BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Gastroenteritis akut dapat didefinisikan sebagai radang pada lambung dan usus
yang memberikan gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali
disertai peningkatan suhu tubuh. Diare yang dimaksudkan adalah buang air besar
berkali-kali (dengan jumlah yang melebihi 4 kali, dan bentuk Feses yang cair, dapat
disertai dengan darah atau lendir. Dalam penegakan diagnosa GEA hendaknya
ditanyakan riwayat gejala yang ada, yang menderita gejala serupa dalam keluarga
serta lebih rinci tentang derajat dehidrasi yang diakibatkan diarenya agar dapat
diperoleh pengobatan yang tepat.
Gastroenteritis merupakan suatu penyakit yang umum pada anak usia di bawah
5 tahun. Di Amerika terdapar 37 juta kasus gastroenteritis akut setiap tahun. Di
Indonesia merupakan penyakit utama kedua yang paling sering menyerang anak
anak. Rotavirus adalah penyebab dari 35 % sampai 50 % hospitalisasi karenan
gastroenteritis akut, antara 7% dan 17 % disebabkan adenovirus dan 15% disebabkan
bakteri. Bayi yang mendapatkan ASI lebih jarang menderita gastroenteritis akut dari
pada bayi yang mendapat susu formula.
1.2
IDENTITAS PASIEN
Nama
Tanggal Lahir
Umur
Jenis Kelamin
Anak ke
Agama
Alamat
:
:
:
:
:
:
:
An. I
19-Desember-2011
9 bulan
Laki-laki
Pertama
Hindu
Jl. Pisang candi barat No.8 Sukun
Nama Ayah
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Nama Ibu
Umur
:
:
:
:
:
:
Tn. P
24 tahun
S1
Guru
Ny. M
21 tahun
1.3
Pendidikan
Pekerjaan
: SMA
: IRT
Tanggal periksa
: 11 September 2012
ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
: Muntah
Riwayat hipertensi
: disangkal
: disangkal
Riwayat jantung
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
Hepatitis B : (+)
BCG : (+)
DPT : (+)
Polio : (+)
Campak : ( - )
Kesan : Imunisasi dasar sesuai umur
9. Riwayat Pengobatan :
Sudah dibawa ke bidan namun pasien lupa obatnya apa saja.
1.4
ANAMNESIS SISTEM
a.
Kulit
b. Kepala
c. Mata
d. Hidung
e. Telinga
f. Mulut
g. Tenggorokan
h. Pernafasan
i.
Kadiovaskuler
j. Gastrointestinal : mual (+), muntah (+) >4x yang dimuntahkan sesuai apa
yang dimakan, diare (+) 2x masih ada ampasnya, nafsu
makan menurun (-), nyeri perut (-).
k. Genitourinaria
normal
l. Neurologik
m. Psikiatri
: Rewel (+),
n. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri sendi (-), nyeri kaki (-), nyeri otot (-).
o. Ekstremitas
1.5
o Atas kanan
o Atas kiri
o Bawah kanan
o Bawah kanan
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum: rewel, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6),
kesan gizi cukup baik.
2. Tanda Vital
BB
: 7 kg
TB
: 65 cm
Tensi
: tidak diukur
Nadi
: 100 X/menit
Pernafasan : 30 X/menit
Suhu
3. Kepala:
: 37,3c
Bentuk mesocephal, luka (-), rambut tidak mudah dicabut, keriput (-), makula
(-), atrofi m. temporalis (-), papula (-), nodula (-), bells palsy (-), ubun-bun
cekung (+).
4. Mata:
Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (+/+),reflek kornea
(+/+), warna kelopak (coklat kehitaman), arkus senilis (+/+), radang (-/-),
mata cowong (+).
5. Hidung:
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-),
hiperpigmentasi (-), saddle nose (-).
6. Mulut :
Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi
lidah hiperemis (-).
7. Telinga:
Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping telinga
dalam batas normal.
8. Tenggorokan:
Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-).
9. Leher:
JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-),
pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-).
10. Toraks:
Simetris, bentuk normochest, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-),
spider nevi (-), venectasi (-), pembesaran kelenjar limfe (-)
- Cor :I : ictus cordis tak tampak
P : ictus cordis tak kuat angkat
P : batas kiri atas
:SIC II linea para sternalis sinistra
batas kanan atas
:SIC II linea para sternalis dekstra
batas kiri bawah :SIC V 1 cm lateral linea medio clavicularis
sinistra
batas kanan bawah :SIC IV linea para sternalis dekstra
pinggang jantung
11.
+
+
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Abdomen:
: Dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi (-)
: Bising usus meningkat
: hipertimpani
:defence muskuler (-), pembesaran hepar maupun lien (-),
turgor kulit menurun (+).
oedem
ulkus
RF
RP
Kesadaran
Afek
: appropriate
Psikomotor
: normoaktif
Proses pikir
: bentuk :realistik
Insight
1.6
isi
arus
:koheren
: baik
PEMERIKSAAN PENUNJANG:
Tanggal 15-9-2012
Hematologi:
Item periksa
Hasil pemeriksaan
Hemoglobin
9,7
12-16
g/dl
Leukosit
11.200
4-10
ribu/mm3
Trombosit
547.000
150-400
ribu/mm
LED
2-20
mm/jam
PCV/HCT
34,3
37-48
Eritrosit
4,83
4,0-5,5
juta/mm3
1-3
0-1
2-6
54
50-70
29
20-40
13
2-8
1.7
RESUME :
Sejak kemarin pagi pasien muntah terus menerus setiap diberi makan dan minum
langsung muntah. Muntah lebih dari 3 kali dalam sehari, yang dimuntahkan sesuai sama
apa yang dimakan dan diminum. Pasien juga ada batuk berdahak, namun dahaknya susah
buat keluar. Setiap batuk langsung muntah juga. Pada saat itu langsung di bawa ke bidan.
Pada malam hari muntahnya lebih dari 5 kali. Nafsu makan pasien masih baik, dan pada
malam harinya pasien mulai demam terus menerus sehingga pasien langsung di bawa ke
RSI dan di beri obat penurun panas yaitu sanmol oleh dokter IGD demamnya turun.
Tadi pagi pasien diare lebih dari 2x, diare cair namun masih ada ampasnya. Dari
pemeriksaam fisik didapatkan keadaan umum cukup baik, compos mentis (GCS:456),
status gizi baik. Pada mata didapatkan mata cowong, ubun-ubun cekung, bibir kering
dan pucat, abdomen ada bising usus meningkat, hipertimpani, turgor kulit menurun.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan: leukosit 11.200 (), Trombosit 547.00
(), basofil 3 (), monosit 13 ().
1.8
WORKING DIAGNOSA
Gastroenteritis akut dengan dehidrasi sedang
1.9
DIAGNOSIS BANDING.
1.
Gastroenteritis kronis
2.
GEA Basiler.
3.
GE Persisten.
Medikamentosa:
Infus Kaen-3B (14 tpm)
Colistin (1-2 tab 3x/hari)
Sanmol (3x0,8 mg/hari)
puyer
Kultur feses
Pemeriksaan elektrolit
1.13 FOLLOW UP
Tanggal 15 September 2012
S: muntah (+), diare (+), batuk (+), demam (+)
O: KU baik, composmentis, GCS 456, gizi kesan cukup
Tanda Vital : RR : 28
N: 100 x/menit
S: 37,3c
BB: 7 kg
TB: 65 cm
10
S: 36,4c
BB: 7 kg
TB: 65 cm
S: 36c
BB: 7 kg
TB: 65 cm
11
S: 35,4c
BB: 7 kg
TB: 65 cm
: An. I
Diagnosis : Gastroenteritis.
No
1
Tanggal
15-9-2012
Vital sign
BB/TB
N : 100 x/mnt 7/65
RR: x/mnt
BMI
Keluhan
Rencana
Muntah, diare, Terapi
batuk, demam.
S : 37, 3c
2
16-9-2012
N :102 x/mnt
terapi nonmedika
7/65
RR: x/mnt
17-9-2012
18-9-2012
medikamentosa,
mentosa (diet)
Muntah, diare, Terapi
batuk, demam.
medikamentosa,
S : 36,4c
terapi nonmedika
mentosa (diet)
Terapi
Diare
RR: x/mnt
medikamentosa,
S : 36c
terapi nonmedika
Keluhan
mentosa (diet)
Terapi
RR: x/mnt
berkurang
medikamentosa,
S : 35,4c
semua
12
BAB II
IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA
2.1
No
Nama
Status
L/P
Pasien
Ket
Klinik
1.
Tn. P
suami
24 th
S1
Guru
2.
Ny. M
Istri
21 th
SMA
IRT
3.
An. I
Anak
9 bln
TK
Bentuk Keluarga
2.2
: Nuclear Family
FUNGSI HOLISTIK
1. Fungsi Biologis
Pasien GEA
13
2. Fungsi Psikologis
Hubungan keluarga di antara dalam satu rumah terjalin dengan baik, terbukti
dengan adanya komunikasi antar anggota keluarga.
3. Fungsi Sosial :
Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat,
hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Hubungan orang tua pasien dengan
masyarakat sekitar baik, namun pasien tidak mengikuti acara rutin di daerah nya.
Kesimpulan:
Hubungan kelurga Tn. N berjalan baik semua komunikasi antar anggota keluraga
baik dengan lingkungan rumah (tetangga) juga baik.
2.3
FUNGSI FISIOLOGIS
APGAR Terhadap Keluarga
Tn. P
Ny. M
menghadapi masalah
Saya puas dengan cara keluarga
An. I
14
saya
mengekspresikan
kasih
10
10
dll
Saya puas dengan cara keluarga
saya dan saya membagi waktu
R
bersama-sama
2.3
Hampir selalu
: 2 poin
Kadang kadang
: 1 poin
PATHOLOGY
KET
Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga
dengan saudara dan masyarakat sekitar.
Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini
Economy
15
Educatio
n
Medical
GENOGRAM :
Keterangan:
Laki- laki
Perempuan
Tn. P
Ny.
M
meninggal
Pasien
Tn. P
Ny. M
An.I
16
Keterangan :
Hubungan baik
Kesimpulan :
Hubungan antara anggota keluarga di kelurga ini baik.
BAB III
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
3.1
3.2
17
Lingkungan : rumah
cukup memenuhi syarat
kesehatan
Pengetahuan:
keluarga cukup
memahami penyakit
penderita
Sikap: keluarga cukup
peduli terhadap
penyakit penderita
Keluarga Tn.
Ny. N
T
Keluarga
Keluarga Tn.
Ny. N
T
Keluarga
Tindakan: keluarga
mengantarkan An.I
untuk berobat
Pelayanan Kesehatan :
Jika sakit Tn. P ke
dokter praktek
Faktor Perilaku
Faktor Non Perilaku
Kesimpulan :
18
BAB IV
IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH
4.1
dengan rumah tetangganya. Dimana harus berbagi fasilitas umum bersama anggota
kos yang lain. Tidak memiliki pekarangan rumah. Saluran pembuangan limbah sudah
tersalur ke got. Pembuangan sampah di rumah diangkut oleh petugas kebersihan.
4.2
menggunakan keramik. Rumah ini terdiri dari lima ruangan yaitu ruang tamu, 2
kamar tidur, satu dapur dan satu kamar mandi. Rumah ini hanya mempunyai satu
pintu untuk keluar masuk (di bagian depan) serta dua jendela kaca. Keluarga ini
sudah mempunyai fasilitas MCK keluarga dan fasilitas air dari PDAM. Ventilasi
udara masih kurang karena hanya tedapat 2 jendela di depan saja.
4.3
DENAH RUMAH
19
7m
Dapur dan
tempat
mencuci
kamar
Kamar
mandi
kamar
8m
Ruang
Keluarga +
Tamu
4.4
DAFTAR MASALAH
a. Masalah medis
1. Gastroenteritis ec
b. Masalah non medis
1. Status perekonomian menengah kebawah.
c. Diagram permasalahan
20
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 GASTROENTERITIS AKUT
A. Definisi
21
22
C. Gejala Klinis
a. Diare.
b. Muntah.
c. Demam.
d. Nyeri abdomen
e. Membran mukosa mulut dan bibir kering
g. Kehilangan berat badan
h. Tidak nafsu makan
i. Badan terasa lemah
cholera
shigella
Akut, usia >2th, Pada umumnya
vomit-diare
usia <2th
salmonela
Bau
seperti
virus
Jarang
sampai
Amoeba
Tampak tidak
sakit
23
Jarang panas
Klasik: tampak
sakit
Klasik:
telur
busuk
berat
Yang
ringan
menonjol
febris /
jarang
muntah.
mula-mula
kejang, BAB
dehidrasi.
sehat langsung
cair+darah.
akutcepat,
berat/lemas,
dehidrasi
BAB lama,
keluar hanya
lendir+darah,
Dehidrasi
Febris.
BAB mancur
seperti kran
Feces bau amis
sekali, seperti
cucian beras
D. Komplikasi
a. Dehidrasi
b. Renjatan hipovolemik
c. Kejang
d. Bakterimia
e. Mal nutrisi
f. Hipoglikemia
g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
24
Memberikan asi.
25
Memberikan ASI
26
Pemeriksaan tinja.
Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau
astrup, bila memungkinkan.
Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
b. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik
atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.
5.2 DEHIDRASI
A. Definisi
Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air dalam
tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan
(contoh: minum). Dehidrasi dapat berupa :
1. Hilangnya air lebih banyak dari zat natrium (dehidrasi hipertonik),
2. Hilangnya air dan zat natrium dalam jumlah yang sama (dehidrasi isotonik),
3. Hilangnya zat natrium yang lebih banyak dari pada air (dehidrasi hipotonik).
Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbangan
zat elektrolit tubuh. Namun karena mekanisme yang terdapat pada tubuh manusia
sudah sangat unik dan dinamis maka tidak setiap kehilangan cairan akan
menyebabkan tubuh dehidrasi.
Beberapa mekanisme bekerja sama untuk mempertahankan keseimbangan
cairan dalam tubuh. Salah satu yang terpenting adalah mekanisme haus. Jika tubuh
memerlukan lebih banyak air, maka pusat saraf di otak dirangsang sehingga timbul
rasa haus. Rasa haus akan bertambah kuat jika kebutuhan tubuh akan air meningkat,
mendorong seseorang untuk minum dan memenuhi kebutuhannya akan cairan.
Mekanisme lainnya untuk mengendalikan jumlah cairan dalam tubuh
melibatkan kelenjar hipofisa di dasar otak. Jika tubuh kekurangan air, kelenjar
hipofisa akan mengeluarkan suatu zat ke dalam aliran darah yang disebut hormon
antidiuretik. Hormon antidiuretik merangsang ginjal untuk menahan air sebanyak
mungkin.
Jika tubuh kekurangan air, ginjal akan menahan air yang secara otomatis
dipindahkan dari cadangan dalam sel ke dalam aliran darah untuk mempertahankan
27
volume darah dan tekanan darah, sampai cairan dapat digantikan melalui penambahan
asupan cairan. Jika tubuh kelebihan air, rasa haus ditekan dan kelenjar hipofisa hanya
menghasilkan sedikit hormon antidiuretik, yang memungkinkan ginjal untuk
membuang kelebihan air melalui air kemih.
A. KLASIFIKASI DEHIDRASI
Berdasarkan klasifikasi dehidrasi WHO, maka dehidrasi dibagi tiga menjadi
dehidrasi ringan, sedang, atau berat.
1. Dehidrasi Ringan (jika penurunan cairan tubuh 5 persen dari berat badan)
Gejala :
Muka memerah
2. Dehidrasi Sedang (jika penurunan cairan tubuh antara 5-10 persen dari berat
badan)
Gejala:
Gelisah, cengeng
Kehausan
Mata cekung
Kulit keriput, misalnya kita cubit kulit dinding perut, kulit tidak segera
3. Dehidrasi berat (jika penurunan cairan tubuh lebih dari 10 persen dari berat
badan)
28
Gejala:
Berak cair terus-menerus
Muntah terus-menerus
Kesadaran menurun, lemas luar biasa dan terus mengantuk
Tidak bisa minum, tidak mau makan
Mata cekung, bibir kering dan biru
Cubitan kulit baru kembali setelah lebih dari 2 detik
Kesadaran berkurang
Tidak buang air kecil
Tangan dan kaki menjadi dingin dan lembab
Denyut nadi semakin cepat dan lemah hingga tidak teraba
Tekanan darah menurun drastis hingga tidak dapat diukur
Ujung kuku, mulut, dan lidah berwarna kebiruan
Tidak kencing 6 jam atau lebih/frekuensi buang air kecil
berkurang/kurang dari 6 popok/hari.
Kadang-kadang dengan kejang dan panas tinggi
B. FAKTOR PENYEBAB DEHIDRASI
Ada 3 hal yang dapat menyebabkan dehidrasi:
1. Pemasukan cairan yang kurang.
Setiap harinya tubuh manusia memerlukan cairan, baik melalui makanan
ataupun minuman. Tubuh kita tidak hanya membutuhkan cairan tetapi juga
elektrolit seperti natrium, kalium, dan lain-lain. Apabila pemasukan cairan
kurang, maka dapatterjadi dehidrasi.
2. Pengeluaran cairan yang berlebihan.
Pengeluaran cairan yang berlebihan juga dapat menimbulkan dehidrasi.
Pada keadaan normal, setiap harinya bayi dan anak mengeluarkan cairan
dalam bentuk keringat, urin, tinja.
3. Karena sebab lain.
Anak juga bisa mengalami dehidrasi akibat demam tinggi karena infeksi.
Demam menyebabkan tubuh mengeluarkan banyak keringat. Pada
keadaan-keadaan lainnya seperti diabetes atau gangguan ginjal, dehidrasi
juga dapat terjadi.
C. MENGEMBALIKAN CAIRAN TUBUH YANG HILANG
Untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang, kita harus banyak minum
minimal 8 gelas ( 2 liter ) air setiap hari yang bisa didapat dari :
Air putih yang higienis/ air mineral
29
Air putih mengandung beberapa zat penting untuk tubuh seperti oksigen,
30
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan orangtua maupun guru, antara lain:
Biasakan anak minum teratur setiap hari, terutama bila dia banyak beraktivitas
paling tidak 8 gelas sehari. Anda dapat memberinya dalam bentuk kombinasi
aneka jenis cairan, seperti jus buah, buah segar, sup, dan lain-lain.
Berilah minuman sebelum anak mulai beraktivitas, seperti bermain di
halaman dan tetaplah beri minuman, sekalipun dia tidak begitu haus.
Jangan beri anak minuman yang mengandung kafein, misalnya es teh dan
minuman jenis softdrink yang mengandung soda, terutama ketika ia sedang
giat-giatnya beraktivitas dan banyak mengeluarkan keringat. Kafein dapat
31
menambah beban pada aliran darah. Akibatnya, darah jadi kental dan
Beri pertolongan pertama, berupa larutan oralit, bila balita muntah atau diare
Jika memungkinkan, aturlah jadwal kegiatan atau aktifitas fisik yang sesuai
dengan kondisi lingkungan. Jangan melakukan aktifitas berlebihan pada
siang hari.
Setelah anak rehidrasi, kembali ke pola makan normal, tapi tetap hindari
makanan berlemak dan minuman jus/bersoda.
32
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN KOMPREHENSIF
6.1
Kesimpulan holistik
Diagnose holistic: An. I (9 bulan) adalah penderita GEA dengan dehidrasi
sedang, tinggal dalam Nuclear Family dengan kondisi keluarga yang harmonis. Status
perekonomian pasien cukup dalam kebutuhan sehari-hari. Lingkungan keluarga yang
cukup sehat dan merupakan anggota masyarakat biasa dalam kehidupan
kemasyarakatan yang mengikuti beberapa kegiatan dilingkungannya.
1. Segi biologis
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
didapatkan hasil, bahwa An. I (9 bulan) adalah penderita GEA dengan
dehidrasi sedang, tinggal di lingkungan yang cukup memenuhi kesehatan.
2. Segi sikologis
Keluarga An. I memiliki APGAR score 10 menunjukkan hubungan antar
keluarga yang baik. Diantara keluarga apabila ada salah satu anggota
keluarga yang sakit semua saling memperhatikan.
3. Segi social
Keluarga pasien merupakan anggota masyarakat biasa yang jarang
mengikuti acara di lingkungannya, namun hubungan antar tetangga baik.
6.2
Saran komprehensif
33
1.
Promotif :
Mengadakan penyuluhan tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan,
mendeteksi dini tentang penyakit GEA (gejala klinis, penyebabnya, komplikasi,
penanggulangan)
2.
Preventif :
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan orang tua maupun guru, antara lain:
Biasakan anak minum teratur setiap hari, terutama bila dia banyak beraktivitas
paling tidak 8 gelas sehari. Anda dapat memberinya dalam bentuk kombinasi
aneka jenis cairan, seperti jus buah, buah segar, sup, dan lain-lain.
Berilah minuman sebelum anak mulai beraktivitas, seperti bermain di
halaman dan tetaplah beri minuman, sekalipun dia tidak begitu haus.
Jangan beri anak minuman yang mengandung kafein
Bila udara panas dan cuaca terik, ingatkan anak yang sedang asyik bermain
untuk menghentikan aktivitasnya sejenak di tempat yang sejuk sambil
mengonsumsi berbagai cairan.
Beri pertolongan pertama, berupa larutan oralit, bila balita muntah atau diare
Jika memungkinkan, aturlah jadwal kegiatan atau aktifitas fisik yang sesuai
dengan kondisi lingkungan. Jangan melakukan aktifitas berlebihan pada
siang hari.
Setelah anak rehidrasi, kembali ke pola makan normal, tapi tetap hindari
makanan berlemak dan minuman jus/bersoda.
3.
Kuratif
Infus
34
35
DAFTAR PUSTAKA
Halim-Mubin A, 2001. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis &
Terapi. EGC: Jakarta.
Arif mansjoer, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta. Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
American Academy of Pediatrics Propesional commite on Quality improvement
subcommitte o Acute Gastroenteritis Pratice parameter : the management of
acute gastroeneritis in young children Pediatrics. 1996:97:424-35
American Academy of Pediatrics Commite on Nutrition.Use of oral fluid therapy
and post-treatment feeding following enteritis in children in a developed
country. Pediatrics. 1985;75;358-61
CDC.Recommendation and report The Management of Acute Diarrhea in
Children Oral Rehydration, Maintenance,and Nutritional Therapy. 1992
Ahlquist David A, Camilleri M. 2001. Harrisons Principles of Internal Medicine.
15th edition.Braunwald, Fauci, Kasper et all (Editor).
Hendarwanto. 2000. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Sarwono WP (Editor), Balai
Penerbit UI.
Powel Don W: Approach to the patient with diarrhea. 2003. Gastroenterology, 4th
edition. Yamada T (Editor). Limphicot Williams & Wiekeins Philadelphia.
USA.Ilmu Kesehatan Anak. FKUI.