OLIGOHIDRAMNION
Disusun oleh :
Salsabila Firdausi (1113103000083)
Pembimbing :
dr. Malvin Emeraldi, Sp.OG(K)
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya, yang telah memberikan kesehatan, kemudahan dan kelancara
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas presentasi kasus ini. Shalawat serta
salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang
selalu menjadi panutan kehidupan umat manusia.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada para
pengajar, fasilitator, dan seluruh staff di KSM Ilmu Kebidanan & Penyakit
Kandungan RSUP Fatmawati, khususnya dr. Malvin Emeraldi, Sp.OG (K), selaku
pembimbing yang telah banyak mengajar penulis dalam kepaniteraan stase
kebidanan ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada Kehamilan normal, cairan amnion memberikan ruang bagi janin untuk
tumbuh, bergerak, dan berkembang. Cairan amnion dipertahankan dalam
keseimbangan dinamis dan volumenya berasal dari aliran dalam (urin janin, cairan
paru janin) dan aliran luar (absorbsi melalui saluran cerna, absorbsi melalui jalur
intramembranosa) cairan dari ruang amnion. Volume cairan amnion penting
sebagai parameter dalam menilai kesejahteraan janin karena memberikan sejumlah
fungsi yang vital bagi pekembangan janin seperti diantaranya sebagai lingkungan
yang mendukung pertumbuhan janin, proteksi terhadap trauma, sebagai media
untuk pergerakan janin sehingga membantu perkembangan muskuloskeletal,
mencegah terjadinya kompresi tali pusat. Volume rata-rata pada kehamilan aterm
800-900 ml. Apabila jumlah cairan ketuban berkurang disebut dengan
oligohidramnion.
Prevalensi oligohidramnion pada kehamilan sekitar 3-5%. Terjadinya
oligohidramnion dapat disebabkan oleh ketuban pecah dini, kelainan kongenital
(agenesis renal), kelainan plasenta (solusio plasenta), insufisiensi plasenta,
preeklampsia, dan konsumsi obat ACE-inhibitor ataupun prostaglandin inhibitor.
Untuk mendiagnosisnya ditegakkan dengan pemeriksaan USG yaitu dari penilaian
indeks cairan amnion (ICA) atau dengan diameter vertikal terbesar kantong
amnion. Bila ICA <5 cm dan diameter vertikal <2 cm dapat dikatakan
oligohidramnion. Komplikasi yang ditimbulkan berupa kompresi tali pusat,
pertumbuhan janin terhambat, sindrom aspirasi mekonium, dan bahkan hingga
kematian janin sehingga meningkatan morbiditas dan mortalitas perinatal.
Untuk penatalaksanaan oligohidramnion berdasarkan etiologi yang
mendasarinya. Pemilihan dalam terminasi kehamilan pun juga harus
mempertimbangkan usia kehamilan, etiologi, dan keadaan janin.
3
BAB II
ILUSTRASI KASUS
3.2 ANAMNESIS
Dilakukan Autoanamnesis tanggal 30 April 2018
4
tahun 2010, abortus, dikuret di usia kehamilan 3 bulan di RS Buah Hati
Ciputat. Menarche 11 tahun, 7 hari, ganti pembalut 2-3 kali, dismenorea
tidak ada. Menikah 1 kali, usia perkawinan 10 tahun. Riwayat keputihan
ada, berwarna putih susu, gatal, pasien memiliki gigi berlubang. BAB dan
BAK tidak ada keluhan, anyang-anyangan tidak ada. Keluhan BAB tidak
lampias tidak ada.
3.2.8 Riwayat KB
Tidak ada
5
3.3 PEMERIKSAAN FISIK
3.3.1 STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Berat Badan : 64 kg
Tinggi Badan : 152 cm
IMT : 27,7 (obesitas gr I)
Tanda vital
Tekanan Darah : 140/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 93 x/menit
Frekuensi napas : 20 x/menit
Suhu : 36.3° C
Kepala : Normocephal, rambut hitam.
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Hidung : Cavum nasi lapang, pembesaran konka (-), sekret (-)
Leher : Trakea terletak ditengah, KGB dan tiroid tidak teraba
membesar, JVP 5-2cmH20
Thoraks :
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas kanan jantung di ICS 5 midklavikula line dekstra,
batas kiri jantung di 1 ICS 4 midklavikula line sinistra,
pinggang jantung di ICS 3 linea para sternalis sinistra.
Auskultasi : S1S2 reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Paru
Inspeksi : pergerakkan naik-turun dada simetris kanan dan kiri
Palpasi : vocal fremitus kanan dan kiri simetris, benjolan (-)
Perkusi : perkusi di seluruh lapang paru sonor
Auskultasi : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-.
6
Abdomen
Inspeksi : Tampak membuncit sesuai kehamilan
Palpasi : Hepar dan Lien tidak teraba membesar, Nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) Normal.
Ekstremitas : akral hangat, edema tungkai -/-, CRT < 2 detik.
3.3.2 STATUS OBSTETRI
Abdomen
Inspeksi :Perut membuncit, letak memanjang sesuai
kehamilan, striae gravidarum (+)
Palpasi: L1 : TFU 29 cm, teraba bagian bulat, keras, melenting
L2 : Teraba keras seperti papan di sisi kanan dan teraba
bagian-bagian kecil di sisi kiri
L3 : Teraba satu bagian bulat, lunak
L4 : Belum masuk PAP
His : -
Auskultasi: DJJ : 138 dpm
Anogenital
Inspeksi : v/u tampak tenang, perdarahan negatif
Inspekulo : portio licin, OUE terbuka 1 cm, fluor negatif, fluxus
negative, pooling positif, valsava positif
VT : portio lunak, tebal 2 cm, posterior, pembukaan 1 cm,
teraba kepala di H1
RT : tidak dilakukan
Kesan: TFU 29 cm, TBJ 2480 gram, JPKTH, his (-), kontraksi (-), DJJ 138
dpm.
7
Hemoglobin 12,2 g/dl 11,7-15,5
Hematokrit 36 % 33-45
Leukosit 9.900 ribu/ul 5,0-10,0
Trombosit 236 ribu/ul 150-440
Eritrosit 3,77 juta/ul 3,80-5,20
VER/HER/KHER/RDW
VER 95,0 fl 80,0-100,0
HER 32,3 pg 26,0-34,0
KHER 34,0 g/dl 32,0-36,0
RDW 12,9 % 11,5-14,5
HEMOSTASIS
APTT 30,2 26.3-40.3
PT 12,5 11.5-14.5
GULA DARAH
Gula darah sewaktu 94 mg/dl 70-140
FUNGSI HATI
SGOT 13 0-34
SGPT 10 0-40
Albumin 3.60 3.40-4.80
FUNGSI GINJAL
Asam urat darah 6,6 mg/dl <7.0
Ureum 15 mg/dl 20-40
Eritrosit 0.5 mg/dl 0.6-1.5
8
3.4.2 Ultrasonografi (Hasil USG FM 30 April 2018)
9
Janin Presentasi kepala tunggal hidup,
BPD 81 mm
HC 325 mm
AC 285 mm
FL 70 mm
HL 89 mm
DI 48 mm
HC:AC -mm-
ICA 2
Implantasi plasenta di korpus depan
Taksiran berat janin 2242 gram
Kesimpulan :
Biometri janin sesuai dengan 33 minggu, JPKTH
Oligohidramnion berat dengan resistensi arteri uterine meningkat oleh
karena penekanan tali pusat pada oligohidramnion
Anjuran :
CTG
Pertimbangkan terminasi kehamilan perabdominam
10
Variabilitas : 5-25
Akselerasi : >2x/10'
Deselerasi : tidak ada
Gerak janin : >2x/10’
Kontraksi : tidak ada
3.5 Resume
Pasien Ny. S, 34 tahun datang dengan ketuban pecah 4 jam. Pasien mengaku
hamil 36 minggu. G2P0A1. HPHT 1 Agustus 2017, TP 8 Mei 2018. Pada
status obstetri didapatkan TFU 29 cm, TBJ 2480 gram, JPKTH, his (-),
kontraksi (-), DJJ 138 dpm. Inspekulo pooling positif dan valsava positif.
Hasil USG menunjukkan JPKTH, oligohidramnion (ICA 2). Dari hasil CTG
didapatkan kategori 1.
3.6 Diagnosis
KPD 4 jam pada G2P0A1 hamil 33-34 minggu, JPKTH, oligohidramnion
(ICA 2)
3.7. Penatalaksanan
Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital
Antibiotik untuk pencegahan infeksi: inj ceftriakson 1 x 2gr
Pematangan paru : Dexamethasone 2 x 6 mg
Terminasi SC
3.8. Prognosis
Ibu
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad malam
Janin
Ad vitam : Dubia ad bonam
11
Ad functionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
3.9 Hasil
Tanggal 30 April 2018 pukul 18.35 dilakukan seksio sesarea. Lahir bayi
laki-laki dengan berat 2200 gram, panjang badan 44 cm, Apgar score 8/9,
lingkar kepala 32 cm, lingkar perut 30 cm, lingkar dada 31 cm, dan lingkar
lengan 10 cm. Dengan kurva Lubchenco sesuai dengan usia hamil 33-34
minggu dan sesuai dengan masa kehamilan. Air ketuban jernih, jumlah
sedikit dan plasenta lahir lengkap.
12
BAB III
ANALISIS KASUS
13
Gambar 1. Diagram skematis mekanisme pecahnya ketuban.
Sumber : The New England Journal of Medicine.1999).
Pada hasil USG untuk menilai jumlah cairan amnion menggunakan indeks cairan
amnion (ICA). Dari hasil USG didapatkan ICA 2. Berdasarkan ACOG, apabila ICA
14
< 5 cm maka disebut dengan oligohidramnion sehingga pada pasien ini terjadi
oligohidramnion.
Tata laksana pada pasien ini berupa ceftriakson injeksi sebagai antibiotik
profilaksis dikarenakan adanya risiko infeksi yang dapat terjadi pada ketuban pecah
dini. Pemilihan ceftriakson sudah tepat dikarenakan termasuk antibiotik spektrum
luas yang sesuai dengan rekomendasi ACOG. Pada pasien ini dilakukan terminasi
dengan metode seksio sesarea. Berdasarkan rekomendasi ACOG bahwa pasien
dengan ketuban pecah dini dengan usia kehamilan < 34 minggu diberikan
kortikosteroid terlebih dahulu untuk pematangan paru. Pada pasien ini diberika
dexamethasone 2 x 6 mg. Selama pemberian kortikosteroid dapat diberikan
tokolitik yaitu nifedipine 10 mg apabila sudah his. Adapun pada kasus ini belum
adanya pematangan serviks dan tanda inpartu (portio lunak, tebal 2 cm, posterior,
pembukaan 1 cm, H I, tidak ada his) serta cairan ketuban yang sedikit (ICA 2)
menjadikan pertimbangan untuk dilakukan seksio sesarea mengingat berkurangnya
15
fungsi cairan ketuban sebagai pelumas apabila dilakukan metode partus
pervaginam sehingga persalinan akan lebih lama.
16
BAB IV
KESIMPULAN
Cairan ketuban atau cairan amnion adalah cairan yang memenuhi rahim.
Cairan ini ditampung di dalam kantung amnion yang disebut kantung ketuban atau
kantung janin. Cairan amnion berfungsi dalam proses perkembangan dan proteksi
janin.
Untuk menilai jumlah cairan amnion atau ketuban, salah satunya dengan
indeks cairan amnion (ICA). Kisaran nilai normal ICA 5-20 cm atau 5-24 cm. Jika
< 5 cm maka disebut oligohidramnion.
Tatalaksana yang diberikan pada pasien dalam kasus ini secara umum sudah
sesuai dengan panduan yang ada, sehingga kondisi ibu dan janin pun dapat
dipertahankan dalam keadaan baik.
17
DAFTAR PUSTAKA
2. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY,
editors. Williams obstetrics. 23rd edition. USA: The McGraw-Hill Companies;
2010
3. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY,
editors. Williams obstetrics. 24th edition. USA: The McGraw-Hill
Companies; 2014
18