Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN ASFIKSIA DI RUANG MELATI

RSUD WONOSARI

1. Definisi menurut beberapa ahli


a. Asfiksia yaitu hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis. Jika
prosesnya berlangsung jauh mengakibatkan kerusakan otak atau kematian.
(Saifuddin, 2002)

b. Asfiksia neonatorum ialah keadaan bayi yang tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir, disebabkan hipoksia janin dalam
uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor yang timbul dalam
kehamilan, persalinan. (Sarwono, 2007)

c. Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur
setelah lahir. Jika mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia setelah
persalinan, yang berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada
bayi selama atau sesudah persalinan. (JNPK-KR, 2008)

d. Asfiksia yaitu keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur setelah lahir. (Jitowiyono, Sugeng, 2010)

e. Asfiksia adalah keadaan bayi tidak menangis setelah lahir yang tidak dapat
bernafas spontan dan teratur, sehingga menurunkan O2 dan meningkatkan
CO2 yang berakibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. Tujuan
tindakannya yaitu melancarkan kelangsungan pernafasan bayi yang
sebagian besar terjadi pada waktu persalinan. (Manuaba, I. B. G, 2010)

2. Etiologi
Hipoksia janin dapat menyebabkan asfiksia  neonatorum terjadi karena
gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga gangguan
dalam persediaan O2 dan menghilangkan CO2. Gangguan Ini berlangsung
secara menahun akibat kondisi/kelainan pada ibu selama kehamilan atau secara
mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan. (Wiknjosastro,
2010).

Hipoksia janin merupakan akibat dari :


a. Oksigenasi darah ibu tidak mencukupi menyebabkan hipoventilasi selama
anestesi, penyakit jantung sianosis, gagal pernafasan atau keracunan
karbonmonoksida
b. Tekanan darah ibu yang rendah akibat hipotensi, merupakan komplikasi
anestesi spinal atau akibat kompresi vena cava dan aorta pada uterus gravid
c. Relaksasi uterus tidak cukup sehingga memberikan pengisian plasenta
karena adanya tetani uterus, yang disebabkan pemberian oksitosin berlebihan
d. Pemisahan plasenta prematur
e. Sirkulasi darah melalui tali pusat terhalang sehingga munculnya kompresi
atau pembentukan simpul pada tali pusat
f. Vasokonstriksi pembuluh darah oleh kokain
g. Insufisiensi plasenta karena adanya, toksemia dan pasca maturitas. (Nelson,
2000)

3. Patofisiologi
Penyebab asfiksia berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya
hipoksia dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia
pada janin.
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbul rangsangan
terhadap nervus vagus sehingga DJJ (Denyut Jantung Janin) menjadi lambat.
Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat
dipengaruhi lagi, maka adanya rangsangan nervus simpatikus dan DJJ menjadi
lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang.
Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila diperiksa terdapat
banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, lalu bronkus tersumbat dan
terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang dan asfiksia
berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai menurun
sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi
memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan
pernafasan yang dalam, denyut jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga
mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama
makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu
sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus
menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan
menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika
resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak dimulai segera. (Aziz,
2010)
4. Tanda Gejala Serta Diagnosa
a. Asfiksia ringan
1). Takipnea dengan napas >60x/menit
2). Bayi tampak sianosis
3). Adanya retraksi sela iga
4). Bayi merintih
5). Adanya pernapasan cuping hidung
6). Bayi kurang aktif
7). Dari pemeriksaan auskultasi deperoleh hasil ronchi, rales, dan wheezing
positif

b. Asfiksia sedang
1). Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali permenit.
2). Usaha napas lambat
3). Adanya pernapasan cuping hidung
4). Adanya retraksi sela iga
5). Tonus otot dalam keadaan baik/lemah
6). Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan namun
tampak lemah
7). Bayi tampak sianosis
8). Tidak terjadi kekurangn oksigen yang bermakna selama proses persalinan

c. Asfiksia berat
1). Frekuensi jantung kecil, yaitu <40x/menit
2). Tidak ada usaha na Adanya retraksi sela igaas
3). Tonus otot lemah bahkan hamper tidak ada
4). Bayi tidak dapit memberikan reaksi jika diberi rangsangan
5). Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu
6). Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah
persalinan.

5. Klasifikasi
a. Asfiksia Ringan
Skor APGAR 7-10. Bayi dianggap sehat, dan tidak memerlukan tindakan
istimewa.
b. Asfiksia Sedang
Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi detak
jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis,
reflek iritabilitas tidak ada.
c. Asfiksia Berat
Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung
kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang
pucat, reflek iritabilitas tidak ada, pada asfiksia dengan henti jantung yaitu
bunyi jantung  fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir
lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum  pemeriksaan fisik sama
asfiksia berat (Kamarullah, 2005).

Cara menilai tingkatan APGAR score menurut Utomo (2006) adalah dengan:
1). Menghitung frekuensi jantung.
2). Melihat usaha bernafas.
3). Menilai tonus otot.
4). Menilai reflek rangsangan.
5). Memperlihatkan warna kulit.

Di bawah ini adalah tabel untuk menentukan tingkat derajat asfiksia yang
dialami bayi:
Tanda tanda vital Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2
Tubuh
Seluruh
Appearance kemerahan Seluruh tubuh
tubuh biru
(warna kulit) Ekstermitas kemerah-merahan
atau putih
biru
Pulse
< 100 x/
(Frekuensi jantung) Tidak ada > 100 x/ menit
menit
Grimance
(reflek) Tidak ada Menyeringai Batuk/Bersin/Menangis

Activity Fleksi
Tidak Ada
(tonus otot) ekstremitas Fleksi kuat, gerak aktif
Gerakan
(Lemah)
Lambat atau 
Respiration Menangis kuat atau
Tidak ada tidak teratur
(pernapasan) keras
(Merintih)

Pemantauan nilai apgar dilakukan pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila
nilai apgar 5 menit  masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit
sampai skor mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan
resusitasi bayi baru lahir dan  menentukan prognosis, bukan untuk memulai
resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak
menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor Apgar) Sumber : Utomo,
(2006).

6. Penilaian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir


Menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan
tindakan resusitasi. Upaya resusitasi yang efesien akan efektif berlangsung
melalui rangkaian tindakan yaitu menilai pengambilan keputusan dan tindakan
lanjutan.

Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda


penting, yaitu :
a. Penafasan
b. Denyut jantung
c. Warna kulit
Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau
membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan
menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera
ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan vertilasi dengan
tekanan positif (VTP).

7. Penatalaksanaan Medis
Menurut Hidayat (2005), Cara pelaksanaan resusitasi sesuai tingkatan asfiksia,
antara lain :
a. Asfiksi Ringan (Apgar score 7-10)
1). Bayi dibungkus dengan kain hangat
2). Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada hidung kemudian
mulut.
3). Bersihkan badan dan tali pusat.
4). Lakukan observasi tanda vital dan apgar score dan masukan ke dalam
inkubator.

b. Asfiksia sedang (Apgar score 4-6)


1). Bersihkan jalan napas.
2). Berikan oksigen 2 liter per menit.
3). Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki apabila belum ada
reaksi,bantu pernapasan dengan melalui masker (ambubag).
4). Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis berikan natrium
bikarbonat 7,5%sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc disuntikan
melalui vena umbilikus secara perlahan-lahan, untuk mencegah tekanan
intra kranial meningkat.

c. Asfiksia berat (Apgar skor 0-3)


1). Bersihkan jalan napas sambil pompa melalui lambubag.
2). Berikan oksigen 4-5 liter per menit.
3). Bila tidak berhasil lakukan ETT (Endotracheal Tube).
4). Bersihkan jalan napas melalui ETT (Endotracheal Tube).
5). Apabila bayi sudah mulai benapas tetapi masih sianosis berikan natrium
bikarbonat 7,5% sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc.

8. Penatalaksanaan Asfiksia
a. Langkah awal
1). Mencegah kehilangan panas, termasuk menyiapkan tempat yang kering
dan hangat untuk melakukan pertolongan.
2). Memposisikan bayi dengan baik, (kepala bayi setengah tengadah/sedikit
ekstensi atau mengganjal bahu bayi dengan kain)
3). Bersihkan jalan nafas dengan alat penghisap yang tersedia Bersihkan
jalan nafas dengan ketentuan sebagai berikut :
a). Bila air ketuban jernih (tidak bercampur mekonium), hisap lendir
pada mulut baru pada hidung.
b). Bila air ketuban bercampur dengan mekonium, mulai mengisap
lendir setelah kepala lahir (berhenti sebentar untuk menghisap lendir
di mulut dan hidung). Bila bayi menangis, nafas teratur, lakukan
asuhan bayi barn lahir normal. Bila bayi mengalami depresi, tidak
menangis, lakukan upaya maksimal untuk membersihkan jalan nafas
dengan jalan membuka mulut lebar-lebar dan menghisap lendir lebih
dalam secara hati-hati.
c). Menilai bayi dengan melihat usaha nafas, denyut jari dan warna kulit
kemerahan, lakukan asuhan bayi barn lahir normal. Bila bayi tidak
menangis atau megap-megap, warna kulit biru atau pucat denyut jari
tung kurang dan 100 xlme4it, lanjutkan langkah resusitasi.

b. Langkah resusitasi
1). Sebelumnya periksa dan lakukan bahwa alat resusitasi (baton resusitasi
dan sungkup muka) telah tersedia dan berfungsi baik (lakukan test untuk
baton dan sungkup muka)
2). Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sebelum memegang atau
memeriksa bayi
3). Selimuti bayi dengan kain yang kering dan hangat kecuali muka dan
dada bagian atas, kemudian letakkan pada alas dan lingkungan yang
hangat.
4). Periksa ulang posisi bayi dan pastikan kepala berada dalam posisi
tengadah
5). Letakkan sungkup melingkupi dagu, hidung dan mulut sehingga
terbentuk
6). semacam tautan sungkup dan wajah.
7). Tentukan balon resusitasi dengan dua jari atau dengan semua jari tangan
(tergantung pada ukuran balon resusitasi)
8). Lakukan pengujian pertautan dengan melakukan ventilasi sebanyak dua
kali dan periksa gerakan dinding dada
9). Bila pertautan baik ( tidak bocor) dan dinding dada mengembang maka
lakukan ventilasi dengan menggunakan oksigen (bila tidak ada atau
tersedia oksigen guna udara ruangan)
10). Perhatikan kecepatai ventilasi sekitar 40 kali per 60 detik, dengan
tekanan yang tepat sambil melihat gerakan dada (naik turun) selama
ventilasi
11). Bila dinding dada tidak naik-turun dengan baik berarti ventilasi berjalan
secara adekuat.
12). Bila dinding dada tidak naik, periksa ulang dan betulkan posisi bayi atau
terjadi kebocoran lekatan atau tekanan ventilasi kurang
Lakukan ventilasi selama 2 x 30 detik atau 60 detik kemudian lakukan
penilaian segera tentang upaya bernafas spontan dan warna kulit:
a). Bila frekuensi nafas normal (30-60 x/menit), hentikan ventilasi,
lakukan kontak kulit ibu-bayi, lakukan asuhan normal bayi barn lahir
(menjaga bayi tetap hangat, mulai memberikan ASI dm1 dan
mencegah infeksi dan imunisasi)
b). Bila bayi belum bernafas spontan ulangi lagi ventilasi selama 2 x 30
detik atau 60 detik kemudian lakukan penilaian ulang.
c). Bila frekwensi nafas menjadi normal (30-60 x/menit) hentikan
ventilasi lakukan kontak kulit it lakukan asuhan normal bayi barn
lahir.
d). Bila bayi bernafas, tetapi terlihat retraksi dinding dada, lakukan
ventilasi dengan menggunakan oksigen (bila tersedia)
e). Bila bayi tidak bernafas, megap-megap, teruskan bantuan pernafasan
dengan ventilasi.
f). Lakukan penilaian setiap 30 detik dengan menilai usaha bernafas
denyut jari tung dan warna kulit
g). Jika bayi tidak bernafas secara teratur setelah ventilasi 2-3 menit,
rujuk ke fasilitas pelayanan perawatan bayi resiko tinggi.
h). Jika tidak ada nafas sama sekali dan tidak ada perbaikan freuensi
denyut jari bayi setelah ventilasi selama 20 menit, hentikan ventilasi,
bayi dinyatakan meninggal (jelaskan kepada keluarga bahwa upaya
pertolongan gagal) dan beri dukungan emosional pada keluarga.
ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA
A.    Pengkajian
1.    Biodata
Terdiri dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa, jumlah
saudara dan identitas orang tua. Yang lebih ditekankan pada umur bayi karena
berkaitan dengan diagnosa Asfiksia Neonatorum.

2.   Keluhan Utama
Pada klien dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak nafas
3.   Riwayat kehamilan dan persalinan
Bagaimana proses persalinan, apakah spontan, premature, aterm, letak bayi
belakang kaki atau sungsang
4.   Kebutuhan dasar
a. Pola Nutrisi
Pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral, karena organ tubuh terutama
lambung belum sempurna, selain itu juga bertujuan untuk mencegah terjadinya
aspirasi pneumonia
b. Pola Eliminasi
Umumnya klien mengalami gangguan b.a.b karena organ tubuh terutama
pencernaan belum sempurna
c. Kebersihan diri
Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan pasien, terutama saat b.a.b
dan b.a.k, saat b.a.b dan b.a.k harus diganti popoknya
d. Pola tidur
Biasanya istirahat tidur kurang karena sesak nafas
5.   Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Pada umumnya pasien dengan asfiksia dalam keadaan lemah, sesak nafas,
pergerakan tremor, reflek tendon hyperaktif dan ini terjadi pada stadium pertama.
b. Tanda-tanda Vital
Pada umunya terjadi peningkatan respirasi
c. Kulit
Pada kulit biasanya terdapat sianosis
d. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor masih cekung, sutura
belum menutup dan kelihatan masih bergerak
e. Mata
Pada pupil terjadi miosis saat diberikan cahaya
f. Hidung
Yang paling sering didapatkan adalah didapatkan adanya pernafasan cuping hidung.
g. Dada
Pada dada biasanya ditemukan pernafasan yang irregular dan frekwensi pernafasan
yang cepat
h. Neurology / reflek
Reflek Morrow : Kaget bila dikejutkan (tangan menggenggam)
6.   Gejala dan tanda
a. Aktifitas; pergerakan hyperaktif
b. Pernafasan ; gejala sesak nafas Tanda : Sianosis
c.  Tanda-tanda vital; Gejala hypertermi dan hipotermi Tanda : ketidakefektifan
termoregulasi

B.    Diagnosa Keperawatan


1.      Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 b.d ekspansi yang kurang adekuat.
2.      Hipertermi b.d transisi lingkungan ekstra uterin neonatus.
3.      Gangguan perfusi jaringan b.d kebutuhan Oksigen yang tidak adekuat.
4.      Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang kondisi yang dialami dan proses
         pengobatan.

C.      Perencanaan Keperawatan

Dx.  I :  Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 b.d ekspansi yang kurang adekuat.

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam kebutuhan O2 terpenuhi
dengan kriteria tidak ada pernafasan cuping hidung dan tidak sianosis.
ntervensi:
No. Intervensi Rasional
1. Beri penjelasan pada keluarga tentang Agar keluarga tahu tentang penyebab
penyebab sesak yang dialami oleh sesak yang dialami oleh bayinya.
pasien.
2. Atur kepala bayi dengan posisi Melonggarkan jalan nafas.
ekstensi.
3. Batasi intake per oral, bila perlu Mencegah aspirasi.
dipuasakan.
4. Longgarkan jalan nafas. Memudahkan untuk bernafas.
5. Observasi tanda-tanda kekurangan Mengetahui tingkat kekurangan O2.
O2.
6. Hangatkan bayi dalam incubator. Mencegah sianosis.
7. Kolaborasi dengan tim medis untuk Mendukung perawatan dan
pemberian O2. penatalaksanaan medis.
Dx. II : Hipertermi b.d transisi lingkungan ekstra uterin neonatus.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam, suhu tubuh kembali normal
dengan kriteria suhu tubuh antara 36.5°C – 37.4°C, kelembaban cukup
Intervensi:

1. Beri penjelasan kepada keluarga Keluarga menjadi tahu tentang


tentang penyebab panas yang penyebab panas yang dialami
dialami oleh bayinya. bayinya.
2. Berikan pakaian tipis yang mudah Mencegah penguapan yang
menyerap keringat. berlebihan.
3. Berikan kompres hangat. Menurunkan suhu tubuh.
4. Observasi tanda-tanda vital terutama Menentukan tindakan
suhu tubuh. keperawatan selanjutnya.
5. Kolaborasi medis untuk pemberian Mendukung perawatan dan
infuse dan obat-obatan antipiretik. penatalaksanaan medis.
Dx. III : Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi yang
dialami dan proses pengobatan.
Tujuan :
Mendemonstrasikan hilangnya ansietas dan memberikan informasi tentang proses
penyakit, program pengobatan.

Intervensi:
No Intervensi Rasional
.
1. Jelaskan tujuan pengobatan pada Mengorientasi program pengobatan.
keluarga.
2. Kaji ulang tanda / gejala yang Berulangnya memerlukan intervensi medik
memerlukan evaluasi medik cepat. untuk mencegah / menurunkan potensial
komplikasi.
3. Kaji ulang praktik kesehatan yang Mempertahanan kesehatan umum
baik, istirahat. meningkatkan penyembuhan dan dapat
mencegah kekambuhan.
4. Dorong pasien / orang terdekat Memudahkan para tenaga medis untuk
untuk menyatakan masalah / mengatasi permasalahnnya dengan pasien
perasaan. mengutarakan apa yang dia rasakan
5. Beri penguatan informasi pasien Mempertahankan pemahaman kepada klien
yang telah diberikan sebelumnya. agar tidak ada kesalahan dalam pemahaman
terhadap kondisinya
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN NEONATUS
KEPERAWATAN ANAK
PRODI KEPERAWATAN STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA

DENGAN DIAGNOSA MEDIS ASFIKSIA

Nama Mahasiswa : Deafadila. Ramadhani


NIM : D3KP1900560
Tempat Praktek : Bangsal Melati
Tanggal Pengkajian : 03-05-2021
Praktik di : RSUD Wonosari

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : bayi dari ny. S
No rekam Medis : 00679887
Tempat/tanggal lahir : Gunung Kidul, 3 mei 2021 pada pukul 09.35 WIB
Nama Ayah/Ibu/Wali : Subandi
Pekerjaan ayah/Ibu/Wali : petani
Pendidikan Ayah/Ibu/Wali : SMP
Alamat :gandu 001/005, semugih, rongkop, Gunung Kidul
Diagnose Medis : Asfiksia

II. KELUHAN UTAMA


Keluarga pasien mengatakan bayinya segera menangis lalu retraksi dadanya positif
dan setelah dilakukan ttv hasilnya:
S: 37,5 0
Spo 2: 98%
Respirasi 47x/menit
Nadi: 136x/menit
III. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI
Dirawat dalam box bayi dan terpasang oksigen per 1 Lpm, minum susu
menggunakaan pipet karena ibu pasien masih dirawat di bangsal yang berbeda,
sehingga mengunjunginya beberapa kali
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
a. Prenatal
 Jumlah Kunjungan /ANC : 3 Kali
 Tempat : dokter
 Pendidikan kesehatan yang pernah diperoleh: Ibu pasien mengatakan pernah
dilakukan pendidikan kesehatan pada masaa kehamilan di puskesmas
mengenai bahaya preeclampsia dan ny.s sendiri adanya riwayat penyakit
hipertensi
 HPHT : 17 mei 2021
 Kenaikan BB selama kehamilan : 9 Kg
 Komplikasi selama kehamilan : tidak mengalami komplikasi selama
kehamilan
 Komplikasi Obat : tidak ada gangguan terkait komplikasi
obat pasien
 Obat – obatan yang didapat : ny.s mengatakan yang diingat hanya
nifedipine,
 Riwayat Hospitalisasi : Tidak ada
 Golongan Darah Ibu :O
 Pemeriksaaan Kehamilan (maternal screening)

Rubella ( negatif) GO ( negatif )


Intra natal
Lama persalinan : ny.s mengatakan selama proses persalinan berlangsung
selama 1,5 jam
Saat persalinan : matur
Komplikasi persalinan: tidak ada kompliksi selama persalinan

Cara melahirkan : Pervaginam normal ( )


Dengan Vakum Ekstation ( )
Operasi Caesar ()
Lainnya : …………………………………….
Post Natal
Usaha nafas : Dengan Bantuan ( )
Tanpa Bantuan ( )
Apgar Score :
Nilai APGAR 1 MENIT 5 MENIT
frekuensi jantung 2 2
frekuensi bernafas 2 2
Frekuensi iretibilitas 1 1
reflek
frekuensi tonus otot 2 2
frekuensi warna kulit 1 1
JUMLAH 8 8

Bayi langsung menangis : segera menangis


Tangisan bayi : kuat
Sebutkan: pasien saat dilahirkan segera menangis tetapi retraksi positif lalu
diberikan oksigen
Obat – obatan yang pada neonates: vitamin k, Salep mata chloramphenicol

Interaksi orang tua dan Bayi (Kualitas): interaksi antara orangtua dan anak
sangat hangat terlihat saling memeluk
Lamanya : 60 menit
Trauma lahir : Ada ( ) Tidak ( )
Narkosis : Ada ( ) Tidak (  )
Keluarnya urine/BAB : Ada ( ) Tidak ( )

Respon fisiologis atau perilaku yang bermakna: ibu terlihat senang saat
mengetahui anaknya sudah lahir dan menerima dengan hangat walupun harus
dirawat beberapa hari dan tidak bisa lahir normal seperti kakaknya, serta
keluarga pun berharap sang bayi cepat sembuh sehingga bisa berkumpul
bersama

V. RIWAYAT KELUARGA

Ny.s mengatakan adanya riwayat hipertensi dari keluarga yaitu dari ibunya ny.s

GENOGRAM
Keterangan:
Klien

laki-laki

perempuan

garis perkawinan

garis keturunan

garis tinggal 1 rumah

VI. RIWAYAT SOSIAL


a. Sistem Pendukung/keluarga terdekat yang bisa dihubungi: Ayah pasien

Hubungan dengan orang tua dan Bayi:


Menyentuh : Ibu (  ), Bapak ( )
Memeluk : Ibu (  ), Bapak ( )
Berbicara : Ibu (  ), Bapak ( )
Berkunjung : Ibu (  ), Bapak ( )
Kontak Mata : Ibu ( ), Bapak ( )
b. Anak yang lain

Riwayat
Anak ke- Jenis Kelamin Riwayat Imunisasi
Persalinan
1 Laki-laki Normal Lengkap

c. Lingkungan Rumah

Menurut ny.s linkungan rumahnya sangat asri karena berdekatan dengan sawah
dan bersih serta mengutamakan kebersihan di daerah rumah ny.s
d. Problem sosial yang penting
 Kurangnya sistem pendukung ( )
 Riwayat penyalahgunaan zat aditif ( )
 Keuangan ( )
Penghasilan/bulan: Rp ny.s mengatakan sekitaran 1.200.000 perbulan dan
yang bekerja hanya suami
VII. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI
a. Diagnosa medis

Asfeksia
b. Status Nutrisi
Bayi ny.s dapat minum susu asi maupun susu formula melalui sped karena daya
hisapnya lumayan baik. Mendapatkan susu sebanyak 10-20 ml/2jam sebesar 30
gram
c. Status Cairan
Pasien tidak terpasang infus
d. Obat – obatan
Salep mata chloramphenicol, pemberian oksigen, vitamin k
e. Aktivitas
Bayi ny.s dan selalu tertidur, saat dirangsang taktil hanya sedikit gerakan

f. Tindakan keperawatan yang dilakukan


1. timbang berat badan
2. mandikan bayi
3. monitor ku intake
5. ukur ttv
6. ganti laken
7. rawat tali pusat
8. monitor satuan okigen
9.gds pada post partum
g. Hasil Laboratorium

Jenis Hasil Normal rujukan

Hemoglobin 15,2 LK.19-18 GR%

Lekosit 14.100 Pr.12-16 gr gi


LK.4200-1030/UL
Pr.930011900 UL

infrosit 4,56 4-5 Jl/aL


9.4-5,5 jauL

Hemaglobin Bos 0 50-75%


Bas 0 25-90%
Stab 0 3-7%
Limp 25
Mon 5

Thrombosit 302.000 150.000-450/uL

h. Pemeriksaan penunjang
GDS saat post partum: 56mg/dL
VIII. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Tingkat kesadaran: commpos mentis

Nadi : 136 x/menit


Respirasi:47 x/menit Suhu badan : 37,5 ºC
Saat Lahir Saat Ini
1. Berat Badan 2660 2690
2. Panjang Badan 47 47
3. Lingkar Badan 32 34

b. Tonus / aktivitas

a. Aktif ( ) Tenang (  ) Letargi ( ) Kejang ( )


b. Menangis keras ( ) Lemah ( ) Melengking ( )
Sulit Menangis ( )
c. Kepala/Leher
 Fontaneal anterior

Lunak ( ) Tegas (  ) Datar ( ) Menonjol ( ) Cekung ( )


 Sutura Sagitalis

Tepat (  ) Terpisah ( ) Menjauh ( )


 Gambaran wajah

Simetris (  ) Asimetris ( )
 Molding

Caput succedaneum ( ) Cephalohematoma ( )


d. Mata

Bersih (  ) Sekresi ( )
e. THT
 Telinga

Normal (  ) Abnormal ( )
 Hidung

Bilateral ( ) Obstruksi () Cuping Hidung ( ) dan terpasang


oksigen
 Palatum

Normal ( ) Abnormal ( )
f. Thoraks
 Simetris ( ) Asimetris ( )
 Retraksi : positif (  ) Tidak ( )
 Klavikula : Normal (  ) Abnormal ( )
g. Paru – Paru
 Suara Nafas

Sama kanan kiri ( ) Tidak sama kanan kiri ( )


Bersih ( ) Ronkhi ( )

Sekret ( ) Rales ( )
 Bunyi Nafas

Terdengar di semua lapang paru ( )


Tidak terdengar ( ) Menurun ( )
 Respirasi

Spontan (  ) : 47x/menit
h. Jantung
 Bunyi Normal Sinus Rytm (  ):136x/menit
 Nadi perifer

Berat Lemah Tidak ada


Brakhial Kanan 
Brakhial Kiri 
Femoral Kanan 
Femoral Kiri 

i. Abdomen

Lunak ( ) Tegas (  ) Datar ( ) Kembung ( )


Lingkar Perut : 32 cm
j. Umbilikus

Normal (  ) Abnormal ( ) Inflamasi ( ) Drainase ( )


k. Genital
Perempuan normal ( ) Laki – laki normal ( ) Ambivalen ( )
l. Anus

Paten ( ) Imperforata ( )

m. Spina

Normal (  ) Abnormal ( )
n. Kulit
 Warna : Pink ( ) Pucat ( ) Jaundice ( )
 Rash/kemerahan ( )
 Tanda lahir (tidak ada )
o. Ekstermitas
 Semua ekstermitas gerak (  ) ROM terbatas ( ) Tidak dapat dikaji (
)
 Ekstermitas atas dan bawah : Simetris ( ) Asimetris ( )
p. Suhu
 Lingkungan

Penghangat radian ( ) Pengatur suhu ( ) Inkubator ( )


Suhu ruang ( ) Boks terbuka (  )

IX. PEMERIKSAAN REFLEKS PATOLOGIS


a. Fisiologis

Moro (  ) Menggenggam (  )Menghisap (  )

b. Patologis

Babinsky (normal ) Chaddock ( ) Oppenheim ( )


Gordon (normal ) Schaefffer (normal ) Hoffman ( normal )
Tromer ( normal )

X. TERAPI MEDIS
NO NAMA OBAT DOSIS RUTE INDIKASI
1 Salep mata 25 Diole 1. mencegah
chloramphenicol m s adanya bakteri
g yang muncul
dimaata

pemberian oksigen
2 2.Untuk terapi
nasal kanul
1 LPM oksigen pasien
agar memudahkan
jalan napas pasien

3. untuk
membantu proses
pembekuan darah

3 Vitamin k
0,1 mg IM
ANALISA DATA

N
DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
O
1. DS: Keluarga pasien Perubaahan membran Pertukaran gas
mengatakan bayinya alveolar kapiler
menangis dengan
kencang
DO: lalu setelah
diperiksa retraksi
dadanya positif
2
DS: ibu pasien menyadari
Resiko
suhu tubuh pasien sedikit
Gangguan yang ketidakefektifan
menghangat
mempengaaruhi termoregurasi
DO: dan setelah dilakukan ttv
pengaturan suhu
dengan berikut
S 37,5 spo 98 rr 46 n 136

3 Hospitalisasi anak Diskotuinitas


DS: ibu pasien mengatakan
pemberian asi
baru mengunjunginya
beberapa kali karena saat ini
masih dirawat dibangsal yang
berbeda, jadi tidak
memberikan asi secara
eksklusive
DO: pasien terlihat minum
susu menggunakaan pipet
mencakup 10-20 ml

PRIORITAS MASALAH
1. Pertukaran gas b.d perubahaan membran alveolar kapiler
2. Resiko ketidakefektifan termoregurasi b.d Gangguan yang mempengaaruhi
pengaturan suhu
3. Diskontuinitas pemberian ASI b.d hospitalisasi anak
XI. RENCANA PERAWATAN (Landscape)

NO Tujuan Intervensi Rasional

1. Setelah dilakukan MONITORING Agar


tindakan PERNAFASAN:236 memudahkan
keperawatan selama O: Catat pergerakan pasien dalam
2x24 jam pasien dada, catat bertukar
diharapkan ketidaksimetrisan oksigen/bernapas
memenuhi kriteria penggunaan otot- secara normal pada
pasien: otot bantu nafas dan umumnya
STATUS retraksi pada otot
PERNAFASAN:634 supraclaviculas dan
1. retraksi dinding intercosta
dada N: monitoring
2. penggunaan otot saturasi oksigen
bantu nafas pada pasien yang
3. suara asuskultasi tersedasi sesuai
nafas protocol yang ada
4. frekuensi E: pantau pasien
pernafasan yang beresiko
5. saturasi oksigen menalami gangguan
a T respirasi ( seperti

2 3 pasien terapi epioid,

2 3 bayi baru lahir,

3 3 pasien dengna

2 3 ventilasi mekanik,

4 3 pasien dengan luka


bakar diwajah dan
Ket:
dada, gangguan
1. sangat berat
neuromukular)
2. berat
K: beri bantuan
3. cukup
terapi nafas jika
4. ringan
diperlukan (seperti
5.tidak ada nebulizer)

2. Setelah dilakukan PERAWATAN Agar berantisipasi


tindakan DEMAM: 359 jika mengalami
keperawatan selama O: pantau suhu dan resiko panas yang
2x24 jam pasien tanda tanda vital berlebih sehingga
diharapkan lainnya dapat mengenali
memenuhi kriteria N: mandikan tandanya seperti
pasien: dengan spons apa serta dapat
KONTROL RISIKO hangat dengan hati- mengatasinya
HIPERTERMIA:283 hati dan hindari karena telah paham
1. mengenali factor pasien jika mengenai hal
resiko terkait menggigil tersebut
hipertermia E: tutup pasien
2. mengenali kondisi dengan pakaian
tubuh yang ringan atau linen
mempercepat box.
produksi panas K: beri obat atau
3. memonitor cairan IV seperti
perubahan status aintipiretik dan agen
kesehatan anti menggigil

A T
4 1
4 1
3 4
Ket:
1. tidak pernah
menunjukan
2. jarang
menunjukan
3. kadang
menunjukan
4. sering
menunjukan
5. secara konsisten
menunjukan

Setelah dilakukan
3. tindakan
PEMBERIAN
keperawatan selama Agar bayi tetap
MAKAN DENGAN mendapat nutrisi
2x24 jam pasien
BOTOL: 253 yang sesuai
diharapkan kebutuhannya dan
O: kaji status melatih dy ahisap
memenuhi kriteria bayi secara efektif
sebelum
pasien: mungkin
memberikan susu,
PEMBERIAN
dan monitor berat
MAKAN MELALUI
badan bayi sesuai
BOTOL(BAYI):385
kebutuhan, serta
1. terdengar menelan
moitor atau evaluasi
2. kemampuan untuk
reflek menghisap
mengkonsumsi susu
selama menyusui
atau susu formula
N: hangatkan
dari botol
formula sesuai suhu
3. refleks menghisap
ruangan sebelum
4. kepuasan setelah
diberikan kepada
makan
bayi, dan tingkatkan
A T
2 5 kewaspadaan
3 5 terhadap bayi
2 5
dengan
3 4
Ket: melonggarkan
1. tidak adekuat pakaian bayi serta
2. sedikit adekuat menggosokan
3. cukup adekuat anggota gerk bayi
4. sebagian besar atau bicara pada
adekuat bayi
5. sepenuhnya E: dorong untuk
adekuat menghisap dengan
menstimulasi reflek
rooting sesuai
kebutuhan
K: edukasi orangtua
tentng cara
penyimpanan susu
formula/asi yang
benar dan cara
menghangatkan
susu formula/asi

XII. CATATAN PERKEMBANGAN (Landscape)

No, Diagnose implementasi Evaluasi Paraf


tanggal nama
, jam

1. 4 Pertukaran gas 08.30 S: bayi menagis secara kencang


mei b.d perubahaan Kaji pergerakan dengan kulit berwarna merah
2021 membran dada bagaiamana muda Dea
08.00- alveolar kapiler ketidaksimetrisa O: pasien terlihat tenang dan fadila
14.00 n penggunaan tertidur, terpasang nasal kanul
otot bantu 1 Lpm dan n:136/menit r:
nafasnya serta 47x/menit
kaji retraksinya A: sebagian teratasi
11.00 P: lanjutkan intervensi
Melakukan
auskultasi suara n Indicator a T c
nafas dan apakah o
ada suara 1 retraksi 2 3 2
tambahan tidak dinding
11.30 dada
memonitor
saturasi oksigen 2 penggunaan 2 3 2
pasien yang otot bantu
tersedasi nafas
12.30 3 suara 3 3 3
membenarkan auskultasi
posisi nasal nafas
kanul pasien 4 frekuensi 2 3 3
yang terlepas pernafasan
dari lubang
hidung pasien 5 saturasi 4 3 3
dan memeriksa oksigen
nadi dan Keteranagan:
respirasi pasien 1. berat
2. berat
3. cukup
4. ringan
5. tidak ada

2 Resiko 08.00 S: bayi bergerak aktif didalam Dea


ketidakefektifa Timbang bb dan box bayi Fadil
n termoregurasi memandikan O: kondisinya tenang dengan a
b.d Gangguan pasien lalu rawat suhu 37,5 0 dan bb 3690
yang tali pusat A: sebagian teratasi
mempengaaruh 08.15 P: lanjutkan intervensi
i pengaturan tutup pasien
No Indicator A t c
suhu dengan pakaian
1 1. mengenali 4 1 3
ringan atau linen
box. factor resiko
terkait
13.00 hipertermia
melakukan ttv 2 mengenali 4 1 3
kondisi
tubuh yang
mempercepat
produksi
panas
3 memonitor 3 4 3
perubahan
status
kesehatan

Keterangan:
1. tidak pernah menunjukan
2. jarang menunjukan
3. kadang menunjukan
4. sering menunjukan
5.secara konsisten menunjukan

3 Diskontuinitas 12.00 S: pasien menangis dengn Dea


pemberian ASI Menemani kencang fadila
b.d pasien dengan O: pasien terlihat dari daya
hospitalisasi menepuk-nepuk hisapnya cukup kuat untuk
anak sisi samping meminum susu dari pipetan
badannya karena 10 ml
menangis dan A: sebagian teratasi
tidak ada yang P: lanjutkan intervensi
menunggu
Indicator a t C
13.30
1. terdengar 2 5 3
Membuatkan
menelan
susu dengan
menghangatkan 2. kemampuan 3 5 3
untuk
dahulu dengan mengkonsumsi
air hangat karena susu atau susu
bayi terlihat formula dari
haus, tetapi botol
sebelumnya
melihat 3. refleks 2 5 3
bagaimana status menghisap
pasien terlebih
4. kepuasan 3 4 3
dahulu dan
setelah makan
dorong untuk
Ket:
menghisap
1. tidak adekuat
dengan
2. sedikit adekuat
menstimulasi
3. cukup adekuat
reflek rootingnya
4. sebagian besar adekuat
5. sepenuhnya adekuat

n Tanggal,jam Diagosa Intervensi Evaluasi Paraf


o nama

1 5 mei 2021 Pertukaran gas 14.15 S: kondisi pernafasan pasien Dea


14.00-20.00 b.d perubahaan Mengkaji sudah lebih teratur dari fadila
membran pergerakan dada sebelumnya
alveolar kapiler bagaiamana O: pasien terlihat lebih tenang
ketidaksimetrisa dengan spo2:100 dan respirasi:
n penggunaan 48 dan nasal kanul sudah dilepas
otot bantu Pasien minum pipetan 10-20 ml
nafasnya serta A: sebagian teratasi
kaji retraksinya P: lanjutkan intervensi
14.20
No indikator A t c
Melakukan
1 retraksi 2 3 3
auskultasi suara
dinding
nafas dan apakah
ada suara dada
tambahan tidak
14.30 memonitor 2 penggunaan 2 3 3

saturasi oksigen otot bantu

pasien yang nafas


3 suara 3 3 3
tersedasi
asuskultasi
17.00
nafas
melakukan
4 frekuensi 2 3 3
pemeriksaan
pernafasan
spo2 dan
5 saturasi 4 3 3
respirasi
okigen

Keteranagan:
1. berat
2. berat
3. cukup
4. ringan
5. tidak ada

2. Resiko 15.00 S: : bayi menangis kencang dan Dea


ketidakefektifan tutup pasien kuat fadila
termoregurasi dengan linen box O: kondisinya meringkuk diatas
b.d Gangguan karena menangis box bayi dengan suhu 36,6
yang menerus derajat
mempengaaruhi 16.30 A: sebagian teratasi
pengaturan Melakukan ttv P: lanjutkan intervensi
suhu
No Indicator A t C

1 mengenali 4 1 3
factor resiko
terkait
hipertermia

2 mengenali 4 1 3
kondisi
tubuh yang
mempercepat
produksi
panas

3 memonitor 4 5 3
perubahan
status
kesehatan

Keterangan:
1. tidak pernah menunjukan
2. jarang menunjukan
3. kadang menunjukan
4. sering menunjukan
5.secara konsisten menunjukan

3 Diskontuinitas 17.15 S: ibu pasien mengatakan sangat lega


pemberian ASI edukasi orangtua akhirnya bisa mendampingi sang anak
b.d hospitalisasi tentang cara O: pasien terliat senang ketika diberikan si
anak penyimpanan dan cukup pintar dalam menghisap puting
susu formula/asi sang ibu
yang benar dan A: sebagian teratasi
cara P: lanjutkan intervensi
menghangatkan
Indicator A t C
susu formula/asi,
1. terdengar 2 5 5
karena orang tua
menelan
pada hari itu baru
2. kemampuan 3 5 5
bisa menunggu
untuk
sang anak secara
mengkonsums
esclusive
i susu asi atau
susu formula
dari botol
3. refleks 2 5 3
menghisap
4. kepuasan 3 4 4
setelah makan
Ket:
1. tidak adekuat
2. sedikit adekuat
3. cukup adekuat
4. sebagian besar adekuat
5. sepenuhnya adekuat

no Tanggal,jam Diagnose Intervensi Evaluasi Paraf


nama

1 6 mei 2021 gas b.d 19.45 S: bayi dirawat dalam box bayi Dea
19.30-07.30 perubahaan Mengkaji terbuka fadila
membran pergerakan dada O: pasien terlihat lebih tenang
alveolar kapiler bagaiamana dan nyaman didampingi ibunya
ketidaksimetrisan dengan respirasi: 42x/menit,
penggunaan otot spo2: 98%
bantu nafasnya A: sudah teratasi
serta kaji P: lanjutkan intervensi
retraksinya
n indikator A t c
19.50
o
Melakukan
1 retraksi 2 3 3
auskultasi suara
dinding
nafas dan apakah
dada
ada suara
2 penggunaan 2 3 3
tambahan
otot bantu
nafas
20.35
3 suara 3 3 3
melakukan asuskultasi
pemeriksaan nafas
spo2 dan 4 frekuensi 2 3 3
respirasi pernafasan
5 saturasi 4 3
okigen 3

Keteranagan:
1. sangat berat
2. berat
3. cukup
4. ringan
5. tidak ada

2 Resiko 20.20 S: keluarga psien mengatakan Dea


ketidakefektifan tutup pasien bayi bergerak dengan aktif ketika fadila
termoregurasi dengan linen box tertidur
B.D Gangguan karena terus O: kondisinya tenang didalam
yang bergerak ketika box bayi dengan 36,0 0 dan nadi
mempengaaruhi tertidur 130x/menit
pengaturan suhu 20.45 A: sudah teratasi
Melakukan ttv P: lanjutkan intervensi

no Indicator A t c

1 mengenali 4 1 1
factor resiko
terkait
hipertermia

2 mengenali 4 1 1
kondisi
tubuh yang
mempercepat
produksi
panas

3 memonitor 3 4 5
perubahan
status
kesehatan

Keterangan:
1. tidak pernah menunjukan
2. jarang menunjukan
3. kadang menunjukan
4. sering menunjukan
5.secara konsisten menunjukan

3 Diskontuinitas 20.00 S: Ibu pasien mengatakan tidak Dea


pemberian ASI Mengajarkan bingung lagi jika ingin fadila
b.d hospitalisasi orangtua tentang meninggalkan asi jika sewaktu-
anak penyimpanan asi waktu sedang berada dibawah
yang telah bangsal sang anak
disediakan oleh O: pasien terlihat tenang dalam
bangsal dan cara meminum susu asi dan pintar
menghangatkan dalam menghisap putting sang
asi bagaimana, ibu
karena orang tua A: sudah teratasi
belum begitu P: lanjutkan intervensi
paham
n indikator a t C
o

1 terdengar 2 5 5
menelan

2 kemampuan 3 5 5
untuk
mengkonsumsi
susu atau susu
formula dari
botol

3 refleks 2 5 5
menghisap

4 kepuasan 3 4 5
setelah makan
Ket:
1. tidak adekuat
2. sedikit adekuat
3. cukup adekuat
4. sebagian besar adekuat
5. sepenuhnya adekuat
XIII. DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi.
8. Jakarta: EGC.
Dewi, Vivian. 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika
Hidayat, Aziz. 2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta
Rahayu, Sri Dedeh. 2009. Asuhan Keperawatan Anak dan neonatus. Jakarta:
Salemba Medika
Sarwono Prawirohardjo, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai