Anda di halaman 1dari 18

4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hipertensi
2.1.1. Definisi Hipertensi
Hipertensi menurut JNC (Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure) 7 adalah
peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg dan tekanan
darah sistolik sedikitnya 90 mmHg.12 Hipertensi adalah tekanan darah
arterial tinggi berkisar dari sistol 140 mmHg dan diastol 90 mmHg hingga
setinggi sistol 200 mmHg dan diastol 110 mmHg.13
2.1.2. Etiologi dan Jenis - Jenis Hipertensi
Hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu hipertensi primer dan
hipertensi sekunder. 90-95 % dari pasien hipertensi belum diketahui
penyebab terjadinya peningkatan tekanan darah yang mereka alami
sehingga hipertensi ini disebut hipertensi primer.14 Sedangkan hipertensi
sekunder merupakan hipertensi yang terjadi akibat penyakit yang lain,
misalnya hipertensi renal, hipertensi hormonal, dan hipertensi neurogenik.5
Pada hipertensi renal, gagal ginjal kronis menjadi penyebab tersering
terjadinya hipertensi sekunder. Hipertensi terjadi pada hampir 85% dari
pasien dengan gagal ginjal kronis. Mekanisme yang menyebabkan
hipertensi yaitu volume plasma yang besar dan vasokontriksi perifer yang
diakibatkan oleh aktivasi dua jalur vasokonstriktor ( renin angiotensin
dan system saraf simpatis) dan penghambatan jalur vasodilator (nitric
oxide).14 Hipertensi hormonal dapat terjadi akibat dari sindrom
adrenogenital,

hiperaldosteronisme

primer,

sindroma

cushing,

peokromositoma, dan akibat penggunaan pil kontrasepsi. Pada sindroma

adrenogenital pembentukan kortisol di korteks adrenal akan dihambat


sehingga pelepasan hormone adenokortikotropik menjadi lebih banyak.

Akibatnya, precursor mineralokortikoid aktif kortisol dan aldosteron,


misalnya 11-deoksikortikosteron (DOC), akan dilepaskan dalam jumlah
yang berlebihan. Hal ini dapat menimbulkan retensi Na+ sehingga
meningkatkan volume cairan ekstrasel dan curah jantung.4 Sedangkan
hipertensi neurogenik dapat terjadi akibat ensefalitis, edema serebri, atau
tumor otak yang dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah melalui
perangsangan system saraf simpatis di saraf pusat.4
2.1.3. Klasifikasi Tekanan Darah
Menurut JNC 7, tekanan darah dikategorikan menjadi 4 yaitu normal
(tekanan Sistolik <120mm Hg dan tekanan diastolic <80mm Hg),
prehipertensi (tekanan sistolik 120 139 mm Hg dan tekanan diastolik 80
89 mm Hg), hipertensi derajat 1 (tekanan sistolik 140 159 mm Hg dan
tekanan diastolic 90 99 mm Hg), dan hipertensi derajat 2 (tekanan
sistolik > 160 mm Hg dan tekanan diastolik > 100 mm Hg).12
2.1.4. Patofisiologi Hipertensi
Pada ginjal, renin yang dihasikan akan disimpan dalam bentuk
inaktif di dalam sel jukstaglomerular. Ketika tekanan arterial menurun
reaksi intrinsik dalam ginjal menyebabkan banyak molekul prorenin
membelah dan melepaskan renin. Renin yang merupakan suatu enzim
bereaksi dengan suatu globulin yaitu angiotensinogen untuk melepaskan
10-asam amino peptide yaitu angiotensin 1.15
Angiotensin 1 merupakan vasokonstriktor lemah yang tidak cukup
kuat untuk merubah fungsi sirkulasi. Setelah angiotensin 1 terbentuk, dua
asam amino peptide melepaskan diri sehingga menjadi 8asam amino
peptide atau yang disebut angiotensin II. Konversi tersebut terjadi di paruparu melalui pembuluh darah dan dikatalisis oleh ACE (Angiotensin
Converting Enzyme) yang terdapat pada endotel paru paru. Beberapa
jaringan seperti ginjal dan pembuluh darah juga memiliki ACE sehingga
dapat membentuk angiotensin II secara lokal.15
Angiotensin II merupakan vasokonstriktor kuat sehingga dapat
mempengaruhi fungsi sirkulasi. Selama dalam sirkulasi, angiotensin II

memiliki dua peranan dalam meningkatkan tekanan arterial. Peranan yang


pertama,

angiotensin

II

menyebabkan

vasokonstriksi

arteriol.

Vasokontriksi arteriol menyebabkan resistensi perifer total meningkat


sehingga tekanan arterial ikut meningkat. Peranan yang kedua yaitu
angiotensin II meningkatkan tekanan arterial melalui penurunan ekskresi
garam dan air di ginjal sehingga meningkatkan volume cairan ekstra
seluler.15
Angiotensin II meretensi air dan garam pada ginjal melalui dua cara
yaitu angiotensin II secara langsung mengakibatkan retensi garam dan air
melalui kontriksi dari arteriol pada ginjal sehingga aliran darah berkurang.
Dengan lemahnya aliran darah membuat tekanan kapiler peritubular
menurun

sehingga

meningkatkan

reabsorbsi cairan dari tubulus.

Angiotensin II juga bekerja secara langsung pada sel tubular sehingga


terjadi peningkatan reabsorbsi dari natrium dan air. Selain itu, angiotensin
II menyebabkan kelenjar adrenal memproduksi aldosterone dimana
aldosteron dapat meningkatkan reabsorbsi garam dan air di tubulus ginjal
sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Jadi, kapanpun
angiotensin II beredar pada sirkulasi darah dalam jangka lama dapat
menyebabkan peningkatan tekanan arterial secara otomatis.15 Angiotensin
II juga mempengaruhi pelepasan aldosteron. Ketika angiotensin aktif,
kadar aldosteron juga meningkat sehingga menyebabkan reabsorbsi
natrium pada ginjal dan meningkatkan volume cairan ekstraseluler.15
Pada tubuh manusia yang normal terdapat kompensasi ketika terjadi
peningkatan tekanan darah. Pada sistem saraf simpatis terdapat area
vasodilator yang akan bekerja menghambat aktivitas area vasokonstriktor.
Selain itu terdapat reflek baroreseptor dimana ketika peningkatan tekanan
arterial terjadi, baroreseptor akan mengirimkan sinyal pada saraf pusat
sehingga saraf pusat mengirimkan respon melalui sistem saraf autonom
pada sirkulasi untuk menurunkan tekanan arterial.15 Pada pembuluh darah
sendiri terdapat nitric oxide yang diproduksi oleh endotel yang mampu
bekerja sebagai vasodilator. Namun pada keadaan hipertensi kronis dapat
terjadi kerusakan pada sel endotel pembuluh darah sehingga produksi

nitric oxide menurun sehingga terjadi vasokontriksi pada pembuluh darah


termasuk ginjal dan tekanan darah menjadi meningkat. Sedangkan pada
ginjal sendiri kompensasi tubuh saat tekanan darah meningkat akibat
volume darah berlebih yaitu dengan mengeluarkan kelebihan volume
cairan melalui urin atau yang disebut diuresis. Selain itu, ginjal juga
memiliki sistem renin angiotensin yang dapat mempengaruhi tekanan
darah. Saat tekanan darah pada tubuh meningkat akibat peningkatan cairan
tubuh, produksi renin dan angiotensin akan menurun sehingga retensi air
dan garam oleh ginjal ikut menurun dan menyebabkan penurunan tekanan
arterial. Pada keadaan normal, ginjal akan meningkatkan produksi renin
ketika tekanan darah menurun sehingga tekanan arteri dapat meningkat.15

2.2. DOCA (Deoxycorticosterone Acetate ) dan NaCl 1%


Deoxycorticosterone acetate merupakan bentuk sintetis dari
deoxycorticosteron, yaitu salah satu mineralokortikoid yang normal
disekresikan dalam jumlah yang hampir sama dengan aldosteron namun
hanya memiliki aktifitas mineralokortokoid sebesar 3% dari aldosteron.
Efeknya terhadap metabolisme mineral biasanya diabaikan, tetapi terdapat
beberapa keadaan patologis dimana sekresinya meningkat.16
Sintesis dari Deoxycortiosterone berasal dari pregnenolon.17
Pregnenolon

merupakan

sebuah

hasil

konversi

kolesterol

oleh

peningkatan protein kinase C yang dihasilkan oleh ikatan antara


angiotensin II dengan reseptor Angiotensin I pada zona glomerulosa
melalui protein G untuk mengaktivasi fosfolipase C.16 Pregnenolon
diubah menjadi progesterone oleh dua enzim reticulum endoplasma halus
yaitu 3-hidroksisteroid dehidrogenase (3-OHSD)dan 5,4-isomerase.17
Kemudian
membentuk

progesterone

mengalami

11-Deoxycorticosterone

hidroksilasi

(DOC)

yang

pada

C21

merupakan

mineralokortikoid aktif (sebagai penahan Na ). Pada hidroksilasi


selanjutnya pada C21 membentuk kortikosterone yang memiliki aktifitas
glukokortikoid dan aktifitas mineralokortikoid yang lemah. Pada zona
glumerulosa, reticulum endoplasma halus tidak memiliki 17-hidroksilase

namun

memiliki

18-hidroksilase

mitokondrial.

18-hidroksilase

(aldosteron sintase) bekerja pada kortikosterone membentuk 18hidroksikortikosteron yang akan diubah menjadi aldosteron melalui
konversi 18-alkohol menjadi aldehid.17 Pada pembentukan kortikosteron
dan aldosteron terjadi peningkatan kadar 11-deoksikortikosteron dan
mineralokortikoid

lain

yang

dapat menyebabkan

hipertensi dan

hipokalemi. Aldosteron menyebabkan retensi Na pada cairan ekstra


seluler sehingga volume cairan ekstra seluler meningkat .16
Sedangkan NaCl 1% merupakan larutan garam yang terdiri dari
1000 mg serbuk NaCl dalam 100 ml akuades. Garam yang dikonsumsi
secara berlebihan dapat mempengaruhi cairan ekstraseluler. Peningkatan
asupan garam dapat meningkatkan volume cairan ekstraseluler sehingga
menyebabkan peningkatan tekanan arterial. Selanjutnya, peningkatan
tekanan arterial dapat mengakibatkan peningkatan aliran darah ke ginjal
sehingga tubuh melakukan kompensasi dengan menurunkan sekresi renin.
Penurunan sekresi renin mengakibatkan penurunan retensi air dan garam
oleh ginjal sehingga volume cairan ekstraseluler berangsur menurun dan
tekanan arterial berangsur normal. Namun ketika terjadi gangguan pada
sistem renin angiotensin bersamaan dengan peningkatan asupan garam,
maka akan terjadi peningkatan tekanan arterial.18

2.3. Radikal Bebas


2.3.1 Pengertian dan Jenis Radikal Bebas
Radikal bebas merupakan suatu molekul bebas yang terdiri
dari satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas
sederhana contohnya hidrogen memiliki satu proton dan satu
elektron.19
Radikal bebas memiliki beberapa jenis yaitu Oxygen
centered radicals (merupakan radikal bebas dimana elekton yang
tidak berpasangan terletak pada oksigen) contohnya superoksida
(O2-) dan hidroksil (OH), Sulfur centered radicals contohnya
radikal

Thiyl

(RS),

Carbon

centered

radical

contohnya

triklorometil (CCl3), dan Nitrit oksida (NO) yang merupakan


radikal bebas dimana elektron yang tidak berpasangan lepas dari
dua atom yang berbeda.19
ROS (Reactive Oxygen Species) merupakan istilah yang
digunakan untuk menyebutkan tidak hanya radikal oksigen seperti
(O2-) dan (OH) tapi juga derivat oksigen non radikal seperti
hydrogen

peroksida

(H2O2).

Derivate

oksigen

nonradikal

merupakan suatu agen oksidan dan atau suatu molekul yang lebih
mudah berubah menjadi radikal.19
Tabel 2.1 Jenis ROS19
Radikal

Nonradikal

Superoksida (O2-)

Hidrogen peroksida (H2O2)

Hidroksil (OH)

Asam hipoklorit (HClO)

Peroksil (RO2)

Asam hipobrom (HBrO)

Alkoksil (RO)

Ozon (O3)

Hydroperoksil (HO2)

Singlet oxygen (1g)

2.3.2 Mekanisme Pembentukan Radikal Bebas


Radikal bebas dan molekul reaktif lainnya dibentuk oleh
tubuh melalui berbagai cara. Beberapa radikal bebas terbentuk
akibat dari lepasnya elektron secara langsung dari O2 pada
transport elektron mitokondria membentuk O2-. Ikatan O dan H
air (H2O) pada organisme hidup dapat terpisah sehingga
membentuk OH (radikal hidroksil) dan H. OH yang dibentuk in
vivo merusak apapun yang ada disekitarnya.19 Aktivitas NAD(P)H
Oksidase pada endotel, sel otot polos pembuluh darah atau VSMCs
(Vascular

Smooth

Muscle

Cells)

dapat

pembentukan ROS yaitu anion superoksid (O2-).20

mengakibatkan

10

2.3.3 Hidrogen peroksida dalam tubuh


Pada kondisis biologis, anion superoksid kurang stabil
dalam tubuh sehingga akan cepat direduksi menjadi hidrogen
peroksida (H2O2) oleh SOD. Anion superoksid sulit menembus
membran sel kecuali menembus sel lewat kanal ion. H2O2 memiliki
waktu paruh lebih banyak dan lebih stabil daripada anion
superoksid sehingga sangat mungkin untuk menembus membran
sel. Dalam jumlah normal H2O2 bekerja sebagai vasodilator pada
pembuluh darah tertentu misalnya arteri pada bagian serebral,
arteri koronaria, dan arteri mesenterika.21
H2O2 dapat berdifusi kedalam sel karena struktur kimianya
seperti air. H2O2 juga berfungsi pada proses metabolis seperti
mengaktivasi enzim tiroid peroksidase untuk membentuk hormon
tiroid. Hidrogen peroksida merupakan sinyal molekul intraseluler
seperti mengaktifasi NFB (nuclear factor B) oleh

tumour

necrosis factor (TNF).19 Di bawah kondisi pengaruh


lingkungan, beberapa anion superoksid didismutasi menjadi H2O2
secara langsung atau dengan katalisasi dengan superoxide
dismutase (SOD). Beberapa enzim seperti xantin oksidase, dan
glukosa oksidase, dapat secara langsung membentuk hidrogen
peroksida dengan mendonorkan dua elektron dari oksigen.
Hilangnya

NO

dapat

menambah

pembentukan

hidrogen

peroksida.21
H2O2 kurang begitu reaktif, namun jika molekul tersebut
berikatan dengan ion besi atau ion tembaga akan membentuk
molekul paling reaktif yaitu OH (radikal hidroksil).19 Dengan
adanya logam berat, hidrogen peroksida mengalami reaksi Fenton
untuk membentuk hidroksi radikal yang reaktif.21 Hidroksi radikal
lebih reaktif daripada radikal bebas yang lain dimana molekul ini
dapat menyerang DNA, protein, dan lipid.19

11

2.3.4 Pembentukan hidrogen peroksida pada hipertensi


Pada kondisi hipertensi, pembuluh darah mengalami
peningkatan shear stress and circumferential stretch akibat
peningkatan tekanan dan aliran darah yang berhubungan dengan
peningkatan pembentukan radikal bebas. Salah satu efek
circumferential stretch yaitu pengeluaran angiotensin II endotel
yang diikuti oleh meningkatnya kadar ion superoksid (O2-). Selain
mengeluarkan

angiotensin

II,

circumferential

stretch

juga

mengaktivasi AT1R yang merupakan reseptor angiotensin II.


Aktivasi

AT1R

dapat

meningkatkan

pengaturan

aktivitas

NAD(P)H Oksidase dan meningkatkan produksi ion superoksid.22


Salah satu contoh ROS yaitu ion superoksid dibentuk dari
reduksi atau pelepasan elektron univalen pada oksigen. Reaksi ini
tejadi akibat aktivitas beberapa enzim termasuk NAD(P)H
Oksidase, nitric oxide synthase (NOS),

dan xanthin oxidase.

Meskipun O2- dapat mempengaruhi vaskuler, ion ini juga dapat


berubah menjadi molekul lain seperti peroksinitrit jika berikatan
dengan NO dan menjadi H2O2 jika di dismutasi oleh SOD. H2O2
dapat pula bereaksi dengan logam yang membentuk hidroksi
radikal (OH) melalui reaksi Fenton yang merupakan radikal
dengan

reaktifitas

tinggi,

atau

dapat

dimetabolisme

oleh

myeloperoksidase yang membentuk asam hipoklorit. Reaksi fenton


pada hidrogen peroksida terjadi akibat hydrogen peroksida yang
berikatan dengan ion Fe2+ menghasilkan ion Fe3+, OH-, dan OH.23
Sebenarnya semua tipe sel pada pembuluh darah dapat membentuk
ion superoksid dan hidrogen peroksida.24
NOS (Nitric oxide synthases) membentuk nitric oxide
menggunakan

L-arginin

sebagai

substratnya

melalui

tetrahidrobiopterin (HB4). Jika konsentrasi L-arginin atau HB4


rendah atau

HB4 teroksidasi,

maka

NOS menjadi tidak

berpasangan sehingga membentuk ion O2- dalam jumlah yang


signifikan.

12

Pada hipertensi terjadi aktivitasi NAD(P)H Oksidase yang


dapat menyebabkan oksidasi pada HB4 sehingga NOS endotel
tidak berpasangan dan mengakibatkan peningkatan produksi ion
O2- dalam jumlah besar.7 Seperti yang kita ketahui jika O2didismutasi oleh SOD atau secara langsung dapat membentuk
H2O2 dimana nantinya jika H2O2 berikatan dengan logam berat
akan membentuk radikal hidroksil yang sangat reaktif.19

2.3.5 Efek Hidrogen peroksida terhadap Pembuluh darah dan


Tubuh
Radikal bebas, terutama ROS, dapat mempengaruhi
keadaan pada pembuluh darah. Ion O2- dan molekul H2O2 dapat
menyebabkan apoptosis pada sel endotel pembuluh darah sehingga
dapat

menginduksi

timbulnya

aterogenesis

dan

keadaan

prokoagulasi. Tingginya kadar H2O2 (500 mol/L - 1 mmol / L)


dapat menyebabkan apoptosis sedangkan konsentrasi 100 mol/L
H2O2 dapat menyebabkan terhentinya siklus sel pada siklus G1
dimana pada fase ini terjadi pertumbuhan dan persiapan untuk
replikasi kromosom .24

2.4. Antioksidan
2.4.1. Definisi Antioksidan
Antioksidan merupakan suatu zat yang dapat menstabilkan
radikal bebas sebelum radikal bebas menyerang sel sehingga menjaga
sel tetap optimal. 25

2.4.2. Jenis Antioksidan


Antioksidan didapatkan oleh tubuh baik dari dalam maupun
dari luar tubuh. Antioksidan dalam tubuh misalnya enzim antioksidan
yaitu superoksid dismutase (SOD), gluthation peroxidase, dan
glutation reduktase yang dapat mengkatalisis radikal bebas. Selain
enzim, logam terikat protein dalam tubuh juga dapat mengkatalisis

13

reaksi oksidatif, misalnya ferritin, lactoferrin, albumin, dan


seruloplasmin.25
Sedangkan antioksidan dari luar tubuh didapatkan melalui
makanan misalnya vitamin C atau asam askorbat, tokoferol dan
tokotrienol pada vitamin E, karotenoid, dan fitonutrien lain yang
terdapat pada banyak tanaman yang dapat dikonsumsi.25
Antioksidan

juga

dapat

diklasifikasikan

berdasarkan

terbentuknya yaitu alami atau sintetis. Antioksidan alami misalnya


enzim seperti SOD, katalase, dan gluthation peroxidase. Selain enzim
terdapat pula antioksidan dengan berat molekul kecil yang dapat
dibagi menjadi larut lemak dan larut air. Antioksidan dengan berat
molekul kecil yang larut lemak contohnya tokoferol, karotenoid,
quinon, bilirubin, dan beberapa polifenol. Sedangkan yang larut air
yaitu asam askorbat dan polifenol.26 Senyawa antioksidan fenolik
pada tanaman dibagi menjadi empat kelompok umum yaitu asam
fenolik yang terdiri dari gallic acid, protocathechuic acid, caffeic
acid, and rosmarinic acid, fenolik diterpen yang terdiri asam
karnosol dan karnosik, flavonoid yang terdiri dari quercetin, rutin,
epikatekin, dan katekin, dan minyak atsiri yang terdiri dari eugenol,
carvacrol, thymol, dan menthol. Asam fenolik umumnya bekerja
dengan cara menangkap radikal bebas, sedangkan flavonoid bekerja
sebagai scavenger radical bebas dan pengikat ion logam single
(chelate) seperti ion Fe2+, Fe3+, dan Cu 2+ .27
Antioksidan sintetis merupakan antioksidan yang dibuat
secara kimiawi misalnya BHA (Butylated hydroxyl anisole), BHT
(Butylated hydroxyl toluene), dn TVHQ (Tertiary butylated hydroxyl
quinine).26 Antioksidan sintetis tersebut biasanya dipergunakan pada
industri makanan untuk

mengurangi

oksidasi lipid. Namun

antioksidan sintetis ini tidak digunakan sebagai terapi farmakologis


karena menyangkut toksisitas yang dapat ditimbulkan. Oleh sebab itu
identifikasi dan studi tentang antioksidan dari tumbuhan kini lebih
dikembangkan.26

14

Tabel 2.2 Radikal Bebas dan Antioksidan Penetralisir25


No.

Radikal Bebas

Antioksidan Penetralisir

1.

Radikal hidroksil

Vitamin C, glutation, flavonoid, lipoic acid

2.

Radikal superoksid

Vitamin C, SOD, flavonoid, gluthation

3.

Hidrogen peroksida

Vitamin C, gluthation, beta karoten, vitamin E,


flavonoid, dan lipoic acid

4.

Peroksida lipid

Beta karoten, vitamin E, ubiquinone, flavonoid,


gluthation peroxidase

2.4.3. Cara Kerja Antioksidan terhadap Radikal Bebas


Penurunan radikal bebas dapat dilakukan melalui reaksi
enzimatis maupun non enzimatis.28 Antioksidan merupakan molekul
yang dapat menetralisir radikal bebas dengan menerima atau
mendonorkan

elektron

untuk

menghilangkan

ion

yang

tak

berpasangan. Molekul antioksidan mungkin dapat secara langsung


merusak radikal reaktif, merubah radikal reaktif menjadi kurang aktif
dan sedikit berbahaya dibanding sebelumnya. Sebagai contoh,
beberapa antioksidan memiliki struktur cincin aromatik yang dapat
mengisi elektron yang tidak berpasangan.27
Selain itu, antioksidan dapat mengatur timbulnya radikal
bebas yang berkaitan dengan enzim. Antioksidan dapat menurunkan
kadar radikal bebas sel melalui penghambatan aktivitas atau ekspresi
dari enzim yang menyebabkan radikal bebas misalnya NAD(P)H
oksidase dan xanthin oxidase (XO) atau dengan meningkatkan
aktifitas dan ekspresi dari enzim antioksidan misalnya superoksid
dismutase (SOD), gluthation peroxidase (GPX) dan katalase (CAT).
Enzim antioksidan ini dibentuk oleh tubuh sebagai sarana pertahanan
tubuh terhadap radikal bebas. Sel yang mengandung SOD akan
mengubah dua ion superoksid menjadi hidrogen peroksida dan
oksigen. Juga sel yang memiliki enzim katalase dan atau gluthation
peroxidase dapat merubah hidrogen peroksida sebelum membentuk
reaksi Fenton yang menghasilkan hidroksi radikal yang reaktif.21

15

2.5. Alang-Alang
2.5.1. Taksonomi Alang - Alang
Divisi

: Spermatophyta

Sub Divisi

: Angiospermae

Kelas

: Monocotyledoneae

Bangsa

: Poales

Suku

: Graminae

Marga

: Imperata

Jenis

: Imperata cylindrica Beauv.

Nama umum

: Alang alang

Nama daerah

: Alalang (Minangkabau), Alang-alang (Jawa),


Lalang (Madura), Halalang (Kalimantan)

29

Gambar 2.1 Alang-alang

2.5.2. Morfologi

16

Batang

: Lunak, bulat, pendek, beruas-ruas, pada tiap buku


terdapat rambut, berwarna putih keunguan, tinggi
1-1,5 meter

Daun

: Tunggal, tepi rata, ujung runcing, pangkal


menyempit, panjang + 1 meter, lebar + 1,5 cm,
berwarna hijau

Bunga

: Majemuk, panjang 16-30 cm, benang sari


berjumlah dua, kepala sari putih atau ungu, tangkai
putik berjumlah dua, kepala putik panjang, warna
putih keunguan

Akar

: Serabut, putih kotor

2.5.3. Kandungan Bahan Aktif dan Manfaat Akar Alang Alang


Akar Imperata cylindrica Beauv. mengandung saponin dan
tanin sedangkan daunnya mengandung polifenol.29 Akar alang
alang juga mengandung manitol, glukosa, sakarosa, malic acid, citric
acid, coixol, arundoin, cylindrene, cylindol A, graminone B,
imperanene, stigmasterol, campesterol, betasitosterol, fernenol,
arborinone, arborinol, isoarborinol, simiarenol, dan anemonin.30
Pada sebuah penelitian disebutkan bahwa ekstrak etanol daun alangalang dapat menurunkan tekanan darah dengan mekanisme sebagai
vasodilator pada sel otot polos pembuluh darah.31
Selain itu, pada penelitian yang dilakukan Suratman et.al pada
tahun 2003 menunjukkan bahwa ekstrak rimpang alang-alang
berpengaruh terhadap peningkatan volume urin dan penurunan
kandungan NaCl pada urin tikus.32

2.6. Daun Salam


2.6.1. Taksonomi Salam

17

Sinonim

: Eugenia polyantha Wight.

Divisi

: Spermatophyta

Sub Divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledoneae

Bangsa

: Myrtales

Suku

: Myrtaceae

Marga

: Syzigium

Jenis

: Syzigium polyanthum (Wight) Walp.

Nama umum

: Salam

Nama daerah

: Ubar serai (Sumatera), Gowok (Sunda), Salam


(Jawa dan Madura)

Gambar 2.2 Salam29

2.6.2. Morfologi
Batang

: Bulat, permukaan licin, diameter + 25 cm, putih


kecoklatan

Daun

: Majemuk, menyirip genap, permukaan licin, tepi


rata, ujung meruncing, pangkal meruncing, panjang
10 14 cm, lebar 4 8 cm, tangkai panjang + 1 cm,

18

pertulangan menyirip, permukaan atas hijau tua,


permukaan bawah hijau muda.
Bunga

Majemuk, tumbuh di ujung batang, kelopak

berbentuk iala, diameter 4mm, hijau, mahkota


panjang 2 3,5mm, putih, putik panjang 1, - 2 mm,
hijau keputihan
: diameter + 1,2 cm, masih muda berwarna hijau

Buah

setelah tua cokelat kehitaman.


Biji

: bulat, diameter + 1 cm, cokelat

Akar

: Tunggang, cokelat muda

2.6.3. Kandungan Bahan Aktif dan Manfaat Daun Salam


Daun dan kulit batang pohon Syzigium polyanthum (Wight)
Walp. mengandung saponin dan flavonoida, disamping itu daunnya
juga mengandung alkaloida dan polifenol, sedangkan kulit batangnya
juga mengandung tanin.29 Salam juga mengandung minyak atsiri
yaitu sitral dan eugenol.30
Pada penelitian yang dilakukan Ismail et.al tahun 2013, ekstrak
dekokta dan residu methanol daun salam memiliki efek menurunkan
tekanan darah.33 Sedangkan pada hasil penelitian yang dilakukan Har
et al. pada tahun 2012, ekstrak metanolik daun salam memiliki
aktifitas antioksidan ringan melalui uji HPLC (High Performance
Liquid Chromatography) dimana didapatkan dua senyawa fenol yaitu
gallic acid dan caffeic acid. 8

2.7. Daun Sambung Nyawa


2.7.1. Taksonomi Sambung Nyawa
Sinonim

: Cacalia procumbens Lour, Gynura sermentosa Bl.

Divisi

: Spermatophyta

Sub Divisi

: Angiospermae

19

Kelas

: Dicotyledoneae

Bangsa

: Asterales

Suku

: Compositae

Marga

: Gynura

Jenis

: Gynura procumbens Back.

Nama umum : Daun dewa, Sambung Nyawa


Nama daerah : Daun dewa (Jawa dan Sumatra)

29

Gambar 2.3 Sambung nyawa

2.7.2. Morfologi
Batang

: Lunak, penampang bulat, membentuk umbi, ungu


kehijauan

Daun

: Tunggal, bulat telur, tersebar mengelilingi batang,


tangkai pendek, berdaging, berbulu lebat, ujung tumpul,
pangkal meruncing, pertulangan menyirip, permukaan
atas hijau, permukaan bawah ungu

Bunga

: Majemuk, berbentuk bonggol, berbulu, tangkai 20 30


cm, kelopak hijau berbentuk cawan, mahkota 1 1,5 cm,
benang sari kuning, bentuk jarum

Buah

: Bentuk jarum, panjang + 0,5 cm, berwarna coklat

20

Akar

: Akar serabut, berwarna kuning muda

2.7.3. Kandungan Bahan Aktif dan Manfaat Daun Sambung Nyawa


Daun Gynura procumbens mengandung alkaloida, quercetin,
saponin, flavonoida, dan tanin.29,10
Pada penelitian yang dilakukan oleh Poh et.al (2013)
menyatakan bahwa aqueous fraction dari daun sambung nyawa
mampu menghambat angiotensin II yang mengakibatkan kontraksi
pada pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah.9 Pada
penelitian yang dilakukan Kaur et.al (2013) didapatkan bahwa hasil
maserasi dari daun sambung nyawa memiliki efek menurunkan
tekanan darah melalui peningkatan akifitas diuresis pada tikus
percobaan. Sedangkan pada penelitian lain yang dilakukan Kaur et.al
(2012) menyebutkan bahwa, ekstrak etanolik daun sambung nyawa
memberikan efek vasodilatasi pada otot polos dan memiliki efek
inotropik dan kronotropik pada aorta, atrium kanan, dan atrium kiri.
Selain itu daun sambung nyawa juga memiliki kandungan
flavonoid.10

Anda mungkin juga menyukai

  • CPD Vs Panggul Sempit
    CPD Vs Panggul Sempit
    Dokumen24 halaman
    CPD Vs Panggul Sempit
    Nining Octavia Pradnyaparamita
    Belum ada peringkat
  • Textbook Reading - Abdominal Pain (Nining Octa)
    Textbook Reading - Abdominal Pain (Nining Octa)
    Dokumen10 halaman
    Textbook Reading - Abdominal Pain (Nining Octa)
    Nining Octavia Pradnyaparamita
    Belum ada peringkat
  • Kasus Ipd
    Kasus Ipd
    Dokumen42 halaman
    Kasus Ipd
    Nining Octavia Pradnyaparamita
    Belum ada peringkat
  • Bronkitis Pada Anak
    Bronkitis Pada Anak
    Dokumen2 halaman
    Bronkitis Pada Anak
    Nining Octavia Pradnyaparamita
    Belum ada peringkat
  • Status GEA
    Status GEA
    Dokumen35 halaman
    Status GEA
    Nining Octavia Pradnyaparamita
    Belum ada peringkat
  • Sod Mda
    Sod Mda
    Dokumen33 halaman
    Sod Mda
    Nining Octavia Pradnyaparamita
    Belum ada peringkat
  • Lapsus SLE
    Lapsus SLE
    Dokumen24 halaman
    Lapsus SLE
    Nining Octavia Pradnyaparamita
    Belum ada peringkat