A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Raja Dolly
Umur : 17 tahun
Jenis kelamin : laki - laki
Nama ayah : Sudirman
Nama ibu : Zuliana
Alamat : Dsn Batu delapan, rantau
Agama : Islam
Pekerjaan ayah : Wiraswasta
Pekerjaan ibu : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku : Melayu
Tanggal masuk RS : 4 september 2014
B. ANAMNESA
- Keluhan utama : Ikterik
- Telaah : Pasien datang ke Poli Penyakit Dalam RSUD Tamiang diantar
oleh orang tuanya dengan keluhan ikterik. Hal ini sudah dialami os ± 2 minggu
yang lalu, ikterik dirasakan os. tidak menganggu aktifitas sehari-hari dirumah
maupun di sekolah. Sebelumnya os pernah dirawat dengan keluhan yang sama.
Batuk (+) ± 2 minggu, lemas (+), pusing (+), badan pegal-pegal (+), mual (+),
muntah (-), demam (-). Os. Juga Mengatakan : Pada saat BAK berwarna seperti
air teh dan Pada saat BAB (dalam batas normal).
1
PB = 50 cm.
- Riwayat imunisasi : Lengkap dengan imunisasi :
BCG : 1 kali
Polio : 4 kali
Hepatitis : 3 kali
DPT : 3 kali
Campak : 1 kali
- Riwayat tumbuh kembang : Menurut cerita Ibu asuh pasien, riwayat
tumbuh kembang pasien normal.
C. STATUS PRESENT
Sensorium : Composmentis
Tekanan darah: 130/90 mmHg
RR : 24 x/i
HR : 82 x/i
Temperatur : 36,50 C
BB : 42 kg
TB : 157 cm
D. PEMERIKSAAN FISIK
Kepala : Normocephali
Wajah : Bentuk simetris
Pembengkakan wajah (-)
Face mongoloid (-)
Pucat (- )
Ikterik (+)
2
Mata cekung (-)
Hidung : Bentuk normal
NCH (-)
Sekret (-)
Thorak
Inspeksi : Bentuk dada normal dan simetris, pectus excavatum (-), pectus
carinatum (-), retraksi dinding dada (-), retraksi suprasternal (-).
Palpasi : Nyeri tekan (-), pembesaran kelenjar (-)
Stem Fremitus ka=ki
Krepitasi subkutis (-)
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru (+/+)
Auskultasi : Vesikuler (+/+)
Rhokhi (-/-)
Wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba (-)
Perkusi : Tidak dilakukan
3
Auskultasi :
M1 > M2
A1 > A2
P1 > P2
Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris, sikatrik (-), vena colateral (-)
Palpasi : Soepel (+), nyeri tekan (+), defence muscular (-)
Organomegali (+), Masa intraabdominal (-)
Perkusi : Thympani (+), asites (-)
Auskultasi : Peristaltik (+)
4
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan darah rutin
tanggal 04 September 2014 dan tanggal 06 September 2014
Serology : -
F. ANJURAN
- USG Hepar
G. DIAGNOSA KERJA
- Hepatitis viral akut
H. PENATALAKSANAAN
-Tanggal 05 September 2014 :
- Bedrest
- Diet rendah lemak
- IVFD dex 5% 20 gtt/i
- Inj. Cefotaxim 1gr/8jam (H2)
- Curcuma 3x1 tab
5
- Cetirizine 2x1 tab
- Bedrest
- Diet rendah lemak
- IVFD dex 5% 20 gtt/i
- Inj. Cefotaxim 1gr/8jam (H3)
- Curcuma 3x1 tab
- Cetirizine 2x1 tab
- Bedrest
- Diet rendah lemak
- IVFD dex 5% 20 gtt/i
- Inj. Cefotaxim 1gr/8jam (H4)
- Curcuma 3x1 tab
- Cetirizine 2x1 tab
- Bedrest
- Diet rendah lemak
- IVFD dex 5% 20 gtt/i
- Inj. Cefotaxim 1gr/8jam (H5)
- Curcuma 3x1 tab
- Cetirizine 2x1 tab
- Codein 3x1 tab
6
BAB I
PENDAHULUAN
Hepatitis virus akut merupakan infeksi sistemik yang dominan menyerang hati.
Hampir semua kasus hehpatitis virus akut disebabkan oleh salah satu dari lima jenis virus
yaitu: virus hepatitis A (HAV), virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis C (HVC), virus
hepatitis D (HDV), dan virus hepatitis E (HEV). Semua jenis hepatitis virus yang menyerang
manusia merupakan virus RNH kecuali virus hepatitis B, yang merupakan virus DNA.
Walaupun virus-virus tersebut berbeda dengan sifat molekular dan antigen, akan tetapi semua
jenis virus tersebut memperlihatkan kesamaan dalam perjalanan penyakitnya.
Hepatitis virus akut merupakan urutan utama dari berbagai penyakit hati diseluruh
dunia. Penyakit tersebut ataupun gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian
setiap tahunnya. Banyak episode hepatits dengan klinis anikterik, tidak nyata atau subklinis
secara global virus hepatitis merupakan penyebab utama viremia yang persisten. Di Indonesia
berdasarkan data yang berasal dari rumah sakit, hepatitis A masih merupakan bagian yang
terbesar bagi kasus-kasus hepatitis akut yang dirawat yaitu berkisar dari 39,8-68,3%.
Peningkatan frevalensi anti HAV yang berhubungan dengan umur mulai terjadi dan lebih
nyata didaerah dengan kondisi kesehatan dibawah standar. Lebih dari 75 % anak dari
berbagai benua asia, afrika, india, menunjukkan sudah memiliki antibodi anti HAV pada usia
5 tahun. Sebagaian besar infeksi HAV didapat pada awal kehidupan, kebanyakan
asimtomatik atau sekurangnya aniterik.
7
suwiqnyo dkk melaporkan, di mataram, pada pemeriksaan terhadap 90 karier hepatitis B,
terdapat satu anti HDV positif (1,1%).
8
BAB II
PEMBAHASAN
Macam-macam ligamennya:
1. Ligamentum falciformis
2. Ligamentum teres hepatis.
3. Ligamentum gastrohepatica dan ligamentum hepatoduodenalis
4. Ligamentum Coronaria
5. Ligamentum triangularis kiri-kanan.
Secara anatomis, organ hepar terletak di hipochondrium kanan dan epigastrium, dan
melebar ke hipokondrium kiri. Hepar dikelilingi oleh cavum toraks dan bahkan pada orang
normal tidak dapat dipalpasi (bila teraba berarti ada pembesaran hepar). Permukaan lobus
kanan dpt mencapai sela iga 4/ 5 tepat di bawah aerola mammae. Lig falciformis membagi
hepar secara topografis bukan secara anatomis yaitu lobus kanan yang besar dan lobus kiri.
9
yang terdiri dari sel-sel yang disusun di dalam lempengan-lempengan/ plate dimana akan
masuk ke dalamnya sistem pembuluh kapiler yang disebut sinusoid. Sinusoid-sinusoid
tersebut berbeda dengan kapiler-kapiler di bagian tubuh yang lain, oleh karena lapisan
endotel yang meliputinya terediri dari sel-sel fagosit yang disebut sel kupfer. Sel kupfer lebih
permeabel yang artinya mudah dilalui oleh sel-sel makro dibandingkan kapiler-kapiler
yanglain. .
Hati merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh, merupakan sumber energi
tubuh sebanyak 20% serta menggunakan 20 – 25% oksigen darah. Ada beberapa fungsi hati
yaitu :
10
2. Fungsi hati sebagai metabolisme lemak Hati tidak hanya membentuk/ mensintesis
lemak tapi sekaligus mengadakan katabolisis asam lemak. Asam lemak dipecah
menjadi beberapa komponen :
Senyawa 4 karbon – KETON BODIES
Senyawa 2 karbon – ACTIVE ACETATE (dipecah menjadi asam lemak dan
gliserol)
Pembentukan cholesterol
Pembentukan dan pemecahan fosfolipid Hati merupakan pembentukan utama,
sintesis, esterifikasi dan ekskresi kholesterol. Dimana serum Cholesterol
menjadi standar pemeriksaan metabolisme lipid.
3. Fungsi hati sebagai metabolisme protein Hati mensintesis banyak macam protein dari
asam amino. dengan proses deaminasi, hati juga mensintesis gula dari asam lemak
dan asam amino.Dengan proses transaminasi, hati memproduksi asam amino dari
bahan-bahan non nitrogen. Hati merupakan satu-satunya organ yg membentuk plasma
albumin dan ∂ - globulin dan organ utama bagi produksi urea.Urea merupakan end
product metabolisme protein.∂ - globulin selain dibentuk di dalam hati, juga dibentuk
di limpa dan sumsum tulang β – globulin hanya dibentuk di dalam hati.albumin
mengandung ± 584 asam amino dengan BM 66.000
4. Fungsi hati sehubungan dengan pembekuan darah Hati merupakan organ penting bagi
sintesis protein-protein yang berkaitan dengan koagulasi darah, misalnya: membentuk
fibrinogen, protrombin, faktor V, VII, IX, X. Benda asing menusuk kena pembuluh
darah – yang beraksi adalah faktor ekstrinsi, bila ada hubungan dengan katup jantung
– yang beraksi adalah faktor intrinsik.Fibrin harus isomer biar kuat pembekuannya
dan ditambah dengan faktor XIII, sedangakan Vit K dibutuhkan untuk pembentukan
protrombin dan beberapa faktor koagulasi
5. Fungsi hati sebagai metabolisme vitamin Semua vitamin disimpan di dalam hati
khususnya vitamin A, D, E, K
11
6. Fungsi hati sebagai detoksikasi Hati adalah pusat detoksikasi tubuh, Proses
detoksikasi terjadi pada proses oksidasi, reduksi, metilasi, esterifikasi dan konjugasi
terhadap berbagai macam bahan seperti zat racun, obat over dosis.
7. Fungsi hati sebagai fagositosis dan imunitas Sel kupfer merupakan saringan penting
bakteri, pigmen dan berbagai bahan melalui proses fagositosis. Selain itu sel kupfer
juga ikut memproduksi ∂ - globulin sebagai imun livers mechanism.
8. Fungsi hemodinamik Hati menerima ± 25% dari cardiac output, aliran darah hati yang
normal ± 1500 cc/ menit atau 1000 – 1800 cc/ menit. Darah yang mengalir di dalam
a.hepatica ± 25% dan di dalam v.porta 75% dari seluruh aliran darah ke hati. Aliran
darah ke hepar dipengaruhi oleh faktor mekanis, pengaruh persarafan dan hormonal,
aliran ini berubah cepat pada waktu exercise, terik matahari, shock.Hepar merupakan
organ penting untuk mempertahankan aliran darah.
2.1. Definisi
Enzim adalah protein dan senyawa organik yang dihasilkan oleh sel hidup. Enzim
merupakan katalisator biologis yang mempercepat reaksi kimia di dalam sel hidup. Enzim
tersebut ada yang spesifik untuk suatu reaksi tetapi ada pula suatu reaksi yang dapat
dikatalisasi oleh bermacam-macam enzim. Sekarang sudah dikenal ribuan enzim pada proses
kimia tubuh.
Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat yang bereaksi
dan dengan demikian mempercepat proses reaksi. Percepatan terjadi karena enzim
menurunkan energi pengaktifan yang dengan sendirinya akan mempermudah terjadinya
reaksi.
12
Gambar 1. Mekanisme kerja enzim.
1. Oksidoreduktase, yaitu enzim yang membantu dalam reaksi oksidasi dan reduksi,
misalnya LDH.
2. Transferase, mentransfer gugus fungsi misalnya alanin amino transferase
3. Hidrolase, merupakan enzim-enzim yang menguraikan suatu zat dengan pertolongan
air. misalnya CHE
4. Liase, memutuskan berbagai ikatan kimia selain melalui hidrolisis dan oksidasi,
misalnya ALD
5. Isomerase, mengatalisis isomerisasi sebuah molekul tunggal misalnya glukosa fosfat
isomerase
6. Ligase, menggabungkan dua molekul dengan ikatan kovalen misalnya piruvat
karboksilase
13
pembentukan enzim, akan selalu terdapat sedikit enzim yang keluar ke ruangan ekstraselular.
Apabila terjadi kerusakan sel atau peningkatan permeabilitas membran sel, enzim akan
banyak keluar ke ruang ekstra selular dan dapat digunakan sebagai sarana untuk membuat
diagnosis.
1. Enzim yang berhubungan dengan kerusakan sel yaitu SGOT, SGPT, GLDH, dan
LDH
2. Enzim yang berhubungan dengan penanda kelostasis seperti gamma GT dan fostafase
alkali.
3. Enzim yang berhubungan dengan kapasitas sintesis hati misalnya kolinesterase.
Pemeriksaaan-pemeriksaan lain yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis bisa
bermacam-macam, mulai dari uji untuk fungsi eksresi dan metabolisme seperti
bilirubin, bromsulfoftalein, indosianin hijau, galaktosa, pemeriksaaan elektroforesis
untuk melihat imunoglobulin dan juga pemeriksaan untuk serologis penanda virus. Di
samping itu masih diperlukan juga pemeriksaaan untuk amoniak, besi, tembaga,
porfirin, antibodi mitokondria, alfa feto protein dan sebagainya. Untuk pemeriksaan
penyaringan, dari sekian banyak enzim-enzim itu agaknya yang paling diperlukan
adalah enzim SGPT, gamma GT dan CHE; SGPT bisa dipakai untuk melihat adanya
kerusakan sel, gamma GT untuk melihat adanya kolestasis dan CHE untuk melihat
gangguan fungsi sintesis hati. Dalam menilai kelainan enzim kita harus berhati-hati
oleh karena seringkali tidak terdapat hubungan antara tingginya kadar enzim dengan
derajat yang terjadi. Sebagai contoh misalnya pada keadaan hepatitis akut, dengan
hanya sedikit terjadi kerusakan hati, peninggian enzimnya sangat hebat. Pada keadaan
infeksi akut tersebut yang terlihat mencolok adalah peninggian SGPT yang lebih
14
besar pada peninggian SGOT. Apabila terjadi kerusakan mitokondria atau kerusakan
parenkim sel maka yang terlihat meninggi adalah GLDH dan SGOT, dimana SGOT
nya akan lebih meningkat dibandingkan dengan SGPT.
15
5-nukleotidase Enzim yg hanya terdapat di Penyumbatan saluran empedu
hati; dilepaskan ke dalam atau gangguan aliran empedu
darah jika hati mengalami
cedera
17
Kalau kita melakukan pemeriksaaan monitoring tiap 2 sampai dan 4 minggu, akan
terlihat bahwa gamma GT dan SGPT adalah paling akhir kembali menjadi normal (lihat
diagram). Kalau misalnya penurunan tidak terjadi dalam waktu 6 -12 minggu, diagnosis
hepatitis kronik akan ditegakkan apabila kelainan tersebut masih terjadi setelah 6 bulan.
Pada Hepatitis viral akut tipe kolestatik gejalanya biasanya lebih berat, dengan
peningkatan biliburin, fosfatase alkali dan gamma GT serta GTDH. Biasanya CHE juga akan
menurun. Pada perjalanan penyakit biasanya biliburin akan sangat terlambat sekali menurun
walaupun SGOT dan SGPT sudah menurun atau menjadi normal.
Apabila perjalanan penyakit memburuk akan terjadi koma hepatik, biasanya akan
disertai oleh penurunan SGOT dan SGPT yang cepat sekali disertai dengan peningkatan
GLDH dan LDH. Hal ini menandakan akan adanya kerusakan parenkim hati yang berat.
18
tergantung kepada dosis obat atau bisa juga merupakan reaksi alergi yang tergantung pada
masing-masing individu.
Meskipun hepatitis akibat obat cenderung akut, tapi jika tidak disadari dapat
menyebabkan kerusakan permanen menjadi hepatitis kronis. Secara umum, ada 3 jenis
hepatitis yang diinduksi obat:
1. Tipe toksik Pada kelompok ini, reaksi hepatotoksik akibat obat tertentu dapat dialami
setiap orang yang mengkonsumsinya. Obat tersebut memang sudah diketahui dapat
menimbulkan efek hepatotoksik.
2. Idiosinkrasi metabolik. Proses metabolisme obat pada individu kelompok ini berbeda
dengan kebanyakan orang. Dimana metabolit atau produk yang dihasilkan bersifat toksik ke
hati. Jadi, memang lain dari yang seharusnya dan biasanya. Ini terjadi pada 0.1-2% orang dan
diperberat dengan adanya riwayat kebiasaan mengkonsumsi alkohol.
3. Idiosinkrasi imunologik
Pada kelompok ini, tubuh menganggap produk hasil metabolisme sebagai benda
asing sehingga terjadilah reaksi imun. Terjadi kurang lebih 1 per 10,000 (0.01%) dan dua
kali lebih sering pada perempuan.
Dari ketiga tipe di atas, bisa kita ketahui bahwa efek hepatotoksik obat ini ada yang
bisa diprediksi dan ada yang tidak. Bisa diprediksi jika diketahui mekanisme kerjanya,
metabolit yang dihasilkannya maupun kaitannya dengan jumlah dosis.
19
Kolesistisi
Kelainan enzim yang terjadi tergantung kepada macam-macam obat tersebut dan
gangguan yang diakibatkannya. Pada gangguan hati yang disebabkan oleh halotan, kelainan
yang terjadi adalah peninggian GLDH dan SGOT sedang Gamma GT dan AIP nya normal.
Kelainan yang terjadi disini adalah kerusakan hati nekrosis sentral. Pada obat yang
menyupresi tiroid seperti metimazol akan terjadi penyumbatan saluran empedu dengan
ditandai oleh peninggian gamma GT dan AIP dan GLDH. Pada Kerusakan hati akibat obat-
obatan kontrasepsi akan terlihat sedikit peninggian SGOT dan SGPT serta fosfatase alkali
kolinnesterase seringkali menurun sedangkat GLDH dan Gamma GT, ALP dan GLDH tanpa
atau dengan peninggian SGPT dan SGOT yang ringan merupakan penanda terjadinya
hepatitis akibat obat.
20
didapatkan lebih rendah dan SGOT. Apabila kerusakan sel lebih berat dapat pula ditemukan
peninggian GLDH.
Pada sirosis hati akan ditemukan peninggian SGOT, SGPT yang sangat bervariasi.
Pada umumnya akan didapatkan gamma GT lebih tinggi dan SGOT. Perbandingan antara
SGOT dan SGPT atau rasio dan Ritis biasanya di atas 1. Kolinesterase akan menurun
terutama apabila kerusakan hati makin berat. Enzim untuk pembekuan darah juga akan
menurun.
Hepatitis atau dikenal dengan penyakit hati adalah terjadinya peradangan pada hati
karena toksit. Bisa disebabkan oleh kimia atau obat ataupun agen penyebab infeksi karena
pola hidup sehat yang diabaikan. Bila hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut
dengan hepatitis akut.
21
Gambaran klinis hepatits virus sangat bervariasi mulai dari infefksi asimtomatik tanpa
kuning sampai yang sangat berat yaitu hepatitis fulminan yang dapat menimbulkan kematian
hanya dalam beberapa hari.
a. Fase inkubasi, merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala
atau ikterik. Fase ini berbeda-beda lamanya setiap virus hepatitis. Panjang fase ini
tergantung pada dosis inokulun yang ditularkan dan jalur penularan, makin besar
dosis inokulun, makin pendek fase inkubasi.
b. Fase prodormal (Pra ikterik), fase diantara timbulnya keluhan-keluhan utama
dan timbulnya gejala ikterik. Awitannya dapat singkat atau insidious ditandai
dengan malaise umum, mialgia, atralgia, mudah lelah, gejala saluran nafas atas
dan anoreksia. Mual, muntah dan anoreksia berhubungan dengan perubahan
penghidu dan rasa kecap. Diare atau konstipasi dapat terjadi. Serum sickness dapat
muncul pada hepatitis B akut diawal infeksi. Demam derajat rendah umumnya
terjadi pada hepatitis A akut. Nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap
dikuadran kanan atas atau epigastrium, kadang diperberat dengan aktifitas akan
tetapi jarang menimbulkan kolesistisis.
c. Fase ikterus, muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga bermuncul bersamaan
dengan munculnya gejala. Pada banyak kasus fase ini tidak terdeteksi. Setelah
timbul ikterus jarang terjadi perburukan gejala prodromal, tetapi justru akan
terjadi perbaikan klinis yang nyata.
d. Fase konvalesen (penyembuhan), diawali dengan menghilangnya ikterus dan
keluhan lain, tetapi hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap ada. Muncul
perasaan sudah lebih sehat dan kembalinya nafsu makan. Keadaan akut biasanya
akan membaik dalam 2-3 minggu. Pada hepatitis A perbaikan klinis dan
laboratorium lengkap terjadi pada 9 minggu dan 16 minggu untuk hepatitis B.
Pada 5-10% kasus perjalanan klinisnya mungkin lebih sulit ditangani, hanya < 1%
yang menjadi fulminan.
22
Secara umum agen penyebab hepatitis virus dapat diklasifikasikan kedalam dua grup
yaitu: hepatitis dengan transmisi secara enterik dan transmisi melalui darah.
- Kemungkinan diklasifikasikan pada famili yang berbeda yaitu pada virus yang
menyerupai hepatitis E
- Diameter 27-34 mm
- Molekul RNA linear, 7,2 kb
- Genome RNA dengan tiga overlap ORF (open reading frmes) mengkode protein
struktural dan protein non-struktural yang terlibat pada replikasi HEV. RNA
replicase, helicase, csytein protease, methyltransferase
- Pada manusia hanya terdiri atas satu serotipe, empat sampai lima genotipe utama
23
- Lokasi netralisasi imunodominan pada protein struktural dikodekan oleh ORF
kedua
- Dapat menyebar pada sel embrio diploid paru
- Replikasi hanya terjadi pada hepatosit
Terdiri atas virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis D (HDV) dan virus hepatitis C (HCV):
24
- Satu serotipe utama dengan banyak subtipe berdasarkan keanekaragaman protein
HbsAg.
- Virus HBV mutan merupakan konsekuensi kemampuan proof reading yang
terbatas dari reverse transcriptase atau munculnya resistensi, hal tersebut
meliputi:
HbeAg negatif mutasi precore / core
Mutasi yang diinduksi oleh vaksin HBV
Mutasi YMDD oleh karena lamivudin
- Hati merupakan tempat utama replikasi disamping tempat lainnya
- Virus RNA tidak lengkap, memerlukan bantuan dari HBV untuk ekspresinya,
patogenesitas tapi tidak untuk replikasi
- Hanya dikenal satu serotipe dengan tiga genotipe
- Partikel sferis 35-27 nm, diselubungi oleh lapisan lipoprotein HBV (HbsAg) 19
nm struktur mirip inti
- Mengandung suatu antigen nuclear phosphoprotein (HDV antigen)
Mengikat RNA
Terdiri dari 2 isoforms: yang lebih kecil mengandung 195 asam amino
dan yang lebih besar mengandung 214 asam amino
Antigen HDV yang lebih kecil mengangkut RNA kedalam inti;
merupakan hal esensial untuk replikasi.
Antigen HDV yang lebih besar: menghambat repliaksi HDV RNA dan
berperan pada perakitan HDV.
- RNA HDV merupakan untai tunggal, covalenly close dan sirkular
- Mengandung kurang dari 1680 nukleotida, merupakan genom RNA terkecil
diantara virus binatang
- Replikasi hanya pada hepatosit
25
- Selubung glikoprotein. Virus RNA untai tunggal
- Partikel sferis, inti nukleokapsid 33 nm
- Termasuk klasifikasi Flaviviridae, genus hepacivirus
- Genom HCV terdiri atas 9400 nukleotida, mengkode protein besar sekitar residu
3000 asam amino.
1/3 bagian dari poliprotein terdiri atas protein struktural
Protein selubung dapat menimbulkan antibodi netralisasi
Regio hipervariabel terletak di E2
Sisa 2/3 dari poliprotein terdiri atas protein nonstruktural (dinamakan
NS2, NS3, NS4A, NS4B, NS5B), terlibat dalam replikasi HCV
- Hanya ada satu serotipe yang dapat diidentifikasi, terdapat banyak genotipe
dengan distribusi yang bervariasi diseluruh dunia
26
- Prevalensi berkolerasi dengan standar sanitasi dan rumah tinggal ukuran besar
- Transmisi melalui transfusi darah sangat jarang
27
Penetrasi jaringan (perkutan) atau permukosa: tertusuk jarum,
penggunaan ulang peralatan medis yang terkontaminasi, penggunaan
bersama pisau cukur dan silet, tato, kaupuntur, tindik, penggunaan sikat
gigi bersama
Transmisi maternal-neonatal, maternal-infant
Tidak ada bukti penyebaran veka-oral
Hepatitis C (HCV)
28
Darah (predominan) : IVDU dan penetrasi jaringan, resepien produk
darah
Transmisi seksula: efesiensi rendah, prekuensi rendah
Maternal – neonatal: efesiensi rendah, prekuensi rendah
Tak terdapat bukti transmis vekal – oral
5. PATOFISIOLOGI
1. Sistem imun bertanggung jawab untuk terjadinya kerusakan sel hati
a. Melibatkn respon CD8 dan CD4 sel T
b. Produksi sitokin di hati dan sistemik
2. Efek sitopatik langsug dari virus. Pada pasien imunosupresi dengan replikasi tinggi,
akan tetapi tidak ada bukti langsung.
6. MANIFESTASI
1. Spektrum penyakit mulai dari asimptomatik, infeksi yang tidak nyata sampai kondisi
yang fatal sehingga terjadi gagal hati akut
2. Sindrom klinis yang mirip pada semua virus penyebab mulai dari gejala prodrmal
yang non spesifik dan gejala gastrointestinal, seperti
a. Malaise, anoreksia, mual-muntah.
b. Gejala flu, faringitis, batuk, coeryza, fotofobia, sakit kepala, dan mialgia.
3. Awitan gejala cenderung muncul mendadak pada HaV dan HEV, pada virus yang lain
secara insidious
4. Demam jarang ditemukan kecuali pada infeksi HAV
5. Immune Complex mediated, serum sickness like sindrome dapat ditemukan pada
kurang dari 10% pasien dengan infeksi HBV, jarang pada infeksi virus yang lain.
6. Gejala prodormal menghilang pada saat timbul kuning, tetapi gejala anreksia, malaise,
dan kelemahan dapat menetap
7. Ikterus didahului dengan kemunculan urine bewarna gelap, pruritus (biasanya ringan
dan sementara)) dapat timbul ketika ikterus meningkat
8. Pemeriksaan fisik menunjukkan pembesaran dan sedikit nyeri tekan pada hati
9. Splenomegali ringan dan limfadenopati pada 15%-20% pasien
29
6.1 GAGAL HATI AKUT
Kuning sangat menonjol dan menetap selama beberapa bulan sebelum terjadinya
perbaikan yang komplit
Pruritus menonjol
Pada beberapa pasien terjadi anoreksia dan diare persisten
Prognosis baik pada pasien dengan resolusi yang komplit
Paling sering terjadi pada infeksi HAV
Hepatitis Relaps
Kemunculan kembali gejala dan abnormalitas tes hati setelah beberapa minggu
sampai beberapa bulan setelah perbaikan atau kesembuhan.
Paling sering terjadi pada infeksi HAV, IgM anti HAV tetap positif dan dijumpai
HAV ditinja
Dapat dijumpai artritis, vaskulitis dan krioglobulinemia
Prognosis baik pada yang sembuh sempurna walaupun setelah kambuh yang berulang
(terutama dijumpai pada anak)
30
7. LABORATORIUM
Gambaran biokimia yang utama adalah peningkatan konsentrasi serum alanin dan
aspartat aminotransferase
Konsentrasi puncak bervariasi dari 500-5000 U/L
Konsentrasi serum bilirubin jarang melenihi 10mg/dL, kecuali pada hepatitis dengan
kelestasis
Konsentrasi serum fosfatase alkali normal atau hanya meningkat sedikit
Masa protombin normal atau eningkat antara 1-3 detik
Konsentrasi serum albumin normal atau menurun ringan
Hapusan darah tepi normal atau leukopenia ringan dengan atau tanpa limfositosis
31
8. DIAGNOSIS
DIAGNOSIS BANDING
32
HBV DNA di serum merupakan petanda yang pertama muncul, akan
tetapi tidak rutin diperiksa
HbeAg biasanya terdeteksi setelah kemunculan HbsAg
Kedua petanda tersebut menghilang dalam beberapa minggu atau bulan
pada infeksi yang sembuh sendiri. Selanjutnya akan muncul anti HBs
dan anti Hbe menetap.
b. HDV
Pasien HbsAg positif dengan:
Anti HDV dan atau HDV RNA sirulasi (pemeriksaan belum mendapat
persetujuan)
IgM anti HDV dapat muncul sementara
Koinfeksi HBV/HDV
HbsAg positif
IgM anti HBc positif
Anti HDV dan atau HDV RNA
Titer anti HDV akan menurun sampai tak terdeteksi dengan adanya
perbaikan infeksi
c. HCV
Diagnosis serologi
Deteksi HCV
Anti HCV dapat dideteksi pada 60% pasien selama fase akut dari
penyakit, 35% sisanya akan terdeteksi pada beberapa minggu atau
bulan kemudian
Anti HCV tidak muncul pada <5% pasien yang terinfeksi (pada pasien
HIV, anti HCV tidak muncul dalam persenase yang lebih besar)
Pemeriksaan IgM anti HCV dalam pengembangan
Secara umum anti HCV akan tetap terdeteksi untuk periode yang
panjang, baik pada pasien yang mengalami kesembuhan spontan
maupun yang berlanjut menjadi kronik.
HCV RNA
Merupakan petanda yang paling awal muncul pada infeksi akut hepatiti
C
33
Muncul setelah beberapa minggu infeksi
Pemeriksaan yang mahal. Untuk mndiagnosis penyakit tidak rutin
dilakukan, kecuali pada keadaan dimana curigai adanya infeksi pada
pasien dengan anti HCV ngatif
Ditemukan pada infeksi kronik HCV
1. Perbaikan komplit dari klinis, histologis, dan biokimia akan terjadi lam 3-6 bulan;
2. Pada gagal hati akut kadang terjadi
a. Fatalitas pada HAV tergantung umur (risiko meningkat pada umur >40
tahun)
b. Risiko meningkat pada perempuan hamil dengan infeksi HEV
c. Risiko meningkat pada pasien yang telah mempunyai penyakit
3. Tidak pernah menjadi kronik atau karier virus yang berkepanjangan
1. HBV
a. Risiko untuk kronisita tergantung umur , menurun secara progresif dengan
meningatnya umur.
90% infeksi pada neonatus akan berkembang menjadi karier
1-5% pasien dewasa akan berkembang menjadi kronik
b. Gagal hati akut pada <1% infeksi akut
c. Infeksi persisten (HbsAg positif dengan atau tanpa replikasi aktif HBV)
Karier asimptomatik dengan gambaran histologi normal atau non-
spesifik
Hepatitis kronik, sirosis, karsinoma hepatoselular, poliartritis nodosa,
dan yang lebih jarang krioglobulinemia campuran (mixed
cryoglobulinemia)
2. HDV
a. Koinfeksi HDV dan HBV biasanya sembuh spontan dan sembuh tanpa gejala
sisa.
34
b. Gagal hati akut lebih sering pada superinfeksi HDV dibanding dengan
koinfeksi dengan HBV
c. Superinfeksi HDV dapat berlanjut menjadiHDV kronik superimposed dengan
HBV kronik dan berkembang menjadi hepatitis kronis berat dan sirosis
3. HCV
a. 15-45% akan sembuh spontan
b. Kejadian akut sangat jarang jumpai
c. Umumnya akan terjadi infeksi menetap dengan viremia yang memanjang dan
konsentrasi serum aminotransferase yang meningkat atau berfluktuasi
d. Histologi pada infeksi HCV persisten
Hepatitis kronik-inflamasi ringan, sedang, berat
Porta, periporta, bridging fibrosis atau sirosis
e. Risiko untuk terjadinya karsinoma hepatoselular pada pasien yang telah
mengalami sirosis
f. Dihubungkan dengan
Mixed cryoglobuinemia
Cutaneous vasculitis
Glomerulonefritis membranosa
Porphyria cutanea tarda
10. PENGOBATAN
1. Rawat jan, kecuali pasien dengan mualatau anoreksia berat yang akan
menyebabkan dehidrasi
2. Mempertahankan asupan kaloridan cairan yang adekuat
3. Aktivitas fisik yang berlebihan dan berkpanjangan harus dihindari
4. Pembatasan akativitas sehari-hari tergantung dari derajat kelelahan dan malaise
5. Tidak ada pengobatan spesifik untuk hepatitis A, E, dan D. Pemberian interferon-
alfa pada hepatitis C akut dapat menurunkan risiko kejadian infeksi kronik. Peran
Lamivudin atau Adefovir pada hepatitis B akut masih belum jelas. Kortikosteroid
tidak bermanfaat.
6. Obat-obat yang tidak perlu harus dihentikan
35
GAGAL HATI AKUT
1. Perawatan di RS
Segera setelah diagnosis ditegakkan
Penanganan terbaik dapat dilakukan pada RS yang menyediakan program
transplantasi hati
2. Belum ada terapi yang terbukti efektif
3. Tujuan
Sementara menunggu perbaikan infeksi sponan dan perbaikan fungsi hati
dilakukan monitoring kontinu dan terapi suporif
Pengenlan dini dan terapi terhadap komplikasi yang mengancam nyawa
Mempertahankan fungsi vital
Persiapan transplantasi bila tidak ada perbaikan
4. Angka survival mencapai 65-75% bila dilakukan transplantasi dini
Hepatitis Kolestasis
Hepatitits Relaps
11. PENCEGAHAN
36
Efek sampin utama adalah nyeri pada tempat penyuntikan
b. Dosis dan jadual vaksin HAV
>19 tahun. 2 dosis of HAVRIX (1440 Unit ELISA) dengan interval 6-
12 bulan
Anak > 2 tahun. 3 dosis HAVRIX (360 Unit Elisa), 0, 1, dan 6-12
bulan atau 2 dosis (720 Unit Elisa) 0, 6-12 bulan
c. Indikasi vaksinasi
Pengunjung ke daerah risiko tinggi
Homoseksual dan biseksua
IVDU
Anak dan dewasa muda pada daerah yang pernah mengalami kejadian
luar biasa luas
Anak pada daerah dimana angka kejadian HAV lebih tinggi dari angka
nasional
Pasien yang rentan dengan penyakit hati kronik
Pekerja laboratorium yang menangani HAV
Pamusaji
Pekerja pada bagia pembuangan air
2. Imunoprofilaksis pasca paparan
a. Keberhasilan vaksin HAV pada pasca paparan belum jelas
b. Keberhasilan imunoglobulin sudah nyata akan tetapi tidak sempurna
c. Dosis dan jadwal pemberian imunoglobulin
Dosis 0,02 ml/kg, suntikan pada daerah deltoid sesegera mungkin
setelah paparan
Toleransi baik, nyeri pada daerah suntikan
Indikasi: kontak erat dan kontak dalam rumah tanggga dengan infeksi
HAV akut
HEV
Kemunculan IgG HEV pada kontak dengan pasien hepatitis E dapat bersifat proteksi,
akan tetapi efektifitas dari imunoglobulin yang mengandung anti HEV masih belum jelas.
37
Vaksin HEV sedang dalam penelitian klinis daam daerah endemis
HBV
38
8. Sesama narapidana
9. Individu dengan penyakit hati yang sudah ada (misal hepatitis
C kronik)
2. Imunoprofilaksis pasca paparan dengan vaksin hepatitis B dan imunoglobuin
a. Kontak sekdual dengan individu yang terinfeksi hepatitis akut:
Dosis 0,04-0,07 ml/kg HBIG sesegera mungkin setelah paparan
Vaksin HBV pertama diberikan pada saat atau hari yang sama pada
deltoid sisi lain
Vaksin kedua dan ketiga diberikan 1 dan 6 bulan kemudian
b. Neonatus dari ibu yang diketahui mengidap HbsAg positif:
½ mL HBIG diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dibagian
anterolateral otot paha atas
Vaksin HBV dengan dosis 5-10 ug,dierikan dalam waktu 12 jam pada
sisi lain, diulang 1 dan 6 bulan
c. Efektifitas perlindungan melampaui 95%
Diindikasikan untuk individu dengan ririsko baik terhadap infeksi HAV maupun HB
Rekomendasi Umum
1. Pasien datang dirawat jalan selam terjamin dehidrasi dan intake kalori yang cukup.
2. Tirah baring tidak lagi disarankan kecuali bila pasien mengalami kelelahan yang
berat.
3. Tidak ada diet yang spesifik atau suplemen yang memberikan hasil yang efektif.
4. Protein dibatasi hanya pada pasien yang mengalami ensefalopati hepatik
5. Selama fase rekonvalesen diet tinggi protein dibutuhkan untuk proses penyembuhan.
6. Alkohol harus dihindari dan pemakaian obat-obatan dibatasi.
39
7. Obat – obat yang dimetabolisme di hati harus akan tetapi bila sangat diperlukan dapat
diberikan dengan penyesuaian dosis.
8. Pasien diperiksa tiap minggu selama fase awal penyakit dan terus di evaluasi sampai
sembuh.
9. Harus terus dimonitor terhadap kejadian ensefalopati seperti kesadaran somnolen,
mengantuk dan asterik.
10. Masa protombin serum merupakan pertanda baik untuk menilai dekompensasi hati
dan menentukan saat yang tepat untuk dikirim ke pusat transplantasi.
11. Memonitor konsentrasi transaminase serum tidak membantu dalam hal menilai fungsi
hati pada keadaan hepatitis fulminan karena konsentrasinya akan turun setelah terjadi
kerusakan del hati masif.
12. Anti mual muntah dapat membantu menghilangkan keluhan mual.
13. Pasien yang menunjukkan gejala hepatitis fulminan harus segera dikirm ke pusat
tranplantasi.
14. Tranplantasi hati bisa merupakan prosedur penyelamatan hidup untuk pasien yang
mengalami dekompensasi setelah seraga akut hepatitis.
15. Pasien dengan hepatitis akut tidak memerlukan peraawatan isolasi.
16. Orang yang merawat pasien hepatitis akut A dan E harus selalu mencuci tangannya
dengan sabun dan air.
17. Orang yang kontak erat dengan pasien hepatitis B akut harusnya menerima vaksin
hepatitis B.
40
DAFTAR PUSTAKA
Perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam Indonesia. Buku ajar: Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi V. Amirudin. Rifai. Penyunting: Fisiologi & Biokimia Hat. tahun:
2010, hal 415-419
Perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam Indonesia. Buku ajar: Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi V. Akbar. Nurul. Penyunting: Kelainan Enzim pada Penyakit Hati.
Tahun: 2010, hal 424-426
Perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam Indonesia. Buku ajar: Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi V. Sanitiyoso. Andy. Penyunting: Hepatitis Virus Akut. Tahun:
2010, hal 427-432
41