Anda di halaman 1dari 12

I.

KONSEP DASAR
A. DEFINISI
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir. (Jitowiyono, Sugeng, 2010, hal 71)

Asfiksia adalah keadaan bayi tidak menangis setelah lahir yang tidak dapat bernafas
spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan
CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. Tujuan tindakan
perawatan terhadap bayi asfiksia adalah melancarkan kelangsungan pernafasan bayi
yang sebagian besar terjadi pada waktu persalinan. (Manuaba, I. B. G, 2010 cetakan
ke II, hal 421)

B. ETIOLOGI
1. Faktor ibu :
a. Preeklamsi
b. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
c. Partus lama atau partus macet
d. Demam selama persalinan / infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
e. Kehamilan lewat waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2. Faktor tali pusar :
a. Lilitan tali pusat
b. Tali pusar pendek
c. Simpul tali pusat
d. Prolapses tali pusat
3. Faktor bayi
a. Bayi premature (sebelum 37 minggu kehamilan)
b. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi,
vacuum, ekstraksi forsep)
c. Kelainan bawaan (kongenital)
d. Air ketuban bercampur meconium (warna kehijauan )
C. KLASIFIKASI
1. Asfiksia Ringan
Skor APGAR 7-10. Bayi dianggap sehat, dan tidak memerlukan tindakan
istimewa.
2. Asfiksia Sedang
Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi detak jantung
lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas
tidak ada.
3. Asfiksia Berat
Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang
dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek
iritabilitas tidak ada, pada asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus
menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung
menghilang post partum pemeriksaan fisik sama asfiksia berat (Kamarullah,
2005).
Cara menilai tingkatan APGAR score menurut Utomo (2006) adalah dengan :
a. Menghitung frekuensi jantung.
b. Melihat usaha bernafas.
c. Menilai tonus otot.
d. Menilai reflek rangsangan.
e. Memperlihatkan warna kulit.
Di bawah ini adalah tabel untuk menentukan tingkat derajat asfiksia yang
dialami bayi:
Tanda tanda vital Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2
Tubuh
Seluruh
Appearance kemerahan Seluruh tubuh
tubuh biru
(warna kulit) Ekstermitas kemerah-merahan
atau putih
biru
Pulse
< 100 x/
(Frekuensi jantung) Tidak ada > 100 x/ menit
menit
Grimance Tidak ada Menyeringai Batuk/Bersin/Menangis
(reflek)
Activity Fleksi
Tidak Ada
(tonus otot) ekstremitas Fleksi kuat, gerak aktif
Gerakan
(Lemah)
Lambat atau
Respiration Menangis kuat atau
Tidak ada tidak teratur
(pernapasan) keras
(Merintih)

Pemantauan nilai apgar dilakukan pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai
apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor
mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru
lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena
resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit
seperti penilaian skor Apgar) .

D. PATOFISIOLOGI
Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya hipoksia
dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia pada janin.
Faktor ini yang berperan pada kejadian asfiksia. Bila janin kekurangan O 2 dan kadar
CO2 bertambah, timbulah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (Denyut
Jantung Janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O 2 terus berlangsung maka nervus
vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus
sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang.
Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian
terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi
atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang. Apabila asfiksia berlanjut,
gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai menurun sedangkan tonus
neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu
primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut
jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan
terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki
periode apneu sekunder.
Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O 2 dalam darah
(PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak
akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika
resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak dimulai segera. (Aziz, 2010)

E. PATHWAY

Sumber : (Dewi, Vivian, 2011, hlm 75)


F. MANIFESTASI KLINIS
1. Asfiksia ringan.
a. Takipnea dengan napas >60x/menit
b. Bayi tampak sianosis
c. Adanya retraksi sela iga
d. Bayi merintih
e. Adanya pernapasan cuping hidung
f. Bayi kurang aktif
g. Dari pemeriksaan auskultasi deperoleh hasil ronchi, rales, dan wheezing positif
2. Asfiksia sedang
a. Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali permenit.
b. Usaha napas lambat
c. Adanya pernapasan cuping hidung
d. Adanya retraksi sela iga
e. Tonus otot dalam keadaan baik/lemah
f. Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan namun tampak
lemah
g. Bayi tampak sianosis
h. Tidak terjadi kekurangn oksigen yang bermakna selama proses persalinan
3. Asfiksia berat
a. Frekuensi jantung kecil, yaitu <40x/menit
b. Tidak ada usaha na Adanya retraksi sela igaas
c. Tonus otot lemah bahkan hamper tidak ada
d. Bayi tidak dapit memberikan reaksi jika diberi rangsangan
e. Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu
f. Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan.
(Sarwono , 2009, hlm 712)
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Analisis gas darah (ph kurang dari 7,20)
2. Penilaian apgar scor meliputi (warna kulit, usaha bernafas, tonus otot)
3. Pemeriksaan EEG dan CT scan jika sudah terjadi komplikasi
4. Pengkajian spesifik
(Hidayah, Aziz , 2009, hlm 96)

H. KOMPLIKASI
1. Edema otak dan pendarahan otak
Pada penderita asfeksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut
sehingga aliran darah ke otak pun akan menurun, keadaan ini akan menyebabkan
hipoksia dan iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak dan dapat
menimbulkan pendarahan otak.
2. Anuria dan oliguria
Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti
melentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada
pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran urin
sedikit
3. Kejang
Bayi yang mengalami afeksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan
transpot O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan CO2 hal
ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tidak
efektif.
4. Koma
Apabila ada pasien afeksia berat tidak segera ditangani akan menyebabkan koma
karena bebrapa hal seperti hipoksemia dan pendarahan pada otak
(Kamarulloh, 2006, hlm 117)

I. PENATALAKSANAAN
1. Asfiksi Ringan (Apgar score 7-10)
a. Bayi dibungkus dengan kain hangat
b. Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada hidung kemudian mulut.
c. Bersihkan badan dan tali pusat.
d. Lakukan observasi tanda vital dan apgar score dan masukan ke dalam
inkubator.
2. Asfiksia sedang (Apgar score 4-6)
a. Bersihkan jalan napas.
b. Berikan oksigen 2 liter per menit.
c. Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki apabila belum ada
reaksi,bantu pernapasan dengan melalui masker (ambubag).
d. Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis berikan natrium
bikarbonat 7,5%sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc disuntikan melalui
vena umbilikus secara perlahan-lahan, untuk mencegah tekanan intra kranial
meningkat.
3. Asfiksia berat (Apgar skor 0-3)
a. Bersihkan jalan napas sambil pompa melalui lambubag.
b. Berikan oksigen 4-5 liter per menit.
c. Bila tidak berhasil lakukan ETT (Endotracheal Tube).
d. Bersihkan jalan napas melalui ETT (Endotracheal Tube).
e. Apabila bayi sudah mulai benapas tetapi masih sianosis berikan natrium
bikarbonat 7,5% sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc.
II. KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Biodata / identitas
2. Keluhan utama
a. Riwayat keluhan utama
b. Riwayat keluhan sekarang
c. Riwayat kesehtan masa lalu
1) Prenatal care
2) Natal
3) Post natal
3. Riwayat tumbuh kembang
4. Reaksi hospitalisasi
5. Pemeriksaan fisik
a. Sistem pernafasan
1) Hidung
2) Leher
3) Dada
b. Sistem kardiovaskuler
1) Capillary reflling
2) Denyut jantung
3) Tekanan darah
c. Sistem syaraf
d. Sistem musculoskeletal
e. Sistem itegrumen
f. Sistem endokrin
g. Sistem perkemihan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi mucus banyak
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi / hiperventilasi
3. Resiko cidera
C. INTERVENSI
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi mucus banyak
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan
bersihan jalan nafas pasien kembali efektif dengan
KH :
a. Nafas bayi kembali normal
b. Bayi aktif
c. Pada pemeriksaan aukultasi tidak ditemukan lagi bunyi
tambahan pernafasan
Intervensi :
a. Kaji tanda-tanda vital pernafasan, nadi tekanan darah
b. Dorong pengeluaran sputum, pengisapan (suction) bila di
indikasikan
c. Lakukan palpasi fokal fremitus
d. Observasi tingkat kesadaran, selidiki adanya perubahan
e. Kolaborasi dengan tim medis pemberian oksigen sesuai
indikasi

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi / hiperventilasi


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan
Pasien memperlihatkan pola nafas yang efektif dengan
KH :
a. Frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam rentan normal
b. Bayi aktif
Intervensi :
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada
b. Catat upaya pernafasan, termasuk penggunaan oto bantu
pernafasan
c. Auskultrasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti
mengi
d. Tinggikan bayi dan bantu mengubah posisi
e. Berikan oksigen tambahan
3. Resiko cidera
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan
Pasien kooperatif dengan
KH :
a. Bebas dari cidera dan komplikasi
b. Aktivitas yang tepat dari level perkembangan anak
Intervensi :
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi
b. Pakai sarung tangan steril
c. Lakukan pengkajian fisik secra rutin terhadap bayi baru
lahir
d. Berikan agen imunisasi
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Vivian. 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, Aziz. 2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta

Rahayu, Sri Dedeh. 2009. Asuhan Keperawatan Anak dan neonatus. Jakarta:

Salemba Medika

Sarwono Prawirohardjo, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: EGC


LAPORAN PENDAHULUAN
NEONATUS
DENGAN ASFIKSIA

DISUSUN OLEH :

Sofiani Rismawati
(116080)

PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TELOGOREJO
SEMARANG
2019

Anda mungkin juga menyukai