RSUD WONOSARI
b. Asfiksia neonatorum ialah keadaan bayi yang tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir, disebabkan hipoksia janin dalam
uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor yang timbul dalam
kehamilan, persalinan. (Sarwono, 2007)
c. Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur
setelah lahir. Jika mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia setelah
persalinan, yang berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada
bayi selama atau sesudah persalinan. (JNPK-KR, 2008)
d. Asfiksia yaitu keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur setelah lahir. (Jitowiyono, Sugeng, 2010)
e. Asfiksia adalah keadaan bayi tidak menangis setelah lahir yang tidak dapat
bernafas spontan dan teratur, sehingga menurunkan O2 dan meningkatkan
CO2 yang berakibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. Tujuan
tindakannya yaitu melancarkan kelangsungan pernafasan bayi yang
sebagian besar terjadi pada waktu persalinan. (Manuaba, I. B. G, 2010)
2. Etiologi
Hipoksia janin dapat menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena
gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga gangguan
dalam persediaan O2 dan menghilangkan CO2. Gangguan Ini berlangsung
secara menahun akibat kondisi/kelainan pada ibu selama kehamilan atau secara
mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan. (Wiknjosastro,
2010).
3. Patofisiologi
Penyebab asfiksia berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya
hipoksia dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia
pada janin.
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbul rangsangan
terhadap nervus vagus sehingga DJJ (Denyut Jantung Janin) menjadi lambat.
Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat
dipengaruhi lagi, maka adanya rangsangan nervus simpatikus dan DJJ menjadi
lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang.
Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila diperiksa terdapat
banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, lalu bronkus tersumbat dan
terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang dan asfiksia
berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai menurun
sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi
memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan
pernafasan yang dalam, denyut jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga
mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama
makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu
sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus
menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan
menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika
resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak dimulai segera. (Aziz,
2010)
4. Tanda Gejala Serta Diagnosa
a. Asfiksia ringan
1). Takipnea dengan napas >60x/menit
2). Bayi tampak sianosis
3). Adanya retraksi sela iga
4). Bayi merintih
5). Adanya pernapasan cuping hidung
6). Bayi kurang aktif
7). Dari pemeriksaan auskultasi deperoleh hasil ronchi, rales, dan wheezing
positif
b. Asfiksia sedang
1). Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali permenit.
2). Usaha napas lambat
3). Adanya pernapasan cuping hidung
4). Adanya retraksi sela iga
5). Tonus otot dalam keadaan baik/lemah
6). Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan namun
tampak lemah
7). Bayi tampak sianosis
8). Tidak terjadi kekurangn oksigen yang bermakna selama proses persalinan
c. Asfiksia berat
1). Frekuensi jantung kecil, yaitu <40x/menit
2). Tidak ada usaha na Adanya retraksi sela igaas
3). Tonus otot lemah bahkan hamper tidak ada
4). Bayi tidak dapit memberikan reaksi jika diberi rangsangan
5). Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu
6). Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah
persalinan.
5. Klasifikasi
a. Asfiksia Ringan
Skor APGAR 7-10. Bayi dianggap sehat, dan tidak memerlukan tindakan
istimewa.
b. Asfiksia Sedang
Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi detak
jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis,
reflek iritabilitas tidak ada.
c. Asfiksia Berat
Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung
kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang
pucat, reflek iritabilitas tidak ada, pada asfiksia dengan henti jantung yaitu
bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir
lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum pemeriksaan fisik sama
asfiksia berat (Kamarullah, 2005).
Cara menilai tingkatan APGAR score menurut Utomo (2006) adalah dengan:
1). Menghitung frekuensi jantung.
2). Melihat usaha bernafas.
3). Menilai tonus otot.
4). Menilai reflek rangsangan.
5). Memperlihatkan warna kulit.
Di bawah ini adalah tabel untuk menentukan tingkat derajat asfiksia yang
dialami bayi:
Tanda tanda vital Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2
Tubuh
Seluruh
Appearance kemerahan Seluruh tubuh
tubuh biru
(warna kulit) Ekstermitas kemerah-merahan
atau putih
biru
Pulse
< 100 x/
(Frekuensi jantung) Tidak ada > 100 x/ menit
menit
Grimance
(reflek) Tidak ada Menyeringai Batuk/Bersin/Menangis
Activity Fleksi
Tidak Ada
(tonus otot) ekstremitas Fleksi kuat, gerak aktif
Gerakan
(Lemah)
Lambat atau
Respiration Menangis kuat atau
Tidak ada tidak teratur
(pernapasan) keras
(Merintih)
Pemantauan nilai apgar dilakukan pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila
nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit
sampai skor mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan
resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai
resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak
menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor Apgar) Sumber : Utomo,
(2006).
7. Penatalaksanaan Medis
Menurut Hidayat (2005), Cara pelaksanaan resusitasi sesuai tingkatan asfiksia,
antara lain :
a. Asfiksi Ringan (Apgar score 7-10)
1). Bayi dibungkus dengan kain hangat
2). Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada hidung kemudian
mulut.
3). Bersihkan badan dan tali pusat.
4). Lakukan observasi tanda vital dan apgar score dan masukan ke dalam
inkubator.
8. Penatalaksanaan Asfiksia
a. Langkah awal
1). Mencegah kehilangan panas, termasuk menyiapkan tempat yang kering
dan hangat untuk melakukan pertolongan.
2). Memposisikan bayi dengan baik, (kepala bayi setengah tengadah/sedikit
ekstensi atau mengganjal bahu bayi dengan kain)
3). Bersihkan jalan nafas dengan alat penghisap yang tersedia Bersihkan
jalan nafas dengan ketentuan sebagai berikut :
a). Bila air ketuban jernih (tidak bercampur mekonium), hisap lendir
pada mulut baru pada hidung.
b). Bila air ketuban bercampur dengan mekonium, mulai mengisap
lendir setelah kepala lahir (berhenti sebentar untuk menghisap lendir
di mulut dan hidung). Bila bayi menangis, nafas teratur, lakukan
asuhan bayi barn lahir normal. Bila bayi mengalami depresi, tidak
menangis, lakukan upaya maksimal untuk membersihkan jalan nafas
dengan jalan membuka mulut lebar-lebar dan menghisap lendir lebih
dalam secara hati-hati.
c). Menilai bayi dengan melihat usaha nafas, denyut jari dan warna kulit
kemerahan, lakukan asuhan bayi barn lahir normal. Bila bayi tidak
menangis atau megap-megap, warna kulit biru atau pucat denyut jari
tung kurang dan 100 xlme4it, lanjutkan langkah resusitasi.
b. Langkah resusitasi
1). Sebelumnya periksa dan lakukan bahwa alat resusitasi (baton resusitasi
dan sungkup muka) telah tersedia dan berfungsi baik (lakukan test untuk
baton dan sungkup muka)
2). Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sebelum memegang atau
memeriksa bayi
3). Selimuti bayi dengan kain yang kering dan hangat kecuali muka dan
dada bagian atas, kemudian letakkan pada alas dan lingkungan yang
hangat.
4). Periksa ulang posisi bayi dan pastikan kepala berada dalam posisi
tengadah
5). Letakkan sungkup melingkupi dagu, hidung dan mulut sehingga
terbentuk
6). semacam tautan sungkup dan wajah.
7). Tentukan balon resusitasi dengan dua jari atau dengan semua jari tangan
(tergantung pada ukuran balon resusitasi)
8). Lakukan pengujian pertautan dengan melakukan ventilasi sebanyak dua
kali dan periksa gerakan dinding dada
9). Bila pertautan baik ( tidak bocor) dan dinding dada mengembang maka
lakukan ventilasi dengan menggunakan oksigen (bila tidak ada atau
tersedia oksigen guna udara ruangan)
10). Perhatikan kecepatai ventilasi sekitar 40 kali per 60 detik, dengan
tekanan yang tepat sambil melihat gerakan dada (naik turun) selama
ventilasi
11). Bila dinding dada tidak naik-turun dengan baik berarti ventilasi berjalan
secara adekuat.
12). Bila dinding dada tidak naik, periksa ulang dan betulkan posisi bayi atau
terjadi kebocoran lekatan atau tekanan ventilasi kurang
Lakukan ventilasi selama 2 x 30 detik atau 60 detik kemudian lakukan
penilaian segera tentang upaya bernafas spontan dan warna kulit:
a). Bila frekuensi nafas normal (30-60 x/menit), hentikan ventilasi,
lakukan kontak kulit ibu-bayi, lakukan asuhan normal bayi barn lahir
(menjaga bayi tetap hangat, mulai memberikan ASI dm1 dan
mencegah infeksi dan imunisasi)
b). Bila bayi belum bernafas spontan ulangi lagi ventilasi selama 2 x 30
detik atau 60 detik kemudian lakukan penilaian ulang.
c). Bila frekwensi nafas menjadi normal (30-60 x/menit) hentikan
ventilasi lakukan kontak kulit it lakukan asuhan normal bayi barn
lahir.
d). Bila bayi bernafas, tetapi terlihat retraksi dinding dada, lakukan
ventilasi dengan menggunakan oksigen (bila tersedia)
e). Bila bayi tidak bernafas, megap-megap, teruskan bantuan pernafasan
dengan ventilasi.
f). Lakukan penilaian setiap 30 detik dengan menilai usaha bernafas
denyut jari tung dan warna kulit
g). Jika bayi tidak bernafas secara teratur setelah ventilasi 2-3 menit,
rujuk ke fasilitas pelayanan perawatan bayi resiko tinggi.
h). Jika tidak ada nafas sama sekali dan tidak ada perbaikan freuensi
denyut jari bayi setelah ventilasi selama 20 menit, hentikan ventilasi,
bayi dinyatakan meninggal (jelaskan kepada keluarga bahwa upaya
pertolongan gagal) dan beri dukungan emosional pada keluarga.
ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA
A. Pengkajian
1. Biodata
Terdiri dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa, jumlah
saudara dan identitas orang tua. Yang lebih ditekankan pada umur bayi karena
berkaitan dengan diagnosa Asfiksia Neonatorum.
2. Keluhan Utama
Pada klien dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak nafas
3. Riwayat kehamilan dan persalinan
Bagaimana proses persalinan, apakah spontan, premature, aterm, letak bayi
belakang kaki atau sungsang
4. Kebutuhan dasar
a. Pola Nutrisi
Pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral, karena organ tubuh terutama
lambung belum sempurna, selain itu juga bertujuan untuk mencegah terjadinya
aspirasi pneumonia
b. Pola Eliminasi
Umumnya klien mengalami gangguan b.a.b karena organ tubuh terutama
pencernaan belum sempurna
c. Kebersihan diri
Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan pasien, terutama saat b.a.b
dan b.a.k, saat b.a.b dan b.a.k harus diganti popoknya
d. Pola tidur
Biasanya istirahat tidur kurang karena sesak nafas
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Pada umumnya pasien dengan asfiksia dalam keadaan lemah, sesak nafas,
pergerakan tremor, reflek tendon hyperaktif dan ini terjadi pada stadium pertama.
b. Tanda-tanda Vital
Pada umunya terjadi peningkatan respirasi
c. Kulit
Pada kulit biasanya terdapat sianosis
d. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor masih cekung, sutura
belum menutup dan kelihatan masih bergerak
e. Mata
Pada pupil terjadi miosis saat diberikan cahaya
f. Hidung
Yang paling sering didapatkan adalah didapatkan adanya pernafasan cuping hidung.
g. Dada
Pada dada biasanya ditemukan pernafasan yang irregular dan frekwensi pernafasan
yang cepat
h. Neurology / reflek
Reflek Morrow : Kaget bila dikejutkan (tangan menggenggam)
6. Gejala dan tanda
a. Aktifitas; pergerakan hyperaktif
b. Pernafasan ; gejala sesak nafas Tanda : Sianosis
c. Tanda-tanda vital; Gejala hypertermi dan hipotermi Tanda : ketidakefektifan
termoregulasi
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam kebutuhan O2 terpenuhi
dengan kriteria tidak ada pernafasan cuping hidung dan tidak sianosis.
ntervensi:
No. Intervensi Rasional
1. Beri penjelasan pada keluarga tentang Agar keluarga tahu tentang penyebab
penyebab sesak yang dialami oleh sesak yang dialami oleh bayinya.
pasien.
2. Atur kepala bayi dengan posisi Melonggarkan jalan nafas.
ekstensi.
3. Batasi intake per oral, bila perlu Mencegah aspirasi.
dipuasakan.
4. Longgarkan jalan nafas. Memudahkan untuk bernafas.
5. Observasi tanda-tanda kekurangan Mengetahui tingkat kekurangan O2.
O2.
6. Hangatkan bayi dalam incubator. Mencegah sianosis.
7. Kolaborasi dengan tim medis untuk Mendukung perawatan dan
pemberian O2. penatalaksanaan medis.
Dx. II : Hipertermi b.d transisi lingkungan ekstra uterin neonatus.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam, suhu tubuh kembali normal
dengan kriteria suhu tubuh antara 36.5°C – 37.4°C, kelembaban cukup
Intervensi:
Intervensi:
No Intervensi Rasional
.
1. Jelaskan tujuan pengobatan pada Mengorientasi program pengobatan.
keluarga.
2. Kaji ulang tanda / gejala yang Berulangnya memerlukan intervensi medik
memerlukan evaluasi medik cepat. untuk mencegah / menurunkan potensial
komplikasi.
3. Kaji ulang praktik kesehatan yang Mempertahanan kesehatan umum
baik, istirahat. meningkatkan penyembuhan dan dapat
mencegah kekambuhan.
4. Dorong pasien / orang terdekat Memudahkan para tenaga medis untuk
untuk menyatakan masalah / mengatasi permasalahnnya dengan pasien
perasaan. mengutarakan apa yang dia rasakan
5. Beri penguatan informasi pasien Mempertahankan pemahaman kepada klien
yang telah diberikan sebelumnya. agar tidak ada kesalahan dalam pemahaman
terhadap kondisinya
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN NEONATUS
KEPERAWATAN ANAK
PRODI KEPERAWATAN STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : bayi dari ny. S
No rekam Medis : 00679887
Tempat/tanggal lahir : Gunung Kidul, 3 mei 2021 pada pukul 09.35 WIB
Nama Ayah/Ibu/Wali : Subandi
Pekerjaan ayah/Ibu/Wali : petani
Pendidikan Ayah/Ibu/Wali : SMP
Alamat :gandu 001/005, semugih, rongkop, Gunung Kidul
Diagnose Medis : Asfiksia
Interaksi orang tua dan Bayi (Kualitas): interaksi antara orangtua dan anak
sangat hangat terlihat saling memeluk
Lamanya : 60 menit
Trauma lahir : Ada ( ) Tidak ( )
Narkosis : Ada ( ) Tidak ( )
Keluarnya urine/BAB : Ada ( ) Tidak ( )
Respon fisiologis atau perilaku yang bermakna: ibu terlihat senang saat
mengetahui anaknya sudah lahir dan menerima dengan hangat walupun harus
dirawat beberapa hari dan tidak bisa lahir normal seperti kakaknya, serta
keluarga pun berharap sang bayi cepat sembuh sehingga bisa berkumpul
bersama
V. RIWAYAT KELUARGA
Ny.s mengatakan adanya riwayat hipertensi dari keluarga yaitu dari ibunya ny.s
GENOGRAM
Keterangan:
Klien
laki-laki
perempuan
garis perkawinan
garis keturunan
Riwayat
Anak ke- Jenis Kelamin Riwayat Imunisasi
Persalinan
1 Laki-laki Normal Lengkap
c. Lingkungan Rumah
Menurut ny.s linkungan rumahnya sangat asri karena berdekatan dengan sawah
dan bersih serta mengutamakan kebersihan di daerah rumah ny.s
d. Problem sosial yang penting
Kurangnya sistem pendukung ( )
Riwayat penyalahgunaan zat aditif ( )
Keuangan ( )
Penghasilan/bulan: Rp ny.s mengatakan sekitaran 1.200.000 perbulan dan
yang bekerja hanya suami
VII. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI
a. Diagnosa medis
Asfeksia
b. Status Nutrisi
Bayi ny.s dapat minum susu asi maupun susu formula melalui sped karena daya
hisapnya lumayan baik. Mendapatkan susu sebanyak 10-20 ml/2jam sebesar 30
gram
c. Status Cairan
Pasien tidak terpasang infus
d. Obat – obatan
Salep mata chloramphenicol, pemberian oksigen, vitamin k
e. Aktivitas
Bayi ny.s dan selalu tertidur, saat dirangsang taktil hanya sedikit gerakan
h. Pemeriksaan penunjang
GDS saat post partum: 56mg/dL
VIII. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Tingkat kesadaran: commpos mentis
b. Tonus / aktivitas
Simetris ( ) Asimetris ( )
Molding
Bersih ( ) Sekresi ( )
e. THT
Telinga
Normal ( ) Abnormal ( )
Hidung
Normal ( ) Abnormal ( )
f. Thoraks
Simetris ( ) Asimetris ( )
Retraksi : positif ( ) Tidak ( )
Klavikula : Normal ( ) Abnormal ( )
g. Paru – Paru
Suara Nafas
Sekret ( ) Rales ( )
Bunyi Nafas
Spontan ( ) : 47x/menit
h. Jantung
Bunyi Normal Sinus Rytm ( ):136x/menit
Nadi perifer
i. Abdomen
Paten ( ) Imperforata ( )
m. Spina
Normal ( ) Abnormal ( )
n. Kulit
Warna : Pink ( ) Pucat ( ) Jaundice ( )
Rash/kemerahan ( )
Tanda lahir (tidak ada )
o. Ekstermitas
Semua ekstermitas gerak ( ) ROM terbatas ( ) Tidak dapat dikaji (
)
Ekstermitas atas dan bawah : Simetris ( ) Asimetris ( )
p. Suhu
Lingkungan
b. Patologis
X. TERAPI MEDIS
NO NAMA OBAT DOSIS RUTE INDIKASI
1 Salep mata 25 Diole 1. mencegah
chloramphenicol m s adanya bakteri
g yang muncul
dimaata
pemberian oksigen
2 2.Untuk terapi
nasal kanul
1 LPM oksigen pasien
agar memudahkan
jalan napas pasien
3. untuk
membantu proses
pembekuan darah
3 Vitamin k
0,1 mg IM
ANALISA DATA
N
DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
O
1. DS: Keluarga pasien Perubaahan membran Pertukaran gas
mengatakan bayinya alveolar kapiler
menangis dengan
kencang
DO: lalu setelah
diperiksa retraksi
dadanya positif
2
DS: ibu pasien menyadari
Resiko
suhu tubuh pasien sedikit
Gangguan yang ketidakefektifan
menghangat
mempengaaruhi termoregurasi
DO: dan setelah dilakukan ttv
pengaturan suhu
dengan berikut
S 37,5 spo 98 rr 46 n 136
PRIORITAS MASALAH
1. Pertukaran gas b.d perubahaan membran alveolar kapiler
2. Resiko ketidakefektifan termoregurasi b.d Gangguan yang mempengaaruhi
pengaturan suhu
3. Diskontuinitas pemberian ASI b.d hospitalisasi anak
XI. RENCANA PERAWATAN (Landscape)
3 3 pasien dengna
2 3 ventilasi mekanik,
A T
4 1
4 1
3 4
Ket:
1. tidak pernah
menunjukan
2. jarang
menunjukan
3. kadang
menunjukan
4. sering
menunjukan
5. secara konsisten
menunjukan
Setelah dilakukan
3. tindakan
PEMBERIAN
keperawatan selama Agar bayi tetap
MAKAN DENGAN mendapat nutrisi
2x24 jam pasien
BOTOL: 253 yang sesuai
diharapkan kebutuhannya dan
O: kaji status melatih dy ahisap
memenuhi kriteria bayi secara efektif
sebelum
pasien: mungkin
memberikan susu,
PEMBERIAN
dan monitor berat
MAKAN MELALUI
badan bayi sesuai
BOTOL(BAYI):385
kebutuhan, serta
1. terdengar menelan
moitor atau evaluasi
2. kemampuan untuk
reflek menghisap
mengkonsumsi susu
selama menyusui
atau susu formula
N: hangatkan
dari botol
formula sesuai suhu
3. refleks menghisap
ruangan sebelum
4. kepuasan setelah
diberikan kepada
makan
bayi, dan tingkatkan
A T
2 5 kewaspadaan
3 5 terhadap bayi
2 5
dengan
3 4
Ket: melonggarkan
1. tidak adekuat pakaian bayi serta
2. sedikit adekuat menggosokan
3. cukup adekuat anggota gerk bayi
4. sebagian besar atau bicara pada
adekuat bayi
5. sepenuhnya E: dorong untuk
adekuat menghisap dengan
menstimulasi reflek
rooting sesuai
kebutuhan
K: edukasi orangtua
tentng cara
penyimpanan susu
formula/asi yang
benar dan cara
menghangatkan
susu formula/asi
Keterangan:
1. tidak pernah menunjukan
2. jarang menunjukan
3. kadang menunjukan
4. sering menunjukan
5.secara konsisten menunjukan
Keteranagan:
1. berat
2. berat
3. cukup
4. ringan
5. tidak ada
1 mengenali 4 1 3
factor resiko
terkait
hipertermia
2 mengenali 4 1 3
kondisi
tubuh yang
mempercepat
produksi
panas
3 memonitor 4 5 3
perubahan
status
kesehatan
Keterangan:
1. tidak pernah menunjukan
2. jarang menunjukan
3. kadang menunjukan
4. sering menunjukan
5.secara konsisten menunjukan
1 6 mei 2021 gas b.d 19.45 S: bayi dirawat dalam box bayi Dea
19.30-07.30 perubahaan Mengkaji terbuka fadila
membran pergerakan dada O: pasien terlihat lebih tenang
alveolar kapiler bagaiamana dan nyaman didampingi ibunya
ketidaksimetrisan dengan respirasi: 42x/menit,
penggunaan otot spo2: 98%
bantu nafasnya A: sudah teratasi
serta kaji P: lanjutkan intervensi
retraksinya
n indikator A t c
19.50
o
Melakukan
1 retraksi 2 3 3
auskultasi suara
dinding
nafas dan apakah
dada
ada suara
2 penggunaan 2 3 3
tambahan
otot bantu
nafas
20.35
3 suara 3 3 3
melakukan asuskultasi
pemeriksaan nafas
spo2 dan 4 frekuensi 2 3 3
respirasi pernafasan
5 saturasi 4 3
okigen 3
Keteranagan:
1. sangat berat
2. berat
3. cukup
4. ringan
5. tidak ada
no Indicator A t c
1 mengenali 4 1 1
factor resiko
terkait
hipertermia
2 mengenali 4 1 1
kondisi
tubuh yang
mempercepat
produksi
panas
3 memonitor 3 4 5
perubahan
status
kesehatan
Keterangan:
1. tidak pernah menunjukan
2. jarang menunjukan
3. kadang menunjukan
4. sering menunjukan
5.secara konsisten menunjukan
1 terdengar 2 5 5
menelan
2 kemampuan 3 5 5
untuk
mengkonsumsi
susu atau susu
formula dari
botol
3 refleks 2 5 5
menghisap
4 kepuasan 3 4 5
setelah makan
Ket:
1. tidak adekuat
2. sedikit adekuat
3. cukup adekuat
4. sebagian besar adekuat
5. sepenuhnya adekuat
XIII. DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi.
8. Jakarta: EGC.
Dewi, Vivian. 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika
Hidayat, Aziz. 2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta
Rahayu, Sri Dedeh. 2009. Asuhan Keperawatan Anak dan neonatus. Jakarta:
Salemba Medika
Sarwono Prawirohardjo, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: EGC