PPOK
Oleh :
Desti Diana Sari, S.Ked
Dika Adifa Pratiwi, S.Ked
Elma Rosa Vidia, S.Ked
Setiawan Prayogi, S.Ked
Pembimbing :
dr. Retno Ariza Soeprihatini, Sp.P FCCP
Alhamdulillaah, puji dan syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang
Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kepanitraan klinik ilmu
penyakit dalam RSUD H. Abdul Moeloek. Kepada dr. Retno Ariza Soeprihatini,
Sp.P FCCP sebagai dosen pembimbing, penulis mengucapkan terima kasih atas
segala pengarahannya sehingga laporan ini dapat penulis susun dengan cukup
baik.
dari segi isi, bahasa, analisis, dan sebagainya. Oleh karena itu, penulis meminta
maaf atas segala kekurangan tersebut, hal ini disebabkan karena masih terbatasnya
pengetahuan, wawasan, dan keterampilan penulis. Selain itu, kritik dan saran dari
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB II PENDAHULUAN.......................................................................................9
3.1 Definisi......................................................................................................11
3.2 Patofisiologi...............................................................................................12
3.3 Diagnosis...................................................................................................13
3.4 Penatalaksanaan.........................................................................................18
3.5 Prognosis....................................................................................................21
Daftar Pustaka........................................................................................................22
iii
BAB I
IDENTIFIKASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Zulkarnain
Umur : 63 tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Lampung Selatan
No RM : 55.40.39
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis pada tanggal 03
Juli 2018.
Keluhan Utama
Sesak Nafas
Keluhan Tambahan
Nyeri dada dan batuk berdahak
1
sesak pada tahun 2014 dan semakin sering di rawat hingga sekarang. Pasien
mengatakan tidak ada riwayat penyakit pada keluarga seperti hipertensi, diabetes
mellitus maupun batuk dan sesak seperti yang pasien alami. Pasien memiliki
alergi terhadap udang dan ikan laut. Pasien juga memiliki kebiasaan merokok
sejak tahun 1965 hingga tahun 2010, sebanyak dua sampai tiga bungkus sehari.
Anamnesis Sistemik
Kulit : sawo matang
Kepala : dalam batas normal
Mata : dalam batas normal
Telinga : dalam batas normal
Hidung : dalam batas normal
Mulut : dalam batas normal
Tenggorokan : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
Dada (Jantung/Paru) : nyeri dada, batuk, sesak
Abdomen (Lambung/Usus) : tampak cembung
2
Riwayat Hidup
Tempat lahir : Rumah
Ditolong oleh : Dukun
Riwayat Imunisasi
- hepapitits (-)
- BCG (-)
- Campak (-)
- DPT (-)
- Polio (-)
- Tetanus (-)
Riwayat Makanan
Frekuensi/hari : 3x
Jumlah/hari : 3 piring besar
Variasi/hari : bervariasi
Nafsu makan : normal
Pendidikan
SD
Kesulitan
Tidak ada kesulitan keuangan, pekerjaan, keluarga, dan lain-lain
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
A. Status umum
a. Keadaan umum : Tampak sakit sedang
b. Kesadaran : Composmentis, GCS : 15, E: 4, V: 5, M: 6
c. Kulit : Akral hangat, turgor cukup
B. Pemeriksaan fisik
1. Tanda Vital
3
a. Tekanan darah : 150/90 mmHg
b. Pernafasan : 36 x/menit, reguler
c. Nadi : 62 x/menit, reguler, teraba lemah, isi cukup
d. Suhu : 36,4 0C axila
3. Leher
Kelenjar getah bening : Tidak terdapat pembesaran
Kelenjar tiroid : Dalam batas normal
JVP : Dalam batas normal
4. Dada (thorax)
Depan Belakang
4
dinding thorax kanan pergerakan dinding
dan kiri seimbang. thorax kanan dan kiri
seimbang.
Perkusi Sonor (+/+) Sonor (+/+)
5. Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba pulsasi di ICS V midclavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung kanan ICS IV linea parasternal dextra
Batas jantung kiri ICS V linea midclavicula sinistra
Batas pinggang jantung: ICS ll parasternal dextra
Auskultasi : BJ I dan II normal reguler, murmur (-), gallop (-)
6. Abdomen
Inspeksi : cembung, lemas.
Palpasi : Nyeri tekan (-) seluruh regio abdomen
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)
Auskultasi : Bising usus (+) 8 x/menit
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 30/06/2018
Parameter Hasil Nilai rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 14,4 14,0 – 18,0 g/dL
Leukosit 17.500 4800 – 10.800 /μL
Eritrosit 5,1 4,7 – 6,1 juta/μL
5
Hematokrit 43 42 – 52 %
Trombosit 324.000 150.000 – 450.000 /μL
MCV 84 79 - 99 fL
MCH 28 27 – 31 Pg
MCHC 34 30 – 35 g/dL
Hitung Jenis
- basofil 0 0–1 %
- epasieninofil 0 2–4 %
- batang 0 3–5 %
- segmen 83 50 – 70 %
- limfosit 8 25 – 40 %
- monosit 9 2–8 %
LED 20 0 – 10 mm/jam
Ringkasan
Pasien datang dengan keluhan sesak dan batuk (+). Sesak timbul saat beraktivitas
ringan setiap hari. Batuk dahak (+) berwarna kuning kental. R/ alergi (+), R/ obat
pelega napas (+).
Diagnosis Kerja
PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis)
6
Diagnosis Banding
Asma
Tuberculosis
Sindrom obstruksi pasca TB
CHF
Pneumonia
Rencana Pengelolaan
Rdx/:
Rontgen thorax PA
Cek Ureum Kreatinin
Spirometri
EKG
RTh/:
Non Farmakologi
o Tirah baring
o Pasang jalur IV
o Oksigenasi
Farmakologi
o Metilprednisolon 62,5 mg/ 12 jam
o Ceftriakson 1gr /12 jam
o Gentamisin 80 gr/ 12 jam
o Ranitidin/ 12 jam
o Furosemid / Hari
o Dombrueul + Pulmicort nebu / 8 jam
Prognosis
Qua ad vitam : dubia ad bonam
Qua ad sanationam : dubia ad bonam
Qua ad fungsionam : dubia ad bonam
7
BAB II
PENDAHULUAN
Insiden ITP pada anak antara 4,0-5,3 per 100.000, ITP akut umumnya
terjadi pada anak-anak usia antara 2-6 tahun. 7-28% anak-anak dengan ITP
akut akan berkembang menjadi kronik. Insiden ITP kronik pada anak
diperkirakan 0,46% per 100.000 anak per tahun. Insiden ITP dewasa adalah
58-66% kasus baru per satu juta populas per tahun di Amerika dan serupa
yang ditemukan di Inggris. Pada orang dewasa, ITP krinik menyerang usia
8
40-45 tahun. Rasio antara perempuan dan laki-laki adalah 1:1 pada ITP
akut, sedangkan pada ITP kronik adalah 2-3:1.3
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Immune Thrombocytopenia (ITP) adalah suatu penyakit kelainan darah yang
ditandai dengan jumlah platelet (trombpasienit) di bawah nilai normal atau
<100.000/mm3, purpura, gambaran darah tepi yang umumnya normal, dan
tidak ditemukan penyebab trombpasienitopeni yang lainnya 4,5,6
10
kurang atau sama dengan 6 bulan (umumnya terjadi pada anak-anak) dan
kronik bila lebih dari 6 bulan (umumnya terjadi pada orang dewasa).3
3.2 Patofisiologi
Mekanisme terjadinya trombpasienitopenia pada ITP ternyata lebih
kompleks dari yang semula diduga. Kerusakan trombpasienit pada ITP
melibatkan autoantibodi terhadap glikoprotein yang terdapat pada membran
trombpasienit. Sehingga terjadi penghancuran terhadap trombpasienit yang
diselimuti antibodi (antibody-coated platelets) oleh makrofag yang terdapat
pada limpa dan organ retikuloendotelial lainnya.Megakaripasienit
dalamsumsum tulang bisa normal atau meningkat pada ITP. Sedangkan
kadar trombopoitin dalam plasma yang merupakan progenitor proliferasi
dan maturasi dari trombpasienit mengalami penurunan yang berarti,
terutama pada ITP kronis.5,1
11
spesifik terhadap trombpasienit. Saat ini telah diidentifikasi beberapa jenis
glikoprotein permukaan trombpasienit pada ITP, di antaranya GP IIb- IIa,
GP Ib, dan GP V.1
3.3 Diagnpasienis
Pada umumnya pasien ITP tampak sehat, namun tiba-tiba mengalami
perdarahan pada kulit (petekie atau purpura) atau pada mukpasiena hidung
(epistaksis).Perlujuga dicari riwayat tentang penggunaan obat atau bahan
lain yang dapat menyebabkan trombpasienitopenia. Riwayat keluarga
umumnya tidak didapatkan.Padapemeriksaan fisik biasanya hanya
didapatkan bukti adanya perdarahan tipe trombpasienit (platelet-type
bleeding), yaitu petekie, purpura, perdarahan konjungtiva, atau perdarahan
mukokutaneus lain- nya.Perlu dipikirkan kemungkinan suatu penyakit lain,
jika ditemukan adanya pembesaran hati dan atau limpa, meskipun ujung
limpa sedikit teraba pada lebih kurang 10% anak dengan ITP.
Pemeriksaan aspirasi sumsum tulang pada anak dengan dugaan ITP, masih
menimbulkan perbedaan pendapat di antara para ahli.Umumnya
pemeriksaan ini dilakukan pada kasus-kasus yang meragukan,namun tidak
pada kasus-kasus denganmanifestasi klinis yang khas.
12
Pemeriksaan sumsumtulang dianjurkan pada kasus-kasus yang tidak khas,
misalnya pada:
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang tidak umum, misalnya
demam, penurunan berat badan, kelemahan, nyeri tulang,
pembesaran hati dan atau limpa.
Kelainan eritrpasienit dan leukpasienit pada pemeriksaan darah tepi.
Kasus yang akan diobati dengan steroid, baik sebagai pengobatan
awal atau yang gagal diterapi dengan imunoglobulin intravena.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan pada penderita ITP adalah mengukur
antibodi yang berhubungan dengan trombpasienit (platelet-associated
antibody) dengan menggunakan direct assay. Namun pemeriksaan ini juga
belum dapat membedakan ITP primer dengan sekunder, atau anak yang
akan sembuh dengan sendirinya dengan yang akan mengalami perjalanan
menjadi kronis.
13
Obat yang dapat meningkatkan destruksi trombpasienit
Sulfonamid
Quinidine
Quinine
Carbamazepin
Asam valproat
Heparin
Digoksin
Obat yang berhubungan dengan perubahan fungsi trombpasienit
Aspirin
Dipiridamol
Lokasi Simtom
Kulit Ptekie, purpura, ekimpasienis,
hematom subkutan
Mukpasiena Perdarahan gusi, epistaksis,
perdarahan konjungtiva, hematuria,
perdarahan gastrointestinal
Internal Intracranial hemorrhage,
perdarahan pada organ lain seperti
hati, limpa
Perubahan hempasientatik Perdarahan yang lama setelah
trauma, perdarahan yang lama
setelah ekstraksi gisi, atau
perdarahan ppasient pastum
14
Tidak ada standar baku dalam mendiagnpasienis ITP.9 Diagnpasienis ITP
secara umum dapat ditegakan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang berupa apusan darah tepi.6,7
Anamnesis
Lamanya perdarahan dapat membantu untuk membedakan ITP akut dan
kronik, serta tidak terdapatnya gejala sistemik dapat membantu untuk
menyingkirkan bentuk sekunder dan diagnpasienis lain. Penting untuk
menanyakan penggunaan obat-obatan yang dapat menyebabkan perdarahan
karena trombpasienit yang rendah.3
Pemeriksaan fisik
Dapat dijumpai splenomegali ringan, tidak ada limfadenopati. Terdapat
manifestasi trombpasienitopenia berupa perdarahan mukokutan seperti
ptekie, purpura, ekimpasienis, epistaksis, dan lain-lain.
15
Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang untuk mendukung diagnpasienis ITP
antara lain:6,7
Hematologi dan Apusan Darah Tepi
Pemeriksaan darah lengkap dilakukan untuk melihat adanya
kemungkinan kelainan sel darah merah lainnya seperti sel darah
merah (eritrpasienit) dan sel darah putih (leukpasienit). Anemia
dapat terjadi akibat perdarahan masif seperti epistaksis atau
menorrhagia, namun dapat juga menjadi indikasi anemia hemolitik
atau Evan’s syndrome.
Apusan darah tepi menunjukkan penurunan jumlah trombpasienit.
Trombpasienit yang terlihat sering berukuran besar. Tidak
didapatkan kelainan pada sel lainnya.10 Selain itu, apusan darah tepi
dapat menapis kelainan darah lain seperti leukimia,
pasienteoporpasienis, TTP, dan HUS.
Viral Studies
Anti HIV dan HCV
Immunoglobulin Quantitation
Dilakukan sebelum pasien mendapatkan terapi IVIG
16
Evaluation for Platelet Antibodies
3.4 Penatalaksanaan
Tata laksana ITP pada anak meliputi tindakan suportif dan terapi
farmakologis. Tindakan suportif merupakan hal yang penting dalam
penatalaksanaan ITP pada anak, di antaranya membatasi aktifitas fisik,
mencegah perdarahan akibat trauma, menghindari obat yang dapat
menekan produksi trombpasienit atau merubah fungsinya, dan yang tidak
kalah pentingnya adalah memberi pengertian pada pasien dan atau orang
tua tentang penyakitnya.
Sebagian besar kasus ITP pada anak tidak perludirawat di rumah sakit,
oleh karena dapat sembuh sempurna secara spontan dalam waktu kurang
dari 6 bulan.Pada beberapa kasus ITP pada anakdidapatkan perdarahan
kulit yang menetap, perdarahan mukpasiena, atau perdarahan internal yang
mengancam jiwa yang memerlukan tindakan atau pengobatan
segera.Transfusi trombpasienit jarang dilakukan danbiasanya tidak efektif,
karena trombpasienit yang ditransfusikan langsung dirusak.
17
ppasienitif.Pengobatantersebut potensial memberikan efek samping yang
serius, sehingga penting untuk mempertimbangkan risiko-risiko tersebut
agar tidak merugikan pasien (primum non nocere).
Pada usia dewasa, ITP adalah suatu penyakit kronik yang dapat mengalami
remisi dan relaps sepanjang waktu. Banyak pasien tidak membutuhkan
terapi; keputusan memulai terapi bersifat individual, tergantung jumlah
trombpasienit, ada/tidaknya perdarahan, dan gaya hidup pasien yang
berhubungan dengan risiko perdarahan. Pada pasien- pasien ITP dengan
jumlah trombpasienit >30.000/μL, mortalitas sehubungan dengan
trombpasienitopenianya tidak meningkat.2
18
remisi. Penelitian terbaru yang membandingkan HDD 40 mg/hari
selama 4 hari dengan prednison dpasienis standar menunjukkan hasil
remisi lebih baik. Dua clinical trials mengombinasi rituximab dan
HDD pada pasien ITP dibandingkan HDD dpasienis tunggal
menunjukkan hasil remission rate yang tinggi pada pasien dengan
terapi kombinasi setelah 6 bulan terapi.7,12
19
3.5 Prognpasienis
Respon komplit didefinisikan sebagai pencapaian jumlah trombpasienit
diatas 100.000 sel/mm3. Pada pasien anak-anak, 1/3 akan membaik dalam 6
minggu setelah diagnpasienis, 1/3 lainnya dalam 6 bulan, 1/3 sisanya akan
menjadi kronik ITP. Pada pasien dewasa memiliki risiko tinggi untuk
menjadi kronik. 1/3 pasien dewasa mengalami remisi dalam 5 tahun setelah
diagnpasienis, sementara 2/3 nya akan membutuhkan re-treatment selama 5
tahun.6
20
Daftar Pustaka
21