Anda di halaman 1dari 35

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

LATAR BELAKANG
Gastroenteritis akut dapat didefinisikan sebagai radang pada lambung dan usus

yang memberikan gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali
disertai peningkatan suhu tubuh. Diare yang dimaksudkan adalah buang air besar
berkali-kali (dengan jumlah yang melebihi 4 kali, dan bentuk Feses yang cair, dapat
disertai dengan darah atau lendir. Dalam penegakan diagnosa GEA hendaknya
ditanyakan riwayat gejala yang ada, yang menderita gejala serupa dalam keluarga
serta lebih rinci tentang derajat dehidrasi yang diakibatkan diarenya agar dapat
diperoleh pengobatan yang tepat.
Gastroenteritis merupakan suatu penyakit yang umum pada anak usia di bawah
5 tahun. Di Amerika terdapar 37 juta kasus gastroenteritis akut setiap tahun. Di
Indonesia merupakan penyakit utama kedua yang paling sering menyerang anak
anak. Rotavirus adalah penyebab dari 35 % sampai 50 % hospitalisasi karenan
gastroenteritis akut, antara 7% dan 17 % disebabkan adenovirus dan 15% disebabkan
bakteri. Bayi yang mendapatkan ASI lebih jarang menderita gastroenteritis akut dari
pada bayi yang mendapat susu formula.
1.2

IDENTITAS PASIEN
Nama
Tanggal Lahir
Umur
Jenis Kelamin
Anak ke
Agama
Alamat

:
:
:
:
:
:
:

An. I
19-Desember-2011
9 bulan
Laki-laki
Pertama
Hindu
Jl. Pisang candi barat No.8 Sukun

Nama Ayah
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Nama Ibu
Umur

:
:
:
:
:
:

Tn. P
24 tahun
S1
Guru
Ny. M
21 tahun

1.3

Pendidikan
Pekerjaan

: SMA
: IRT

Tanggal periksa

: 11 September 2012

ANAMNESIS
1. Keluhan Utama

: Muntah

2. Riwayat Penyakit Sekarang :


Sejak kemarin pagi jam 8 pasien muntah terus menerus setiap diberi makan
dan minum langsung muntah. Muntah lebih dari 3 kali dalam sehari, yang
dimuntahkan sesuai sama apa yang dimakan dan diminum. Pasien juga ada batuk
berdahak, namun dahaknya susah keluar. Setiap batuk langsung muntah juga.
Pada saat itu langsung dibawa ke tukang pijet dan di bawa ke bidan. Pada malam
harinya muntahnya semakin sering lebih dari 5 kali. Nafsu makan pasien masih
baik. Pada malam harinya pasien mulai demam terus menerus sehingga pasien
langsung di bawa ke RSI dan di beri obat penurun panas yaitu sanmol oleh
dokter IGD demamnya turun. Tadi pagi pasien diare lebih dari 2x, diare masih
ada ampasnya, konsistensi cair (+), lendir (-), darah (-).
3. Riwayat Penyakit Dahulu:

Riwayat sakit seperti ini sebelumnya belum pernah diderita pasien


Riwayat rawat inap disangkal.
Riwayat Alergi juga disangkal.
Riwayat kejang juga disangkal.

4. Riwayat Penyakit Keluarga


-

Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : disangkal

Riwayat hipertensi

: disangkal

Riwayat sakit gula

: disangkal

Riwayat jantung

: disangkal

Riwayat asma

: disangkal

5. Riwayat Persalinan dan Kehamilan :

Lahir secara spontan ditolong oleh bidan pada usia kehamilan 32


minggu. Anak lahir langsung menangis. Berat badan lahir 3100 gram, panjang
badan lahir 51 cm.
6. Riwayat Imunisasi:
a.
b.
c.
d.
e.

Hepatitis B : (+)
BCG : (+)
DPT : (+)
Polio : (+)
Campak : ( - )
Kesan : Imunisasi dasar sesuai umur

7. Riwayat Sosial Ekonomi :


Ayah dan ibu pasien jarang mengikuti kegiatan di daerah nya, karena
dia tinggal ngekos di daerah tersebut sehingga jarang berinteraksi sama
tetangga-tetangganya. Ayah bekerja sebagai seorang guru, mengajar di tempat
les dengan penghasilan total berkisar 1-2 juta/bulan. Kesan : sosial kurang,
ekonomi cukup.
8.

Riwayat Gizi anak:


Anak mendapatkan ASI sampai sekarang, diberi susu formula. Saat ini
makan diberi makan bubur cerelax, milna, dan juga nasi tim dan diberi sayusayuran.

9. Riwayat Pengobatan :
Sudah dibawa ke bidan namun pasien lupa obatnya apa saja.
1.4

ANAMNESIS SISTEM
a.

Kulit

b. Kepala

: kulit gatal (-).


: sakit kepala (-), berputar (-), cekot-cekot (-), rambut kepala
tidak rontok, luka pada kepala (-), benjolan / borok di kepala
(-).

c. Mata

: pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan kabur


(-), ketajaman penglihatan berkurang (-), tidak keluar air
mata (+)

d. Hidung

: tersumbat (-), mimisan (-).

e. Telinga

: pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-).

f. Mulut

: sariawan (-), lidah terasa pahit (-), ngiler (-), haus


meningkat (+)

g. Tenggorokan

: sakit menelan (-), serak (-).

h. Pernafasan

: sesak nafas (-), , mengi (-), batuk (+),

i.

: berdebar-debar (-), nyeri dada (-)

Kadiovaskuler

j. Gastrointestinal : mual (+), muntah (+) >4x yang dimuntahkan sesuai apa
yang dimakan, diare (+) 2x masih ada ampasnya, nafsu
makan menurun (-), nyeri perut (-).
k. Genitourinaria

: BAK lancar, warna kuning jernih dan jumlah dalam batas

normal
l. Neurologik

: kejang (-), kelumpuhan kaki (-), kelumpuhan lidah (-)

m. Psikiatri

: Rewel (+),

n. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri sendi (-), nyeri kaki (-), nyeri otot (-).
o. Ekstremitas

1.5

o Atas kanan

: bengkak (-), sakit (-), luka (-)

o Atas kiri

: bengkak (-), sakit (-), luka (-)

o Bawah kanan

: bengkak (-), sakit (-), luka (-)

o Bawah kanan

: bengkak (-), sakit (-), luka (-)

PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum: rewel, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6),
kesan gizi cukup baik.
2. Tanda Vital
BB

: 7 kg

TB

: 65 cm

Tensi

: tidak diukur

Nadi

: 100 X/menit

Pernafasan : 30 X/menit
Suhu
3. Kepala:

: 37,3c

Bentuk mesocephal, luka (-), rambut tidak mudah dicabut, keriput (-), makula
(-), atrofi m. temporalis (-), papula (-), nodula (-), bells palsy (-), ubun-bun
cekung (+).
4. Mata:
Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (+/+),reflek kornea
(+/+), warna kelopak (coklat kehitaman), arkus senilis (+/+), radang (-/-),
mata cowong (+).
5. Hidung:
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-),
hiperpigmentasi (-), saddle nose (-).
6. Mulut :
Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi
lidah hiperemis (-).
7. Telinga:
Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping telinga
dalam batas normal.
8. Tenggorokan:
Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-).
9. Leher:
JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-),
pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-).
10. Toraks:
Simetris, bentuk normochest, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-),
spider nevi (-), venectasi (-), pembesaran kelenjar limfe (-)
- Cor :I : ictus cordis tak tampak
P : ictus cordis tak kuat angkat
P : batas kiri atas
:SIC II linea para sternalis sinistra
batas kanan atas
:SIC II linea para sternalis dekstra
batas kiri bawah :SIC V 1 cm lateral linea medio clavicularis
sinistra
batas kanan bawah :SIC IV linea para sternalis dekstra

pinggang jantung

:SIC III linea para sternalis sinistra (batas

jantung kesan tidak melebar


A : Bunyi Jantung III intensitas normal, regular, bising (-)
- Pulmo: Statis (depan dan belakang)
I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri.
P : fremitus raba kanan sama dengan kiri
P : sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler
+
+
suara tambahan ronki/ whizing

11.

+
+

Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi

Abdomen:
: Dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi (-)
: Bising usus meningkat
: hipertimpani
:defence muskuler (-), pembesaran hepar maupun lien (-),
turgor kulit menurun (+).

12. Sistem Collumna Vertebralis:


I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
P : nyeri tekan (-)
P : Nyeri ketuk costo vertebralis (-)
13. Ektremitas: palmar eritema(-/-)
akral dingin

oedem

ulkus

14. Sistem genetalia: dalam batas normal


15. Pemeriksaan Neurologik:
Fungsi Luhur

: dalam batas normal

Fungsi Vegetatif : Diare (+)


Fungsi Sensorik :
N N
N N
Fungsi motorik :
K 5
5
T N N

RF

RP

16. Pemeriksaan Psikiatrik:


Penampilan

: sesuai umur, perawatan diri cukup

Kesadaran

: kualitatif tidak berubah ; kuantitatif compos mentis

Afek

: appropriate

Psikomotor

: normoaktif

Proses pikir

: bentuk :realistik

Insight
1.6

isi

:waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)

arus

:koheren

: baik

PEMERIKSAAN PENUNJANG:

Tanggal 15-9-2012
Hematologi:
Item periksa

Hasil pemeriksaan

Nilai normal satuan

Hemoglobin

9,7

12-16

g/dl

Leukosit

11.200

4-10

ribu/mm3

Trombosit

547.000

150-400

ribu/mm

LED

2-20

mm/jam

PCV/HCT

34,3

37-48

Eritrosit

4,83

4,0-5,5

juta/mm3

Hitung jenis eosinofil

1-3

Hitung jenis basofil

0-1

Hitung jenis N.Stab

2-6

Hitung jenis N.Segmen

54

50-70

Hitung jenis lymphosit

29

20-40

Hitung jenis monosit

13

2-8

1.7

RESUME :

Sejak kemarin pagi pasien muntah terus menerus setiap diberi makan dan minum
langsung muntah. Muntah lebih dari 3 kali dalam sehari, yang dimuntahkan sesuai sama
apa yang dimakan dan diminum. Pasien juga ada batuk berdahak, namun dahaknya susah
buat keluar. Setiap batuk langsung muntah juga. Pada saat itu langsung di bawa ke bidan.
Pada malam hari muntahnya lebih dari 5 kali. Nafsu makan pasien masih baik, dan pada
malam harinya pasien mulai demam terus menerus sehingga pasien langsung di bawa ke
RSI dan di beri obat penurun panas yaitu sanmol oleh dokter IGD demamnya turun.
Tadi pagi pasien diare lebih dari 2x, diare cair namun masih ada ampasnya. Dari
pemeriksaam fisik didapatkan keadaan umum cukup baik, compos mentis (GCS:456),
status gizi baik. Pada mata didapatkan mata cowong, ubun-ubun cekung, bibir kering
dan pucat, abdomen ada bising usus meningkat, hipertimpani, turgor kulit menurun.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan: leukosit 11.200 (), Trombosit 547.00
(), basofil 3 (), monosit 13 ().
1.8

WORKING DIAGNOSA
Gastroenteritis akut dengan dehidrasi sedang

1.9

DIAGNOSIS BANDING.
1.

Gastroenteritis kronis

2.

GEA Basiler.

3.

GE Persisten.

1.10 DIAGNOSIS HOLISTIK.


An. I yang berusia 9 bulan adalah penderita gastroenteritis yang tinggal satu
rumah dengan orang tuanya. Interaksi dalam keluarga baik.
i Diagnosis dari segi biologis :
Gastroenteritis akut dengan dehidrasi sedang.
ii Diagnosis dari segi psikologis :
Hubungan keluarga di antara dalam satu rumah terjalin dengan baik, begitu
juga dengan tetangga nya juga baik.
iii Diagnosis dari segi sosial :
Orang tua dari penderia kurang bersosialisasai dengan masyarakat sekitar.
1.11 PENATALAKSANAAN DI RUMAH SAKIT

Medikamentosa:
Infus Kaen-3B (14 tpm)
Colistin (1-2 tab 3x/hari)
Sanmol (3x0,8 mg/hari)

puyer

Trifed (3 x 1/6 tab)


Enzyplex (3x1/6 tab)
Sirup Neokaolana (3 x ctk)
Non medikamentosa:
1. Observasi balance cairan

2. Observasi Tanda-Tanda Vital


3. Edukasi: tetap diberikan ASI sedikit-sedikit tapi sering, susu diganti
dengan susu rendah lactose.
4. Nutrisi: anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikitsedikit tapi sering (lebih kurang 6 kali sehari), rendah serat, buahbuahan tetap diberikan terutama pisang.
1.12 PLANNING DIAGNOSA

Kultur feses

Pemeriksaan elektrolit

1.13 FOLLOW UP
Tanggal 15 September 2012
S: muntah (+), diare (+), batuk (+), demam (+)
O: KU baik, composmentis, GCS 456, gizi kesan cukup
Tanda Vital : RR : 28
N: 100 x/menit

S: 37,3c

BB: 7 kg

TB: 65 cm

Status generalis: perut kembung, bising usus meningkat, mata cowong.


Pemeriksaan laboratorium: Leukosit 11.200 (), trombosit 547.000 (),
basofil 3 (), monosit 13 ().
A : Gastroenteritis

10

P : terapi medika mentosa: infus Kaen-3B, 2jam pertama 40 tetes permenit,


kemudian 14 tetes permenit, syr Neokaolana sendok takar,
puyer (colistin, sanmol, trifed, enzyplex), inj ondancentron
2x2 mg.
Tanggal 16 September 2012
S: muntah (+) tapi mulai berkurang, diare (+), batuk (+), demam (+)
O: KU baik, composmentis, GCS 456, gizi kesan cukup
Tanda Vital : RR : 30
N: 102 x/menit

S: 36,4c

BB: 7 kg

TB: 65 cm

Status generalis: perut kembung, bising usus meningkat, mata cowong.


A : Gastroenteritis
P : terapi medika mentosa: infus Kaen-3B, 2jam pertama 40 tetes permenit,
kemudian 14 tetes permenit, syr Neokaolana sendok takar,
puyer (colistin, sanmol, trifed, enzyplex), inj cefotaxin
2x200 mg, ondancentron 2x2 mg.
Tanggal 17 September 2012
S: muntah (-), diare (+), batuk (-), demam (-)
O: KU baik, composmentis, GCS 456, gizi kesan cukup
Tanda Vital : RR : 32
N: 100 x/menit

S: 36c

BB: 7 kg

TB: 65 cm

Status generalis: perut kembung, bising usus meningkat.


A : Gastroenteritis
P : terapi medika mentosa: infus Kaen-3B, 2jam pertama 40 tetes permenit,
kemudian 14 tetes permenit, syr Neokaolana sendok takar,
puyer (colistin, sanmol, trifed, enzyplex, biodiar), inj
cefotaxin 2x200 mg, ondancentron 2x2 mg.
Tanggal 18 September 2012
S: muntah (-), diare (-), batuk (-), demam (-)

11

O: KU baik, composmentis, GCS 456, gizi kesan cukup


Tanda Vital : RR : 30
N: 100 x/menit

S: 35,4c

BB: 7 kg

TB: 65 cm

Status generalis: perut kembung (-), bising usus normal.


A : Gastroenteritis
P : terapi medika mentosa: infus Kaen-3B, 2jam pertama 40 tetes permenit,
kemudian 14 tetes permenit, syr Neokaolana sendok takar,
puyer (colistin, sanmol, trifed, enzyplex, biodiar), inj
cefotaxin 2x200 mg, ondancentron 2x2 mg.
Pasien sudah boleh pulang.
1.14 FLOW SHEET
Nama

: An. I

Diagnosis : Gastroenteritis.
No
1

Tanggal
15-9-2012

Vital sign
BB/TB
N : 100 x/mnt 7/65
RR: x/mnt

BMI

Keluhan
Rencana
Muntah, diare, Terapi
batuk, demam.

S : 37, 3c
2

16-9-2012

N :102 x/mnt

terapi nonmedika
7/65

RR: x/mnt

17-9-2012

18-9-2012

medikamentosa,

mentosa (diet)
Muntah, diare, Terapi
batuk, demam.

medikamentosa,

S : 36,4c

terapi nonmedika

N : 100 x/mnt 7/65

mentosa (diet)
Terapi

Diare

RR: x/mnt

medikamentosa,

S : 36c

terapi nonmedika

N : 100 x/mnt 7/65

Keluhan

mentosa (diet)
Terapi

RR: x/mnt

berkurang

medikamentosa,

S : 35,4c

semua

terapi non medika


mentosa (diet).

12

Pasien boleh pulang.


1.15 PROGNOSIS
Prognosis pasien dengan gejala muntah, diare, tergantung pada derajat
dehidrasi dan penatalaksanaan dehidrasi, etiologi penyakit yang menyebabkan
muntah. Pada pasien prognosis bagus karena dapat terehirdasi dengan cepat.

BAB II
IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA
2.1

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal dalam Satu Rumah

No

Nama

Status

L/P

Umur Pendidikan Pekerjaan

Pasien

Ket

Klinik
1.

Tn. P

suami

24 th

S1

Guru

2.

Ny. M

Istri

21 th

SMA

IRT

3.

An. I

Anak

9 bln

TK

Bentuk Keluarga
2.2

: Nuclear Family

FUNGSI HOLISTIK
1. Fungsi Biologis

Keluarga terdiri atas suami-istri dengan 1 orang anak nya.

Pasien GEA

13

2. Fungsi Psikologis

Hubungan keluarga di antara dalam satu rumah terjalin dengan baik, terbukti
dengan adanya komunikasi antar anggota keluarga.
3. Fungsi Sosial :
Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat,
hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Hubungan orang tua pasien dengan
masyarakat sekitar baik, namun pasien tidak mengikuti acara rutin di daerah nya.
Kesimpulan:
Hubungan kelurga Tn. N berjalan baik semua komunikasi antar anggota keluraga
baik dengan lingkungan rumah (tetangga) juga baik.

2.3

FUNGSI FISIOLOGIS
APGAR Terhadap Keluarga

Tn. P

Ny. M

Saya puas bahwa saya dapat


kembali ke keluarga saya bila saya
A

menghadapi masalah
Saya puas dengan cara keluarga

saya membahas dan membagi


masalah dengan saya
Saya puas dengan cara keluarga
saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan

kegiatan baru atau arah hidup yang


baru
Saya puas dengan cara keluarga

An. I

14

saya

mengekspresikan

kasih

sayangnya dan merespon emosi

saya seperti kemarahan, perhatian

10

10

dll
Saya puas dengan cara keluarga
saya dan saya membagi waktu
R

bersama-sama

APGAR skore kelurga Tn. N= 10+10 = 20:2 = 10 Fungsi Fisiologis Baik.


Skoring :

2.3

Hampir selalu

: 2 poin

Kadang kadang

: 1 poin

Hampir tak pernah : 0 poin

FUNGSI PATOLOGIS DENGAN ALAT SCREEM


SCREEM
SUMBER
Social
Cultural

PATHOLOGY
KET
Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga
dengan saudara dan masyarakat sekitar.
Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini

dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik, banyak tradisi


budaya yang masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara

yang bersifat hajatan. Menggunakan bahasa jawa dan


Religius

Indonesia, tata krama dan kesopanan


Pemahaman terhadap ajaran agama cukup, demikian juga
dalam ketaatannya dalam beribadah.
Ekonomi keluarga ini termasuk perekonomian menengah

Economy

kebawah. Pendapatannya sudah mencukupi untuk standard

hidup layak sehari hari, namun pada saat sakit pasien


mengalami masalah sama perekonomiannya.

15

Educatio
n
Medical

Tingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga ini cukup baik,


dimana Tn. P merupakan lulusan S1.

Keluarga ini belum menganggap pemeriksaan rutin kesehatan


sebagai kebutuhan, akan tetapi pasien jika merasa sakit,

pasien mencari pelayanan dokter terdekat.


Kesimpulan :
Hubungan kelurga Tn. P baik-Baik semua, namun pemahaman agama pada
orang tua pasien kurang dimana ibu pasien yang awalnya islam kemudian menikah
mengikuti agama suaminya, dan kedua orang tua pasien jarang mengikuti ibadah
sesuai sama agamanya. Selain itu juga pada perekonomian ayah pasien sudah merasa
cukup namun pada saat anak nya sakit keuangannya menjadi kurang.
2.4

GENOGRAM :

Keterangan:
Laki- laki
Perempuan
Tn. P

Ny.
M

meninggal
Pasien

2.5 INFORMASI POLA INTERAKSI:

Diagram pola interaksi keluarga Tn. N

Tn. P

Ny. M

An.I

16

Keterangan :
Hubungan baik
Kesimpulan :
Hubungan antara anggota keluarga di kelurga ini baik.

BAB III
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
3.1

Identifikasi faktor perilaku keluarga


1. Pengetahuan
Keluarga mempunyai pengetahuan yang cukup baik tentang kesehatan karena
tingkat pendidikannya cukup baik. Menurut pendapat Tn. P yang dimaksud
kondisi sehat adalah suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa, sehingga bisa
melakukan aktivitasnya dengan baik.
2. Sikap
Keluarga ini peduli terhadap kesehatan penderita. Selama pasien sakit anggota
keluarga yang lain ikut menjaga dan memperhatikan kesehatan pasien.
3. Tindakan
Keluarga pasien mengantarkan An. I berobat ke bidan dekat rumah pada saat
pasien mulai ada tanda-tanda sakit, setelah dibawa ke bidan dekat rumah
keluhan masih menetap. Keluarga pasien langsung membawa pasien ke rumah
sakit terdekat untuk mendapat pertolongan lebih lanjut.

3.2

Identifikasi faktor non perilaku


1. Lingkungan
Rumah yang dihuni keluarga ini cukup baik. Rumah pasien sudah
merupakan rumah yang sudah memenuhi standar kesehatan. Luas bangunan

17

cukup besar, ada halaman depan, pencahayaan cukup, ventilasi cukup.


Sumber air keluarga ini berasal dari PDAM, kamar mandi dan jamban
sudah ada. Air minum yang digunakan memakai air Aqua.
2. Pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, praktek, dokter, apotik, dan lain
sebagainya tergolong dekat dengan rumah keluarga Tn. P, sehingga keluarga
mudah mendapatkan pelayanan medis yang baik dan tepat. Keluarga pasien
memperhatikan kesehatan antar keluarganya apabila ada yang sakit
langsung dibawa berobat.
3. Keturunan
Tidak ada penyakit keturunan

Lingkungan : rumah
cukup memenuhi syarat
kesehatan

Pengetahuan:
keluarga cukup
memahami penyakit
penderita
Sikap: keluarga cukup
peduli terhadap
penyakit penderita

Keluarga Tn.
Ny. N
T
Keluarga
Keluarga Tn.
Ny. N
T
Keluarga

Tindakan: keluarga
mengantarkan An.I
untuk berobat

Keturunan : tidak ada


penyakit keturunan

Pelayanan Kesehatan :
Jika sakit Tn. P ke
dokter praktek

Faktor Perilaku
Faktor Non Perilaku

Kesimpulan :

Faktor perilaku keluarga berpengaruh positif terhadap kesehatan An.I karena

pengetahuan keluarga tentang kesehatan cukup baik.


Faktor non-perilaku keluarga berpengaruh positif terhadap kesehatan An.I.

18

BAB IV
IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH
4.1

Lingkungan Luar Rumah


Keluarga tinggal di sebuah rumah kos berukuran 56 m2 yang berdempetan

dengan rumah tetangganya. Dimana harus berbagi fasilitas umum bersama anggota
kos yang lain. Tidak memiliki pekarangan rumah. Saluran pembuangan limbah sudah
tersalur ke got. Pembuangan sampah di rumah diangkut oleh petugas kebersihan.
4.2

Lingkungan Dalam Rumah


Dinding rumah terbuat dari batu bata yang di cat, sedangkan lantai rumah sudah

menggunakan keramik. Rumah ini terdiri dari lima ruangan yaitu ruang tamu, 2
kamar tidur, satu dapur dan satu kamar mandi. Rumah ini hanya mempunyai satu
pintu untuk keluar masuk (di bagian depan) serta dua jendela kaca. Keluarga ini
sudah mempunyai fasilitas MCK keluarga dan fasilitas air dari PDAM. Ventilasi
udara masih kurang karena hanya tedapat 2 jendela di depan saja.
4.3

DENAH RUMAH

19

7m

Dapur dan
tempat
mencuci

kamar

Kamar
mandi

kamar
8m

Ruang
Keluarga +
Tamu

4.4

DAFTAR MASALAH
a. Masalah medis
1. Gastroenteritis ec
b. Masalah non medis
1. Status perekonomian menengah kebawah.
c. Diagram permasalahan

20

BAB V
PEMBAHASAN
5.1 GASTROENTERITIS AKUT
A. Definisi

21

Gastroenteritis adalah kondisi dengan karakteristik adanya muntah dan diare


yang disebabkan oleh infeksi, alergi atau keracunan zat makanan ( Marlenan
Mayers,1995 ).
B. Patofisiologi
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus,
Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella,
Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium).
Beberapa mikroorganisme

patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel,

memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat


pada dinding usus pada gastroenteritis akut.
Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu klien ke klien yang
lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan
minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga
usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi
rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan
sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat
kemudian terjadi diare. Gangguan motilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik
dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit
(dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolik dan
hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan
gangguan sirkulasi darah.

22

C. Gejala Klinis
a. Diare.
b. Muntah.
c. Demam.
d. Nyeri abdomen
e. Membran mukosa mulut dan bibir kering
g. Kehilangan berat badan
h. Tidak nafsu makan
i. Badan terasa lemah
cholera
shigella
Akut, usia >2th, Pada umumnya
vomit-diare

usia <2th

salmonela
Bau
seperti

virus
Jarang
sampai

Amoeba
Tampak tidak
sakit

23

Jarang panas

Klasik: tampak
sakit

Klasik:

telur
busuk

berat
Yang

ringan

menonjol

febris /

jarang

muntah.

mula-mula

kejang, BAB

dehidrasi.

sehat langsung

cair+darah.

akutcepat,

berat/lemas,

dehidrasi

BAB lama,
keluar hanya
lendir+darah,
Dehidrasi
Febris.

BAB mancur
seperti kran
Feces bau amis
sekali, seperti
cucian beras

D. Komplikasi
a. Dehidrasi
b. Renjatan hipovolemik
c. Kejang
d. Bakterimia
e. Mal nutrisi
f. Hipoglikemia
g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

E. Tingkat Dehidrasi Gastroenteritis


a. Dehidrasi Ringan
Kehilangan cairan 2 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor
kulit kurang elastis, suara serak, klien belum jatuh pada keadaan syok.
b. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor
kulit jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan dalam.
c. Dehidrasi Berat

24

Kehilangan cairan 8 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti


tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis
sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.
F. Penatalaksanaan Medis
a. Pemberian cairan.
b. Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada klien dengan tujuan
penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :

Memberikan asi.

Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin,

mineral dan makanan yang bersih.


a. Obat-obatan
G. Pemberian cairan, pada klien Diare dengan memperhatikan derajat
dehidrasinya dan keadaan umum
a. Cairan per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral berupa
cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan Glukosa, untuk Diare akut diatas
umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/l
dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin yang
diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan dirumah
sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.
b. Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat
badan atau ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai
dengan umur dan berat badannya.
1. Dehidrasi ringan.
1jam pertama 25 50 ml / Kg BB / hari, kemudian 125 ml / Kg BB / oral
2. Dehidrasi sedang.
1jam pertama 50 100 ml / Kg BB / oral, kemudian 125 ml / kg BB / hari.
3. Dehidrasi berat.
Untuk anak umur 1 bulan 2 tahun dengan berat badan 3 10 kg

25

1 jam pertama : 40 ml / kg BB / jam = 10 tetes / kg BB / menit (infus set 1 ml


= 15 tetes atau 13 tetes / kg BB / menit.
7 jam berikutnya 12 ml / kg BB / jam = 3 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml
= 20 tetes ).
16 jam berikutnya 125 ml / kg BB oralit per oral bila anak mau
minum,teruskan dengan 2A intravena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg
BB / menit.
Untuk anak lebih dari 2 5 tahun dengan berat badan 10 15 kg.
- 1 jam pertama 30 ml / kg BB / jam atau 8 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml
= 15 tetes ) atau 10 tetes / kg BB / menit ( 1 ml = 20 tetes ).
- 7 jam kemudian 127 ml / kg BB oralit per oral,bila anak tidak mau minum
dapat diteruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg
BB / menit.
Untuk anak lebih dari 5 10 tahun dengan berat badan 15 25 kg.
-1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml
= 20 tetes ).
-16 jam berikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral.
c. Diatetik ( pemberian makanan ).
Terapi diatetik adalah pemberian makan dan minum khusus kepada klien
dengan tujuan meringankan, menyembuhkan serta menjaga kesehatan klien.
Hal hal yang perlu diperhatikan :

Memberikan ASI

Memberikan bahan makanan yang mengandung cukup kalori,protein,mineral

dan vitamin, makanan harus bersih.


d. Obat-obatan.
Obat anti sekresi.
Obat anti spasmolitik.
Obat antibiotik.
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium.

26

Pemeriksaan tinja.
Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau
astrup, bila memungkinkan.
Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
b. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik
atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.

5.2 DEHIDRASI
A. Definisi
Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air dalam
tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan
(contoh: minum). Dehidrasi dapat berupa :
1. Hilangnya air lebih banyak dari zat natrium (dehidrasi hipertonik),
2. Hilangnya air dan zat natrium dalam jumlah yang sama (dehidrasi isotonik),
3. Hilangnya zat natrium yang lebih banyak dari pada air (dehidrasi hipotonik).
Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbangan
zat elektrolit tubuh. Namun karena mekanisme yang terdapat pada tubuh manusia
sudah sangat unik dan dinamis maka tidak setiap kehilangan cairan akan
menyebabkan tubuh dehidrasi.
Beberapa mekanisme bekerja sama untuk mempertahankan keseimbangan
cairan dalam tubuh. Salah satu yang terpenting adalah mekanisme haus. Jika tubuh
memerlukan lebih banyak air, maka pusat saraf di otak dirangsang sehingga timbul
rasa haus. Rasa haus akan bertambah kuat jika kebutuhan tubuh akan air meningkat,
mendorong seseorang untuk minum dan memenuhi kebutuhannya akan cairan.
Mekanisme lainnya untuk mengendalikan jumlah cairan dalam tubuh
melibatkan kelenjar hipofisa di dasar otak. Jika tubuh kekurangan air, kelenjar
hipofisa akan mengeluarkan suatu zat ke dalam aliran darah yang disebut hormon
antidiuretik. Hormon antidiuretik merangsang ginjal untuk menahan air sebanyak
mungkin.
Jika tubuh kekurangan air, ginjal akan menahan air yang secara otomatis
dipindahkan dari cadangan dalam sel ke dalam aliran darah untuk mempertahankan

27

volume darah dan tekanan darah, sampai cairan dapat digantikan melalui penambahan
asupan cairan. Jika tubuh kelebihan air, rasa haus ditekan dan kelenjar hipofisa hanya
menghasilkan sedikit hormon antidiuretik, yang memungkinkan ginjal untuk
membuang kelebihan air melalui air kemih.
A. KLASIFIKASI DEHIDRASI
Berdasarkan klasifikasi dehidrasi WHO, maka dehidrasi dibagi tiga menjadi
dehidrasi ringan, sedang, atau berat.
1. Dehidrasi Ringan (jika penurunan cairan tubuh 5 persen dari berat badan)
Gejala :
Muka memerah

Rasa sangat haus


Kulit kering dan pecah-pecah
Volume urine berkurang dengan warna lebih gelap dari biasanya
Pusing dan lemah
Kram otot terutama pada kaki dan tangan
Kelenjar air mata berkurang kelembabannya
Sering mengantuk
Mulut dan lidah kering dan air liur berkurang

2. Dehidrasi Sedang (jika penurunan cairan tubuh antara 5-10 persen dari berat
badan)
Gejala:
Gelisah, cengeng
Kehausan
Mata cekung
Kulit keriput, misalnya kita cubit kulit dinding perut, kulit tidak segera

kembali ke posisi semula.


Tekanan darah menurun
Pingsan
Kontraksi kuat pada otot lengan, kaki, perut, dan punggung
Kejang
Perut kembung
Gagal jantung
Ubun-ubun cekung
Denyut nadi cepat dan lemah

3. Dehidrasi berat (jika penurunan cairan tubuh lebih dari 10 persen dari berat
badan)

28

Gejala:
Berak cair terus-menerus
Muntah terus-menerus
Kesadaran menurun, lemas luar biasa dan terus mengantuk
Tidak bisa minum, tidak mau makan
Mata cekung, bibir kering dan biru
Cubitan kulit baru kembali setelah lebih dari 2 detik
Kesadaran berkurang
Tidak buang air kecil
Tangan dan kaki menjadi dingin dan lembab
Denyut nadi semakin cepat dan lemah hingga tidak teraba
Tekanan darah menurun drastis hingga tidak dapat diukur
Ujung kuku, mulut, dan lidah berwarna kebiruan
Tidak kencing 6 jam atau lebih/frekuensi buang air kecil
berkurang/kurang dari 6 popok/hari.
Kadang-kadang dengan kejang dan panas tinggi
B. FAKTOR PENYEBAB DEHIDRASI
Ada 3 hal yang dapat menyebabkan dehidrasi:
1. Pemasukan cairan yang kurang.
Setiap harinya tubuh manusia memerlukan cairan, baik melalui makanan
ataupun minuman. Tubuh kita tidak hanya membutuhkan cairan tetapi juga
elektrolit seperti natrium, kalium, dan lain-lain. Apabila pemasukan cairan
kurang, maka dapatterjadi dehidrasi.
2. Pengeluaran cairan yang berlebihan.
Pengeluaran cairan yang berlebihan juga dapat menimbulkan dehidrasi.
Pada keadaan normal, setiap harinya bayi dan anak mengeluarkan cairan
dalam bentuk keringat, urin, tinja.
3. Karena sebab lain.
Anak juga bisa mengalami dehidrasi akibat demam tinggi karena infeksi.
Demam menyebabkan tubuh mengeluarkan banyak keringat. Pada
keadaan-keadaan lainnya seperti diabetes atau gangguan ginjal, dehidrasi
juga dapat terjadi.
C. MENGEMBALIKAN CAIRAN TUBUH YANG HILANG
Untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang, kita harus banyak minum
minimal 8 gelas ( 2 liter ) air setiap hari yang bisa didapat dari :
Air putih yang higienis/ air mineral

29

Air putih mengandung beberapa zat penting untuk tubuh seperti oksigen,

magnesium, sulfur, dan klorida.


Air berion
Air berion tidak hanya menghilangkan dahaga melainkan juga berfungsi
sebagai sumber energi seperti halnya karbohidrat, lipid, dan protein. Air
berion bekerja sebagai perantara dalam reaksi-reaksi biokimia dan berperan
dalam proses metabolisme tubuh sehingga dapat mengembalikan kesegaran

otot tubuh setelah beraktivitas mengeluarkan keringat dengan cepat.


Jus buah
Selain rasanya nikmat dan segar, jus buah mengandung beragam vitamin
dan mineral yang menyehatkan. Menurut penelitian, jus jambu biji
mengandung vitamin C sebanyak 3-6 kali lebih tinggi dibandingkan jus
jeruk, 10 kali lebih tinggi dibandingkan pepaya, dan 10-30 kali lebih tinggi
dibanding pisang.Prinsip utama pengobatan dehidrasi adalah penggantian
cairan. Penggantian cairan ini dapat berupa banyak minum. Bila dengan
cara minum gagal, maka dilakukan pemasukan cairan melalui infus.
Keputusan menggunakan cairan infus sangat bergantung pada kondisi
pasien berdasarkan pemeriksaan dokter.
Keberhasilan penanganan dehidrasi dapat dilihat dari produksi kencing.

Penggunaan obat-obatan diperlukan untuk mengobati penyakit yang merupakan


penyebab dari dehidrasi seperti diare, muntah, dan lain-lainnya. Penderita diare
dan muntah-muntah dapat diberikan pengobatan awal untuk mencegah
kehilangan cairan yang lebih lanjut. Obat-obatan ini terutama untuk mengurangi
gejala yang terjadi. Obat penurun panas dapat diberikan untuk menurunkan
suhu tubuh.
Penderita diberikan minum sebanyak mungkin dengan cara bertahap,
tetapi frekuensinya ditingkatkan. Jika dengan tindakan di atas, gejala dehidrasi
tidak membaik atau bertambah buruk, segeralah menuju rumah sakit terdekat
untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Untuk dehidrasi ringan yang diperlukan hanya minum air putih biasa.
Tetapi jika terjadi kehilangan air dan elektrolit, garam juga harus diberikan,
terutama natrium dan kalium.

30

Minuman yang diperjualbelikan (misalnya Gatorade), telah diracik


sedemikian rupa untuk menggantikan garam (elektrolit) yang hilang setelah
melakukan latihan berat. Minuman ini juga bisa digunakan untuk mencegah
dehidrasi atau untuk mengobati dehidrasi ringan. Hal ini juga bisa diatasi
dengan minum sejumlah cairan dan mengkonsumsi sedikit garam selama atau
setelah latihan.
Orang-orang yang memiliki masalah jantung atau ginjal, harus terlebih
dulu melakukan konsultasi dengan dokternya mengenai penggantian cairan
yang aman sebelum melakukan latihan. Bila tekanan darah sangat menurun
sehingga terjadi syok, untuk mengatasinya biasanya diberikan larutan yang
mengandung natrium klorida intravena. Pada awalnya cairan intravena
diberikan dengan cepat dan kemudian diperlambat sejalan dengan perbaikan
keadaan fisik penderita.
Penyebab yang mendasari dehidrasi selalu diatasi. Misalnya bila
seseorang menderita diare, selain diberikan cairan pengganti juga diberikan
obat untuk mengobati atau menghentikan diare. Jika ginjal terlalu banyak
mengeluarkan air karena terjadi kekurangan hormon antidiuretik (seperti yang
bisa terjadi pada penderita diabetes insipidus), diberikan pengobatan hormon
antidiuretik jangka panjang.
Jika penyebab dehidrasi berhasil diatasi, dilakukan pemantauan terhadap
penderita untuk memastikan asupan cairan per-oralnya cukup untuk
mempertahan hidrasi.
D. PENCEGAHAN

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan orangtua maupun guru, antara lain:
Biasakan anak minum teratur setiap hari, terutama bila dia banyak beraktivitas
paling tidak 8 gelas sehari. Anda dapat memberinya dalam bentuk kombinasi
aneka jenis cairan, seperti jus buah, buah segar, sup, dan lain-lain.
Berilah minuman sebelum anak mulai beraktivitas, seperti bermain di
halaman dan tetaplah beri minuman, sekalipun dia tidak begitu haus.
Jangan beri anak minuman yang mengandung kafein, misalnya es teh dan
minuman jenis softdrink yang mengandung soda, terutama ketika ia sedang
giat-giatnya beraktivitas dan banyak mengeluarkan keringat. Kafein dapat

31

menambah beban pada aliran darah. Akibatnya, darah jadi kental dan

produksi keringat pun berkurang.


Bila udara panas dan cuaca terik, ingatkan anak yang sedang asyik bermain
untuk menghentikan aktivitasnya sejenak di tempat yang sejuk sambil
mengonsumsi berbagai cairan.

Anak yang mengalami dehidrasi dengan gangguan gastroenteritis maka


sebaiknya berikan minuman khusus yaitu cairan rehidrasi oral (ORS) yang
mangandung kombinasi gula dan garam.

Beri pertolongan pertama, berupa larutan oralit, bila balita muntah atau diare
Jika memungkinkan, aturlah jadwal kegiatan atau aktifitas fisik yang sesuai
dengan kondisi lingkungan. Jangan melakukan aktifitas berlebihan pada
siang hari.

Setelah anak rehidrasi, kembali ke pola makan normal, tapi tetap hindari
makanan berlemak dan minuman jus/bersoda.

Jangan terpengaruh dengan mitos penangan dehidrasi dengan berpuasa selama


lebih dari 24 jam dan menggantinya dengan diet khusus (pisang, buah, jus
apel, dan roti bakar).

Jangan berikan sembarang obat.

Bila dehidrasi masih berlanjut maka segera bawa ke dokter.

32

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN KOMPREHENSIF
6.1

Kesimpulan holistik
Diagnose holistic: An. I (9 bulan) adalah penderita GEA dengan dehidrasi

sedang, tinggal dalam Nuclear Family dengan kondisi keluarga yang harmonis. Status
perekonomian pasien cukup dalam kebutuhan sehari-hari. Lingkungan keluarga yang
cukup sehat dan merupakan anggota masyarakat biasa dalam kehidupan
kemasyarakatan yang mengikuti beberapa kegiatan dilingkungannya.
1. Segi biologis
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
didapatkan hasil, bahwa An. I (9 bulan) adalah penderita GEA dengan
dehidrasi sedang, tinggal di lingkungan yang cukup memenuhi kesehatan.
2. Segi sikologis
Keluarga An. I memiliki APGAR score 10 menunjukkan hubungan antar
keluarga yang baik. Diantara keluarga apabila ada salah satu anggota
keluarga yang sakit semua saling memperhatikan.
3. Segi social
Keluarga pasien merupakan anggota masyarakat biasa yang jarang
mengikuti acara di lingkungannya, namun hubungan antar tetangga baik.
6.2

Saran komprehensif

33

1.

Promotif :
Mengadakan penyuluhan tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan,
mendeteksi dini tentang penyakit GEA (gejala klinis, penyebabnya, komplikasi,
penanggulangan)

2.

Preventif :
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan orang tua maupun guru, antara lain:
Biasakan anak minum teratur setiap hari, terutama bila dia banyak beraktivitas
paling tidak 8 gelas sehari. Anda dapat memberinya dalam bentuk kombinasi
aneka jenis cairan, seperti jus buah, buah segar, sup, dan lain-lain.
Berilah minuman sebelum anak mulai beraktivitas, seperti bermain di
halaman dan tetaplah beri minuman, sekalipun dia tidak begitu haus.
Jangan beri anak minuman yang mengandung kafein
Bila udara panas dan cuaca terik, ingatkan anak yang sedang asyik bermain
untuk menghentikan aktivitasnya sejenak di tempat yang sejuk sambil
mengonsumsi berbagai cairan.

Anak yang mengalami dehidrasi dengan gangguan gastroenteritis maka


sebaiknya berikan minuman khusus yaitu cairan rehidrasi oral (ORS) yang
mangandung kombinasi gula dan garam.

Beri pertolongan pertama, berupa larutan oralit, bila balita muntah atau diare
Jika memungkinkan, aturlah jadwal kegiatan atau aktifitas fisik yang sesuai
dengan kondisi lingkungan. Jangan melakukan aktifitas berlebihan pada
siang hari.

Setelah anak rehidrasi, kembali ke pola makan normal, tapi tetap hindari
makanan berlemak dan minuman jus/bersoda.

Jangan terpengaruh dengan mitos penangan dehidrasi dengan berpuasa selama


lebih dari 24 jam dan menggantinya dengan diet khusus (pisang, buah, jus
apel, dan roti bakar).

3.

Jangan berikan sembarang obat.

Bila dehidrasi masih berlanjut maka segera bawa ke dokter.

Kuratif
Infus

34

Kaen-3B (11 tetes/menit)


Per-oral
Colistin (1-2 tab 3x/hari)
Sanmol (3x0,8 mg/hari)
Trifed (3 x 1/6 tab)
Enzyplex (3x1/6 tab)
Sirup Neokaolana (3 x ctk)
4. Rehabilitatif

Rehabilitatif bertujuan untuk meminimalisir terjadinya komplikasi


1. Observasi balance cairan
2. Observasi Tanda-Tanda Vital
3. Edukasi: tetap diberikan ASI sedikit-sedikit tapi sering, susu diganti
dengan susu rendah lactose.
4. Nutrisi: anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikitsedikit tapi sering (lebih kurang 6 kali sehari), rendah serat, buahbuahan tetap diberikan terutama pisang.

35

DAFTAR PUSTAKA
Halim-Mubin A, 2001. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis &
Terapi. EGC: Jakarta.
Arif mansjoer, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta. Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
American Academy of Pediatrics Propesional commite on Quality improvement
subcommitte o Acute Gastroenteritis Pratice parameter : the management of
acute gastroeneritis in young children Pediatrics. 1996:97:424-35
American Academy of Pediatrics Commite on Nutrition.Use of oral fluid therapy
and post-treatment feeding following enteritis in children in a developed
country. Pediatrics. 1985;75;358-61
CDC.Recommendation and report The Management of Acute Diarrhea in
Children Oral Rehydration, Maintenance,and Nutritional Therapy. 1992
Ahlquist David A, Camilleri M. 2001. Harrisons Principles of Internal Medicine.
15th edition.Braunwald, Fauci, Kasper et all (Editor).
Hendarwanto. 2000. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Sarwono WP (Editor), Balai
Penerbit UI.
Powel Don W: Approach to the patient with diarrhea. 2003. Gastroenterology, 4th
edition. Yamada T (Editor). Limphicot Williams & Wiekeins Philadelphia.
USA.Ilmu Kesehatan Anak. FKUI.

Anda mungkin juga menyukai