Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN ANAK
ASFIKSIA

DISUSUN OLEH :
INDAH WULANDARI BERUTU
2214901024

POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG


KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PRODI NERS KEPERAWATAN
TAHUN 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN
ASFIKSIA
A. Definisi
Suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami gangguan tidak segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia dapat terjadi
selama kehamilan atau persalinan.
Asfiksia dalam Kehamilan dapat disebabkan oleh :

• Penyakit infeksi akut atau kronis, keracunan obat bius, uremia,


toksemia gravidarum, anemia berat, cacat bawaan atau trauma.

Asfiksia dalam Persalinan dapat disebabkan oleh :


• Partus lama, Ruptura uteri yang membakat, tekanan terlalu kuat
kepala anak pada plasenta, prolapsus, pemberian obat bius terlalu
banyak dan tidak tepat pada waktunya, plasenta, solusia
plasenta, placenta (serotinus).
B. Etiologi
Menurut NANDA Nic Noc (2015), asfiksia dapat terjadikarena
beberapa factor, yaitu :
1. Faktor Ibu

a. Hipoksia Ibu

Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat


analgetik atau anestesi dalam, dan kondisi ini akan
menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.
b. Gangguan aliran darah fetus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan
berkurangnya aliran oksigen ke plasenta dan juga ke janin,
kondisi ini sering ditemukan pada :
• Gangguan kontraksi uterus pada hipertoni, hipotoni,
tetani uteri

• Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan

• Hipertensi pada penyakit toksemia, eklamsia, dll.


c. Primi tua, DM, anemia, riwayat lahir mati,ketuban pecah
dini, infeksi

2. Faktor Plasenta

Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan
kondisi plasenta, asfiksis janin dapat terjadi bila terdapat
gangguan mendadak pada plasenta, misalnya abruption
plasenta, solusio plasenta.

3. Faktor Fetus

Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran


darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat
pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini
dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, melilit
leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir dan janin. Selain itu
factor asfiksia dapat dipengaruhi meconium kental, prematuritas,
dan persalinan ganda.
4. Faktor Lama Persalinan

Persalinan yang lama,VE, kelainan letak, serta operasi Caesar.

5. Faktor Neonatus

Depresi pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena


beberapa hal yaitu pemakaian obat anestesi/analgetik yang
berlebihan pada ibu secara langsung, trauma pada saat
persalinan sehingga dapat mengakibatkan perdarahan intra
kranial, kelainan kongenital pada bayi misalnya hernia
diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernapasan,
hipoplasia paru.
C. Tanda dan gejala,klasifikasi

Tanda dan gejala asfiksia dapat muncul berupa :

1. Asfiksia ringan

a. Takipnea dengan napas >60x/menit

b. Bayi tampak sianosis

c. Adanya retraksi sela iga

d. Bayi merintih

e. Adanya pernapasan cuping hidung

f. Bayi kurang aktif

g. Dari pemeriksaan auskultasi deperoleh hasil ronchi, rales,


dan wheezing positif

2. Asfiksia sedang
• Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali permenit.

• Usaha napas lambat

• Adanya pernapasan cuping hidung

• Adanya retraksi sela iga

• Tonus otot dalam keadaan baik/lemah

• Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan


namun tampak lemah

• Bayi tampak sianosis


• Tidak terjadi kekurangn oksigen yang bermakna selama
proses persalinan
3. Asfiksia berat

a. Frekuensi jantung kecil, yaitu <40x/menit

b. Tidak ada usaha na Adanya retraksi sela iga

c. Tonus otot lemah bahkan hamper tidak ada

d. Bayi tidak dapit memberikan reaksi jika diberi rangsangan

e. Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelab


f. Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau
sesudah persalinan.

B. Klasifikasi

a. Asfiksia Ringan

Skor APGAR 7-10. Bayi dianggap sehat, dan tidak memerlukan


tindakan istimewa.
b. Asfiksia Sedang

Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat jika


frekuensi detak jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang
baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.

c. Asfiksia Berat
Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk,
sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas
tidak ada, pada asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi
jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum
lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum
pemeriksaan fisik sama asfiksia berat.
Cara menilai tingkatan APGAR score dengan :

1) Menghitung frekuensi jantung.

2) Melihat usaha bernafas.

3) Menilai tonus otot.

4) Menilai reflek rangsangan.

5) Memperlihatkan warna kulit.

Di bawah ini adalah tabel untuk menentukan tingkat derajat


asfiksia yang dialami bayi:

Tubuh
Seluruh

kulit) Ekstermita
putih bir
s merahan
u
(Frekuensi Tidak
jantung) ada menit

Batuk/Bersin/Men
Tidak Menyeringa a
ada i
ngis
Tidak Fleksi kuat,
Ada gerak
otot) (Lemah)
Gerakan aktif
Lambat
atau tidak
teratur
Tidak (Merintih)
ada keras
D. Patofisiologi

Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta.
Adanya hipoksia dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan
fungsional dan biokimia pada janin. Faktor ini yang berperan pada
kejadian asfiksia.
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah
rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (Denyut Jantung Janin)
menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus
vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari
nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler
dan menghilang.
Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa
kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru,
bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak
berkembang. Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti,
denyut jantung mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler
berkurang secara berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu
primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam,
denyut jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun
dan bayi akan terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin
lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu
sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2)
terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan
tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian
akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian
tidak dimulai segera. (Aziz, 2009)
E. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosisa asfiksia pada bayi baru lahir menurut Prawirohardjo (2010),
yaitu:
1. Denyut Jantung Bayi

Frekuensi denyut jantung normal pada bayi yaitu sekitar 120


dan 160 kali selama satu menit. Apabila frekuensi denyut jantung
turun sampai dibawah

100 semenit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal ini
merupakan tanda bahaya bagi bayi

2. Analisa Gas Darah

3. Laboratorium

Pemeriksaan darah rutin meliputi hemoglobin/hematokrit (HB/


Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43%-61%), analisa gas darah
dan serum elektrolit.
4. Baby gram (RO dada)

5. USG (kepala)
F. Penatalasanaan

Menurut Aziz Hidayat (2009), Cara pelaksanaan resusitasi sesuai


tingkatan asfiksia, antara lain :
1. Asfiksi Ringan (Apgar score 7-10)

a) Bayi dibungkus dengan kain hangat

b) Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada hidung


kemudian mulut.
c) Bersihkan badan dan tali pusat.

d) Lakukan observasi tanda vital dan apgar score dan masukan


ke dalam inkubator.
2. Asfiksia sedang (Apgar score 4-6)
a) Bersihkan jalan napas.
b) Berikan oksigen 2 liter per menit.

c) Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki


apabila belum ada reaksi,bantu pernapasan dengan
melalui masker (ambubag).
d) Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis
berikan natrium bikarbonat 7,5%sebanyak 6cc. Dextrosa
40% sebanyak 4cc disuntikan melalui vena umbilikus
secara perlahan-lahan, untuk mencegah tekanan intra
kranial meningkat.
3. Asfiksia berat (Apgar skor 0-3)

a) Bersihkan jalan napas sambil pompa melalui lambubag.

b) Berikan oksigen 4-5 liter per menit.

c) Bila tidak berhasil lakukan ETT (Endotracheal Tube).

d) Bersihkan jalan napas melalui ETT (Endotracheal Tube).

e) Apabila bayi sudah mulai benapas tetapi masih sianosis


berikan natrium bikarbonat 7,5% sebanyak 6cc. Dextrosa
40% sebanyak 4cc.

G. Masalah keperawatan dan data pendukung

1. Identitas

a. Identitas pasien

Berisi nama pasien, umur, jeis kelamin, agama, suku,


tanggal masuk, tanggal pengkajian dan diagnosa medis.
b. Identitas penanggungjawab

Berisi nama penanggung jawab pasien dan hubungan


dengan pasien.
2. Status kesehatan

a. Status kesehatan saat ini

1) Keluhan utama (saat masuk RS dan saat ini)


Keluhan yang paling dasar atau utama yang pasien
katakana

2) Alasan masuk RS dan perjalanan penyakit saat ini

Perjalanan penyakit dan alasan saat pasien masuk


Rumah Sakit yang dimulai dari pasien masuk IGD,
kemudian masuk bangsal sampai saat dilakukan
pengkajian.
b. Status kesehatan masa lalu

Berisikan riwayat kesehatan pasien, apakah sebelumnya


pasien pernah dirawat di rs atau tidak, dan riwayat alergi
terhadap makanan atau obat- obatan. Serta kebiasaan
merokok, kopi, alkohol dan lain sebagainya.
3. Pola kebutuhan dasar ( data Bio-Psiko-Sosio-Kultural-
Spiritual)

a. Pola persepsi dan managemen kesehatan

Jika pasien sakit biasanya langsung periksa ke tempat


pelayanan kesehatan atau tidak, apakah pasien
menganggap kesehatan itu penting.
b. Pola nutrisi-metabolik

Apakah pasien nafsu untuk makan, porsi makan rumah


sakitnya apakah habis, kalau dimakan berapa ukurannya,
bagaimana pola minumnya, habis

berapa gelas setiap hari.


c. Pola eliminasi

Bagaimana pola BAB dan BAK pasien, bagaimana


teksturnya, bentuknya dan warnanya.
d. Pola aktivitas dan latihan

Saat beraktivitas (saat sakit) seperti makan


minum,berpakaian, mandi dan berpindah apakah
membutuhkan bantuan atau mandiri.
e. Pola tidur dan istirahat ( sebelum sakit dan saat sakit )

Bagaimana pola tidur pasien, berapa lama pasien tidur, jika


tidak bisa tidur karena faktor apa.
f. Pola peran-hubungan ( sebelum sakit dan saat sakit )

Bagaimana hubungan pasien dengan keluarganya dan


apakah pasien tahu

peranannya dalam keluarganya.


4. Kajian khusus pediatric

a. Riwayat prenatal

Lama kehamilan, masalah selama kehamilan, cara lahir,


BBL, dan penyakit saat kehamilan.
b. Riwayat postnatal

Lama pemberian ASI, riwayat imunisasi, dan tumbuh


kembang.

c. Antropometri

Berat badan, tingi badan, dan indeks masa tubuh.

5. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

Pada umumnya pasien dengan asfiksia dalam keadaan lemah,


sesak nafas, pergerakan tremor, reflek tendon hyperaktif
dan ini terjadi pada stadium pertama.
b. Tanda-tanda Vital
Pada umunya terjadi peningkatan respirasi
c. Kepala dan leher
Inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor
masih cekung, sutura belum menutup dan kelihatan masih
bergerak
d. Mata

Bagaimana konjungtivanya, apakah cekung, apakah


anemis, bagaimana reflek cahayanya dan bagaimana
mukosa bibirnya.
e. Hidung

Sering didapatkan adanya pernafasan cuping hidung.

f. Dada

Pada dada biasanya ditemukan pernafasan yang irregular dan


frekwensi pernafasan yang cepat
g. Integumen
Pada kulit biasanya terdapat sianosis
h. Ektremitas

Apakah ada luka, ada bengkak, ada lesi, jika ada letaknya
dimana,dan lebarnya berapa.
Langkah Pemeriksaan :

1) Inspeksi

Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat


bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan (
mata atau kaca pembesar).
2) Palpasi

Teknik pemeriksaan yang menggunakan indera


peraba: tangan, dan jari untuk mendeteksi ciri-ciri
jaringan atau organ seperti temperature,
bentuk,ukuran, kelembapan dan penonjolan.
3) Perkusi

Pemeriksaaan dengan cara mengetuk bagian permukaan


tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian
tubuh yang lain, yang menghasilkan suara yang
bertujuan untuk mengidentifikasi batas/lokasi dan
konsistensi jaringan

a) Suara perkusi normal


1) Sonor (resonan): pada jaringan paru yang
normal, umumnya bergaung dan bernada
rendah.
2) Dullness: dihasilkan diatas jantumg dan paru.

3) Tympany: dihasilkan diatas perut yang berisi


udara.

b) Suara perkusi abnormal

• Hiperresonan: lebih rendah dari resonan


seperti paru abnormal yang berisi udara.
• Flatness: nada lebih tinggi dari dullness,
seperti perkusi pada paha, dan pada bagian
jaringan lainnya.
4) Auskultasi

Pemeriksaaan fisik yang dilakukan dengan cara


mendengarkan suara

yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan


alat stetoskop, yang didengar kan yaitu suara nafas,
bunyi jantung, suara nafas dan bising usus.

a) Suara nafas normal

• Bronchial atau tubular sound seperti suara


dalam pipa, keras, nyaring, dan hembusan
lembut.
• Bronkovesikuler sebagai gabungan antara
suara nafas bronchial dengan vesikuler.
• Vesikuler terdengar lembut, halus, seperti
hembusan angin sepoi-sepoi.
Jenis suara tambahan
- Wheezing: suara nyaring,musical, terus-
menerus akibat jalan nafas yang menyempit.
- Ronchi: suara mengorok karena adanya
sekresi kental dan peningkatan produksi
sputum.
- Pleural friction rub: suara kasar, berciut, dan
seperti gesekan akibat gesekan akibat
inflamasi dalam pleura, nyeri saat bernafas.
- Cracles:

• Fine cracles: suara meletup akibat


melewati daerah alveoli, seperti
suararambut digesekkan.

• Coars crales: lemah, kasar, akibat


ada cairan dijalan saluran
pernafasan yang besar. Berubah
jika pasien batu
H. Diagmosa keperawatan
1) Gangguan pertukaran gas b.d gangguan aliran darah ke alveoli,alveolar
edema
2) Termogulasi tidak efektif b.d perubahan laju metabolisme
3) Ketidak efektifan pola nafas b. d hiperventilasi
I. Tujuan rencana keperawatan kriteria hasil , intervensi
Diagnosis, Tujuan, Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan pertukaran gas Observasi
Setelah dilakukan intervensi, - Monitor frekuensi, irama, kedalaman
maka diharapkan pertukaran dan upaya napas
gas meningkat. Dengan kriteria - Monitor pola napas (seperti
hasil : bradypnea, takipnea, hiperventilasi,
- Dispnea menurun kussmaul, Cheyne-stokes, biot,
- Bunyi napas tambahan ataksik)
menurun - Monitor kemampuan batuk efektif
- Takikardia menurun - Monitor adanya produksi sputum
- PCO2 membaik - Monitor adanya sumbatan jalan napas
- PO2 membaik - Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- pH arteri membaik - Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai analisa gas darah
- Monitor hasil x-ray thoraks
Terapeutik
- Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu.
Termoregulasi tidak efektif Observasi
Setelah dilakukan intervensi, - Monitor suhu tubuh bayi sampai stabil
maka diharapkan termoregulasi (36,5 – 37,5°C)
membaik. Dengan kriteria hasil - Monitor suhu tubuh anak tiap 2 jam,
: jika perlu
- Menggigil menurun - Monitor tekanan darah, frekuensi
- Suhu tubuh membaik pernapasan dan nadi
- Suhu kulit membaik - Monitor warna dan suhu kulit
- Monitor dan catat tanda dan gejala
hipotermia atau hipertermia
Terapeutik
- Pasang alat pemantau suhu kontinu,
jika perlu
- Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi
yang adekuat
- Bedong bayi segera setelah lahir untuk
mencegah kehilangan panas
- Masukkan bayi BBLR ke dalam
plastic segera setelah lahir (mis: bahan
polyethylene, polyurethane)
- Gunakan topi bayi untuk mencegah
kehilangan panas pada bayi baru lahir
- Tempatkan bayi baru lahir di bawah
radiant warmer
- Pertahankan kelembaban incubator
50% atau lebih untuk mengurangi
kehilangan panas karena proses
evaporasi
- Atur suhu incubator sesuai kebutuhan
- Hangatkan terlebih dahulu bahan-
bahan yang akan kontak dengan bayi
(mis: selimut, kain bedongan,
stetoskop)
- Hindari meletakkan bayi di dekat
jendela terbuka atau di area aliran
pendingin ruangan atau kipas angin
- Gunakan matras penghangat, selimut
hangat, dan penghangat ruangan untuk
menaikkan suhu tubuh, jika perlu
- Gunakan Kasur pendingin, water
circulating blankets, ice pack, atau gel
pad dan intravascular cooling
cathetherization untuk menurunkan
suhu tubuh
- Sesuaikan suhu lingkungan dengan
kebutuhan pasien
Edukasi
- Jelaskan cara pencegahan heat
exhaustion dan heat stroke
- Jelaskan cara pencegahan hipotermi
karena terpapar udara dingin
- Demonstrasikan Teknik perawatan
metode kanguru (PMK) untuk bayi
BBLR
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antipiretik, jika
perlu

Pola nafas tidak efektif Observasi :


Setelah dilakukan intervensi, - Monitoring pola nafas( frekuensi,
maka diharapkan pola napas kedalaman, usaha napas)
membaik. Dengan kriteria hasil - Monitoring bunyi nafas (mis,
: gargling, mengi, whezing, rochi
- Tekanan ekspirasi kering)
meningkat - Monitoring sputum (jumlah, warna,
- Tekanan inspirasi aroma)
meningkat Terapetik
- Dispnea menurun - Pertahankan kepatenan jalan napas
- Penggunaan otot bantu dengan head-tilt dan chin-lift
napas menurun - Posisikan semi-fowler atau fowler
- Frekuensi napas membaik - Berikan minum hangat
- Kedalaman napas membaik - Lakukan penghisapan lendir kurang
dari 15dtk
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda padat
dengan forsep McGill
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
- Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari,
jika tidak kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Nuarif, Amin Huda.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC
EdisiRevisi Jilid I 2015. Yogyakarta:MediactionHidayat,
Aziz. 2009. Pengaturan Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika.
Sarwono Prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta
Setiadi. 2012. Konsep dan penulisan asuhan keperawtan.. Yogyakarta: Graha

Anda mungkin juga menyukai