Anda di halaman 1dari 30

BAB I STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN Nama Usia Agama Suku Bangsa R. Pendidikan Pekerjaan Alamat : Ny. A : 25 tahun : Islam : Sunda : SMP : IRT Nama Usia Suku Bangsa Agama R. Pendidikan Pekerjaan : Tn. T : 30 tahun : Sunda : Islam : SMP : Petani

: Bojong Koneng RT 03/03, Desa Cikaroya, Kec. Warung Kondang, Kab. Cianjur.

Status Tgl Masuk

: Menikah : 26 Maret 2013, pukul : 22.00 WIB

B. ANAMNESIS Keluhan Utama RPS : Kala 2 memanjang : G2P1A0 merasa hamil 9 bulan, mengeluh mules yang semakin sering dan kuat sejak pukul 15.00 WIB, keluar cairan banyak dari jalan lahir, berwarna jernih, tidak berbau, bercampur lendir dan sedikit darah sejak pukul 16.30 WIB. OS telah dipimpin meneran sejak pukul 17.00 WIB oleh paraji. Keluhan disertai demam disangkal, gerakan anak masih dirasakan ibu. RPD RPK RPO R.Psikososial : Riwayat hipertensi dan diabetes mellitus disangkal : Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama : Tidak pernah berobat : Pola makan teratur, riwayat merokok dan konsumsi minuman beralkohol disangkal
1

C. RIWAYAT OBSTETRI Riwayat Kehamilan 1. G2P1A0 2. HPHT 3. TP 4. PNC 5. KB : 30 Juni 2012 : 07 April 2013 : Bidan, 4 kali : Menggunakan KB suntik 3 bulan selama 3 tahun

6. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas N o. 1 Tahun Partus 2009 Tempat Partus Rumah Umur Hamil 9 Bln Jenis Persalinan Spontan Penolong Persalinan Paraji Penyulit Anak Kel/BB 2300 g Ket . H 2 Hamil ini

Riwayat Haid 1. Menarche : Usia 13 tahun 2. Siklus haid : 28 hari teratur 3. Lama haid : 7 hari 4. Nyeri Haid : Disangkal

Riwayat Menikah 1. , 18 tahun, SMP, Ibu rumah tangga 2. , 23 tahun, SMP, Petani 3. Menikah sah, 1 kali, lama pernikahan 7 tahun

D. PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum Kesadaran Tanda-tanda Vital TD Nadi RR Suhu : 130/80 mmHg : 88x/menit (kuat, cukup, regular) : 20 x/menit : 36,7C : Tampak sakit ringan : Komposmentis

Antropometri TB BB : Tidak diukur : Tidak ditimbang

E. STATUS GENERALIS Kepala Mata : Normochepal : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+)/(+), isokor ka=ki Leher Toraks Paru-paru Jantung Abdomen Ekstremitas : Ekstr. Atas Ekstr. Bawah : Akral hangat , RCT< 2 detik, edema (-), sianosis (-) : Akral hangat , RCT< 2 detik, edema (-), sianosis (-) : Pembesaran KGB (-/-), pembesaran tiroid (-/-). : Normochest dan gerak simetris : VF simetris (+/+), vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-) : Bunyi jantung I/II murni regular, gallop (-), murmur (-) : (Lihat status obstetri)

F. STATUS OBSTETRI Inspeksi 1. Kepala/Muka 2. Thorax 3. Abdomen : Chloasma gravidarum (-) : Hiperpigmentasi areola mamae (+), colostrum (-) : Cembung tegang, striae gravidarum (+), linea nigra (+), bekas operasi (-)

Palpasi 1. TFU 2. LP 3. Leopold I 4. Leopold II : 31 cm : 95 cm : Teraba massa lunak, kurang bundar, tidak melenting : Bagian memanjang ada disebelah kanan, dan bagian kecil disebelah kiri 5. Leopold III 6. Leopold IV 7. Letak Anak 8. His 9. TBBA Auskultasi DJJ : 144 kali/menit : Teraba massa keras, bundar, melenting : Divergen : Letak kepala, 1/5, punggung kanan : 3-4 kali/10/40 : 2500 gram

Pemeriksaan Luar Genitalia 1. Vulva/vagina 2. Perineum Pemeriksaan Dalam 1. Vagina 2. Portio 3. Ostium 4. Ketuban 5. Kepala : Tidak ada kelainan : Tidak teraba : Pembukaan lengkap : (-) , sisa cairan jernih bercampur sedikit lendir dan darah : St +3, caput (+), UUK kanan depan : Tidak ada kelainan : Tidak ada kelainan

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG, Hasil Laboratorium ( 26 Maret 2013) Pemeriksaan Hemoglobin Trombosit Leukosit Hematokrit Protein Urin Nilai 10.0 271 27,5 30,8 Rujukan 12,0-16,0 g/dL 150-450 103/L 4,8-1,8 10 /L 37,0-47,0 % 4
3

H. RESUME Seorang wanita 25 tahun G2P1A0 diketahui hamil 9 bulan merasa mules yang semakin sering dan kuat sejak pukul 15.00 WIB, keluar cairan banyak dari jalan lahir (+), berwarna jernih, tidak berbau, bercampur lendir (+) dan darah (+) sejak 6 jam SMRS. OS telah dipimpin meneran sejak 5 jam SMRS oleh paraji. Keluhan disertai demam disangkal, gerak anak masih dirasakan ibu. Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum : Tampak sakit ringan, Kesadaran: Composmentis, kooperatif Status generalis : T (130/80 mmHg), N (88x/m), R (20x/m), S ( 36,7oC) Status Obstetri Pemeriksaan Luar: Tanda kehamilan (+) ; pemeriksaan luar genitalia tidak ada kelainan, TFU 31 cm, LP 95 cm, Leopold I teraba massa lunak, kurang bundar, tidak melenting, Leopold II bagian memanjang ada disebelah kanan, dan bagian kecil disebelah kiri, Leopold III teraba massa keras, bundar, melenting, Leopold IV divergen, Presentasi letak kepala, 1/5, punggung kanan, TBBA 2500 gram Pemeriksaan Dalam: Vulva/vagina tidak ada kelainan, portio tidak teraba, ostium pembukaan lengkap. Bunyi jantung anak pada sisi kanan perut ibu sebelah bawah pusat dengan frekuensi 144x / menit regular. Pemeriksaan Penunjang : Hemoglobin 10.0 g/dL Leukosit 27.5 103/L Hematokrit 30.8%

I. DIAGNOSIS G2P1A0 parturien aterm kala II dengan partus lama

J. PLANNING R/ Partus buatan per vaginam IVFD Line Pasang Kateter Skin test cefotaxime 22.25, cefotaxime inj. 22.40 WIB Observasi KU, TTV, DJJ, His Diberikan drip oksitosin 5 IU pukul 22.45 WIB

K. LAPORAN EKSTRAKSI VAKUM 1. 2. 3. Penderita dalam posisi litotomi Dilakukan tindakan dan antiseptik di daerah vulva dan sekitarnya Kandung kencing dikosongkan dan dan dilakukakn pemeriksaan dalam Vulva dan vagina tidak ada kelainan Pembukaan lengkap Ketuban (-), sisa cairan jernih Kepala st +3 UUK Kanan depan 4. 5. Dilakukan anestesi lokal Cup dilicinkan dengan parafin, dimasukkan kedalam jalan lahir dan diletakkan pada kepala anak dengan cara 2 jari tangan kanan membuka labia mayora dan dengan 2 jari tangan kanan cup ditekan pada kepala anak. Dengan satu jari diperiksa apakan ada jaringan serviks vagina yang terjepit. Seorang asisten perlahan-lahan

memompatekanan sampai 0,6 atm, dibiarkan 5 menit sampai terbentuk kaput dengan baik 6. Tangan kanan memegang pengait untuk menarik, 3 jari tangan kiri dimasukkan ke dalam jalan lahir untuk mengarahkan tarikan dengan cara telunjuk dan jari tengah diletakkan pada pinggir cup, sedangkan ibu jari pada bagian tengah cup. 7. 8. 9. Dilakukan episiotomi mediolateral Penarikan dilakukan saat ada his dan ibu disuruh mengedan Arah tarikan mula-mula mendatar sampai subocciput dibawah simfisis. Kemudian dibawa ke atas ke arah perut ibu, sehingga lahirlah ubun-ubun besar, dahi, mata, hidung, mulut dan dagu pada perineum 10. Setelah seluruh kepala bayi lahir, cup dilepaskan dengan cara menghilangkan tekanan, kemudian anak dilahirkan seperti biasa.

11. Jam 23.10 lahir bayi perempuan dengan ekstraksi vakum BB 2800 gram, PB 47 cm, Apgar 1:3, 5:5 Disuntikkan oksitosin 10 IU intramuskular, kontraksi baik 12. Jam 23.15 lahir placenta spontan lengkap, perdarahan 250 cc 13. Dilakukan eksplorasi jalan lahir, terdapat ruptur perineum derajat III 14. Dilakukan penjahitan luka ruptur dan luka episiotomi

L. LAPORAN PARTUS (26 Maret 2013) Pukul 22:50 : Pembukaan lengkap sejak pasien datang, ibu mules-mules (His 3-4x/10/40) Pukul 23:00 : Dilakukan Vacum Ekstraksi dan dipimpin untuk meneran Pukul 23:10 : Bayi lahir spontan, jenis kelamin perempuan BB: 2800 gram, PB: 47cm APGAR 1': 3, 5': 5 , kelainan kongenital tidak ada Pukul 23:15 : Lahir plasenta secara spontan lengkap, panjang tali pusat 50 cm Pukul 23:20 : Dilakukan pejahitan ruptur perineum derajat III sebanyak 6 jahitan dalam, 5 jahitan subkutis, 7 jahitan luar. Perdarahan 250 cc. M. FOLLOW UP Hari/Tanggal Rabu, 27 Maret 2013 S Mules, nyeri luka jahitan O KU : Baik, Kes : CM TD : 120/80 mmHg N : 88 x/menit R : 20x/menit S : 36,5 C ASI (-)/(-) Abdomen : datar, A P2A0 partus maturus lahir dengan VE a/i Kala II Memanjang P Cefadroxil (2x500mg) Asam Mefenamat (3x500 mg) Viliron (1x1)

lembut, TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi baik, perdarahan (+) Locia (-) Diuresis 250 cc. Kamis, 28 Maret 2013 Nyeri luka KU : Baik, Kes : jahitan, CM T : 120/70 mmHg N : 80 x/menit R : 20x/menit S : 36,5 C ASI (+)/(+) Abdomen : datar, lembut, TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi baik. Perdarahan (+) Lochia (+) Diuresis 250 cc. Jumat, 29 Maret 2013 Tidak ada keluhan KU : Baik, Kes : CM T : 120/70 mmHg N : 80 x/menit R : 20x/menit P2A0 partus maturus lahir dengan VE a/i Kala II Memanjang Cefadroxil (2x500mg) Asam Mefenamat (3x500 mg) P2A0 partus maturus lahir dengan VE a/i Kala II Memanjang Up DC Cefadroxil (2x500mg) Asam Mefenamat (3x500 mg) Viliron (1x1)

S : 37 C ASI (+/+) Abdomen : datar, lembut, TFU diantara umbilikus dan simfisi pubis, kontraksi baik. Perdarahan (+) BAK/ BAB (+)/(+)

Viliron (1x1)

N. PROGNOSIS Quo ad vitam Quo ad functionam : dubia ad bonam : dubia ad bonam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA EKSTRAKSI VAKUM A. DEFINISI Ekstraksi vakum adalah suatu tindakan bantuan persalinan di mana janin dilahirkan dengan ekstraksi menggunakan tekanan negatif (daya hampa udara) dengan alat vakum (negative-preasure vacuum extractor) yang dipasang dikepalanya. Hanya sebagai alat ekstraksi tidak baik sebagai alat rotasi. Pada ekstraksi vakum, keadaan fisiologis yang diharapkan adalah terbentuknya kaput suksadeneum pada kepala janin sebagai kompensasi akibat penghisapan/ tekanan negatif. Kemudian setelah kepala menempel pada mangkuk vakum tarikan dilakukan dengan bantuan tenaga dari ibu (bersamaan dengan saat his/ gerakan mengejan) mengandalkan penempelan kaput tersebut pada mangkuk vakum. Vakum memberi tenaga tambahan untuk mengeluarkan bayi, dan biasanya digunakan saat persalinan sudah berlangsung terlalu lama dan ibu sudah terlalu capek serta tidak kuat meneran lagi.

B. SYARAT EKSTRASI VAKUM Ekstraksi vakum dapat dilakukan dengan syarat sebagai berikut : 1. Janin aterm, letak kepala, atau bokong 2. Janin harus dapat lahir pervaginam ( tidak ada disproporsi sefalopelvik) 3. Pembukaan serviks sudah lengkap (pada multigravida, dapat pada pembukaan minimal 5 - 7 ) 4. Kepala janin sudah engaged 5. Selaput ketuban sudah pecah, atau jika belum harus dipecahkan 6. Harus ada kontraksi uterus (his) dan tenaga mengejan ibu (reflex mengejan baik). 7. tidak boleh ada mukosa vagina atau jaringan servix yang terjepit antara ekstraktor vakum dengan kepala janin 8. Penurunan kepala janin minimal Hodge II 9. Tekanan vakum sampai mencapai 50 mmHg

10

Gambar 1 : Kepala bayi turun ke panggul

C. ALAT EKSTRAKTOR VAKUM Alat ekstraktor vakum terdiri atas: 1. Cup sejenis mangkuk dari logam yang agak mendatar dengan berbagai ukuran biaswanya 3, 5, dan 7 cm (diameter 30 samapi dengan 60 mm) dengan lubang di tengah-tengahnya. Ekstraktor utama yang ada terdiri dari mangkuk yang terbuat dari karet yang lembut atau plastik dan bukan dari logam. Dua macam ekstraktor vakum yang sering digunakan adalah mangkuk polimer silikon dan mangkuk plastik sekali pakai yang lebih kecil. 2. Pipa / selang karet yang pada ujung yang satu dihubungkan dengan mangkuk dan pada ujung yang lain dihubungkan dengan suatu alat penarik dari logam. 3. Rantai dari logam yang berhubungan dengan alat bundar dan datar; alat tersebut dimasukan ke dalam rongga mangkuk sehingga dapat menutup lubangnya; selanjutnya rantai dimasukan ke dalam pipa karet dan setelah ditarik kuat, dikaitkan kepada alat penarik. 4. Pipa karet yang pada ujung yang satu dihubungkan dengan alat penarik dan dengan ujung yang lain dengan botol penampung cairan yang terisap (lendir, darah, air ketuban, dan sebagainya) 5. Manometer untuk membuat dan mengatur tekanan negatif dan pompa tangan atau elektrik untuk mengisap udara, yang berhubungan dengan botol penampung dan menyelenggarakan vakum antara mangkuk dan kepala janin.
11

Gambar 2: Ekstraktor Vacuum Dalam pemakaian ekstraktor vakum, mangkok yang dipilih harus sesuai dengan besarnya pembukaan, keadaan vagina, turunnya kepala janin dan tenaga untuk tarikan yang dipelukan. Umumnya yang dipakai ialah mangkok dengan diameter 50 mm. Macam-macam mangkok: 1. Mangkok logam : - malmstorm cup - anterior cup - posterior cup 2. Mangkok plastik : - plastik keras

12

- plastik lunak yang berasal dari bahan silicon

Gambar 3: Macam-Macam Mangkok

Gambar 3: Jenis-Jenis Mangkok Dari Bahan Logam

13

Gambar 4 : Mangkok Dari Bahan Plastik D. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN VAKUM EKSTRAKSI Keuntungan vakum ekstraksi 1. Cup dapat dipasang waktu kepala masih agak tinggi, Hodge III atau kurang dengan demikian mengurangi frekuensi SC 2. Tidak perlu diketahui posisi kepala dengan tepat, Cup dapat dipasang pada belakang kepala, samping kepala ataupun dahi. 3. Tarikan tidak dapat terlalu berat. Dengan demikian kepala tidak dapat dipaksakan melalui jalan lahir. Apabila tarikan terlampau berat cup akan lepas dengan sendirinya. 4. Cup dapat dipasang meskipun pembukaan belum lengkap, misalnya pada pembukaan 8-9 cm, untuk mempercepat pembukaan. Untuk ini dilakukan tarikan
14

ringan yang kontinu sehingga kepala menekan pada servik. Di samping itu cup tidak boleh terpasang lebih dari jam untuk menghindari kemungkinan timbulnya perdarahan pada otak. 5. Vakum ekstraktor dapat juga dipergunakan untuk memutar kepala dan mengadakan fleksi kepala (misalnya pada letak dahi). 6. Tenaga mengenai puncak kepala tidak terlalu kuat, kebutuhan anestesia berkurang, mudah pemakaiannya, trauma perineum sedikit, dan memberi kemampuan bagi kepala untuk menentukan jalan keluar dari panggul ibu. 7. 8. Dapat digunakan untuk membuktikan adanya disproporsi sefalopelvik Kini telah dikembangkan vakum dari karet yang kurang traumatik dan lebih mudah penggunaannya. Kerugian vakum ekstraksi 1. 2. 3. Traksi hanya dapat dilakukan ketika ada kontraksi rahim. Pemakaian terbatas pada janin yang aterm. Persalinan lebih lama dibandingkan ekstraksi cunam.Karena waktu yang diperlukan untuk pemasangan cup sampai dapat ditarik relatif lebih lama dibandingkan forceps ( 10 menit ). Cara ini tidak dapat dipakai apabila ada indikasi untuk melahirkan anak dengan cepat misalnya pada fetal distress ( gawat janin ). 4. 5. Membutuhkan perhatian untuk memelihara kevakuman. Alatnya relative mahal dibandingkan forceps biasa. Morbiditas dan mortalitas rendah, tetapi sering terjadi pembentukan kaput. Gambar 5. Pembentukan Kaput

15

Gambar 6 : Caput Succedaneum

E. INDIKASI EKSTRAKSI VAKUM Pemakaian ekstraktor vakum memiliki indikasi yang sama dengan pemakaian cunam, ditambah dengan: gawat bayi dengan syarat-syarat bagi cunam belum dan bagi ekstraksi vakum sudah dipenuhi, dalam hal ini sectio sesarea kurang cepat untuk menyelamatkan bayi. Prinsip: keadaan yang memerlukan pertolongan persalinan kala dua yang dipercepat, karena jika diperlambat dapat membahayakan keadaan ibu dan atau janin. Ekstraktor vakum hanya dapat digunakan pada persentasi belakang kepala. Distosia presentasi belakang kepala.

F. KONTRAINDIKASI EKSTRAKSI VAKUM Pemakaian ekstraksi vakum mempunyai kontraindikasi sebagai berikut: 1. Prematuritas karena kepala terlampau lembut dan mudah terjadi kerusakan intrakranial. 2. Kelainan letak kepala janin a) Letak muka karena bola mata dapat keluar dari orbita dan mengisi mangkok. b) Letak dahi. c) Kelainan putar paksi. 3. 4. 5. Disproporsi sefalopelvik. Ruptura uteri membakat ( imminens). Keadaan ibu dimana ibu tidak boleh mengejan, misalnya pada penyakit jantung berat, preeklampsia berat, asma berat, dan sebagainya. 6. Fetal distres.

16

Ekstraksi vakum pada letak bokong dapat dilakukan apabila telah diyakini benar bahwa tidak ada disproporsi sefalopelvik, pembukaan sudah lengkap, dan ada indikasi untuk mengakhiri persalinan, misalnya : keadaan gawat janin.

G. TEKHNIK PEMASANGAN EKSTRAKTOR VAKUM Tehnik pemasangan ekstraktor vakum adalah sebagai berikut: 1. 2. Penderita diletakan dalam posisi litotomi. Antisepsis genitalia eksterna dan sekitarnya. vulva dan sekitarnya dibersihkan dengan kapas sublimat atau kapas lisol dan kemudian dengan tinctura jodii 2%. Kandung kemih dan rektum harus kosong. 3. Anestesi regional (blok pudendus) pada kepala yang masih tinggi atau anestesi lokal (infiltrasi) pada kepala yang sudah di dasar panggul. Jangan dilakukan dalam narkose umum. 4. Apabila his tidak adekuat, diperbaiki dulu dengan infus ptosin atau suntikan oksitosin 2,0 2,5 unit im. 5. Nilai kembali pembukaan, sifat serviks dan vagina, turunnya kepala dan posisi kepala dengan empat jari dalam vagina.

Gambar 7: Menilai Penurunan Kepala ke dalam Rongga Panggul 6. Pilih mangkok yang akan dipakai. Mangkok yang akan dipakai harus disesuaikan dengan besarnya pembukaan, keadaan vagina, turunnya kepala dan tenaga yang diperlukan supaya tarikan berhasil. Dalam praktek umumnya mangkok nomor 5 paling sering digunakan. 7. Mangkok dicelup dalam air sabun steril atau dibasahi seluruhnya dengan spiritus sabun (jangan memakai minyak karena licin dan mudah lepas) lalu dimasukan ke dalam vagina.

17

Cara memasang mangkok : a. Mula-mula mangkok dalam posisi agak miring dimasukan ke dalam introitus vagina sambil menekan comisura posterior ke belakang dan kemudian diselipkan ke dalam vagina. b. c. Kemudian mangkok diputar sehingga menghadap kepala. Dalam letak belakang kepala mangkok dipasang pada oksiput atau sedekatdekatnya. Bila oksiput tidak jelas letaknya atau persentasi lain, maka mangkok dipasang dekat pada sakrum ibu, terutama bila kepala masih tinggi. d. Letak mangkok pada kepala harus sedemikian rupa sehingga arah tarikan nantinya tegak lurus dengan mangkok. Pada letak dahi diusahakan supaya mata janin tidak tercekap oleh mangkok. e. Periksalah apakah ada jaringan ibu yang terjepit (dengan satu atau dua jari diperiksa di sekitar mangkok apakah ada jaringan serviks atu vagina yang terjepit). Apabila ada jaringan terjepit maka ini harus dilepaskan dari jepitan.

Gambar 8 : Cara Meletakkan Mangkok Vakum 9. Lalu dipompa oleh pembantu (udara dikeluarkan) sehingga tercapai tekanan negatif dalam botol, pipa-pipa dan mangkok. Kulit kepala janin disedot ke dalam mangkok dan mangkok melekat pada kepala. Supaya mangkok melekat benarbenar (ini sangat penting) mangkok harus diisi penuh dengan kulit dan jaringan

18

bawah kulit secara perlahan-lahan. Dengan pompa lekatan erat dicapai dengan meningkatkan tekanan negatif dalam 3 tahap: a. b. c. Mula-mula dipompa sampai minus 0,2 kg per cm persegi, tunggu 2 menit. Lalu dipompa lagi sampai minus 0,4 kg per cm persegi, tunggu 2 menit Akhirnya dipompa sampai minus 0,6 kg per cm persegi. Bila perlu dapat ditambah lagi sampai minus 0,7 atau 0,8. Pemeriksaan dalam ulangan harus dilakukan setiap kali setelah tekanan dinaikan 9. Setelah tekanan yang diinginkan tercapai masih ditunggu lagi 2 menit lagi sebelum tarikan definitif dimulai bersama dengan his sambil wanita disuruh meneran seperti pada persalinan biasa dengan kedua lengan wanita merangkul dan menarik lipat lutut ke arah kepala ibu.Bila his sudah timbul sebelum tekanan yang dikehendaki tercapai, ekstraktor vakum boleh ditarik ala kadarnya supaya kepala lebih turun dan bila kemudian his hilang tarikan ringan diteruskan secara kontinu agar kepala tidak naik kembali.

H. CARA TARIKAN PADA EKSTRAKTOR VAKUM Tarikan definitif pada ekstraktor vakum sinkron dengan his dan tenaga meneran. Di luar his tarikan definitif tidak boleh dilakukan karena kurang efektif. Jadi tarikan pada ekstraktor vakum sifatnya berkal (intermittent). Dulu ekstraksi ini dipakai juga dengan tarikan kontinu pada pembukaan kecil, misalnya 4 cm dengan mangkok nomor 3, untuk mempercepat pembukaan. Akan tetapi sekarang usaha ini tidak dilakukan lagi karena waktu tindakan terlampau lama dan dianggap berbahaya bagi anak. Arah tarikan harus sesuai dengan turunnya kepala (seperti pada cumam) dan tegak lurus dengan mangkok : Kepala tinggi Kepala tengah Arah tarikan ke dorsal Arah tarikan datar

Kepala di dasar panggul Arah tarikan ke atas (ventral)

19

Cara tarikan : 1. Mula-mula ekstraktor vakum ditarik oleh tangan kanan pada pegangan yang berbentuk palang, sambil tangan kiri berusaha supaya mangkok tidak lepas dari kepala. 3 jari tangan kiri dimasukkan ke dalam vagina: ibu jari ditempatkan ke pinggir mangkok bagian depan, jari telunjuk dan jari tengah dikepala anak,

ventral dari mangkok. Apabila tangan kanan mengadakan ekstraksi, bersamaan ibu jari menekan mangkok bagian depan kepada kepala. Jadi ada kerja sama antara tangan kanan dan tangan kiri. Penarikan ekstraktor vakum dilakukan

bersamaan dengan pegangan 3 jari ini (drei-finger griff). Arah tarikan sesuai dengan sumbu jalan lahir. Tarikan pada ekstraktor vakum sifatnya berkala, sinkron dengan HIS dan tenaga meneran. 2. Setelah seluruh kepala lahir, bahu dan badan anak dilahirkan seperti biasa kemudian ventil dilepas perlahan-lahan supaya udara masuk ke dalam botol dan tekanan negatif hilang. Mangkok dapat dilepaskan dari kepala anak. Apabila mangkok sukar lepas karena sangat erat hubungannya dengan kepala maka pipa karet yang menghubungkan botol dengan pegangan dilepas terlebih dahulu. Dengan ekstraktor vakum lahirnya kepala dapat diusahakan perlahan-lahan seperti pada partus spontan. Karena itu perlukaan jalan lahir ringan. 3. Lamanya tindakan sebaiknya tidak melebihi 20 menit, maksimum 40 menit. Ekstraksi yang terlampau lama dianggap berbahaya bagi janin.

20

5 Gambar 9 :Cara Melakukan Ekstraksi Vakum Beberapa ketentuan mengenai vakum ekstraksi : 1. 2. 3. 4. Cup tidak boleh di pasang pada ubun-ubun besar. Penurunan tekanan harus berangsur-angsur.

Cup dengan tekanan negatif tidak boleh terpasang lebih dari jam. Penarikan waktu ekstraksi hanya dapat dilakukan pada waktu his dan ibu mengedan.

5.

Apabila kepala masih agak tinggi (H III) sebaiknya dipasang cup yang terbesar (diameter 7 cm).

6. 7.

Cup tidak boleh dipasang pada muka bayi. Vakum ekstraksi tidak boleh dilakukan pada bayi prematur.

I.

KOMPLIKASI Dengan dipenuhinya ayarat-syarat: pembukaan sudah lengkap atau hampir lengkap, kepala janin sudah sampai Hodge III dengan tidak adanya disproporsi sefalopelvik, janin dengan persentasi belakang kepala dan kepala janin tidak lembek seperti pada maserasi atau prematuritas, bahaya atau timbulnya komplikasi tidak benar. Yang mungkin terjadi ialah: 1. Pada ibu : a. Robekan bibir cervik atau vagina karena terjepit antara kepala bayi dan cup. b. Robekan kandung kencing dan rektum, fistula. c. Komplikasi perdarahan karena atonia dan komplikasi infeksi. 2. Pada anak :

21

a. Cepalohematoma memerlukan pemantauan dan biasanya menghilang dalam 3-4 minggu. Dapat terjadi juga subgaleal hematoma.

Gambar 10. Subgaleal Hematoma

b. Perdarahan subaponeurotik. c. Fetal distress. d. Trauma janin. e. Infeksi. f. Ekskoriasi kulit kepala. g. Asfiksi / anoksi. h. Paresis / paralisis. i. Fraktura tulang tengkorak. j. Perdarahan intrakranial sangat jarang terjadi dan memerlukan perawatan neonatus segera. Perdarahan intrakranial pada neonatus merupakan salah satu komplikasi serius yang saat ini telah banyak dilaporkan. Perdarahan intrakranial adalah yang
22

mengambil tempat pada rongga potensial di dalam rongga tulang kepala. Jenis perdarahan intrakranial pada neonatus yang lahir dengan ekstraksi vakum yang pernah dilaporkan meliputi: perdarahan epidural (ekstradural), subdural, dan perdarahan subarakhnoid. Perdarahan intrakranial pada neonatus mempunyai arti yang penting karena salah satu faktor penyebab kematian perinatal, atau cacat fisik dan retardasi mental. Tingginya angka kejadian perdarahan intrakranial dan gangguan fungsi otak mengurangi kepopuleran ekstraksi vakum (ventouse) sebagai alat bantu persalinan di negara-negara seperti: Amerika serikat, Inngeris, Kanada, Australia, dan beberapa negara asia seperti: India, Malaysia, Singapura, dan Filipina. k. Abrasi kulit kepala (biasa dan tidak berbahaya) dan laserasi dapat terjadi. Bersihkan dan periksa laserasi untuk menentukan apakah diperlukan jahitan. Nekrosis sangat jarang terjadi. l. Caput succedaneum artificialis akan hilang dalam beberapa hari. Vakum ekstraktor dapat juga dipergunakan untuk melahirkan kepala waktu SC. Untuk ini harus ada pompa listrik sehingga penurunan tekanan berangsurangsur dengan teratur. Dengan pompa listrik tekanan dapat diturunkan sampai -0,75 atm. Dalam waktu 60 detik. Cara mengatasi komplikasi ekstraksi vakum: 1. Infus taransfusi 2. Antibiotik 3. Reposisi trauma 4. Menjahit perlukaan

J.

KEGAGALAN EKSTRAKSI VAKUM 1. Ekstraksi vakum gagal jika: a. Kepala janin tidak turun pada setiap tarikan. b. Janin tidak lahir setelah tiga kali tarikan tanpa penurunan kepala atau setelah 30 menit. c. Mangkok vakum terlepas dari kepala dua kali pada saat menarik kepala dengan arah yang tepat dan dengan tekanan negatif maksimal.
23

d. Mangkok vakum terlepas, mungkin akibat tekanan negatif yang kurang, atau peningkatan tekanan negatif terlalu cepat sehingga pembentukan kaput suksadeneum tidak sempurna, atau ada bagian jaringan ibu yang terjepit, atau ada kebocoran pada alat, atau kemungkinan adanya disproporsi sefalopelvik yang tidak terdeteksi sebelumnya. 2. Setiap pelaksanaan ekstraksi vakum harus dianggap sebagai percobaan ekstraksi vakum. Jangan terus melakukan ekstraksi vakum jika tidak terjadi penurunan kepala janin pada setiap tarikan. 3. Jika ekstraksi vakum gagal, lakukan ekstraksi vakum dalam kombinasi dengan simfisiotomi atau lakukan seksio sesarea

K. EKSTRAKSI VAKUM DAN SIMFISIOTOMI Ekstraksi vakum dapat dilakukan dalam kombinasi dengan simfisiotomi pada keadaan berikut: 1. Kepala janin minimal berada di stasiun 2 atau teraba tidak lebih dari 3/5 di atas simfisis pubis. 2. Seksio sesarea tidak memungkinkan atau tidak dapat segera dilakukan. 3. Pelaksana tindakan berpengalaman dan ahli dalam melakukan simfisiotomi. 4. Ekstraksi vakum gagal atau diperkirakan gagal. 5. Tidak ada derajat disproporsi yang besar.

24

PERSALINAN DENGAN KALA II MEMANJANG

A. DEFINISI Persalinan kala II memanjang (prolonged expulsive phase) atau disebut juga partus tak maju adalah suatu persalinan dengan his yang adekuat namun tidak menunjukkan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putaran paksi selama 2 jam terakhir. Biasanya persalinan pada primitua dapat terjadi lebih lama. Menurut Harjono, persalinan kala II memanjang merupakan fase terakhir dari suatu partus yang macet dan berlangsung terlalu lama sehingga timbul gejala gejala seperti dehidrasi, infeksi, kelelahan ibu serta asfiksia dan kematian janin dalam kandungan (IUFD).

B. ETIOLOGI Sebab sebab terjadinya yaitu multikomplek atau bergantung pada pengawasan selagi hamil, pertolongan persalinan yang baik dan penatalaksanaannya. Faktor faktor penyebabnya adalah : 1. Kelainan letak janin. 2. Kelainan kelainan panggul. 3. Kelainan his dan mengejan. 4. Pimpinan partus yang salah. 5. Janin besar atau ada kelainan kongenital. 6. Primi tua. 7. Perut gantung atau grandemulti. 8. Ketuban pecah dini.

C. GEJALA KLINIK 1. Pada ibu Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernafasan cepat. Di daerah lokal sering dijumpai : Ring v/d Bandl, edema vulva, edema serviks, cairan ketuban berbau dan terdapat mekonium.
25

2. Pada janin a. Denyut jantung janin cepat/hebat/tidak teratur bahkan negatif b. Air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan dan berbau c. Caput Succedeneum yang besar d. Moulage kepala yang hebat e. IUFD (Intra Uterin Fetal Death)

D. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu dengan kala II memanjang yaitu dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forceps, sectio caesaria, dan lainlain. Penatalaksanaannya yaitu sebagai berikut : 1. Tetap melakukan Asuhan Sayang Ibu, yaitu : Anjurkan agar ibu selalu didampingi oleh keluarganya selama proses persalinan dan kelahiran bayinya. Dukungan dari suami, orang tua dan kerabat yang disukai ibu sangat diperlukan dalam menjalani proses persalinan. Alasan : Hasil persalinan yang baik ternyata erat hubungannya dengan dukungan dari keluarga yang mendampingi ibu selama proses persalinan (Enkin, et al, 2000). 2. Anjurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan, diantaranya membantu ibu untuk berganti posisi, melakukan rangsangan taktil, memberikan makanan dan minuman, teman bicara dan memberikan dukungan dan semangat selama persalinan dan melahirkan bayinya. 3. Penolong persalinan dapat memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan anggota keluarganya dengan menjelaskan tahapan dan kemajuan proses persalinan atau kelahiran bayi kepada mereka. 4. Tentramkan hati ibu dalam menghadapi dan menjalani kala II persalinan. Lakukan bimbingan dan tawarkan bantuan jika diperlukan. 5. Bantu ibu memilih posisi yang nyaman saat meneran. 6. Setelah pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya meneran apabila ada dorongan kuat dan spontan untuk meneran. Jangan menganjurkan untuk meneran berkepanjangan dan menahan nafas 7. Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi Alasan : Meneran secara berlebihan menyebabkan ibu sulit bernafas sehingga terjadi kelelahan yang tidak perlu dan meningkatkan resiko asfiksia pada bayi sebagai akibat turunnya pasokan oksigen melalui plasenta (Enkin, et al, 2000)
26

8. Anjurkan ibu untuk minum selama kala II persalinan Alasan : Ibu bersalin mudah sekali mengalami dehidrasi selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Cukupnya asupan cairan dapat mencegah ibu mengalami hal tersebut (Enkin, et al, 2000). 9. Adakalanya ibu merasa khawatir dalam menjalani kala II persalinan. Berikan rasa aman dan semangat serta tentramkan hatinya selama proses persalinan berlangsung. Dukungan dan perhatian akan mengurangi perasaan tegang, membantu kelancaran proses persalinan dan kelahiran bayinya. Beri penjelasan tentang cara dan tujuan dari setiap tindakan setiap kali penolong akan melakukannya, jawab aetiap pertanyaan yang diajukan ibu, jelaskan apa yang dialami oleh ibu dan bayinya dan hasil pemeriksaan yang dilakukan (misalnya TD, DJJ, periksa dalam).

E. MENDIAGNOSA KALA II PERSALINAN DAN MEMULAI MENERAN 1. Cuci tangan (Gunakan sabun dan air bersih yang mengalir) 2. Pakai sarung tangan DTT/steril untuk periksa dalam 3. Beritahu ibu saat, prosedur dan tujuan periksa dalam 4. Lakukan periksa dalam (hati-hati) untuk memastikan pembukaan sudah lengkap (10cm) lalu lepaskan sarung tangan sesuai prosedur PI 5. Jika pembukaan belum lengkap, tentramkan ibu dan bantu ibu mencari posisi nyaman (bila ingin berbaring) atau berjalan-jalan disekitar ruang bersalin. Ajarkan cara bernafas selama kontraksi berlangsung. Pantau kondisi ibu dan bayinya dan catatkan semua temuan dalam partograf 6. Jika ibu merasa ingin meneran tapi pembukaan belum lengkap, beritahukan belum saatnya untuk meneran, beri semangat dan ajarkan cara bernafas cepat selama kontraksi berlangsung. Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman dan beritahukan untuk menehan diri untuk meneran hingga penolong memberitahukan saat yang tepat untuk itu 7. Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin meneran, bantu ibu mengambil posisi yang nyaman, bimbing ibu untuk meneran secara efektif dan benar dan mengikuti dorongan alamiah yang terjadi. Anjurkan keluarga ibu untuk membantu dan mendukung usahanya. Catatkan hasil pemantauan dalam partograf. Beri cukup minum dan pantau DJJ setiap 5-10 menit. Pastikan ibu dapat beristirahat disetiap kontraksi

27

8. Jika pembukaan sudah lengkap tapi ibu tidak ada dorongan untuk meneran, bantu ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman (bila masih mampu, anjurkan untuk berjalanjalan). Posisi berdiri dapat membantu penurunan bayi yang berlanjut dengan dorongan untuk meneran. Ajarkan cara bernafas selama kontraksi berlangsung. Pantau kondisi ibu dan bayi dan catatkan semua temuan dalam partograf 9. Berikan cukup cairan dan anjurkan / perbolehkan ibu untuk berkemih sesuai kebutuhan. Pantau DJJ setiap 15 menit, stimulasi puting susu mungkin dapat meningkatkan kekuatan dan kualitas kontraksi. 10. Jika ibu tidak ada dorongan untuk meneran setelah 60 menit pembukaan lengkap, anjurkan ibu untuk mulai meneran disetiap puncak kontraksi. Anjurkan ibu mengubah posisinya secara teratur, tawarkan untuk minum dan pantau DJJ setiap 510 menit. Lakukan stimulasi puting susu untuk memperkuat kontraksi. 11. Jika bayi tidak lahir setelah 60 menit upaya tersebut diatas atau jika kelahiran bayi tidak akan segera terjadi, rujuk ibu segera karena tidak turunnya kepala bayi mungkin disebabkan oleh disproporsi kepala-panggul (CPD). 12. Upaya mengedan ibu menambah resiko pada bayi karena mengurangi jumlah oksigen ke plasenta. Dianjurkan mengedan secara spontan (mengedan dan menahan nafas terlalu lama, tidak dianjurkan) a. Jika malpresentasi dan tanda-tanda obstruksi bisa disingkirkan, berikan infus oksitosin. b. Jika tidak ada kemajuan penurunan kepala : 1) Jika kepala tidak lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis atau bagian tulang kepala di stasion (O), lakukan ekstraksi vakum atau cunam. 2) Jika kepala diantara 1/5-3/5 di atas simfisis pubis, atau bagian tulang kepala di antara stasion (O)-(-2), lakukan ekstraksi vakum. 3) Jika kepala lebih dari 3/5 di atas simfisis pubis atau bagian tulang kepala di atas stasion (-2) lakukan seksio caesarea.

28

BAB III KESIMPULAN

1. Sampai saat ekstraksi vakum masih banyak digunakan walaupun di beberapa negara metode ini sudah mulai ditinggalkan dikarenakan banyak menimbulkan efek pada bayi diantaranya perdarahan perdarahan intrakranial, selain itu ekstraksi vakum dapat menimbulkan efek maternal. 2. Untuk dapat melakukan ekstraksi vakum harus memenuhi syarat dan indikasi medik serta tidak adanya kontra indikasi yang membahayakan bagi ibu dan anak. 3. Keuntungan penggunaan ekstraktor vakum adalah efek traumatik yang ditimbulkan lebih ringan dari pada penggunaan forceps. 4. Sedangkan kerugiannya adalah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan ekstraksi vakum relatif lebih lama sehingga tidak dapat digunakan pada kasus gawat janin. Selain itu biaya yang diperlukan cukup mahal. 5. Jika ekstraksi vakum mengalami kegagalan maka dapat dilakukan ekstraksi vakum dikombinasikan dengan simfisiotomi atau lakukan sectio sesarea.

29

30

Anda mungkin juga menyukai