2. Gambaran Klinis :
Keluhan Utama: Nyeri tenggorokan dan demam
1
Pasien tidak mengeluhkan adanyagangguan di kedua telinganya.Pasien juga tidak
mengeluhkan hidung tersumbat, sering bersin dipagi hari.
4. Riwayat Pengobatan: -
5. Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat penyakit serupa (+), riwayat batuk pilek(+), riwayat demam(+).
6. Riwayat Keluarga: Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang diderita pasien.
7. Riwayat Imunisasi: lengkap
Daftar Pustaka :
1. Amarudin, T., Anton, C. Kajian Manfaat Tonsilektomi. Cermin Dunia Kedokteran; 2005
2. Dias, E. P., Rocha, M. L., Calvalbo, M. O., Amorim, L. M. Detection of Epstein-Barr Virusin
Recurrent Tonsilitis. Brazil Journal Otolaryngology; 2009
3. Kurien, M., Sheelan, S. Fine Needle Aspiration In Chronic Tonsillitis: Realiableand Valid
Diagnostic Test Juornal of Laryngology and Otlogy; 2003
Hasil Pembelajaran :
1. Mampu mengenali kasus Tonsilofaringitis Akut
Penegakkan diagnosis Tonsilofaringitis Akut
Tatalaksana Tonsilofaringitis Akut
1. Subjektif :
Keluhan Utama: Nyeri tenggorokan dan demam
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan:
Nyeri tenggorokan dan demam sejak 3 yang lalu SMRS.
Keluhan memberat sejak 1 hari yang lalu
Pasien mengeluhkan tenggorokan terasa mengganjal dan terasa kering
Pasien mengeluhkan terasa lemas dan pusing
Keluhan demam dialami pasien sejak beberapa hari sebelum masuk ke rumah sakit.
Demam naik turun..
Karena rasa sakit saat menelan, pasien mengaku nafsu makannya juga menurun. Tidak
terjadi penurunan berat badan pada pasien.Pasien tidak mengalami kesulitan dalam
membuka mulut
Pasien tidak mengeluhkan batuk dan pilek, ataupun adanya dahak di dalam tenggorokan.
2
Pasien tidak mengeluhkan suaranya serak. Pasien tidak sesak nafas
Keluhan muntah,sesak dan mencret tidak ditemukan.
Pasien tidak mengeluhkan adanyagangguan di kedua telinganya.Pasien juga tidak
mengeluhkan hidung tersumbat, sering bersin dipagi hari.
8. Riwayat Pengobatan: -
9. Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat penyakit serupa (+), riwayat batuk pilek(+), riwayat demam(+).
Riwayat Keluarga: Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang diderita
pasien
2. Objektif :
Berat badan : 22 kg
Panjang badan : 116 cm
3
c. Retro-aurikula : benjolan -/-, hiperemis -/-, nyeri tekan -/-
d. Aurikula : benjolan -/-, hiperemis -/-, nyeri tekan -/-
e. CAE : serumen -/-, darah -/-, sekret -/-, benda asing -/-, edema -/-
f. Membran timpani : warna putih mutiara +/+, reflek cahaya +/+, perforasi -/-
2. Hidung dan sinus paranasal
a. Hidung : warna seperti kulit sekitar, deformitas (-)
b. Sinus : dalam batas normal
c. Rhinoskopi anterior
Discharge : -/-
Mukosa : edema -/-
Konka : hipertrofi -/-
Septum : deviasi -/-
d. Rinoskopi posterior
Discharge : -/-
Mukosa : hiperemis -/-
Koana : hipertrofi -/-
3. Tenggorok : T2/T2, hiperemis, permukaan tidak rata, kripte melebar, detritus (+).
Dinding faring posteriorhiperemis, edema.
4. Kepala dan leher
Kepala : mesosefal
Wajah : simetris, deformitas (-)
Leher anterior : pembessaran tiroid (-)
Leher lateral : pembesaran limfe (-)
5. Gigi dan mulut
Gigi-geligi : karies -/-
Lidah : makroglosis (-), deviasi (-), atrofi papil (-)
Palatum : simetris, bomban (-)
Pipi : simetris (-), benjolan (-)
a. Kulit
Warna : sawo matang
Turgor : kembali normal
Parut/skar : tidak dijumpai
Sianosis : tidak dijumpai
Ikterus : tidak dijumpai
Pucat : tidak dijumpai
Kelainan lain : Crazy Pavement Dermatosis (+)
b. Kepala
Bentuk : normocephali.
4
Rambut : rambut tipis, hitam kecokelatan, sukar dicabut, distribusi merata
Wajah : tampak moon face
Mata : Sulit dinilai. Edema palpebrae (/), sekret (+/+).
c. Thoraks
Inspeksi
Statis : simetris, bentuk normochest.
Dinamis : pernafasan torako-abdominal, Kusmaul (-), retraksi suprasternal (-),
retraksi intercostal (-).
Paru
Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis.
Palpasi : nyeri tekan (-), stem fremitus kanan = stem fremitus kiri.
Perkusi : sonor di kedua lapangan paru.
Auskultasi : suara napas dasar vesikular (/), suara napas tambahan rhonki (-/-) dan
wheezing (-/-).
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS IV linea aksilaris anterior
Perkusi : Batas-batas jantung
Atas : ICS III, linea midclavicularis sinistra.
Kiri : ICS IV, linea midclavicularis sinistra.
Kanan : ICS IV, linea parasternal dextra.
Auskultasi : BJ I > BJ II, reguler (), bising (-).
d. Abdomen
Inspeksi : simetris, distensi (-)
Palpasi : soepel (+), H/L/R tidak teraba
Perkusi : timpani (+), shifting dullness (-)
Auskultasi : peristaltik 4x/menit, kesan normal
e. Genitalia
Edema a/r skrotum (-)
5
f. Anus
Tidak dilakukan pemeriksaan.
h. Ekstremitas
Superior : ikterik (-/-), edema (+/+), pucat (-/-), akral hangat, CRT <2.
Inferior : ikterik (-/-), edema (+/+), pucat (-/-), akral hangat, CRT <2.
Terapi
Non medikamentosa
Bedrest
Hindari makanan yang mengiritasi (makanan pedas, asam)
Diet lunak
Kumur dengan air hangat atau obat kumur yang mengandung desinfektan
Medikamentosa
6
Antibiotik : Amoksisilin 500 mg + Asam Klavulanat 125mg, 3 x sehari, selama
10 hari
Antiinflamasi : Dexamethason 2x0,5 mg
Analgetik : Asam mefenamat 3x500mg
Antipiretik : Paracetamol 3x500mg
Betadine kumur Kumur-kumur selama 30 detik. Ulangi tiap 2-4 jam.
OperatifApabila sudah tidak didapatkan tanda-tanda peradangan dan keadaan umum
membaikmaka dapat dilakukan tonsilektomi.
DISKUSI
BAGANSIAPI-API pada tanggal 14 desember 2016 dengan diagnosa awal Obs febris.
dirasakan tiba-tiba sejak 2 hari lalu dirasakan semakin lama semakin berat terutama
saat menelan makan, minuman ataupun ludah. Pasien sudah meminum obat warung untuk
mengurangi keluhan tapi tidak bisa. Tidak ditemukan keluhan lain. Pasien pernah menderita
keluhan seperti ini sebelumnya. Keluhan yang dirasakan sama dengan sekarang. Dalam satu
tahun terakhir pasien sudah mengalami sakit 5 kali. Tonsil T2/T2, hiperemis, permukaan tidak
rata, kripte melebar, detritus (+). Dinding faring posterior hiperemis, bergranul-granul,
edema.
Karena proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga jaringan
limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan
parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripta melebar. Secara klinik kripta ini
tampak diisi oleh detritus. Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul tonsil dan
akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan disekitar fossa tonsilaris.
Diagnosis tonsilofaringitis ditentukan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Gejala klinis tonsilitis kronik adalah nyeri tenggorok atau nyeri telan ringan, kadang - kadang
terasa seperti ada benda asing di tenggorok dimana mulut berbau, badan lesu, nafsu makan
menurun, sakit kepala dan badan terasa meriangmeriang. Tanda klinis tonsillitis kronis
berupa pilar atau plika anterior hiperemis, kripte tonsil melebar, pembesaran kelenjar sub
7
angulus mandibular teraba, muara kripte terisi pus, tonsil tertanam atau membesar. Tanda
klinik tidak harus ada seluruhnya, minimal ada kripte melebar dan pembesaran kelenjar sub
angulus mandibula. Gabungan tanda klinik yang sering muncul adalah kripte melebar,
pembesaran kelenjar angulus mandibula dan tonsil tertanam atau membesar.
8
BERITA ACARA PRESENTASI LAPORAN KASUS
Pada hari ini, tanggal 09 Januari 2017 telah dipresentasikan laporan kasus oleh :
Nama : dr. Mahyuddin hasan siregar
Judul : Tonsilofaringitis Akut
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Mengetahui,
BAB I
PENDAHULUAN
9
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh
virus (40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, toksin, dan lain-lain. Jika dilihat
dari struktur faring yang terletak berdekatan dengan tonsil, maka faringitis dan
tonsillitis sering ditemukan bersamaan. Oleh karena itu pengertian faringitis
secara luas mencakup tonsillitis, nasofaringitis, dan tonsilofaringitis, dimana
infeksi pada daerah faring dan sekitarnya ditandai dengan keluhan nyeri
tenggorokan. Tonsilofaringitis adalah radang orofaring yang mengenai dinding
posterior yang disertai inflamasi tonsil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TONSILITIS
A. Definisi
Tonsilitis Kronis secara umum diartikan sebagai infeksi atau inflamasi pada
tonsila palatina yang menetap. Tonsilitis Kronis disebabkan oleh serangan
ulangan dari Tonsilitis Akut yang mengakibatkan kerusakan yang permanen pada
tonsil. Organisme patogen dapat menetap untuk sementara waktu ataupun untuk
waktu yang lama dan mengakibatkan gejala-gejala akut kembali ketika daya
tahan tubuh penderita mengalami penurunan. Pada Tonsilitis Kronis tonsil dapat
terlihat normal, namun ada tanda-tanda spesifik untuk menentukan diagnosa
seperti plika anterior yang hiperemis, pembesaran kelenjar limfe, dan
bertambahnya jumlah kripta pada tonsil.
B. Etiologi
1
0
Disebabkan oleh serangan ulangan dari Tonsilitis Akut yang mengakibatkan
kerusakan permanen pada tonsil, atau kerusakan ini dapat terjadi bila fase
resolusi tidak sempurna. Tonsilitis Kronis jenis kuman yang sering adalah
Streptokokus beta hemolitikus grup A (SBHGA). Selain itu terdapat Streptokokus
pyogenes, Streptokokus grup B, C, Adenovirus, Epstein Barr, bahkan virus
Herpes.
Dari hasil penelitian Suyitno dan Sadeli (1995) kultur apusan tenggorok
didapatkan bakteri gram positif sebagai penyebab tersering tonsilofaringitis
kronis yaitu Streptokokus alfa, Stafilokokus aureus, Streptokokus beta
hemolitikus grup A, Stafilokokus epidermidis dan kuman gram negatif berupa
enterobakter, pseudomonas aeruginosa, kleb siella dan e.coli.
C. Epidemiologi
Tonsilitis Kronis merupakan penyakit yang sering terjadi pada usia 5-10 tahun
dan dewasa muda usia 15-25 tahun. Dalam suatu penelitian prevalensi karier
Group A Streptokokus yang asimptomatis yaitu: 10,9% pada usia kurang dari 14
tahun, 2,3% usia 15-44 tahun, dan 0,6 % usia 45 tahun keatas.
D. Patogenesis
Adanya infeksi berulang pada tonsil maka pada suatu waktu tonsil tidak dapat
membunuh semua kuman sehingga kuman kemudian bersarang di tonsil. Pada
keadaan inilah fungsi pertahanan tubuh dari tonsil be rubah menjadi sarang
infeksi (fokal infeksi) dan satu saat kuman dan toksin dapat menye bar ke seluruh
tubuh misalnya pada saat keadaan umum tubuh menurun.1
Karena proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga
jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan ja ringan limfoid
diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripta
melebar. Secara klinik kripta ini tampak diisi oleh detritus. Proses berjalan terus
sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan
jaringan disekitar fossa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan
pembesaran kelenjar limfa submandibula.
Tonsilitis Kronis terjadi akibat pengoba tan yang tidak tepat sehingga penyakit
pasien menjadi Kronis. Faktor-faktor yang menyebabkan kronisitas an tara lain:
terapi antibiotika yang tidak tepat dan adekuat, gizi atau daya tahan tubuh yang
1
1
rendah sehingga terapi medikamentosa kurang optimal, dan jenis kuman yag
tidak sama antara permukaan tonsil dan jaringan tonsil.
E. Faktor predisposisi
Pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat
Higiene mulut yang buruk
Pengaruh cuaca
Kelelahan fisik
Merokok
Makanan
F. Gejala Klinis
Gejala klinis tonsilitis kronik adalah nyeri tenggorok atau nyeri telan ringan,
kadang - kadang terasa seperti ada benda asing di tenggorok dimana mulut
berbau, badan lesu, nafsu makan menurun, sakit kepala dan badan terasa meriang
meriang.
Tanda klinis tonsillitis kronis berupa pilar atau plika anterior hiperemis, kripte
tonsil melebar, pembesaran kelenjar sub angulus mandibular teraba, muara kripte
terisi pus, tonsil tertanam atau membesar Tanda klinik tidak harus ada
seluruhnya, minimal ada kripte melebar dan pembesaran kelenjar sub angulus
mandibula. Gabungan tanda klinik yang sering muncul adalah kripte melebar,
pembesaran kelenjar angulus mandibula dan tonsil tertanam atau membesar.
1
2
Pada pemeriksaan didapatkan pilar anterior hiperemis, tonsil biasanya
membesar (hipertrofi) terutama pada anak atau dapat juga mengecil (atrofi) ,
terutama pada dewasa, kripte melebar detritus (+) bila tonsil ditekan dan
pembesaran kelenjar limfe angulus mandibula.
Thane & Cody membagi pembesaran tonsil dalam ukuran T1 T4 :
T1 : batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai jarak pilar
anterior uvula
T2 : batas medial tonsil melewati jarak pilar anterior uvula sampai
jarak anterior uvula
T3 : batas medial tonsil melewati jarak pilar anterior uvula sampai
jarak pilar anterior uvula
T4 : batas medial tonsil melewati jarak anterior uvula sampai uvula
atau lebih.
2. Penunjang
a. Mikrobiologi
Gold standard pemeriksaan tonsil adalah kultur dari dalam tonsil.
kultur yang dilakukan dengan swab permukaan tonsil untuk menentukan
diagnosis yang akurat terhadap flora bakteri Tonsilitis Kronis tidak dapat
dipercaya dan juga valid. Kuman terbayak yang ditemukan yaitu
Streptokokus beta hemolitikus diukuti Staflokokus aureus.
b. Histopatologi
Tonsilitis Kronis dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan
histopatologi de ngan tiga kriteria histopatologi yaitu ditemukan ringan-
sedang infiltrasi limfosit, adanya Ugras abses dan infitrasi limfosit yang
difus. Kombinasi ketiga hal tersebut ditambah temuan histopatologi
lainnya dapat dengan jelas menegakkan diagnosa Tonsilitis Kronis.
H. Pengobatan
1. Medikamentosa
1
3
Penatalaksanaan yaitu dengan pemberian antibiotik sesuai kultur.
Pemberian antibiotika yang bermanfaat pada penderita tonsilitis kronis
Cephaleksin ditambah Metronidazole, klindamisin (terutama jika
disebabkan mononucleosis atau absees), amoksisilin dengan asam
clavulanat (jika bukan disebabkan mononucleosis)
2. Operatif
Tonsilektomi dilakukan bila terjadi infeksi yang berulang atau kronik,
gejala sumbatan serta kecurigaan neoplasma Kriteria tonsilitis kronis
yang memerlukan tindakan tonsilektomi, umumnya diambil berdasarkan
frekuensi serangan tonsilitis akut dalam setahun yaitu tonsilitis akut
berulang 3 kali atau lebih dalam setahun atau sakit tenggorokan 4 6
kali setahun tanpa memperhatikan jumlah serangan tonsilitis akut.
I. Komplikasi
Komplikasi secara kontinuitatum kedaerah sekitar berupa rhinitis kronis,
sinusitis dan otitis media. Komplikasi secara hematogen atau limfogen ke organ
yang jauh dari tonsil seperti endokarditis, arthiritis, miositis, uveitis, nefritis,
dermatitis, urtikari, furunkolitis
J. Prognosis
Tonsilitis biasanya sembuh dalam beberapa hari dengan beristirahat dan
pengobatan suportif. Menangani gejala gejala yang timbul dapat membuat
penderita tonsilitis lebih nyaman. Bila antibiotik diberikan untuk mengatasi
infeksi, antibiotika tersebut harus dikonsumsi sesuai arahan demi
penatalaksanaan yang lengkap, bahkan bila penderita telah mengalami perbaikan
dalam waktu yang singkat. Gejala gejala yang tetap ada dapat menjadi
indikasi bahwa penderita mengalami infeksi saluran nafas lainnya, infeksi yang
paling sering terjadi yaitu infeksi pada telinga dan sinus. Pada kasus kasus
yang jarang, tonsilitis dapat menjadi sumber dari infeksi serius seperti demam
rematik atau pneumonia.
K. Pencegahan
1
4
Gelas minuman dan perkakas rumah tangga untuk makan tidak dipakai
bersama dan sebaiknya dicuci dengan menggunakan air panas yang
bersabun sebelum digunakan kembali.
Sikat gigi yang talah lama sebaiknya diganti untuk mencegah infeksi
berulang.
Orang-orang yang merupakan karier Tonsilitis semestinya sering mencuci
tangan mereka untuk mencegah penyebaran infeksi pada orang lain
BAB III
KESIMPULAN
Low back pain (LBP) adalah suatu kondisi yang menyakitkan yang biasanya
dijumpai di praktek dokter umum dan dokter spesialis. Beberapa tahun terakhir ini, LBP
dikenal sebagai satu dari berbagai penyebab disabilitas.
Disabilitas terkait dengan LBP merupakan masalah utama di negara barat. Sekitar 45-
55% populasi pekerja diperkirakan mengalami LBP dalam periode 12 bulan.
Low back pain diklasifikasikan menjadi acute low back pain dan chronic low back
pain.
Nyeri pinggang dapat juga disebabkan oleh kelainan struktur anatomi tulang belakang
ataupun penyakit yang tidak berhubungan dengan tulang belakang.
Faktor resiko LBP meliputi usia, jenis kelamin, berat badan, etnis, merokok,
pekerjaan, paparan getaran, angkat beban yang berat yang berulang-ulang, membungkuk,
duduk lama, geometri kanal lumbal spinal dan faktor psikososial.
Gejala LBP berupa nyeri pinggang. Nyeri pinggang dapat bervariasi, dapat terasa
seperti tertusuk benda tajam, dapat terasa gatal dan tegang. Jenis nyeri yang dirasakan
tergantung dari penyebab penyakit yang mendasari.
Diagnosa ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
Pada umumya penatalaksanaan low back pain dapat berupa medikamentosa,
fisioterapi dan tindakan operasi.
1
5
DAFTAR PUSTAKA
1
6