KEPERAWATAN ANAK
ASFIKSIA
DISUSUN OLEH :
INDAH WULANDARI BERUTU
2214901024
a. Hipoksia Ibu
2. Faktor Plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan
kondisi plasenta, asfiksis janin dapat terjadi bila terdapat
gangguan mendadak pada plasenta, misalnya abruption
plasenta, solusio plasenta.
3. Faktor Fetus
5. Faktor Neonatus
1. Asfiksia ringan
d. Bayi merintih
2. Asfiksia sedang
• Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali permenit.
B. Klasifikasi
a. Asfiksia Ringan
c. Asfiksia Berat
Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk,
sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas
tidak ada, pada asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi
jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum
lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum
pemeriksaan fisik sama asfiksia berat.
Cara menilai tingkatan APGAR score dengan :
Tubuh
Seluruh
kulit) Ekstermita
putih bir
s merahan
u
(Frekuensi Tidak
jantung) ada menit
Batuk/Bersin/Men
Tidak Menyeringa a
ada i
ngis
Tidak Fleksi kuat,
Ada gerak
otot) (Lemah)
Gerakan aktif
Lambat
atau tidak
teratur
Tidak (Merintih)
ada keras
D. Patofisiologi
Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta.
Adanya hipoksia dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan
fungsional dan biokimia pada janin. Faktor ini yang berperan pada
kejadian asfiksia.
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah
rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (Denyut Jantung Janin)
menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus
vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari
nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler
dan menghilang.
Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa
kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru,
bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak
berkembang. Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti,
denyut jantung mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler
berkurang secara berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu
primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam,
denyut jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun
dan bayi akan terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin
lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu
sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2)
terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan
tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian
akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian
tidak dimulai segera. (Aziz, 2009)
E. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosisa asfiksia pada bayi baru lahir menurut Prawirohardjo (2010),
yaitu:
1. Denyut Jantung Bayi
100 semenit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal ini
merupakan tanda bahaya bagi bayi
3. Laboratorium
5. USG (kepala)
F. Penatalasanaan
1. Identitas
a. Identitas pasien
a. Riwayat prenatal
c. Antropometri
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
f. Dada
Apakah ada luka, ada bengkak, ada lesi, jika ada letaknya
dimana,dan lebarnya berapa.
Langkah Pemeriksaan :
1) Inspeksi