Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KEBIJAKAN KESEHATAN NASIONAL

MANAJEMEN TERPADU BAYI MUDA (MTBM)

DISUSUN OLEH

Desy Rahmadani 1814301013

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI SARJANA TERAPAN
TAHUN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang membahas tentang Manajemen Terpadu
Bayi Muda (MTBM).

Terima kasih kami ucapkan kepada pembimbing atas bimbingan yang diberikan sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Makalah ini merupakan hasil pembelajaran
kami. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya
bagi kami yang sedang menempuh pendidikan dan dapat dijadikan pembelajaran bagi teman-
teman.

Bandar Lampung, 14 Januari 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR.............................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
1.1 LatarBelakang...................................................................................................... 4
1.2 Rumusan masalah................................................................................................ 5
1.3 Tujuan.................................................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................

2.1 PengertianMTBM dan Pengobatan MTBM ........................................................ 6

2.2 Konseling............................................................................................................. 16

2.3Jurnal MTBM........................................................................................................ 16

BAB III PENUTUP................................................................................................

3.1.Kesimpulan.......................................................................................................... 21

3.2.Saran.................................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 34/1000 kelahiran hidup. Bila angka ini
dikonversikan secara matematis, maka setidaknya terjadi 400 kematian bayi perhari atau 17
kematian bayi setiap 1 jam di seluruh Indonesia, sedangkan Angka Kematian Balita
(AKBAL) sebesar 44/1000 kelahiran hidup yang berarti terjadi 529 kematian/hari atau 22
kematian balita setiap jamnya. Bila kita mencoba menghitung lebih jauh lagi, berarti terjadi
lebih dari 15.000 kematian balita setiap bulannya.

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, ada beberapa penyakit
utama yang menjadi penyebab kematian bayi dan balita. Pada kelompok bayi (0-11 bulan),
dua penyakit terbanyak sebagai penyebab kematian bayi adalah penyakit diare sebesar 31,4%
dan pneumonia 24%, sedangkan untuk balita, kematian akibat diare sebesar 25,2%,
pneumonia 15,5%, Demam Berdarah Dengue (DBD) 6,8% dan campak 5,8%.

Kematian ibu , bayi dan balita merupakan salah satu parameter derajat kesehatan suatu
negara. MDGs dalam goals 4 dan 5 mengamanatkan bahwa angka kematian balita harus
mampu diturunkan menjadi 2/3 dan kematian ibu turun % pada tahun 2015. Sehingga di tahun
2015 angka kematian bayi menjadi 17/1000 KH, balita 23/1000 KH serta angka kematian ibu
diharapkan turun menjadi 125/100.000 KH. MTBS dan MTBM merupakan intervensi yang
cost effektive untuk mengatasi masalah kematian balita. Maka perlu tenaga kesehatan dibekali
cara untuk mengenal secara dini dan cepat gejala anak sakit ringan, berat atau segera dirujuk.

4
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian dan pelaksanaan MTBM?
2. Bagaimana tindakan dan pengobatan pada MTBM?
3. Bagaimana konseling bagi ibu?
4. Bagaimana pelayanan tindak lanjut pada MTBM?
5. Abstrak kesimpulan dan saran dari artikel MTBM

1.3 TUJUAN

Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa mampu

1. Menjelaskan pengertian dan pelaksanaan MTBM


2. Menjelaskan tindakan dan pengobatan MTBM
3. Menjelaskan konseling bagi ibu
4. Menjelaskan pelayanan tindak lanjut pada MTBM
5. Menjelaskan kesimoulan dan saran dari artikel MTBM

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Pelaksanaan MTBM

Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) merupakan bagian dari MTBS yang terdapat
penilaian dan klasifikasi bagi Bayi Muda berusia kurang dari 2 bulan.

Dalam perkembangannya mencakup Manajemen Terpadu Bayi Muda umur kurang dari 2
bulan baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Bayi Muda mudah sekali menjadi sakit, cepat
menjadi berat dan serius bahkan meninggal terutama pada satu minggu pertama kehidupan
bayi. Penyakit yang terjadi pada 1 minggu pertama kehidupan bayi hampir selalu terkait
dengan masa kehamilan dan persalinan. Keadaan tersebut merupakan karakteristik khusus
yang harus dipertimbangkan pada saat membuat klasifikasi penyakit. Pada bayi yang lebih
tua pola penyakitnya sudah merupakan campuran dengan pola penyakit pada anak.Sebagian
besar ibu mempunyai kebiasaan untuk tidak membawa Bayi Muda ke fasilitas kesehatan.
Guna mengantisipasi kondisi tersebut program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) memberikan
pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir melalui kunjungan rumah oleh petugas kesehatan.

Melalui kegiatan ini bayi baru lahir dapat dipantau kesehatannya dan didekteksi dini. Jika
ditemukan masalah petugas kesehatan dapat menasehati dan mengajari ibu untuk melakukan
Asuhan Dasar Bayi Muda di rumah, bila perlu merujuk bayi segera. Proses penanganan Bayi
Muda tidak jauh berbeda dengan menangani balita sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun.

A. Penilaian klasifikasi dan tindakan / pengobatan MTBM Umur Kurang 2 Bulan


1. Ikterik
Ikterus neonatorum adalah salah satu kondisi yang memerlukan perhatian pada si
Kecil yang baru lahir. Istilah ikterik neonatorum memiliki pengertian penyakit kuning pada
bayi baru lahir. Ikterus itu sendiri berarti warna kuning; yang dapat terlihat pada kulit dan

6
bagian putih mata (sclera mata). Kuning pada si Kecil disebabkan oleh peningkatan kadar
bilirubin dalam darah, yang secara medis disebut dengan hiperbilirubinemia.
Tanyakan pada ibu :
- Apakah bayi kuning?
- Jika Ya, pada umur berapa pertama kali timbul kuning?
Lihat :
- Adanya ikterik pada bayi (kuning pada mata atau kulit)
- Lihat telapak tangan dan telapak kaki bayi, apakah kuning?
- Periksa adanya ikterus pada bayi, menggunakan metode KRAMER

 Kramer I : kuning pada daerah kepala dan leher


 Kramer 2 : kuning sampai dengan badan bagian atas (dari pusar ke atas)
 Kramer 3 : kuning sampai badan bagian bawah hingga lutut atau siku
 Kramer 4 : kuning sampai pergelangan tangan dan kaki
 Kramer 5: kuning sampai daerah tangan dan kaki

Tanda dan Gejala Klasifikasi


- Timbul kuning pada hari pertama (< 24 jam) Ikterik berat
atau kuning ditemukan pada umur lebih dari
14 hari
- kuning sampai telapak tangan /telapak kaki
- Tinja berwarna pucat
- Timbul kuning pada umur ≥ 24 jam sampai ≤ Ikterik
14 hari dan tidak sampai telapak tangan/kaki
- Tidak kuning Tidak terdapat ikterik

Tindakan / pengobatan

a. Ikterik berat : - Cegah agar gula darah tidak turun


a) Jika bayi masih bisa menyusu, ibu diminta untuk menyusui bayinya

7
b) Jika bayi tidak bisa menyusu, tapi masih bisa menelan. Beri ASI perah
dengan cangkir kecil atau sendok atau ditetesi dengan pipet. Berikan
kira-kira 20-50 ml, sebelum dirujuk
c) Jika bayi tidak bisa menelan, berikan 20-50 ml (10ml/kg) ASI perah,
atau air gula, atau susu formula dengan pipa lambung
- Nasihati cara menjaga bayi tetap hangat
a) Gunakan metoda kangguru
b) Gunakan cahaya lampu 60 watt dengan jarak 60 cm, sampai suhu
normal, pertahankan suhu tubuh bayi
c) Gunakan penutup kepala, kaus kaki, dan jauhkan dari jendela
- Rujuk segera
b. Ikterik : - lakukan asuhan dasar bayi muda : mencegah infeksi, menjaga kehangatan
bayi,memberi ASI sesering mungkin, imunisasi
- Nasihati kapan kembali segera
- Kunjungan ulang 1 hari
c. Tidak terdapat ikterik : Lakukan asuhan dasar bayi muda

2. Diare
Diare adalah kondisi yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air
besar (BAB) menjadi 3 kali atau lebih dalam sehari, dengan tinja yang lebih cair.
Laporan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa sekitar
525.000 anak balita meninggal setiap tahunnya akibat diare.
Lihat dan raba :
 Lihat keadaan umum bayi
- Apakah bayi bergerak atas kemauan sendiri?
- Apakah bayi bergerak hanya ketika dirangsang?
- Apakah bayi tidak bergerak sama sekali?
- Apakah bayi gelisah / rewel?
 Lihat apakah matanya cekung?
 Cubit kulit perut, apakah kembalinya :
- Sangat lambat (>2 detik)

8
- Lambat (masih sampai terlihat lipatan kulit)
- Segera (<2 detik)

Tanda dan Gejala Klasifikasi


Terdapat 2 atau lebih tanda : Diare dehidrasi berat
- Letargis atau tidak sadar
- Mata Cekung
- Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat
Terdapat 2 atau lebih tanda : Diare dehidrasi ringan /sedang

- Gelisah atau rewel


- Mata Cekung
- Cubitan kulit perut kembali lambat

- Tidak cukup tanda dehidrasi berat atau Diare tanpa dehidrasi


ringan/sedang
 Bayi dikatakan diare apabila terjadi perubahan bentuk feses, disbanding biasanya,
lebih banyak dan lebih cair (lebih banyak air dari ampasnya)
 Pada bayi ASI eksklusif, BAB biasanya lebih sering dan bentuknya lebih lembek,
dan ini bukan diare

Tindakan / pengobatan:

a. Diare dehidrasi berat


- Jika tidak terdapat klasifikasi berat lain, tangani sesuai rencana terapi C, yaitu:
a) Berikan cairan intravena 100ml/kg cairan Ringer Laktat
b) Berikan oralit 5ml/kg/jam
c) Pantau anak setiap 15-30 menit, jika nadi belum teraba, beri tetsan cairan lebih
cepat
- Jika terdapat klasifikasi berat lainnya, Rujuk segera
- Nasihati agar ASI tetap diberikan
b. Diare dehidrasi ringan / sedang
- Jika tidak terdapat klasifikasi berat lain, tangani sesuai rencana terapi B, yaitu :

9
a) Berikan oralit 5ml/kg/jam
b) Berikan sedikit demi sedikit
c) Jika anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian berikan lagi
d) Lanjutkan pemberian ASI selama anak mau
e) Jika kelopak mata bengkak, hentikan pemberian oralit
- lakukan asuhan dasar bayi muda : mencegah infeksi, menjaga kehangatan bayi,
memberi ASI sesering mungkin, imunisasi
- Jika terdapat klasifikasi berat lainnya, Rujuk segera
- Kunjungan ulang 1 hari
c. Diare tanpa dehidrasi
- Tangani sesuai rencana terapi A, yaitu :
a) Berikan ASI lebih sering dan lebih lama
b) Berikan oralit dengan air matang sebagai tambahan
- Kunjungan ulang 1 hari

3. Status HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh yang selanjutnya melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi dan
penyakit. Obat atau metode penanganan HIV belum ditemukan. Dengan menjalani
pengobatan tertentu, pengidap HIV bisa memperlambat perkembangan penyakit ini,
sehingga pengidap HIV bisa menjalani hidup dengan normal. Jalur penularan HIV yang
paling banyak terjadi pada anak kecil dan bayi adalah lewat ibunya (mother-to-child
transmission). Menurut Pediatric AIDS Foundation, lebih dari 90% kasus penularan HIV
pada anak kecil dan bayi terjadi saat masa kehamilan.

Tanyakan :

 Apakah ibu pernah tes HIV?


- Jika pernah, apakah hasilnya positif atau negative
- Jika hasilnya positif, tanyakan apkah ibu sudah meminum ARV?
- Jika sudah, apakah ARV sudah diminum minimal 6 bulan?
 Apakah bayi pernah mendapat atau masih menerima ASI?

10
Tanda dan Gejala Klasifikasi
- Bayi dengan tes HIV positif Infeksi HIV terkonfirmasi
- Ibu tes HIV positif, dan bayi tes HIV Terpajan HIV
negative serta masih mendapatkan ASI atau
berhenti menyusu <6 minggu
Atau
- Ibu tes HIV positif, dan bayi belum tes HIV

- Ibu HIV negative Mungkin bukan infeksi HIV


Atau
- Tidak terdapat gejala diatas
Atau
- Ibu belum pernah tes HIV

Tindakan / pengobatan :

a. HIV terkonfirmasi
- Rujuk ke RS / puskesmas rujukan ARV untuk mendapatkan terapi selanjutnya
b. Terpajan HIV
- Rujuk ke RS / puskesmas rujukan ARV untuk mendapatkan terapi selanjutnya
- Jika bayi belum dites, rujuk bayi untuk tes
c. Mungkin bukan infeksi HIV
- Tangani infeksi lainnya, jika ada
- Jika belum tes HIV anjurkan ibu untuk tes HIV

4. BBR & Masalah pemberian ASI


BBR adalah berat badan rendah yang dialami pada bayi muda <2 bulan. Beberapa hal yang
dapat menyebabkan bayi memiliki berat badan kurang (underweight), di antaranya: Faktor
genetik, kurang asupan gizi/ASI. Pemberian ASI merupakan hal yang penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan pada bayi 6 bulan pertama kehidupannya, jika ada masalah
pemberian ASI maka bayi dapat kekurangan gizi dan mudah terkena penyakit

11
Periksa adanya kemungkinan berat badan rendah atau masalah pemberian ASI.
Bila ditemukan bayi memiliki berat badan rendah, langsung lakukan penanganan atau rujukan
tanpa melihat ada / tidaknya masalah pada pemberian ASI.

Tanyakan :
 Berapa kali bayi diberi ASI sepanjang pagi, siang dan malam?
 Apakah bayi diberi makan / minum selain ASI?
Jika ya, berapa kali selama 24 jam?
 Alat apa yang digunakan untuk memberi minum bayi?
Lihat :
 Tentukan berat badan menurut umur
 Adakah luka atau bercak putih dimulut?
 Adakah celah bibir / langit-langit?
Tanda dan Gejala Klasifikasi
Terdapat satu atau lebih,tanda berikut : Berat Badan Rendah menurut
- Berat badar berdasarkan umur, rendah umur dan atau masalah pemberian
- ASI kurang dari 8x/hari ASI
- Mendapat makanan atau minuman lain selain
ASI
- Posisi bayi salah saat menyusu
- Tidak melekat dengan baik
- Tidak mengisap dengan efektif
- Terdapat luka atau bercak putih(thrush) di
mulut

- Tidak terdapat tanda / gejala seperti diatas Berat badan tidak rendah menurut
umur dan tidak ada masalah
pemberian ASI

12
13
Tindakan / pengobatan :
a. Berat badan rendah menurut umur dan atau masalah pemberian ASI
- Lakukan asuhan dasar bayi muda : mencegah infeksi, menjaga kehangatan bayi,
memberi ASI sesering mungkin, imunisasi
- Ajarkan ibu untuk memberikan ASI dengan benar
- Jika menyusu kurang dari 8x / 24 jam, nasehati ibu untuk menyusui lebih sering,
sesuai keinginan bayi, baik siang maupun malam
- Jika posisi salah atau tidak melekat dengan baik atau tidak menghisap efektif, ajari ibu
memperbaiki posisi
- Jila ada celah / langit-langit, nasehati alternative pemberian minum
- Kunjungan ulang 2 hari untuk masalah pemberian ASI
- Kunjungan ulang 7 hari untuk masalah BBR sesuai umur

b. Berat badan tidak rendah menurut umur dan tidak ada masalah pemberian ASI
- lakukan asuhan dasar bayi muda : mencegah infeksi, menjaga kehangatan bayi,
memberi ASI sesering mungkin, imunisasi
- Pujilah ibu karena telah memberikan minum kepada bayinya dengan benar

5. Pemeriksaan status / penyuntikan vit.K1

Kebutuhan vitamin K setiap orang berbeda. Bayi berusia di bawah 1 tahun, asupan
vitamin K yang direkomendasikan sebanyak 0,002 mg – 0,025 mg. Anak berusia 1 – 8 tahun,
asupan vitamin K yang direkomendasikan sebanyak 0,03 – 0,05 mg.  Sementara pada orang
dewasa, kebutuhan vitamin K per hari dapat dihitung berdasarkan kilogram berat badan yang
dimiliki. Manfaat vit K membantu proses pembekuan darah, menjaga fungsi dan kesehatan
tulang, mencegah dan mengobati gangguan defisiensi vitamin K, merawat masalah daya
ingat pada lansia, menurunkan tekanan darah, menurunkan risiko penyakit kardiovaskular.

Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum sempurna maka semua bayi
yang berisiko untuk mengalami perdarahan (HDN= haemorrhagic Disease of the Newborn).
Perdarahn bisa ringan atau berat berupa perdarahan pada kejadian ikutan pasca imunisasi

14
ataupun perdarahan intrakranial dan untuk mencegah diatas maka semua bayi diberikan
suntikan vit K1 setelah proses IMD dan sebelum pemberian imunisasi Hb O.

6. Pemeriksaan imunisasi
Tanyakan dan tentukan status imunitas bayi muda, serta status pemberian Vit.K1.
Penularan Hepatitis pada bayi dapat terjadi secara vertikal (ibu ke bayi pada saat
persalinan) dan horizontal (penularan orang lain). Dan untuk mencegah terjadi infeksi
vertikal bayi harus diimunisasi HB sedini mungkin.
Imunisasi pertama kali yang harusnya didapatkan oleh bayi muda adalah Hb 0 pada hari
0-7 kelahiran. Selain itu bayi juga harus mendapatkan imunisasi BCG di lengan kiri dan
polio 2 tetes oral setelah lahir.

7. Permeriksaan masalah ibu


Tanyakan adanya masalah lain seperti :
a. Memeriksa kelainan bawaan/kongenital
Adalah kelainan pada bayi baru lahir bukan akibat trauma lahir dan untuk
mengenali jenis kelainan lakukan pemeriksaan fisik (anensefalus,
hidrosefalus, meningomielokel dll)
b. Memeriksa kemungkinan Trauma lahir
Merupakan perlukaan pada bayi baru lahir yang terjadi pada proses persalinan
(kaput suksedanium, sefal hematome dll)
c. Memeriksa Perdarahan Tali pusat
Perdarahan terjadi karena ikatan tali pusat longgar setelah beberapa hari dan
bila tidak ditangani dapat syok

Pentingnya menanyakan masalah ibu adalah memanfaatkan kesempatan waktu kontak


dengan Bayi Muda untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu. Masalah yang
mungkin berpengaruh kepada kesehatan bayi
- Bagaimana keadaan ibu dan apakah ada keluhan (misalkan : demam, sakit
kepala, pusing, depresi)

15
- Apakah ada masalah tentang (pola makan-minum, waktu istirahat, kebiasaan
BAK dan BAB)
- Apakah lokea berbau, warna dan nyeri perineum
- Apakah ASI lancar
- Apakah ada kesulitan merawat bayi
- Apakah ibu minum tablet besi, vit A dan menggunakan alat kontrasepsi

2.2 Konseling bagi ibu


Konseling diberikan pada Bayi Muda dengan klasifikasi kuning dan hijau
 Mengajari ibu cara pemberian obat oral di rumah (macam obat, dosis, cara
pemberian )
 Mengajari ibu cara mengobati infeksi bakteri lokal (tetes mata /salep
tetraciklin/kloramfenikol, mengeringkan telinga dengan bahan penyerap, luka
dimulut dengan gentian violet)
 Mengajari pemberian oralit
 Menasehati ibu tentang pemberian ASI : pemberian ASI eksklusif, cara
meningkatkan produksi ASI, posisi yang benar saat meneteki, cara
menyimpan ASI
 Mengajari ibu cara merawat tali pusat dan menjelaskan jadwal pemberian
imunisasi
 Menasehati ibu kapan harus segera membawa bayi ke petugas kesehatan dan
kapan kunjungan ulang
 Menasehati ibu tentang kesehatan dirinya

2.3 Jurnal MTBM


PRAKTIK BIDAN DALAM PENGGUNAAN ALGORITMA MANAJEMEN
TERPADU BAYI MUDA PADA KUNJUNGAN NEONATA
Wahyu Iraningsih, dan Muhammad Azinar
Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator utama keberhasilan pembangunan
kesehatan. Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia, Angka kematian
bayi sebesar 32/1000 Kelahiran Hidup (KH) dan Angka kematian neonatal sebesar

16
19/1000 KH. Kemenkes RI menetapkan goal penurunan angka kematian neonatal sebesar
9/1000 Kelahiran Hidup (Kemenkes RI, 2014).
Masalah utama neonatus adalah karena masa ini merupakan masa kritis, sangat rentan,
mudah menjadi sakit, jika sakit sulit dikenali, cepat memburuk dan dapat terjadi
kematian. Sebagian besar penyebab kematian dapat dicegah dan diobati dengan biaya
murah dan efektif. Kunjungan neonatal menggunakan algoritma manajemen terpadu bayi
muda (MTBM) dinilai cost effective untuk menurunkan angka kematian neonatus 30-
60%. Namun tidak semua bidan di Kabupaten Cilacap melaksanakan kunjungan neonatal
secara berkualitas. Hasil evaluasi pada 20 bidan desa tahun 2014 menunjukkan 1 bidan
(5%) melaksanakan kunjungan neonatal sesuai standar, 13 bidan (65%) belum melakukan
penilaian klinik sesuai standar, 6 bidan (30%) tidak membuat klasifikasi secara benar.
Pengetahuan bidan tentang standar, dapat mempengaruhi tingkat kesesuaian kinerja
dengan standar yang ada. Hasil survey pendahuluan pada bulan Oktober 2015 pada 10
bidan desa, didapatkan 90% memiliki pengetahuan kurang tentang manajemen terpadu
bayi muda dan hanya 30% yang sudah menerapkan pada kunjungan neonatal. Perilaku
praktik bidan yang tidak sesuai standar dapat berdampak pada kinerja pelayanan. Hal
tersebut dibuktikan dalam penelitian Abu, dkk (2015) yang menunjukkan bahwa
pengetahuan atau pemahaman bidan atas standar operasional berdampak pada mutu
pelayanan antenatal care. Perilaku kerja tersebut dapat terkait dengan berbagai faktor
yang mendorong, memudahkan dan memperkuat individu baik dari dalam maupun luar
diri petugas. Oleh karena itu peneliti ingin mengkaji faktor-faktor apa yang berhubungan
dengan praktik bidan dalam penggunaan algoritma manajemen terpadu bayi muda pada
kunjungan neonatal.
Berdasarkan Tabel 1 diketahui lebih dari separuh responden memiliki pengetahuan baik
tentang manajemen terpadu bayi muda, lebih dari separuh bersikap lebih mendukung
manajemen terpadu bayi muda, sebagian besar memiliki ketersediaan fasilitas lengkap
dan sebagian besar mendapat dukungan atasan dalam manajemen terpadu bayi muda.
Sebagian responden berumur >30 tahun (sub tahap pemantapan), sebagian besar memiliki
masa kerja > 6 tahun, sebagian besar berstatus pegawai tidak tetap (PTT), sebagian besar
memiliki beban kerja tambahan normal, sebagian mendapatkan supervisi baik dan hampir
semua responden mendapat penghargaan/ reward kurang baik.

17
Dari Tabel 2 diketahui hasil analisis faktor yang berhubungan dengan praktik bidan
dalam penggunaan algoritma manajemen terpadu bayi muda adalah pengetahuan dan
sikap terhadap manajemen terpadu bayi muda, ketersediaan fasilitas, dukungan atasan,
masa kerja dan super-visi oleh bidan koordinator. Faktor yang tidak berhubungan dengan
praktik bidan dalam penggunaan algoritma manajemen terpadu bayi muda adalah umur,
status kepegawaian, beban kerja tambahan dan penghargaan/ reward dari kepala
puskesmas.

Pengetahuan tentang Manajemen Terpadu Bayi Muda Hasil

penelitian menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan responden dengan praktik


penggunaan algoritma manajemen terpadu bayi muda. Pengetahuan yang baik akan
mendukung bidan mempunyai sikap positif dan mempengaruhi niatnya menentukan
tindakan terkait penggunaan algoritma manajemen terpadu bayi muda. Hasil penelitian
ini mendukung penelitian Saomi, et al (2015) yang menyatakan pengetahuan
berhubungan dengan penemuan kasus oleh petugas, sejalan dengan penelitian
Suryaningtyas (2012) yang menyatakan ada hubungan pengetahuan dengan kinerja bidan
dalam kunjungan neonatal. Pengetahuan tentang manajemen terpadu bayi muda yang

18
kurang baik akan berisiko 4 kali lebih besar untuk terlaksananya praktik yang tidak sesuai
standar. Pengetahuan responden yang masih kurang diantaranya adalah tentang tanda
neonatus dengan kemungkinan infeksi berat dan cara pencegahan infeksi terkini
perawatan tali pusat. Pengetahuan responden yang kurang tersebut dapat menyebabkan
tertundanya deteksi dan pengobatan tepat pada neonatus serta menyebabkan ibu postnatal
tidak menerima informasi yang relevan tentang tanda bahaya neonatus dan perawatan tali
pusat yang benar. Pengetahuan responden yang rendah dapat dikaitkan dengan kurangnya
kesempatan bidan desa mendapatkan pelatihan. Pengetahuan perlu dicari melalui usaha
seperti pendidikan dan pelatihan. Hasil studi intervensi berupa pelatihan di Afrika Selatan
menghasilkan bahwa pelatihan meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan, dan
peningkatan pengetahuan terbukti meningkatkan keterampilan klinis petugas dalam
menerapkan manajemen terpadu bayi muda (Wood, 2010).

Sikap terhadap Manajemen Terpadu Bayi Muda Hasil penelitian menunjukkan ada
hubungan antara sikap responden dengan praktik penggunaan algoritma manajemen
terpadu bayi muda. Sikap mempengarui perilaku bidan lewat suatu proses pengambilan
keputusan yang beralasan. Sikap terhadap suatu objek akan menentukan niatnya
(intention) untuk melakukan perilaku (Ajzen dalam Azwar, 2013). Hasil penelitian ini
mendukung penelitian Fountein Yvone (2014) yang menyatakan ada hubungan sikap
dengan perilaku bidan. Sikap responden yang kurang mendukung berisiko 2 kali lebih
besar untuk terwujudnya perilaku praktik yang tidak sesuai standar. Sikap responden
yang kurang mendukung antara lain sebagian besar responden tidak berani memberikan
suntikan antibiotik dosis pertama pada bayi muda sakit berat yang akan dirujuk. Hal ini
berarti neonatus dengan infeksi berat akan dirujuk ke rumah sakit tanpa perlindungan
antibiotika. Hasil studi WHO oleh Lee, et al (2014) menyatakan manajemen kasus bayi
muda dengan infeksi berat di fasilitas tingkat pertama ini dapat mengurangi angka
kematian neonatal sebesar 34% -62%. Sikap yang kurang mendukung terhadap
pemberian antibiotika dapat berkaitan dengan pengetahuan responden tentang tatalaksana
infeksi bayi muda yang masih kurang, tidak tersedianya obat antibiotika injeksi di
fasilitas pelayanan bidan desa dan belum adanya dukungan atasan dalam pelimpahan
wewenang terhadap tindakan kedaruratan bayi muda khususnya pemberian antibiotika
injeksi pra rujukan.

19
a. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari jurnal praktik bidan dalam penggunaan algoritma
manajemen terpadu bayi muda pada kunjungan neonata oleh wahyu iraningsih, dan
muhammad azinar adalah belum semua bidan atau pun perawat yang menggunakan
MTBM sebagai pedoman . padahal dengan menggunakan pedoman MTBM dapat
mengurangi resiko terjadi neonatus. Masalah utama neonatus adalah karena masa ini
merupakan masa kritis, sangat rentan, mudah menjadi sakit, jika sakit sulit dikenali,
cepat memburuk dan dapat terjadi kematian. Sebagian besar penyebab kematian dapat
dicegah dan diobati dengan biaya murah dan efektif. Kunjungan neonatal
menggunakan algoritma manajemen terpadu bayi muda (MTBM) dinilai cost
effective untuk menurunkan angka kematian neonatus 30-60%.
Dan dapat disimpulkan juga dari artikel tersebut bahwsannya penggunaan MTBM
dapat berjalan apabila mereka mendapat dukungan sendiri seperti dukungan dari
fasilitas dan atasan mereka yang dapat mengarahkan.

b. Saran
Dengan adanya pedoman MTBM ini agar dapat di gunakan dengan baik oleh tenaga
kesehatan bidan maupun perawat. Karena Pengetahuan yang baik akan mendukung
bidan atau perawat mempunyai sikap positif dan mempengaruhi niatnya menentukan
tindakan terkait penggunaan algoritma manajemen terpadu bayi muda. pengetahuan
berhubungan dengan penemuan kasus oleh petugas. Pengetahuan tentang manajemen
terpadu bayi muda yang kurang baik akan berisiko 4 kali lebih besar untuk
terlaksananya praktik yang tidak sesuai standar.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manajemen Terpadu bayi muda (MTBM) adalah suatu pendekatan pelayanan terhadap
bayi muda yang dikembangkan oleh WHO.Dengan MTBM dapat ditangani secara
lengkap kondisi kesehatan bayi pada tingkat pelayanan kesehatan dasar, yang
memfokuskan secara integrative aspek kuratif, preventif dan promotif termasuk
pemberian nasihat kepada ibu sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat untuk
meningkatkan kesehatan anak.Pemberian antibiotika sangat selektif sesuai klasifikasi dan
dapat membatasi beberapa klasifikasi yang akhirnya dapat menekan biaya
pengobatan.Melihat keunggulan tersebut maka dapatlah dimengerti mengapa Indonesia
termasuk salah satu pengguna dini dari pendekatan MTBM ini, bahkan Indonesia
sekarang sudah sampai tahap pemantapan implementasi.

3.2 Saran
Dengan mempelajari makalah mengenai manajemen terpadu bayi muda (MTBM),
diharapkan mahasiswa khususnya kebidanan dapat mengurangi angka kematin bayi
mengetahui hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan jika seorang dan memberikan asuhan
kebidanan yang sesuai dengan kebutuhan bayi.

21
DAFTAR PUSTAKA

Irianingsih,wahyu dan Azinar,m.2018. Unnes Journal of Public Health


.10362-Article%20Text-32280-2-10-20170821.pdf
Angraini,tisra.2017. Manajeman Terpadu Bayi Muda.
http://bidancilikdelima.blogspot.com/2012/02/manajemen-terpadu-bayi-muda-
klasifikasi.html

22

Anda mungkin juga menyukai