Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

ASFIKSIA NEONATORUM

Disusun Oleh :
ERMIASIH

PROGRAM STUDI PROFESI NERS NON REGULER


STIKes KHARISMA KARAWANG
TAHUN 2019-202
LAPORAN PENDAHULUAN

ASFIKSIA NEONATORUM

A. Definisi

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara

spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir,

umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat

hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat atau

masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah

persalinan (Prawirohardjo, 2005).

Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas

secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia

janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang

timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-

akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak

dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi

bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-

gejala lanjut yang mungkin timbul (Depkes RI, 2005).

B. Etiologi

Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan

sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi


berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin

yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.

Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya

asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat dan

bayi berikut ini:

1. Faktor ibu

a. Preeklampsia dan eklampsia

b. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)

c. Partus lama atau partus macet

d. Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)

e. Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)

2. Faktor Tali Pusat

a. Lilitan tali pusat

b. Tali pusat pendek

c. Simpul tali pusat

d. Prolapsus tali pusat

3. Faktor Bayi

a. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)

b. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,

ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)

c. Kelainan bawaan (kongenital)

d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)


Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang

berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya

faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan

keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan

tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau

(sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi.

Oleh karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi

pada setiap pertolongan persalinan.

C. Tanda dan Gejala

1. Pada Kehamilan

Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari 100

x/mnt, halus dan ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.

a. Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia

b. Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia

c. Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam

gawat

2. Pada bayi setelah lahir

a. Bayi pucat dan kebiru-biruan

b. Usaha bernafas minimal atau tidak ada

c. Hipoksia

d. Asidosis metabolik atau respiratori

e. Perubahan fungsi jantung

f. Kegagalan sistem multiorgan


g. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala

neurologik : kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/ tidak

menangis.

h. Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung

kurang dari 100 x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun,

tidak ada respon terhadap refleks rangsangan.

Appnoe primer : Pernafasan cepat, denyut nadi menurun dan tonus

neuromuscular menurun

Appnoe sekunder : Apabila asfiksia berlanjut , bagi menunjukan

pernafasan megap–megap yang dalam, denyut jantung terus menerus,

bayi terlihat lemah (pasif), pernafasan makin lama makin lemah

TANDA- STADIUM I STADIUM II STADIUM III

TANDA

Tingkat Sangat Lesu (letargia) Pinsan (stupor),

kesadaran waspada koma

Tonus otot Normal Hipotonik Flasid

Postur Normal Fleksi Disorientasi

Refleks Hyperaktif Hyperaktif Tidak ada

tendo/klenus

Mioklonus Ada Ada Tidak ada

Refleks Kuat Lemah Tidak ada

morrow
Pupil Midriasis Miosis Tidak sama, refleks

cahaya jelek

Kejang- Tidak ada Lazim Deserebrasi

kejang

EEG Normal aktifitasèVoltase Supresi ledakan

rendah kejang- sampai isoelektrik

kejang

Lamanya 24 jam jika 24 jam sampai 14 Beberapa hari

ada kemajuan hari sampai beberapa

minggu

Hasil akhir Baik Bervariasi Kematian, defisit

berat

Penilaian menurut score APGAR merupakan tes sederhana untuk

memutuskan apakah seorang bayi yang baru lahir membutuhkan

pertolongan. Tes ini dapat dilakukan dengan mengamati bayi segera

setelah lahir (dalam menit pertama), dan setelah 5 menit. Lakukan hal ini

dengan cepat, karena jika nilainya rendah, berarti tersebut membutuhkan

tindakan.

Observasi dan periksa :

A = “Appearance” (penampakan) perhatikan warna tubuh bayi.

P = “Pulse” (denyut). Dengarkan denyut jantung bayi dengan stetoskop

atau palpasi denyut jantung dengan jari.


G = “Grimace” (seringai). Gosok berulang-ulang dasar tumit ke dua

tumit kaki bayi dengan jari. Perhaitkan reaksi pada mukanya. Atau

perhatikan reaksinya ketika lender pada mukanya. Atau perhatikan

reaksinya ketika lender dari mulut dan tenggorokannya dihisap.

A = “Activity”. Perhatikan cara bayi yang baru lahir menggerakkan kaki

dan tangannya atau tarik salah satu tangan/kakinya. Perhatikan

bagaimana kedua tangan dan kakinya bergerak sebagai reaksi terhadap

rangsangan tersebut.

R = “Repiration” (pernapasan). Perhatikan dada dan abdomen bayi.

Perhatikan pernapasannya.

JUMLAH
TANDA 0 1 2
NILAI

Frekwensi Tidak ada Kurang dari Lebih dari

jantung 100 x/menit 100 x/menit

Usaha Tidak ada Lambat, Menangis

bernafas tidak teratur kuat

Tonus otot Lumpuh / Ekstremitas Gerakan

lemas fleksi sedikit aktif

Refleks Tidak ada Gerakan Menangis

respon sedikit batuk

Warna Biru / Tubuh: Tubuh dan

pucat kemerahan, ekstremitas

ekstremitas: kemerahan

biru
Apgar Skor : 7-10; bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan

istimewa

Apgar Skor 4-6; (Asfiksia Neonatorum sedang); pada pemeriksaan fisik

akan terlihat frekwensi jantung lebih dari 100 X / menit, tonus otot

kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada

Apgar Skor 0-3 (Asfiksia Neonatorum berat); pada pemeriksaan fisik

ditemukan frekwensi jantung kurang dari 100 X / menit, tonus otot

buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak

ada.

Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama

kehamilan / persalinan, akan terjadi asfiksia. Keadaan ini akan

mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan

kematian. Kerusakan dan gangguan ini dapat reversible atau tidak

tergantung dari berat badan dan lamanya asfiksia. Asfiksia ringan yang

terjadi dimulai dengan suatu periode appnoe, disertai penurunan

frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan menunjukan usaha nafas, yang

kemudian diikuti pernafasan teratur. Pada asfiksia sedang dan berat usaha

nafas tidak tampak sehingga bayi berada dalam periode appnoe yang

kedua, dan ditemukan pula bradikardi dan penurunan tekanan

darah. Disamping perubahan klinis juga terjadi gangguan metabolisme

dan keseimbangan asam dan basa pada neonatus.


Pada tingkat awal menimbulkan asidosis respiratorik, bila gangguan

berlanjut terjadi metabolisme anaerob yang berupa glikolisis glikogen

tubuh, sehingga glikogen tubuh pada hati dan jantung berkurang.

Hilangnya glikogen yang terjadi pada kardiovaskuler menyebabkan

gangguan fungsi jantung. Pada paru terjadi pengisian udara alveoli yang

tidak adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh darah paru.

Sedangkan di otak terjadi kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan

kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya.


D. Pathway
E. Komplikasi

1. Edema otak & Perdarahan otak

Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah

berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak

pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik

otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat

menimbulkan perdarahan otak.

2. Anuria atau oliguria

Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia,

keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya,

yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung

akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal

inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah

mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.

3. Kejang

Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran

gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan

kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak

tersebut karena perfusi jaringan tak efektif.

4. Koma

Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan

menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan

perdarahan pada otak.


F. Pemeriksaan Penunjang

1. Foto polos dada

2. USG kepala

3. Laboratorium : darah rutin, analisa gas darah, serum elektrolit

4. PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status parasidosis,

tingkat rendah menunjukkan asfiksia bermakna.

5. Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43%-61%.

6. Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya

kompleks antigen-antibodi pada membran sel darah merah, menunjukkan

kondisi hemolitik.

G. Penatalaksanaan Medis

1. Resusitasi

a. Tahapan resusitasi tidak melihat nilai apgar (lihat bagan)

b. Terapi medikamentosa :

2. Epinefrin

Indikasi :

a. Denyut jantung bayi < 60 x/m setelah paling tidak 30 detik dilakukan

ventilasi adekuat dan pemijatan dada.

b. Asistolik.

Dosis : 0,1-0,3 ml/kg BB dalam larutan 1 : 10.000 (0,01 mg-0,03

mg/kg BB) Cara : i.v atau endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit

bila perlu.
3. Volume ekspander

Indikasi :

a. Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia dan

tidak ada respon dengan resusitasi.

b. Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok.

Klinis ditandai adanya pucat, perfusi buruk, nadi kecil/lemah, dan

pada resusitasi tidak memberikan respon yang adekuat.

Jenis cairan :

a. Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0,9%, Ringer Laktat)

b. Transfusi darah golongan O negatif jika diduga kehilangan darah

banyak.

Dosis : Dosis awal 10 ml/kg BB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat

diulang sampai menunjukkan respon klinis.

4. Bikarbonat

Indikasi :

a. Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahir yang mendapatkan resusitasi.

Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik.

b. Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan

hiperkalemia harus disertai dengan pemeriksaan analisa gas darah dan

kimiawi.

Dosis : 1-2 mEq/kg BB atau 2 ml/Kg BB (4,2%) atau 1 ml/kg bb (8,4%)

Cara : Diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5% sama banyak

diberikan secara intravena dengan kecepatan minimal 2 menit.


Efek samping : Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO2 dari

bikarbonat merusak fungsi miokardium dan otak.

5. Nalokson

Nalokson hidrochlorida adalah antagonis narkotik yang tidak

menyebabkan depresi pernafasan. Sebelum diberikan nalakson ventilasi

harus adekuat dan stabil.

Indikasi :

a. Depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya menggunakan

narkotik 4 jam sebelum persalinan.

b. Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya baru dicurigai

sebagai pemakai obat narkotika sebab akan menyebabkan tanda with

drawltiba-tiba pada sebagian bayi.

Dosis : 0,1 mg/kg BB (0,4 mg/ml atau 1 mg/ml)

Cara : Intravena, endotrakeal atau bila perpusi baik diberikan i.m atau s.c

6. Suportif

a. Jaga kehangatan.

b. Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka.

c. Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah dan elektrolit)


H. Data Sistem Pengkajian

Data Umum

1. Biodata

Terdiri dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak

keberapa, jumlah saudara dan identitas orang tua. Yang lebih ditekankan

pada umur bayi karena berkaitan dengan diagnosa Asfiksia Neonatorum.

2. Keluhan Utama

Pada klien dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak nafas.

3. Riwayat kehamilan dan persalinan

Bagaimana proses persalinan, apakah spontan, premature, aterm, letak

bayi belakang kaki atau sungsang

4. Kebutuhan dasar

a. Pola Nutrisi

Pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral, karena organ

tubuh terutama lambung belum sempurna, selain itu juga bertujuan

untuk mencegah terjadinya aspirasi pneumoni

b. Pola Eliminasi

Umumnya klien mengalami gangguan b.a.b karena organ tubuh

terutama pencernaan belum sempurna

c. Kebersihan diri

Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan pasien,

terutama saat b.a.b dan b.a.k, saat b.a.b dan b.a.k harus diganti

popoknya
d. Pola tidur

Biasanya istirahat tidur kurang karena sesak nafas

5. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

Pada umumnya pasien dengan asfiksia dalam keadaan lemah, sesak

nafas, pergerakan tremor, reflek tendon hyperaktif dan ini terjadi pada

stadium pertama.

b. Tanda-tanda Vital

Pada umunya terjadi peningkatan respirasi

c. Kulit

Pada kulit biasanya terdapat sianosis

d. Kepala

Inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor masih

cekung, sutura belum menutup dan kelihatan masih bergerak

e. Mata

Pada pupil terjadi miosis saat diberikan cahaya.

f. Hidung

Yang paling sering didapatkan adalah didapatkan adanya pernafasan

cuping hidung.

g. Dada

Pada dada biasanya ditemukan pernafasan yang irregular dan

frekwensi pernafasan yang cepat

h. Neurology / reflek

Reflek Morrow : Kaget bila dikejutkan (tangan menggenggam)


6. Gejala dan tanda

a. Aktifitas; pergerakan hyperaktif

b. Pernafasan ; gejala sesak nafas Tanda : Sianosis

c. Tanda-tanda vital; Gejala hypertermi dan hipotermi Tanda :

ketidakefektifan termoregulasi

Data Khusus

1. Sirkulasi

a. Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt.

Tekanan darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45

mmHg (diastolik).

b. Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas

maksimal tepat di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/

IV.

c. Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.

d. Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.

2. Eliminasi

Dapat berkemih saat lahir.

3. Makanan/cairan

a. Berat badan : 2500-4000 gram

b. Panjang badan : 44-45 cm

c. Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)

4. Neurosensori

a. Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.


b. Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30

menit pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas).

Penampilan asimetris (molding, edema, hematoma).

c. Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi

menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek

narkotik yang memanjang)

5. Pernafasan

a. Skor APGAR : 1 menit......5 menit....... skor optimal harus antara

7-10.

b. Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.

c. Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya

silindrik thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.

6. Keamanan

a. Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah

dan distribusi tergantung pada usia gestasi).

b. Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat,

warna merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang

menunjukkan memar minor (misal : kelahiran dengan forseps),

atau perubahan warna herlequin, petekie pada kepala/ wajah

(dapat menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan

kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis

(kelopak mata, antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak

mongolia (terutama punggung bawah dan bokong) dapat terlihat.

Abrasi kulit kepala mungkin ada (penempatan elektroda internal).


I. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi mukus

banyak.

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi atau

hiperventilasi

3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan

perfusi ventilasi.
J. Rencana Tindakan Keperawatan

NO
NO HARI/TGL TUJUAN INTERVENSI
DX

1. I Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 A. Menejemen Jalan Napas

jam, klien dapat mencapai bersihan jalan napas yang 1) Buka jalan napas

efektif, dengan kriteria hasil: 2) Posisikan untuk memaksimalkan

ventilasi.

Respiratory Status: Airway patency 3) Identifikasi untuk perlunya pemasangan

Tujuan alat jalan napas buatan


No Indikator Awal 4) Keluarkan secret dengan suction
1 2 3 4 5

1. Pengeluaran sputum 2 √ 5) Auskultasi suara napas, catat bila ada


pada jalan napas
2. Irama napas sesuai 2 √ suara napas tambahan
yang diharapkan
3. Frekuensi 2 √ 6) Monitor rata-rata respirasi setiap
pernapasan sesuai
yang diharapkan pergantian shift dan setelah dilakuakan
tidakan suction

Keterangan: B. Suksion Jalan Napas

1. Keluhan ekstrim 1) Auskultasi jalan napas sebelum dan

2. Keluhan berat sesudah suction

3. Keluhan sedang 2) Informasikan keluarga tentang prosedur

4. Keluhan ringan suction

5. Tidak ada keluhan 3) Berikan O2dengan menggunakan nasal

untuk memfasilitasi suksion nasotrakheal

4) Hentikan suksion dan berikan oksigen

bila menunjukkan bradikardi peningkatan

saturasi oksigen
2. II Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 A. Manajemen Jalan Napas

jam, klien dapat mencapai napas efektif, dengan kriteria 1) Buka jalan napas

hasil: 2) Posisikan untuk memaksimalkan

ventilasi.

Respiratory Status: Ventilation 3) Identifikasi untuk perlunya pemasangan

Tujuan alat jalan napas buatan


No
Indikator Awal 1 2 3 4 5
4) Keluarkan secret dengan suction
1. Auskultasi suara 2 √
napas sesuai 5) Auskultasi suara napas, catat bila ada
2. Bernapas mudah 2 √
suara napas tambahan
3. Tidak didapatkan 2 √
penggunaan otot 6) Monitor penggunaan otot bantu
tambahan
pernapasan
Keterangan:
7) Monitor rata-rata respirasi setiap
1. Keluhan ekstrim
pergantian shift dan setelah dilakuakan
2. Keluhan berat
tidakan suction
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan

5. Tidak ada keluhan

3. III Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 A. Manajemen asam-basa:

jam, kerusakan pertukaran gas dapat diatasi, dengan 1. Kaji bunyi paru, frekuensi nafas,

kriteria hasil: kedalaman nafas, dan produksi sputum.

Respiratory status: gas exchange 2. Pantau saturasi O2 dengan oksimetri.

Tujuan 3. Pantau hasil analisa gas darah


No Indikator Awal
1 2 3 4 5 4. Observasi terhadap sianosis

1. Kemudahan dalam 3 √
bernafas
2. Dispnea saat 3 √
istirahat tidak ada
3. Dispnea saat 3 √
aktivitas tidak ada
4. Sianosis tidak ada 3 ⱱ

5. Somnolen tidak ada 3 √


Keterangan:

1. Keluhan ekstrim

2. Keluhan berat

3. Keluhan sedang

4. Keluhan ringan

5. Tidak ada keluhan


DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2005. Pelatihan Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir untuk Bidan.
Jakarta.

IBI. 2006. 50 Tahun IBI Menyongsong Masa Depan. Jakarta: Pengurus IBI Pusat..

Johnson, M., Meriden M.,Sue M. 2000. Nursing Outcome Classification (NOC).


St. Louis Baltimore: Mosby.

Kartiningsih. 2009. Hubungan antara Faktor Ibu dengan Kejadian Asfiksia


Neonatorum di RSU Pandan Arang Kabupaten Boyolali. Solo: Stikes

Mc Closkey, JC., Gloria MB. 2000. Nursing Intervention Classification (NIC). St.
Louis Baltimore: Mosby.

NANDA. 2011. Nursing Diagnosis: Definition and Classification. Philadelphia:


NANDA International

Anda mungkin juga menyukai