Anda di halaman 1dari 6

Bimbingan – dr.

Christo
CTG (Cardiotocography)

- Tujuan :
 Melihat kesejahteraan janin
 Identifikasi gambaran DJJ yang berhubungan
dengan asfiksia
 Iskemia (penurunan perfusi jaringan)
 Hipoksemia (penurunan O2 darah)
 Hipoksia (penurunan O2 jaringan)
 Asidosis dan asfiksia (hipoksia dan asidosis
metabolik).
Bila telah terjadi asfiksia, dapat
menyebabkan kerusakan organ, insufisiensi
serebral, palsi serebral, dan kematian janin
 Intervensi obstetrik
o Untuk mencegah kematian janin
secara medis/obat-obatan
o Persalinan buatan pervaginam
o Seksio sesarea.
- Caranya :
 Trope yang warna biru tempelkan pada punggung bayinya, dengan cara melakukan leopold 2
 Sebelumnya harus pakai gel dulu pada bagian datarnya, untuk memperlancar gelombang (sonar) dan
memutuskan udara
 Trope toco (abu-abu dengan ada cenilannya, kayak pegas dan tidak boleh pakai gas) ditempelkan pada
bagian fundus, karena kontraksi paling kuat di fundus
 Apa yang membuat kontraksi otot uterus lebih kuat dibandingkan otot lurik yang lain?
Karakteristik khusus tentang kontraksi uterus:
o Kontraksi periodik dan regular (simetris)
o Kontraksi paling kuat pada bagian fundus, makanya semua kontraksi berkumpul di fundus
 Rahim berisi bayi kepala di bawah, kontraksi itu akan ke atas, men-squish dan bayi
akan ke bawah. Maka dari itu paling kuat ada di atas (fundus) dan otot-ototnya ketarik
ke atas
 Segmen bawah rahim (lokasi insisi SC)  semakin kuat kontraksinya, akan semakin tipis.
Jadi kalau sampai terjadi rupture uteri, lokasi seringnya di SBM, karena semua ototnya
ditarik ke atas. Otot bawah makin tipis, otot atas makin tebal (konsentrasi kontraksi).
Maka dari itu trope toco diletakkan tepat di fundus.
o Relaksasi otot tidak pernah mencapai 100% atau mencapai 0 dan masih bisa memiliki tonus.
 Waktu pemeriksaan : 20 menit dalam usia kehamilan 39 minggu dan belum ada kontraksi. Jangan lupa
ibu suruh makan terlebih dahulu, supaya hasilnya optimal. Kalau ibunya lapar, bayinya cenderung
tidur.
 Tombol kalibrasi (tanda panah berhadapan)  harus mengkalibrasi karena untuk menentukan baseline
dari topografi berkaitan dengan kontraksinya. Mulai dari angka 20 biasanya.
 Terdapat tombol pencetan untuk Ibu dengan tujuan memonitor gerakan bayi. Ibu harus memencet
apabila bayi bergerak
 Kecepatan 1cm/menit
o 2 kotak : 1 menit
o 1 kotak : 0,5 menit

- Membaca CTG

Atas : DJJ bayi


Bawah : menilai kontraksi
Langkah-langkah membaca dan melaporkan hasil CTG:

1) Baseline : 120-160 x/menit dengan rentang 10 beat

2) Variabilitas : 5-25 dpm


 Lihat aja naik turun, naik turun  normal
 Kalau <5 belum tentu jelek, karena bisa saja kondisi bayinya tidur. Akan tetapi apabila kondisi bayi
dalam distress atau tidur maka akan muncul tampilan flat. Kalau gambaran flat dan datar dengan
durasi panjang, itu tidak bagus.
o Bayi tidur  bangunin aja, goyangin perut ibu
 Kalau >25 belum tentu jelek, dapat dipengaruhi periode waktunya. Abnormal dikatakan apabila
periodenya > 15 detik. Karena kalau udah >15 detik bukan dinamakan variabilitas, namun akselerasi.
 Cara melaporkan: <5 atau >5

3) Akselerasi merupakan suatu peningkatan frekuensi denyut jantung janin sesuai dengan kontraksi dengan
>15 dpm dalam 15 detik
 Akselerasi dibentuk atas respon simpatis bayi yg bekerja dan aktif disebabkan
karena adanya stressor (dalam/bayi itu sendiri atau luar/ibunya).
 Normalnya ada kontraksi dan menyebabkan kenaikan (akselerasi). Kalau digambar
samping tidak ada kontraksi namun bergerak, stressornya apa? Gerak janin! (tanda
yang Ibunya suruh pencet)
 Hal ini dapat dikatakan bahwa dengan adanya gerakan bayi, merangsang
Akselerasi
peningkatan dari detak jantung bayi, sehingga menyebabkan akselerasi.
 Cara melaporkan: dengan ada (+) atau tidak ada (-)
 Kalau ada hipoksia maka gambarannya cenderung datar atau flat.

Gerak Janin
4) Deselerasi merupakan penurunan lebih dari 15 dpm (beat) selama lebih dari 15 detik , dengan atau tanpa
perubahan dari variabilitas. Deselerasi dimulai saat puncak kontraksi

 ini variabilitas normal (10 dpm)


a. Deselerasi dini
 Disebabkan karena kompresi kepala
 Gambaran khasnya: mirror-ing dengan kontraksi
 Puncak dari kekuatan kontraksi sama dengan titik terendah dari deselerasi. Menandakan
bahwa terjadi adanya kompresi kepala janin. Terjadinya kapan?
o Pembukaan 2 cm bisa terjadi gak?
 Deselerasi dini disebabkan karena ada penekanan pada kepala.
o Kapan kepala bayi akan tergencet oleh panggul ibu? Kala I, fase aktif.
 Kalau fase laten bisa terjadi gak? Tidak, karena kepala belum engagement,
maka tidak tergencet dan belum bisa menyebabkan deselerasi.
 Kalau hasil ada deselerasi dini, lakukan apa? Pemeriksaan dalam untuk lihat pembukaan
cervix dan presentasi kepala bayi.

b. Deselerasi lambat : deselerasi dimulai saat puncak kontraksi udah hampir selesai, baru mau
turun. Tanda ini merupakan tanda bahaya
 Disebabkan karena insufisiensi uteroplacental
Penyebabnya kompresi tali pusat, jadi blood flow nya gak lancar. Kalau ada stressor
menyebabkan akselerasi, kompensasi tubuh kita kalau ada hipoksia akan memompa jantung
lebih cepat. Ini pertanda pada puncak kontraksi sudah tidak bisa kompensasi  tanda bahaya.
Apa yang harus dilakukan? Terminasi.
 SELALU PASTIKAN : Periksa dalam dulu, untuk tahu pembukaannya lengkap atau tidak 
kalau lengkap, dapat dilakukan vakum atau forcep untuk mempercepat Kala II
 Kalau pembukaan 3-4 boleh di SC
 Komplikasi : stool bayi diukur AGD nya, karena hal ini belum tentu terjadi hipoksia. (di Indo
tidak rutin dilakukan)

c. Deselerasi variable :
 Gambaran khas: terdapat shoulder (tanda panah)  saat sebelum penurunan tiba-tiba ada
peningkatan sedikit
 Disebabkan karena penekanan tali pusat
o Tanda shoulder pada deselerasi disebabkan karena adanya oklusi partial, saat
kontraksi terjadi sebagai stressor, maka oklusi tersebut menjadi total
o Analogi : selang air dialirkan dan dilindes sepeda secara setengah, akan terjadi aliran
airnya berkurang sekitar 50%, jumlah tidak cukup, kompensasi dengan
meningkatkan pompanya (akselerasi), namun begitu ban sepeda menutup
semuanya, oklusi akan terjadi secara total yg berarti tidak ada pasokan oksigen lagi
dan menjadi hipoksia, menyebabkan penurunan, makanya dititik nadir. Begitu
kontraksinya sudah selesai, ban sepeda kita maju lagi, maka kebuka lagi setengah,
mulai naik lagi alirannya, karena oksigennya mulai datang lagi sampai terbuka
setengah, kemudian naik lagi. Pada akhirnya, saat ban sepeda lepas semua, maka
kembali ke normal.
d. Deselerasi prolong : deselerasi lambat tapi >2 menit, terhitung code blue, tidak naik-naik lagi,
bisa menyebabkan kematian dengan ditandai apgarnya jelek

- Kategori 1-3 CTG

Anda mungkin juga menyukai