregar dan dr. Karina selaku pendamping internship dan pembimbing
yang telah memberikan bimbingan selama penulisan dan penyusunan laporan
kasus ini serta selama masa internsip di RS Bhayangkara Palembang.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
kasus ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak
sangat penulis harapkan. Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi
pembaca.

Palembang, November 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1
BAB II LAPORAN KASUS ..............................................................................2
BAB III TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................18
BAB IV ANALISIS KASUS...............................................................................27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................29

3
BAB I
PENDAHULUAN

Ileus obstruktif merupakan salah satu kegawatdaruratan di bidang bedah


digestive yang sering dilaporkan. Ileus obstruktif merupakan kerusakan atau
hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik. Terjadinya
kelainan pada usus karena disebabkan oleh beberapa kasus antara lain: hernia
inkaserata, invaginasi, adhesi/perlengketan, volvulus/puntiran, keganasan, dan
lainnya sehingga terjadi penyumbatan pada saluran usus.1

Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh adanya obstruksi lumen usus
atau oleh adanya gangguan dari peristaltic usus. Ileus obstruktif (obstruktif
mekanik) dapat disebabkan oleh strangulasi, invaginasi atau adanya sumbatan
dalam lumen usus. Obstruksi usus merupakan gangguan peristaltik baik di usus
halus maupun di kolon. Obstruksi mekanik dapat disebabkan karena adanya lesi
pada bagian dinding usus, di luar usus maupun di dalam lumen usus. Obstruksi
usus dapat akut atau kronik, parsial atau total. Obstruksi usus kronik biasanya
mengenai kolon sebagai akibat adanya karsinoma. Sebagian besar obstruksi juga
mengenai usus halus. Obsruksi total merupakan kegawatdaruratan yang
memerlukan diagnose dini dan tindakan bedah darurat.2

Ileus obstruktif dapat menimbulkan berbagai gejala seperti keram perut,


nyeri perut, kembung, mual, muntah, dan lainyya. Bila tidak ditatalaksana dengan
tepat, maka ileus obstruktif dapat menyebabkan sumbatan dan menyebabkan
kematian jaringan usus. Kematian jaringan ini dapat ditunjukkan dengan perforasi
usus, infeksi ringan, hingga kondisi shock.1

Terapi ileus obstruktif biasanya melibatkan intervensi bedah. Penentuan


waktu kritis tergantung atas jenis dan lama proses ileus obstruktif. Operasi
dilakukan secepat mungkin dengan memperhatikan keadaan keseluruhan pasien.

4
BAB II
STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN :

Nama : Tn. A

Jenis kelamin : Laki-laki

Tanggal lahir/ usia : 10 Januari 1999/ 21 tahun

Alamat : Jl. Tembok Baru, Lr. Asam, Palembang

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Agama : Islam

Status pernikahan : Belum menikah

Tanggal MRS : 21 September 2020

No. Rekmed : 47.08.27

B. ANAMNESIS :
1. Keluhan utama:
Tidak bias buang air besar (BAB) sejak 1 minggu yang lalu.

2. Riwayat perjalanan penyakit :


Pasien datang dengan keluhan tidak bisa BAB sejak ± 1 minggu
SMRS. Os juga mengeluh perut kembung dan terasa begah. Nyeri perut
(+) dirasakan sesekali, mual (+), muntah (+) dengan frekuensi 3x, muntah
awalnya berisi makanan yang dimakan namun kemudian berwarna
kehijauan, tidak bisa kentut (+), lemas (+), nafsu makan berkurang (+).
Demam (-), sakit kepala (-), BAK dirasa normal/ tidak ada keluhan.

5
3. Riwayat penyakit dahulu:
- Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal.
- Riwayat hipertensi, DM, atau keganasan disangkal.
- Riwayat benjolan di perut atau lainnya disangkal.
- Operasi abdomen sebelumnya disangkal.

4. Riwayat keluarga:
- Riwayat keluhan yang sama disangkal.
- Riwayat hipertensi, DM, atau keganasan disangkal.

5. Riwayat pengobatan:
Pasien belum pernah melakukan pengobatan terkait keluhannya saat ini.

6. Riwayat kebiasaan
- Riwayat merokok : Ada, selama ± 3 tahun, 1-2 batang per hari.
- Riwayat minum alkohol : Ada, namun jarang.
- Riwayat makan : Makan makanan instan atau cepat saji 3-4x
perminggu, jarang makan buah maupun
sayuran.
- Riwayat olahraga : Jarang berolahraga

C. PEMERIKSAAN FISIK :
1. Keadaan umum
a. Keadaan umum : Tampak sakit sedang
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Tekanan darah : 120/80 mmHg
d. Nadi : 118 kali/menit, isi dan tegangan cukup
e. Pernafasan : 20 kali/menit
f. Temperatur : 36,8oC

6
2. Keadaan spesifik
a. Pemeriksaan Kepala
- Bentuk : Normocephali
- Rambut : Tidak mudah dicabut
- Simetris Muka : Simetris

b. Pemeriksaan Mata
- Palpebra : Edema tidak ditemukan
- Konjungtiva : Anemis tidak ditemukan
- Sklera : Ikterik tidak ditemukan
- Pupil : Isokor, reflek cahaya (+/+)
- Gerakan : Baik kesegala arah
- Lap. Pandang : Luas
- Lainnya : Exoftalmus (-)

c. Pemeriksaan Telinga
- Liang Telinga : Lapang
- Serumen : tidak ditemukan
- Sekret : tidak ditemukan
- Nyeri Tekan Tragus : tidak ada
- Gangguan Pendengaran : tidak ditemukan

d. Pemeriksaan Hidung
- Deformitas : tidak ditemukan
- Nafas Cuping Hidung : tidak ditemukan
- Sekret : tidak ditemukan
- Epitaksis : tidak ditemukan
- Mukosa Hiperemis : tidak ditemukan
- Septum Deviasi : tidak ditemukan

e. Pemeriksaan Mulut dan Tenggorokan


- Bibir : kering, sianosis tidak ada

7
- Gigi-geligi : sulit dinilai
- Gusi : normal
- Lidah : Sariawan tidak ada, tidak atrofi
- Tonsil : T1/T1
- Faring : normal

f. Pemeriksaan Leher
- Inspeksi : struma difusa (-), bruit (-)
- Palpasi : Pembesaran KGB tidak ditemukan
- JVP : 5-2 cmH2O

g. Pemeriksaan Kulit
- Hiperpigmentasi : tidak ditemukan
- Ikterik : tidak ditemukan
- Ptekie : tidak dtemukan
- Pucat pada Telapak Tangan : tidak ditemukan
- Pucat pada Telapak Kaki : tidak ditemukan
- Turgor : baik

h. Pemeriksaan Thoraks
Paru Depan
- Inspeksi : statis-dinamis simetris kanan dan kiri
- Palpasi : stemfremitus kanan sama dengan kiri
- Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
- Auskultasi : vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Paru Belakang
- Inspeksi : statis-dinamis simetris kanan dan kiri
- Palpasi : stemfremitus kanan sama dengan kiri
- Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
- Auskultasi : vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

8
Jantung
- Inspeksi : ictus cordis terlihat di ICS IV linea midclavicularis
sinistra
- Palpasi : ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicularis
sinistra
- Perkusi : batas kanan atas ICS II línea parasternalis dextra,
batas kanan bawah ICS IV linea parasternalis dextra, batas kiri
atas ICS II linea parasternalis sinistra, batas kiri bawah ICS IV
linea midclavicularis sinistra.
- Auskultasi : HR 118x/ menit, reguler, bunyi jantung I dan II (+)
normal, murmur (-), gallop (-).

i. Pemeriksaan Abdomen
- Inspeksi : Tampak cembung, benjolan tidak terlihat, darm
contour (-), darm steifung (-) venektasi vena tidak ditemukan,
caput medusa tidak ditemukan
- Auskultasi : Bising usus (+) meningkat, borborigmi (+).
- Palpasi : Distensi perut (+), nyeri tekan (+) di seluruh
regio abdomen, hepar dan lien tidak teraba, tidak teraba massa
dan benjolan, nyeri lepas (-)
- Perkusi : Hipertimpani (+), nyeri ketok tidak ditemukan.

j. Pemeriksaan Ekstremitas
- Ekstremitas atas : nyeri sendi (-), gerakan bebas,
edema (-), jaringan parut (-), pigmentasi normal, telapak tangan
pucat (-), jari tabuh (-), turgor kembali lambat (-), tremor (-).
- Ekstremitas bawah : nyeri sendi (-), gerakan bebas, pitting
edema (-), jaringan parut (-), pigmentasi normal, telapak kaki
pucat (-), jari tabuh (-), turgor kembali lambat (-), tremor (-).

9
k. Pemeriksaan Anus
Rectal toucher: spingter ani menjepit kuat, tidak teraba massa dan
benjolan pada mukosa, nyeri tekan (-), pada sarang tangan: feses (-),
darah (-)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 17,9 L 14-16 g/dL
P 12-14 g/dL
Leukosit 13.200 5.000-10.000 uL
Eritrosit 5,9 4,0-5,0 juta/uL
Trombosit 315.000 150.000-440.000 uL
Hematokrit 49 40-45 %
Segmen 91 50-70%
Limfosit 5 20-40%
Monosit 4 2-8%
KIMIA
SGOT 26 0-35 mg/dL
SGPT 31 0-40,1 mg/dL
ELEKTROLIT
Natrium 135 135-148 mmol/L
Kalium 4,7 3,5-9,0 mmol/L
IMUNOLOGI/SEROLOGI
SARS COVID-19
IgM Non Reaktif Non Reaktif
IgG Non Reaktif Non Reaktif

10
2. Rontgen thorax

Pemeriksaan Radiografi Toraks Proyeksi AP:


Jantung kesan tidak membesar
Aorta dan mediastinum superior tidak melebar
Trakea relatif di tengah. Kedua hillus tidak menebal.
Corakan bronkovaskular kedua paru kesan baik.
Tidak tampak infiltrate maupun nodul di kedua lapangan paru.
Kedua hemidiafragma licin. Kedua sinus kostrofrenikus lancip.

Kesan: Tidak tampak kelainan radiologis pada radiogarfi thorax saat ini.

11
3. Rontgen abdomen 3 posisi

12
Pemeriksaan radiografi abdomen 3 posisi:
Lemak peritoneal kesan baik.
Psoas line dan kontur kedua ginjak tertutup bayangan udara usus.
Distribusi udara usus mencapai distal minimal.
Tampak dilatasi usus dengan gambaran multiple air-fluid-level.
Tak tampak udara bebas ekstralumen.
Tulang-tulang intak.

Kesan: Gambaran partial ileus obsruktif level usus besar.

E. RESUME :
Tn. A, laki-laki, 21 tahun datang ke RS dengan keluhan tidak bisa BAB
sejak ± 1 minggu SMRS. Os juga mengeluh perut kembung dan terasa begah.
Nyeri perut (+) dirasakan sesekali, mual (+), muntah (+) dengan frekuensi 3x,
muntah awalnya berisi makanan yang dimakan namun kemudian berwarna

13
kehijauan, tidak bisa kentut (+), lemas (+), nafsu makan berkurang (+),
demam (-).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 118
kali per menit, RR 20 kali permenit dan suhu 36,8 oC. Pada pemeriksaan
spesifik didapatkan pada inspeksi abdomen tampak cembung, darm contour
(-), darm steifung (-). Pada auskultasi didapatkan bising usus (+) meningkat
dan borborigmi (+). Sementara pada palpasi abdomen didapatkan distensi
perut (+) dengan nyeri tekan (+) pada seluruh regio abdomen dan pada perkusi
didapatkan hipertimpani.
Pada pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan leukosit meningkat
yaitu 13.200. Pada pemeriksaan rontgen abdomen 3 posisi, tampak distribusi
udara usus mencapai distal minimal serta dilatasi usus dengan gambaran
multiple air-fluid-level. Kesan pemeriksaan foto abdomen 3 posisi tampak
gambaran ileus obstruktif parsial level usus besar.

F. DIAGNOSIS KERJA
Ileus obsruktif parsial

G. DIAGNOSIS BANDING
- Ileus Obstruktif
- Ileus Paralitik
- Oklusi vaskuler usus akut

H. TATALAKSANA :
- IVFD RL gtt XX/menit
- Inj. Cebactam 2x1g (IV)
- Inj. Metoclopramide 3x1 amp. (IV)
- Fleet enema 1x order (di ruangan)
- Pasang NGT
- Diet air putih
- Rencana operasi

14
I. PROGNOSIS :
a. Quo ad vitam : dubia
b. Quo ad functionam : dubia
c. Quo ad sanationam : dubia

J. FOLLOW UP
1. Selasa, 22 September 2020
S:
Perut terasa begah (+), mual (+), BAB (-)
O:
Sens : compos mentis
TD :110/80 mmHg
Nadi : 96 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 37 0C

NGT: tampak 900cc cairan berwarna hijau kehitaman dengan udara pada
bag penampungan.

Abdomen: tampak cembung, BU(+) meningkat, borborigmi (+), distensi


perut (+), nyeri tekan (+) di seluruh regio abdomen, hipertimpani (+)

A:
Ileus obsruktif parsial
P:
- IVFD RL gtt XX/menit
- Inj. Cebactam 2x1g (IV)
- Inj. Metoclopramide 3x1 amp. (IV)
- Fleet enema 1x order
- Diet air putih

15
2. Rabu, 23 September 2020
S:
Perut terasa nyeri (+), begah (+) mual (+), BAB (-). NGT sempat terlepas
O:
Sens : compos mentis
TD :120/80 mmHg
Nadi : 114 x/menit
RR : 22 x/menit
T : 36,8 0C

NGT: tampak 600cc cairan berwarna hijau kehitaman dengan udara pada
bag penampungan.

Abdomen: tampak cembung, BU(+) meningkat, borborigmi (+), distensi


perut (+), nyeri tekan (+) di seluruh regio abdomen, hipertimpani (+)

A:
Ileus obsruktif parsial
P:
- IVFD RL gtt XX/menit
- Inj. Cebactam 2x1g (IV)
- Inj. Metoclopramide 3x1 amp. (IV)
- Diet air putih
- Pemasangan kembali NGT
- Persiapan operasi  rencana operasi laparotomi besok

3. Kamis, 24 September 2020


S:
Perut terasa nyeri setelah operasi (+), mual (+), BAB (-).
O:
Sens : compos mentis
TD :120/80 mmHg

16
Nadi : 98 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,7 0C

NGT: tampak 300cc cairan berwarna hijau kehitaman pada bag


penampungan.

Abdomen: tampak cembung, tampak luka bekas operasi yang ditutup.

A:
Ileus obsruktif parsial post laparotomi

P:
- IVFD RL gtt XX/menit
- Inj. Cebactam 2x1g (IV)
- Inj. Metoclopramide 3x1 amp. (IV)
- Drip ketorolac dalam RL 500 cc.
- Minimalisir gerakan.

4. Jumat, 25 September 2020


S:
Perut terasa nyeri setelah operasi (+), mual (+), BAB (-), kentut (-)
O:
Sens : compos mentis
TD :110/70 mmHg
Nadi : 96 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,8 0C

NGT: tampak 300cc cairan berwarna hijau kehitaman pada bag


penampungan.

17
Abdomen: tampak cembung, tampak luka bekas operasi yang ditutup.

A:
Ileus obsruktif parsial post laparotomi

P:
- IVFD RL gtt XX/menit
- Inj. Cebactam 2x1g (IV)
- Inj. Metoclopramide 3x1 amp. (IV)
- Inj. Ketorolac 3x1 amp. (IV)
- Minimalisir gerakan.

5. Sabtu, 26 September 2020


S:
Perut terasa nyeri setelah operasi (+) mulai berkurang, mual (+), BAB (-),
kentut (+)
O:
Sens : compos mentis
TD :100/70 mmHg
Nadi : 86 x/menit
RR : 18 x/menit
T : 36,5 0C

NGT: tampak 200cc cairan berwarna hijau kehitaman pada bag


penampungan.

Abdomen: tampak cembung, tampak luka bekas operasi yang ditutup.

A:
Ileus obsruktif parsial post laparotomi

18
P:
- IVFD RL gtt XX/menit
- Inj. Cebactam 2x1g (IV)
- Inj. Metoclopramide 3x1 amp. (IV)
- Inj. Ketorolac 3x1 amp. (IV)
- Diet air putih dikit-dikit.

6. Minggu, 27 September 2020


S:
Perut terasa nyeri setelah operasi (+) mulai berkurang, mual (-), NGT
terlepas oleh pasien.
O:
Sens : compos mentis
TD :120/80 mmHg
Nadi : 90 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,5 0C

Abdomen: tampak cembung, tampak luka bekas operasi yang ditutup.

A:
Ileus obsruktif parsial post laparotomi

P:
- IVFD RL gtt XX/menit
- Inj. Cebactam 2x1g (IV)
- Inj. Ketorolac 3x1 amp. (IV)
- Diet air putih dikit-dikit.

19
7. Senin, 28 September 2020
S:
Nyeri setelah operasi (+) mulai berkurang, mual (-), BAB (+) sedikit
O:
Sens : compos mentis
TD :110/80 mmHg
Nadi : 104 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,4 0C

Abdomen: tampak cembung, tampak luka bekas operasi yang ditutup.

A:
Ileus obsruktif parsial post laparotomi

P:
- IVFD RL gtt XX/menit
- Asam mefenamat 3x500 mg (PO)
- Rencana rawat jalan
Obat pulang: cefixime 2x500mg; asam mefenamat 3x500mg
Kontrol ulang 1 minggu setelah pulang

20
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang
disebabkan oleh sumbatan mekanik. Rintangan pada jalan isi usus akan
menyebabkan isi usus terhalang dan tertimbun di bagian proksimal dari sumbatan,
sehingga pada daerah proksimal tersebut akan terjadi distensi atau dilatasi usus. 3
Obstruksi usus juga disebut obstruksi mekanik misalnya oleh strangulasi,
invaginasi, atau sumbatan di dalam lumen usus. Pada obstruksi harus dibedakan
lagi obstruksi sederhana dari obstruksi strangulasi. Obstruksi sederhana ialah
obstruksi yang tidak disertai terjepitnya pembuluh darah. Pada strangulasi ada
pembuluh darah yang terjepit sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan
nekrosis atau gangren yang ditandai dengan gejala umum berat, yang disebabkan
oleh toksin dari jaringan gangren. Jadi strangulasi memperlihatkan kombinasi
gejala obstruksi dengan gejala sistemik akibat adanya toksin dan sepsis. Obstruksi
usus yang disebabkan oleh hernia, invaginasi, adhesi, dan volvulus mungkin
sekali disertai strangulasi. Sedangkan obstruksi oleh tumor atau obstruksi oleh
cacing askaris adalah obstruksi sederhana yang jarang menyebabkan strangulasi.3

2.2 Etiologi
Beberapa kelainan penyebab obstruksi antara lain:
1. Adhesi intestinal : adanya jaringan fibrosa pada usus yang ditemukan saat
lahir (kongenital). Namun jaringan fibrosa ini paling sering terjadi setelah
operasi abdominal. Usus halus yang mengalami perlengketan akibat
jaringan fibrosa ini akan menghalangi jalannya makanan dan cairan.
2. Hernia inkarserata : bila sudah terjadi penjepitan usus, maka dapat
menyebabkan obstruksi usus.
3. Tumor (primer, metastasis) : dapat menyebabkan sumbatan terhadap
jalannya makanan dan cairan.
4. Divertikulum Meckel

21
5. Intussusception (masuknya usus proximal ke bagian distal)
6. Volvulus (terpuntirnya usus)
7. Striktur yang menyebabkan penyempitan lumen usus
8. Askariasis
9. Impaksi faeces (faecolith)
10. Benda asing. 2,4,5
Adhesi, hernia, dan tumor mencakup 90% etiologi kasus obstruksi mekanik usus
halus. Adhesi dan hernia jarang menyebabkan obstruksi pada colon. Penyebab
tersering obstruksi pada colon adalah kanker, diverticulitis, dan volvulus.2,4

2.3 Patogenesis
Obstruksi ileus merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi
karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus
sehingga menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut
menyebabkan pasase lumen usus terganggu. Akibat gangguan pasase tersebut
terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan pada bagian
proximal tempat penyumbatan. Hal ini menyebabkan pelebaran dinding usus
(distensi) di bagian proximal dari sumbatan. Sumbatan usus dan distensi usus
menyebabkan rangsangan terjadinya hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan
demikian akumulasi cairan dan gas makin bertambah yang menyebabkan distensi
usus tidak hanya pada tempat sumbatan tetapi juga dapat mengenai seluruh usus
di bagian proximal sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus yang
meningkat (hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi
gerakan antiperistaltik. Hal ini menyebabkan terjadi serangan kolik abdomen dan
muntah-muntah. Pada obstruksi usus yang lanjut, peristaltik sudah hilang oleh
karena dinding usus kehilangan daya kontraksinya.4

2.4 Gambaran Klinik


Dengan melihat patogenesis yang terjadi, maka gambaran klinik yang
dapat ditimbulkan sebagai akibat obstruksi usus dapat bersifat sistemik dan
serangan yang bersifat kolik.

22
Gambaran klinik yang bersifat sistemik meliputi :2
1. Dehidrasi berat
2. Hipovolemia
3. Syok
4. Oliguria
5. Gangguan keseimbangan elektrolit
6. Perut gembung
7. Kelebihan cairan usus
8. Kelebihan gas dalam usus
Gambaran klinik serangan kolik meliputi :
1. Nyeri perut berkala
2. Distensi berat
3. Mual / muntah
4. Gelisah / menggeliat
5. Bunyi usus nada tinggi
6. Halangan pasase
7. Obstipasi
8. Tidak ada flatus
Pada obstruksi usus dengan strangulasi, terjadi nekrosis atau gangguan dinding
usus yang menyebabkan timbulnya perdarahan pada dinding usus. Bahaya umum
dari keadaan ini adalah sepsis, toxinemia, bahkan shock.4

2.5 Diagnosis
Obstruksi usus halus sering menimbulkan nyeri kolik dengan muntah
hebat. Juga didapatkan distensi perut dan bising usus meningkat. Pada anamnesis
intususepsi, didapatkan bayi tampak gelisah dan tidak dapat ditenangkan,
sedangkan diantara serangan biasanya anak tidur tenang karena sudah capai
sekali. Serangan klasik terdiri atas nyeri perut, gelisah sewaktu kolik, biasanya
keluar lendir campur darah (red currant jelly) per anum, yang berasal dari
intususeptum yang tertekan, terbendung, atau mungkin sudah mengalami
strangulasi. Anak biasanya muntah sewaktu serangan dan pada pemeriksaan perut
dapat diraba massa yang biasanya memanjang dengan batas jelas seperti sosis.

23
Bila invaginasi disertai strangulasi, harus diingat kemungkinan terjadinya
peritonitis setelah perforasi. Pada volvulus didapatkan nyeri yang bermula akut,
tidak berlangsung lama, menetap, disertai muntah hebat. Biasanya penderita jatuh
dalam keadaan syok.4
Ileus obstruksi usus besar agak sering menyebabkan serangan kolik yang
intensitasnya sedang. Muntah tidak menonjol, tetapi distensi tampak jelas.
Penderita tidak dapat melakukan defekasi atau flatus. Bila penyebabnya adalah
volvulus sigmoid maka perut dapat besar sekali.4
Strangulasi ditandai dengan adanya lokal peritonitis seperti takikardia, pireksia
(demam), lokal tenderness dan guarding, rebound tenderness, nyeri lokal,
hilangnya suara usus lokal, untuk mengetahui secara pasti adanya strangulasi
hanya dengan laparotomi.5

Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
Perut distensi, dapat ditemukan darm kontur dan darm steifung. Benjolan pada
regio inguinal, femoral dan skrotum menunjukkan suatu hernia inkarserata.
Pada Intussusepsi dapat terlihat massa abdomen berbentuk sosis. Adanya
adhesi dapat dicurigai bila ada bekas luka operasi sebelumnya.
2. Perkusi
Hipertimpani
3. Auskultasi
Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi, borborhygmi. Pada fase lanjut
bising usus dan peristaltik melemah sampai hilang.
4. Palpasi
Kadang teraba massa seperti pada tumor (pada colok dubur teraba massa di
rektum atau terdapat darah dan lendir), invaginasi atau hernia. Adanya darah
pada pemeriksaan colok dubur dapat menyokong strangulasi atau neoplasma.
Pada volvulus teraba massa yang nyeri dan bertambah besar. Bila didapatkan
feses yang mengeras kemungkinan adanya skibala, bila feses negatif maka
obstruksi usus diduga letaknya lebih tinggi. Ampula rekti yang kolaps juga
harus dicurigai adanya obstruksi. Bila ditemukan nyeri tekan lokal atau

24
general pada pemeriksaan palpasi dinding abdomen maka pikirkan adanya
peritonitis.

Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
Pada foto polos pasien dengan obstruksi yang komplit akan tampak
terjadi dilatasi dari usus bagian proksimal sampai ke tempat obstruksi dalam
3–5 jam Usus yang diameternya lebih dari 3 cm sering dikaitkan dengan
obstruksi. Usus bagian proksimal yang terdistensi oleh gas dan cairan, akan
tampak berdilatasi oleh timbunan udara intraluminer. Sebaliknya, pada usus
bagian distal dari obstruksi tidak tampak bayangan gas, atau bila sumbatannya
terjadi belum lama maka tampak bayangan gas yang sangat sedikit di bagian
distal obstruksi. Pada daerah rektum tidak tampak bayangan gas atau udara.4
Pada foto posisi tegak akan tampak bayangan air fluid level yang banyak
dibeberapa tempat (multiple fluid levels) yang tampak terdistribusi dalam
susunan tangga (step ladder appearance), sedangkan usus sebelah distal dari
obstruksi akan tampak kosong. Jumlah loop dari usus halus yang berdilatasi
secara umum menunjukkan tingkat obstruksi. Bila jumlah loop sedikit berarti
obstruksi usus halus letaknya tinggi, sedangkan bila jumlah loop lebih banyak
maka obstruksi usus halus letaknya rendah. Semakin distal letak obstruksi,
jumlah air fluid level akan semakin banyak, dengan tinggi yang berbeda-beda
sehingga berbentuk step ladder appearance.2,5
Jarak valvula conniventes satu sama lain yang normal adalah 1–4 mm.
Jarak ini akan melebar pada keadaan distensi usus halus. Akibat distensi usus
halus, maka valvula conniventes agak teregang dan bersama-sama dengan
valvula conniventes dari loop yang bertetangga, akan tampak di foto sebagai
gambaran sirip ikan yang disebut herringbone appearance.6
Bayangan udara di dalam kolon biasanya terletak lebih ke perifer dan
biasanya berbentuk huruf “U” terbalik. Obstruksi kolon ditandai dengan
dilatasi proksimal kolon sampai ke tempat obstruksi, dengan dekompresi dari
kolon bagian distal. Kolon bagian proksimal sampai letak obstruksi akan lebih

25
banyak berisi cairan daripada feses. Usus halus bagian proksimal mungkin
berdilatasi, mungkin juga tidak.5

Gambar 1. Gambaran radiografi ileus obstruksi

Untuk mengetahui ada tidaknya strangulasi usus, beberapa gambaran klinik dapat
membantu :
Rasa nyeri abdomen yang hebat, bersifat menetap, makin lama makin hebat, pada
pemeriksaan abdomen didapatkan ascites, terdapatnya abdominal tenderness,
adanya tanda-tanda yang bersifat umum, demam, dehidrasi berat, takikardia,
hipotensi atau shock.4
Namun dari semua gejala klinik di atas, kita mempunyai pedoman Essential of
Diagnosis yaitu: 5
1. Complete Proximal Obstruction:
Vomiting
Abdominal discomfort
Abnormal oral contrast x-rays
2. Complete Mid or Distal Obstruction:
Nyeri kolik abdomen
Vomiting
Abdominal distention
Constipation-obstipation
Peristaltic rushes

26
Usus yang berdilatasi pada pemeriksaan rontgen.

2.2.6 Diagnosis Banding


Ileus obstruktif dapat dikacaukan dengan gangguan saluran cerna lain dengan
gambaran klinis yang serupa seperti pseudo-obstruksi (Sindroma Ogilvie) dan
ileus paralitik.2,5
Obstruksi Ileus Paralitik Pseudo-
Mekanis obstruksi
Sederhana (Ileus
Obstruktif)
Keluhan Nyeri keram Nyeri abdominal
Nyeri keram
abdominal, ringan, perut
abdominal,
konstipasi, kembung, mual,
konstipasi,
obstipasi, mual, muntah,
obstipasi, mual,
muntah, dan obstipasi,
muntah, dan dan
anoreksia konstipasi
anoreksia
Hasil Borborygmi, Bising usus
Borborygmi,
Pemeriksaan bunyi peristaltic senyap, distensi,
timpani, terdapat
Fisik meningkat dengan dan timpani
gelombang
bising usus nada peristaltik dengan
tinggi, distensi, bising usus hipo
nyeri terlokalisir atau hiperaktif,
distensi dan nyeri
terlokalisir
Gambaran Foto Bow-shaped Dilatasi usus Dilatasi usus
Polos BOF loops in ladder kecil dan usus besar terisolasi
patern, terdapat besar dengan dengan
gambaran gas peningkatan peningkatan
kolon yang diafragma diafragma
terperangkap di
bagian distal dari
lesi,

2.2.7 Penatalaksanaan
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan
cairan, menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi
peritonitis dan syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki
kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.4

Persiapan penderita

27
Persiapan penderita berjalan bersama dengan usaha menegakkan diagnosis
obstruksi usus secara lengkap dan tepat. Sering dengan persiapan penderita yang
baik, obstruksinya berkurang atau hilang sama sekali. Persiapan penderita
meliputi
1. Dekompressi usus dengan suction, menggunakan NGT yang dimasukkan
dalam perut atau usus
2. Pemasangan kateter untuk mengukur urine output
3. Koreksi elektrolit dan keseimbangan asam basa
4. Atasi dehidrasi
5. Mengatur peristaltik usus yang efisien berlangsung selama 4 sampai 24
jam sampai saatnya penderita siap untuk operasi.4

Operatif
Tindakan operatif untuk membebaskan obstruksi dibutuhkan bila dekompresi
dengan NGT tidak memberikan perbaikan atau diduga adanya kematian jaringan.
Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada
obstruksi ileus 4:
1. Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah
sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia
incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus
ringan.
2. Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati"
bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn
disease, dan sebagainya.
3. Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat
obstruksi, misalnya pada Ca stadium lanjut.
4. Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-
ujung usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada
carcinomacolon, invaginasi, strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa
obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap, baik
oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya,

28
misalnya pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja,
kemudian hari dilakukan reseksi usus dan anastomosis.

2.2.9 Prognosis
Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai 8% asalkan operasi dapat
segera dilakukan. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi
strangulasi atau komplikasi lainnya akan meningkatkan mortalitas sampai sekitar
35% atau 40%.3 Prognosisnya baik bila diagnosis dan tindakan dilakukan dengan
cepat.4

29
BAB IV

ANALISIS KASUS

Dari autoanamnesis didapatkan bahwa pasien keluhan tidak bisa BAB


sejak ± 1 minggu SMRS. Os juga mengeluh perut kembung dan terasa begah, hal
tersebut terjadi karena akumulasi gas intestinal yang terjadi saat ileus obstruktif.
Nyeri perut (+) dirasakan sesekali, mual (+), muntah (+) dengan frekuensi 3x,
muntah awalnya berisi makanan yang dimakan namun kemudian berwarna
kehijauan serta tidak bisa kentut (+), hal tersebut merupakan bagian gejala dari
ileus obstruktif. Pada ileus obstruksi usus besar agak sering menyebabkan
serangan kolik yang intensitasnya sedang. Muntah tidak menonjol, tetapi distensi
tampak jelas. Penderita tidak dapat melakukan defekasi atau flatus. Peningkatan
volume intralumen menyebabkan terjadinya disensi intestinal di bagian proksimal
obstruksi, yang bermanifestasi pada mual dan muntah.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 118
kali per menit, RR 20 kali per menit dan suhu 36,8 oC. Pada pemeriksaan spesifik
didapatkan pada inspeksi abdomen tampak cembung serta pada auskultasi
didapatkan bising usus (+) meningkat dan borborigmi (+) yang terjadi akibat usus
yang berusaha membebaskan obstruksi dengan cara meningkatkan peristaltic usus.
Sementara pada palpasi dan perkusi didapatkan tanda lain dari adanya obstruksi
yaitu distensi perut (+) dengan nyeri tekan (+) pada seluruh regio abdomen dan
hipertimpani.

Pada pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan leukosit meningkat


yaitu 13.200, hal tersebut dapat terjadi karena stagnasi isi intestinal yang
memfasilitasi terjadinya proliferasi bakteri sehingga bakteri berkembang pada
daerah obstruksi yang merangsang terjadinya infeksi sehingga leukosit dapat

30
meningkat. Sementara itu foto abdomen tiga posisi sangat membantu menentukan
ada tidaknya sumbatan. Pada pemeriksaan rontgen abdomen 3 posisi, tampak
distribusi udara usus mencapai distal minimal serta dilatasi usus dengan gambaran
multiple air-fluid-level yang menunjukkan adanya ileus obstruksi level usus besar.

Terapi yang didapatkan oleh pasien berupa IVFD RL gtt XX/menit, injeksi
Cebactam 2x1g (IV), injeksi Metoclopramide 3x1 amp. (IV), fleet enema 1x order
(di ruangan), pemasangan NGT, serta rencana operasi. Salah satu penatalaksanaan
pada ileus obstruksi bertujuan mengurangi atau menghilangkan distensi abdomen
serta muntah dengan cara dekompresi menggunakan NGT. Cairan intravena juga
diberikan untuk menjaga keseimbangan elektrolit dan cairan. Tindakan operatif
dilakukan apabila tindakan dekompresi dengan NGT tidak ada perbaikan atau
diduga adanya kematian jaringan. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan
atau jika terjadi strangulasi atau komplikasi lainnya akan meningkatkan
mortalitas. Prognosis akan baik bila diagnosis dan tindakan dilakukan dengan
cepat.

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Evers, B. M. 2004. Small Intestine. Textbook of Surgery. Ed.17. Philadelphia:


Elseviers Saunders
2. Sjamsuhidayat, R. Buku Ajar Ilmu Bedah de Jong. Ed. 4. 2017. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
3. Mukherjee S. Ileus. [Online]. 2008 January 29. Available from:
URL:http://www.emedicine.com/med/topic1154.htm
4. Beauchamp, Evers, Mattox, Sabiston, Textbook of Surgery, 16th edition,
W.B.Saunders, Philadelphia, 2001, hal 887-888
5. Brunicardi, F.C., et all, Schwartz’s Principles of Surgery, volume II, 8th
edition, McGraw-Hill, New York, 2005, hal 1031-1032
6. Nobie BA. Obstruction, small bowel. [Online] 2007 Sept 17. Available from:
URL:http://www.emedicine.com

32

Anda mungkin juga menyukai