1
MATERI
Manajemen Terpadu Balita Sakit termasuk salah satu standar pelayanan kesehatan
anak di pelayanan kesehatan primer. Pelayanan kesehatan anak yang sesuai standar
MTBS sejalan dengan Undang-undang no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan
Permenkes No. 25 tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak serta Standar
Pelayanan Minimal Kabupaten/Kota.
Standar pelayanan balita sakit dengan pendekatan MTBS dinilai cost effective dan
memberikan kontribusi sangat besar untuk menurunkan angka kematian neonatus, bayi
dan anak balita bila dilaksanakan secara benar dan luas.
Manajemen Terpadu Balita Sakit adalah suatu pendekatan pelayanan balita yang
terintegrasi atau terpadu di unit rawat jalan fasilitas pelayanan kesehatan dasar,
seperti Puskesmas, Pustu, Polindes atau Poskesdes. MTBS diperlukan karena
angka kematian balita masih tinggi. 70% diantaranya disebabkan oleh pneumonia,
diare, malaria, campak dan malnutrisi, dimana MTBS menjelaskan bagaimana
tatalaksana penyakit-penyakit tersebut. Disamping itu, lebih dari 75% ibu membawa
anaknya ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar dengan salah satu kondisi di atas
dan sering ditemukan overlapping gejala sehingga diagnosis tunggal tidak tepat.
2
Sasaran langsung MTBS adalah balita umur 2 bulan sampai 5 tahun yang sakit,
serta bayi umur kurang dari 2 bulan (bayi muda) yang sakit maupun sehat.
Petugas kesehatan yang ada di Puskesmas berperan dalam penerapan MTBS
sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya.
Dalam penerapan MTBS, perlu diperhatikan secara cepat semua gejala anak sakit,
sehingga segera dapat ditentukan apakah anak dalam keadaan sakit berat dan
perlu segera dirujuk. Jika penyakitnya tidak parah, tenaga kesehatan bisa memberi
pengobatan yang sesuai, disamping cara konseling bagi ibu atau pengasuh anak.
Penatalaksanaan kasus dengan pendekatan MTBS disajikan dalam satu buku, yaitu
Buku Bagan MTBS yang didalamnya terdapat bagan tatalaksana kasus, pedoman
untuk melakukan tindakan/pengobatan, konseling dan pelayanan tindak lanjut, serta
contoh formulir pencatatan. Ketika memberikan pelayanan terhadap balita sakit,
petugas kesehatan harus menggunakan Buku Bagan MTBS ini.
Bagan tidak digunakan bagi anak sehat yang dibawa untuk imunisasi atau bagi
anak dengan keracunan, kecelakaan atau luka bakar.
Kedua jenis formulir ini digunakan untuk mencatat informasi yang diperoleh ketika
saudara melakukan praktek klinis, yaitu terkait dengan keluhan dan tanda-tanda
pada setiap balita, klasifikasi penyakit serta tindakan atau pengobatannya.
3
Pokok Bahasan 2 : Tatalaksana Balita Sakit Umur 2 Bulan – 5 Tahun
4
kebutuhan metabolism jaringan. Tanda adanya hipoperfusi jaringan antara lain:
ekstremitas dingin, nafas cepat, nadi cepat dan tekanan nadi kecil sampai tidak
teraba.
Anak dikatakan mempunyai tarikan dinding dada kedalam jika dinding dada bagian
bawah tertarik kedalam ketika anak menarik napas. Tarikan dinding dada ke dalam
dikatakan benar-benar ada jika terlihat dengan jelas dan berlangsung setiap waktu
atau terus menerus. Wheezing adalah suara kasar yang terdengar pada saat anak
mengeluarkan napas. Usahakan anak dalam keadaan tenang ketika saudara
menghitung napas, memeriksa adanya tarikan dinding dada ke dalam, dan
mendengar wheezing.
Anak dengan batuk atau sukar bernapas selama lebih dari 3 minggu berarti
menderita batuk kronis. Kemungkinan ini adalah tanda TBC, asma, batuk rejan atau
penyakit lain. Lakukan skoring Gejala dan Pemeriksaan Penunjang (lihat pada
bagian menilai masalah atau keluhan lain)
d. Memeriksa Diare
Dikatakan diare apabila tinja mengandung air yang lebih banyak dari normal. Diare
juga disebut berak encer atau cair. Sering berak tapi tinjanya normal bukanlah diare.
Frekuensi berak yang normal dalam satu hari beragam tergantung pada diet dan
umur anak.
Apabila diare berlangsung selama 14 hari atau lebih, disebut DIARE PERSISTEN.
Sekitar 20% dari diare akan berlanjut menjadi diare persisten yang seringkali
5
menyebabkan kurang gizi dan kematian. Diare yang disertai darah dalam tinja
dengan atau tanpa lendir, disebut DISENTRI.
Jika anak diare, tanyakan sudah berapa hari dan adakah darah dalam
tinjanya. Kemudian lakukan penilaian keadaan umum anak, apakah letargis
atau tidak sadar, atau anak menunjukkan tanda gelisah atau rewel tiap kali
disentuh atau diperiksa.
Jika tubuh anak kehilangan cairan, akan terlihat mata cekung. Tentukan
apakah menurut saudara mata anak cekung. Apabila ragu, tanyakan kepada
ibu apakah menurut ibu mata anak kelihatan lain dari biasanya. Pendapat ibu
dapat membantu saudara memastikan bahwa mata anak cekung.
Mintalah ibu untuk memberi air dari cangkir atau sendok. Perhatikan anak
ketika minum, apakah tidak bisa minum (tidak dapat mengisap atau
memasukkan cairan ke dalam mulut dan menelannya), malas minum (lemah
dan tidak bisa minum tanpa dibantu), atau haus, minum dengan lahap (anak
berusaha meraih cangkir atau sendok dan minum dengan rakus ).
e. Memeriksa Demam
Anak dengan demam mungkin menderita MALARIA, CAMPAK, DEMAM
BERDARAH DENGUE atau penyakit berat lainnya.
o MALARIA
Tanda utama malaria adalah demam yang bisa terjadi sepanjang waktu atau
hilang timbul dengan jarak waktu yang teratur. Anak dengan malaria mungkin
6
menderita anemia kronis (tanpa demam) sebagai satu-satunya tanda penyakit.
Di daerah dengan penularan malaria yang tinggi, malaria adalah penyebab
kematian utama pada anak-anak. Kasus malaria tanpa komplikasi dapat
menjadi malaria berat dalam waktu 24 jam setelah demam timbul pertama kali
dan dapat meninggal jika tidak segera diobati.
o CAMPAK
Demam dan ruam kemerahan yang menyeluruh disertai salah satu tanda: batuk,
pilek atau mata merah merupakan tanda anak menderita campak. Ruam
kemerahan mulai di belakang telinga dan di leher kemudian menyebar ke wajah.
Hari berikutnya menyebar ke bagian lain dari tubuh, lengan dan kaki. Setelah 4
sampai 5 hari, ruam mulai menghilang dan kulit mungkin terkelupas. Pada anak
dengan infeksi berat mungkin lebih banyak ruam yang tersebar di seluruh
tubuhnya. Ruam ini makin gelap warnanya (coklat tua atau kehitam-hitaman)
dan makin banyak kulit terkelupas. Ruam campak tidak mempunyai vesikel atau
pustul dan tidak gatal.
Campak sangat menular. Antibodi dari ibu melindungi bayi dari campak selama
kira-kira 6 bulan. Kemudian perlindungan menghilang sedikit demi sedikit. Pada
umumnya kasus terjadi pada anak berumur antara 6 bulan sampai 2 tahun.
Kepadatan penduduk dan perumahan yang tidak sehat meningkatkan risiko
campak untuk timbul lebih dini. Campak disebabkan oleh virus yang merusak
sistem kekebalan selama beberapa minggu setelah terjangkit campak. Hal ini
menyebabkan anak berisiko terhadap penyakit-penyakit infeksi lainnya.
Komplikasi campak terjadi pada kira-kira 30% dari semua kasus, antara lain :
Diare, Pneumonia, luka di mulut, infeksi telinga, infeksi mata yang berat (bisa
menyebabkan luka di kornea atau kebutaan). Ensefalitis (infeksi otak) terjadi
pada satu dari seribu kasus campak.
Campak juga dapat mengakibatkan kurang gizi karena menyebabkan diare dan
luka pada mulut. Hal ini mempengaruhi pemberian makan anak.
Anak yang kurang gizi, khususnya yang kekurangan vitamin A, cenderung
menderita komplikasi berat akibat campak. Oleh karena itu, penting sekali untuk
terus memberi makan anak yang sakit campak.
7
aegypti dan kadang-kadang oleh nyamuk Aedes albopictus. Masa inkubasinya
4-6 hari. Demam tinggi dan perdarahan merupakan gejala utama DBD.
Ciri-ciri DBD adalah demam akut 2 sampai dengan 7 hari, lemah, gelisah, nyeri
ulu hati, diikuti dengan gejala perdarahan dan kecenderungan syok yang fatal
(Dengue Shock Syndrome). Perdarahan biasanya dapat berupa bintik
perdarahan di kulit (petekie) akibat pecahnya pembuluh darah halus pada kaki
dan tangan, aksila, tubuh dan wajah yang timbul pada permulaan demam.
Lakukanlah penilaian untuk demam, jika: ada riwayat demam pada anamnesa atau
teraba panas oleh pemeriksa atau suhu aksila 37,5⁰C atau lebih.
Penilaian diawali dengan menentukan daerah endemis malaria, apakah termasuk
daerah endemis tinggi/rendah atau daerah non endemis malaria. Apabila anak
tinggal di daerah non endemis, tanyakan apakah anak diajak bepergian ke daerah
endemis malaria dalam 1-2 minggu terakhir. Kemudian lakukan penilaian
selanjutnya sesuai poin-poin yang ada dalam kolom penilaian untuk malaria pada
formulir pencatatan. Salah satu penilaian yang dilakukan adalah kaku kuduk. Kaku
kuduk yaitu keadaan dimana seorang anak tidak dapat menggerakkan atau
menundukkan lehernya dengan mudah. Jika leher anak dapat menunduk dengan
mudah, berarti tidak ada kaku kuduk.
Pada semua kasus demam di daerah endemis malaria tinggi atau jika tidak
ditemukan penyebab pasti demam di daerah endemis malaria rendah, lakukan
pemeriksaan darah untuk tes malaria. Pemeriksaan darah malaria dilakukan secara
mikroskopik, kecuali apabila di daerah tersebut tidak ada fasilitas pemeriksaan
mikroskopik, dapat dilakukan pemeriksaan RDT (Rapid Diagnostic Test).
Apabila anak menderita campak saat ini atau dalam 3 bulan terakhir, maka anak
harus dinilai dan diklasifikasikan untuk campak.
Lihat mata dan mulut anak, apakah ada tanda-tanda komplikasi. Komplikasi campak
dapat berupa luka di mulut, keluar nanah dari mata atau kekeruhan pada kornea.
Luka di mulut bersifat nyeri dan terbuka di bagian dalam mulut dan bibir atau lidah.
Warnanya mungkin merah atau bersalut putih. Pada kasus-kasus berat, luka ini
dalam dan/atau luas. Luka di mulut dapat mengakibatkan anak sulit minum atau
makan. Luka ini berbeda dengan bintik-bintik kecil yang disebut bintik Koplik yang
muncul di bagian dalam pipi pada tahap awal infeksi campak. Bintik ini tidak teratur,
berwarna merah terang dengan bintik putih di tengah. Hal ini tidak mengganggu
makan / minum dan tidak perlu diobati. Pada mata dapat berupa infeksi konjungtiva
yang ditandai keluarnya nanah dari konjungtiva atau kelopak mata dan/atau
kekeruhan pada kornea. Kekeruhan pada kornea adalah keadaan yang berbahaya
8
yang bisa disebabkan oleh kekurangan vitamin A dan diperburuk oleh campak. Jika
tidak diobati, kornea akan terluka dan dapat menyebabkan kebutaan. Anak dengan
kekeruhan pada kornea biasanya menutup erat-erat matanya apabila terkena
cahaya, karena dapat menyebabkan iritasi dan rasa sakit pada mata anak.
Yang perlu diketahui adalah membedakan antara petekie dan gigitan nyamuk.
Caranya: renggangkan kulit yang ada bintik perdarahan tersebut. Jika tanda
kemerahan menghilang, berarti bukan petekie.
9
asing, atau keluar cairan/nanah dari telinganya. Ini berarti bahwa anak mempunyai
masalah telinga.
Jika ada masalah telinga, lakukan penilaian sebagaimana tercatat dalam formulir
pencatatan pada kolom penilaian. Nyeri telinga dapat berarti bahwa anak
mempunyai infeksi telinga. Jika ada cairan/nanah keluar dari telinga anak, tanyakan
sudah berapa lama. Cairan/nanah yang keluar dari telinga merupakan suatu tanda
infeksi, meskipun anak sudah tidak merasa sakit lagi. Lihat ke dalam telinga anak
untuk memeriksa apakah ada cairan/nanah yang keluar dari telinga. Pembengkakan
yang nyeri di belakang telinga merupakan tanda kemungkinan adanya mastoiditis.
Penilaian status gizi anak dilihat dari: kondisi klinisnya apakah tampak sangat kurus
atau ada pembengkakan pada kedua punggung kaki, diukur lingkar lengan atasnya
dan ditentukan berat badannya menurut panjang atau tinggi badan.
Sangat kurus dapat ditentukan dengan melihat tubuh anak dari depan, samping dan
belakang. Dari depan tampak pinggul dan kaki anak jauh lebih kecil disbanding
dengan perutnya, atau dari samping terlihat hilangnya lemak bokong/pantat, atau
dari belakang tampak lipatan kulit yang menyerupai celana begi (baggy pan).
Anak dengan pembengkakan pada kedua punggung kaki mungkin menderita
KWASHIORKOR, salah satu tipe dari gizi buruk. Bengkak terjadi apabila sejumlah
besar cairan berkumpul dalam jaringan tubuh anak. Jaringan terisi cairan dan
kelihatan bengkak. Gunakan ibu jari untuk menekan kedua punggung kaki dengan
lembut selama beberapa detik. Dikatakan ada edema jika terdapat lekukan ketika
ibu jari diangkat.
Tanda-tanda lain yang biasa dijumpai pada kwashiorkor adalah kurus, rambut
jarang dan tipis serta mudah rontok; kulit kering dan bersisik terutama pada lengan
dan tungkai; wajah bengkak seperti bulan purnama (“moon face”).
10
Pengukuran berat badan dan tinggi/panjang badan dilakukan sesuai dengan
pedoman pemantauan pertumbuhan.
o BB/PB(TB) < -3SD atau LiLA <11,5 cm menunjukkan klasifikasi GIZI
BURUK.
o BB/PB(TB) -3SD sampai -2SD atau LiLA 11,5 cm sampai <12,5 cm
menunjukkan klasifikasi GIZI KURANG.
o BB/PB(TB) >-2SD atau LiLA >12,5 cm, menunjukkan klasifikasi GIZI BAIK.
h. Memeriksa Anemia
Lakukan pemeriksaan anemia pada semua balita sakit yang datang ke Puskesmas.
Kekurangan zat besi pada makanan dapat mengakibatkan anemia. Anak dapat juga
menderita anemia sebagai akibat dari Malaria yang dapat menghancurkan sel darah
merah dengan cepat, atau akibat dari parasit seperti cacing tambang atau cacing
cambuk. Cacing ini dapat menyebabkan kehilangan darah dari usus dan
mengakibatkan terjadinya anemia.
Penilaian anemia dilakukan dengan melihat tanda kepucatan pada telapak tangan
anak. Buka tangan anak perlahan, sehingga kita dapat melihat telapak tangannya.
Jangan menarik jari-jari tangannya ke belakang, karena tangan akan terlihat lebih
pucat akibat terhalangnya aliran darah. Bandingkan warna telapak tangan anak
dengan telapak tangan saudara, ibu balita atau anak yang lain. Jika kulit telapak
tangan tampak pucat, dikatakan bahwa anak itu agak pucat atau diklasifikasikan
sebagai ANEMIA. Jika kulit telapak tangan anak itu pucat sekali sehingga kelihatan
putih, dikatakan anak itu sangat pucat atau diklasifikasikan sebagai ANEMIA
BERAT. Kepucatan bisa juga di deteksi melalui konjungtiva, akan tetapi kepucatan
pada telapak tangan merupakan indikator yang lebih baik dan lebih mudah
memeriksanya.
11
Tenaga kesehatan memerlukan cara untuk melakukan temuan kasus (case finding),
akan tetapi masalah terbesar adalah menentukan jenis kasus yang memerlukan
prosedur diagnostik HIV dan memilih cara diagnostik yang perlu dilakukan.
Untuk melakukan tes HIV pada anak diperlukan ijin dari orangtua atau wali yang
memiliki hak hukum atas anak tersebut (contoh nenek, kakek, atau orang tua asuh
bila orang tua kandung meninggal atau tidak ada).
Diagnosis pada anak > 18 bulan memakai cara yang sama dengan uji HIV pada
orang dewasa. Perhatian khusus untuk anak yang masih mendapat ASI pada saat
tes dilakukan, uji HIV baru dapat diinterpretasi dengan baik bila ASI sudah
dihentikan selama > 6 minggu. Pada umur > 18 bulan ASI bukan lagi sumber nutrisi
utama. Oleh karena itu cukup aman bila ibu diminta untuk menghentikan ASI
sebelum dilakukan diagnosis HIV.
Pasien dan keluarga harus diedukasi bahwa kotrimoksazol tidak mengobati atau
menyembuhkan infeksi HIV. Kotrimoksazol tidak menggantikan kebutuhan terapi
antiretroviral. Kotrimoksazol mencegah infeksi yang umum terjadi pada bayi yang
terpajan HIV dan anak imunokompromais, dengan tingkat mortalitas tinggi.
Pemberian kotrimoksazol harus teratur.
12
Periksalah status imunisasi dan pemberian vitamin A pada semua balita sakit,
apakah mereka sudah memperoleh semua imunisasi yang dianjurkan untuk
seusianya dan mendapat suplementasi vitamin A setiap 6 bulan?
Seluruh anak harus memperoleh imunisasi lengkap sebelum ulang tahunnya yang
pertama. Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB-0) diberikan sebelum bayi berumur
7 hari oleh bidan pada saat kunjungan neonatal yang pertama.
Jika anak akan dirujuk, jangan memberi imunisasi sebelum dirujuk. Yang akan
melaksanakan imunisasi adalah petugas kesehatan di tempat rujukan dan hal ini
akan menghindari keterlambatan rujukan.
Periksa dan tangani masalah lain sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman
serta kebijaksanaan tempat saudara bekerja. Rujuk anak untuk masalah lain yang
tidak dapat saudara tangani di puskesmas.
Jika anak akan dirujuk SEGERA, tentukan hanya tindakan pra-rujukan (tindakan
yang perlu diberikan sebelum merujuk). Tindakan pra rujukan tercetak tebal dalam
kolom tindakan di buku bagan. Mintakan informed consent sebelum melakukan
tindakan atau pengobatan pra rujukan.
14
Beberapa tindakan penting pra rujukan di bawah ini dapat dilihat dalam Buku Bagan.
Memberi dosis pertama: antibiotik yang sesuai, anti malaria, vitamin A, dan
parasetamol jika demam tinggi (38,50 C atau lebih) atau nyeri akibat
mastoiditis
Memberi cairan intravena pada anak DBD dengan syok
Mencegah agar gula darah tidak turun, termasuk ASI dan oralit selama
perjalanan
Memberi obat mata antibiotik jika mata bernanah atau ada kekeruhan kornea
Jangan melakukan tindakan yang tidak perlu, seperti membersihkan telinga,
imunisasi, mengajarkan cara melegakan tenggorokan atau menilai dan menasihati
pemberian makan anak, karena akan menghambat rujukan.
Beritahu ibu atau keluarga bahwa anak akan dirujuk. Jika setuju, siapkan surat
rujukan dan kelengkapan lainnya yang diperlukan untuk merujuk anak.
Komunikasi yang baik sangat penting ketika petugas kesehatan mengajari ibu cara
member obat di rumah, karena pengobatan di puskesmas perlu dilanjutkan dirumah
dan keberhasilan pengobatan di rumah tergantung keterampilan komunikasi saudara
dengan ibu balita. Demikian pula ketika memberikan konseling tentang masalah
pemberian makan atau ASI, menasihati ibu kapan kunjungan ulang dan kembali
segera, atau memberi nasihat lainnya.
15
Jika anak mempunyai lebih dari satu klasifikasi, masing-masing klasifikasi akan
membutuhkan antibiotik. Jika mungkin, pilih satu jenis antibiotik saja yang dapat
mengobati berbagai klasifikasi.
Antibiotik harus diminum sampai habis. Jumlah pemberian obat disesuaikan
dengan jenis antibiotik dan penyakitnya.
Untuk pengobatan PNEUMONIA, dulu diberikan Amoksisilin 15 mg/kgBB/hari
yang dibagi menjadi 3 dosis. Pemberian Amoksisilin yang 3 kali ini memberi
peluang untuk ketidak patuhan. Beberapa penelitian yang membandingkan
pemakaian Amoksisilin 15 mg/kgBB/hari yang dibagi menjadi 3 dosis dengan
dosis 25 mg/kgBB/hari yang dibagi menjadi 2 dosis membuktikan farmakokinetik
dan kadar dalam darah yang setara. Sesuai pula dengan rekomendasi dari
American Academy of Paediatrics yang berdasarkan beberapa penelitian mereka,
maka sekarang dipakai Amoksisilin dengan dosis 25 mg/kgBB/hari yang dibagi
dalam 2 dosis. Selanjutnya semua klasifikasi yang membutuhkan Amoksisilin
diberikan 2x sehari.
Anti Malaria
Pemberian obat anti malaria oral untuk Malaria Falciparum, Malaria Non
Falsiparum (Vivax/Ovale) dan anti malaria oral untuk infeksi campuran terdapat
pada Buku Bagan. Primakuin tidak boleh diberikan kepada anak berumur dibawah
1 tahun karena dapat menimbulkan efek samping yang berat.
Parasetamol
Parasetamol berkhasiat menurunkan suhu tubuh dan mengurangi rasa sakit
Jika anak demam tinggi ( ≥ 38.5o C), beri satu dosis parasetamol di puskesmas.
Pada kasus nyeri telinga, beri parasetamol untuk 1 hari yaitu 4 dosis. Jelaskan
kepada ibu untuk memberi satu dosis setiap 6 jam sampai nyeri telinga hilang.
Dosis Parasetamol untuk demam tinggi atau sakit telinga dapat dilihat pada Modul
halaman 18 atau pada Buku Bagan.
Apabila ibu jelas menyebutkan bahwa anaknya demam pada malam hari sebelum
ke klinik dan saat ini tidak lagi teraba demam atau suhunya normal, maka ibu bisa
diberi parasetamol dengan nasihat untuk diminumkan kepada anaknya jika timbul
demam.
Vitamin A
Vitamin A sangat berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi.
Kekurangan vitamin A dapat menimbulkan kebutaan.
Vitamin A untuk pengobatan pada anak yang tidak perlu dirujuk, yaitu pada
klasifikasi CAMPAK tanpa komplikasi, diberikan hanya pada hari pertama.
Vitamin A pengobatan diberikan juga pada CAMPAK DENGAN KOMPLIKASI
pada hari pertama dan kedua, serta GIZI BURUK pada hari pertama, hari kedua
dan hari ke lima belas. Dosis berdasarkan umur dapat dilihat pada Buku Bagan.
16
Sebagai tambahan atau suplemen, Vitamin A diberikan pada semua balita mulai
umur 6 bulan, baik di puskesmas ataupun di posyandu setiap 6 bulan, yaitu pada
bulan Februari dan Agustus.
Zat Besi
Perhatikan kandungan zat besi dalam tablet atau sirup. Lihat dosis yang
dianjurkan oleh pabrik pembuatnya.
Sirup besi yang banyak dijual di apotik pada umumnya mengandung ferous
fumarat yang cara pemberiannya berbeda.
Beri zat besi yang cukup untuk 4 minggu. Setelah obat habis, ibu diminta kembali
guna mendapat zat besi untuk 4 minggu berikutnya. Jelaskan bahwa setelah
minum zat besi, tinja anak akan berubah warna menjadi hitam atau abu-abu.
Kelebihan zat besi berakibat buruk pada anak dan dapat memperberat sakit pada
anak gizi buruk. Jauhkan zat besi dari jangkauan anak.
Bila anak yang menderita anemia, sedang dalam pengobatan sulfadoksin-
pirimetamin (Fansidar), jangan diberi tablet besi/folat sebelum pemberian Fansidar
selesai, karena Fansidar bersifat anti folat. Sirup besi tidak mengandung folat,
sehingga dapat diberikan bersama-sama sulfadoksin-pirimetamin (Fansidar).
Obat Cacingan
Anemia mungkin juga disebabkan oleh infeksi cacing, terutama cacing tambang
dan cacing cambuk, sehingga diperlukan obat anti cacing. Pirantel pamoat
merupakan obat cacingan berspektrum luas yang banyak tersedia di puskesmas,
namun pilihan pertama adalah Albendazol.
Syarat pemberian pirantel pamoat pada anak dengan anemia adalah: umur anak
4 bulan atau lebih DAN tidak mendapat pirantel pamoat dalam 6 bulan terakhir
DAN hasil pemeriksaan tinja positif terhadap cacing. Jika tidak dapat memeriksa
sediaan tinja, jangan beri pirantel pamoat pada anak dengan anemia, kecuali
ditemukan cacing dalam tinjanya.
17
Ketiganya adalah pemberian cairan sebagai pengganti cairan dan garam yang hilang
bersama diare. Cara terbaik melakukan rehidrasi dan mencegah dehidrasi adalah
memberi oralit. Cairan intravena hanya diberikan pada keadaan dehidrasi berat.
e. Kunjungan Ulang
Tulislah waktu kunjungan ulang untuk setiap klasifikasi. Bila terdapat beberapa
macam waktu untuk kunjungan ulang, pilih waktu yang terpendek dan pasti. Waktu
yang pasti adalah yang tidak diikuti dengan kata “bila” atau “jika”. Sebagai contoh :
Kunjungan ulang 2 hari, merupakan waktu yang pasti untuk kunjungan ulang.
Kunjungan ulang 2 hari jika tetap demam, bukan merupakan waktu yang pasti.
Anak hanya perlu datang kembali jika demam belum hilang.
Waktu terpendek yang pasti untuk kunjungan ulang dicatat pada tempat yang
disediakan di bagian akhir atau kanan bawah Formulir Pencatatan. Waktu inilah yang
perlu diberitahukan kepada ibu. Apabila dari berbagai waktu untuk kunjungan ulang
tidak ada yang pasti atau anak akan di rujuk, maka pada tempat yang disediakan ini
diberi tanda strip (-).
Dalam Formulir Pencatatan di bagian akhir atau kanan bawah, tertulis: “Nasihati
kapan kembali segera”. Saudara tidak perlu menulis ulang kalimat tersebut di kolom
Tindakan/Pengobatan, namun saudara akan mengajari ibu tentang tanda-tanda
kapan anak harus segera dibawa kembali ke puskesmas dengan menggunakan
18
pedoman KAPAN HARUS KEMBALI SEGERA sebagaimana tercantum dalam Buku
Bagan.
Setelah pelayanan terhadap balita selesai dilakukan, pada hari yang sama perawat
atau bidan pemeriksa, atau petugas kesehatan lainnya harus memasukkan data
hasil pemeriksaan yang ada dalam formulir pencatatan ke dalam buku Register
Rawat Jalan Balita Sakit Umur 2 Bulan sampai 5 Tahun. Isilah secara lengkap dan
sesuai dengan petunjuk pengisian, termasuk melakukan dan mencatat konversi
klasifikasi MTBS ke dalam kode diagnosis berdasarkan ICD10. Hasil pencatatan
harian dalam register rawat jalan dapat direkap setiap bulan untuk memudahkan
pemantauan dan pembinaan.
Register rawat jalan ini dapat digunakan sebagai sumber data bagi pelaporan
bulanan data kesakitan (LB1) dan berbagai laporan bulanan program. Tidak
diperlukan buku catatan MTBS lain selain register rawat jalan ini dan rekapitulasi
bulanannya.
KONVERSI KLASIFIKASI MTBS PADA BALITA SAKIT
KE DALAM KODE DIAGNOSIS (ICD 10)
ICD - 10
NO KLASIFIKASI KETERANGAN
KODE DIAGNOSIS
20
1. Anemia Berat D 64.9 Anemia tidak spesifik
2. Anemia D 64.9 Anemia tidak spesifik
Anemia defisiensi besi, tidak
D 50.9
spesifik
3. Tidak Anemia -- --
VIII STATUS HIV
1. Infeksi HIV terkonfirmasi B 20 Penyakit HIV
Ada gejala, diperlukan
2. Diduga terinfeksi HIV Z 11.4
penapisan HIV
Kontak dan suspek terinfeksi
3. Terpajan HIV Z 20.6
HIV
4. Kemungkinan bukan infeksi HIV -- --
Bayi muda mudah sekali menjadi sakit, cepat menjadi berat dan serius bahkan
meninggal, terutama pada satu minggu pertama kehidupan bayi. Saudara akan
mempelajari cara memberi pelayanan pada bayi muda umur kurang dari 2 bulan, baik
dalam keadaan sehat maupun sakit
Sebagian besar ibu mempunyai kebiasaan untuk tidak membawa bayi muda ke fasilitas
kesehatan. Guna mengantisipasi kondisi tersebut, program Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) memberikan pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir melalui kunjungan rumah
oleh petugas kesehatan, sehingga bayi baru lahir dapat dipantau kesehatannya dan
dideteksi secara dini. Jika ditemukan masalah, petugas kesehatan dapat menasihati
dan mengajari ibu untuk melakukan asuhan dasar bayi muda di rumah, bila perlu
merujuk bayi segera.
Proses penanganan bayi muda tidak jauh berbeda dengan yang telah saudara pelajari
untuk menangani balita sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun.
21
Saudara harus membuka pakaian dan memeriksa seluruh badan bayi. Jika bayi
terbangun, sekaligus saudara dapat menentukan tingkat kesadarannya. Amati
gerakan tangan dan kakinya.
Pola napas pada bayi muda tidak teratur, kadang-kadang berhenti bernapas
beberapa detik diikuti dengan periode pernapasan yang lebih cepat, untuk
perhitungan nafas pada bayi muda harus dilakukan selama 1 menit penuh dan
diulang jika hitungan nafas pertama cepat (> 60 x/menit). Saat menghitung
napas, bayi harus dalam keadaan tenang. Bila bayi menangis, minta ibu untuk
menenangkan bayinya.
22
Sedikit tarikan dinding dada adalah normal pada bayi muda karena dinding dada
masih lunak. Bila ada tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat, mudah
terlihat dan menetap, berarti ada gangguan napas.
Suhu tubuh
Mengukur suhu bayi muda dilakukan menggunakan termometer pada aksiler
selama 5 menit. Jika tidak ada termometer, saudara dapat meraba bagian ketiak
bayi atau perut bayi untuk mengetahui apakah demam atau dingin.
Infeksi Bakteri
Infeksi bakteri yang sering terjadi pada bayi muda adalah infeksi pada kulit, mata
dan pusar. Dalam mengidentifikasi infeksi bakteri, bayi diperiksa terhadap
adanya pustul di kulit, mata bernanah dan pusar kemerahan atau bernanah.
Pustul sering ditemukan pada daerah yang tertutup, misalnya lipatan leher dan
ketiak. Periksa seluruh badan bayi apakah ada gejala bercak merah / benjolan
berisi nanah di kulit.
Mata bayi baru lahir yang bernanah merupakan tanda infeksi mata. Berat ringan
infeksi tersebut dapat dilihat dari banyaknya nanah dan bengkaknya mata bayi.
Tali pusat (pusar) bayi biasanya “lepas” ketika bayi umur 7 hari. Pusar yang
infeksi, di daerah pangkal tali pusat bayi biasanya kemerahan, mengeluarkan
nanah, atau pusar berbau. Jika warna kemerahan meluas ke kulit dinding perut
(abdomen) > 1 cm berarti bayi mengalami infeksi berat.
b. Memeriksa Ikterus
Ikterus adalah perubahan warna kulit atau selaput mata menjadi kekuningan.
Sebagian besar (80%) ikterus merupakan akibat penumpukan bilirubin
(merupakan hasil pemecahan sel darah merah), sebagian lainnya karena
ketidak-cocokan golongan darah ibu dan bayi. Peningkatan kadar bilirubin dapat
diakibatkan oleh pembentukan yang berlebih atau ada gangguan
pengeluarannya.
Sangat penting untuk mengetahui kapan ikterus timbul, kapan menghilang dan
sampai bagian tubuh mana kuning terlihat. Kuning pada tubuh yang makin luas
menandakan konsentrasi bilirubin darah meningkat. Untuk menilai derajat
kekuningan pada kulit bayi digunakan cara sederhana yaitu metode “Kramer”.
Pada waktu memeriksa ikterus sebaiknya di bawah cahaya/sinar matahari, dan
kulit yang diamati sedikit ditekan. Derajat ikterus menurut “Kramer” adalah :
• Kramer 1 : Kuning pada daerah kepala dan leher.
• Kramer 2 : Kuning sampai dengan badan bagian atas (dari pusar ke atas)
• Kramer 3 : Kuning sampai badan bagian bawah hingga lutut atau siku.
• Kramer 4 : Kuning sampai pergelangan tangan dan kaki.
• Kramer 5 : Kuning sampai daerah tangan dan kaki.
23
c. Memeriksa Diare (jika ada)
Berak encer dan sering, merupakan hal biasa pada bayi muda yang mendapat
ASI saja. Diare diidentifikasi bila ada perubahan bentuk tinja yang tidak seperti
biasanya dan frekuensi beraknya lebih sering dibanding biasanya. Bayi yang
dehidrasi, biasanya gelisah atau rewel. Jika dehidrasi berlanjut, bayi menjadi
letargis atau tidak sadar. Karena bayi kehilangan cairan, matanya mungkin
kelihatan cekung. Jika kulit perut dicubit, kulitnya akan kembali dengan lambat
atau sangat lambat.
Cara memeriksa diare pada bayi muda tidak berbeda dengan pemeriksaan pada
balita, hanya pada bayi muda tidak dilakukan penilaian pemberian minum.
Tentukan berat badan bayi menurut umur. Untuk menentukan Berat Badan
menurut umur, gunakan grafik berat badan per umur (BB/U) bayi muda untuk
laki-laki atau perempuan pada buku bagan.
Ibu perlu dikaji terhadap kemungkinan adanya kesulitan dalam pemberian ASI.
Jika ibu mengatakan bayinya tidak bisa menyusu, minta ibu untuk menyusui
bayinya. Bayi akan mengalami kesulitan menyusu jika posisi salah, tidak melekat
dengan baik, tidak mengisap efektif atau terdapat luka atau bercak putih di mulut
(thrush) atau ada celah bibir / langit-langit.
24
Khusus untuk Ibu HIV positif, harus ditanyakan : apakah Ibu memberi ASI
penuh? Jika tidak, cairan apa yang diberikan untuk menambah atau
menggantikan ASI ?
Penilaian tentang cara menyusui dilakukan jika bayi tidak ada indikasi di RUJUK.
Untuk menilai cara menyusui, perlu dilihat posisi bayi, perlekatan seta isapan
bayi ketika menyusu.
f. Memeriksa Kemungkinan Berat Badan Rendah dan/atau Masalah
Pemberian Minum pada Bayi yang Tidak Mendapat ASI
Pada bayi yang tidak mendapat ASI dan tidak ada indikasi RUJUK, mintalah ibu
untuk mendemonstrasikan atau menjelaskan bagaimana penyiapan dan
pemberian minum untuk bayi. Selain menilai pemberian minum pada bayi yang
tidak mendapat ASI juga harus ditentukan berat badan menurut umur (BB/U)
pada bayi muda berdasarkan grafik buku bagan sesuai jenis kelamin.
Jadwal imunisasi, cara pemberian dan kontra indikasi pemberian imunisasi dapat
dilihat pada modul pelatihan materi inti imunisasi.
26
Cairan intravena diberikan pada bayi dengan klasifikasi DIARE DEHIDRASI
BERAT. Lihat bagan pengobatan Rencana Terapi C untuk bayi muda pada buku
bagan.
Memberi dosis pertama antibiotik intramuscular
Saudara tidak perlu kuatir memberikan dosis pertama antibiotik intramuskular,
karena risiko syok anafilaktik pada bayi muda sangat jarang terjadi. Jika saudara
terlatih memberikan suntikan intramuskular, ikuti langkah-langkah berikut ini (jika
tidak, minta seseorang yang terampil untuk memberikan suntikan):
o Jelaskan kepada ibu mengapa obat tersebut harus diberikan.
o Pilih obat yang sesuai dan tentukan dosis obat berdasarkan bagan
pengobatan. Periksa konsentrasi sediaan yang ada.
o Gunakan alat suntik 1 ml dan jarum yang steril.
o Baringkan bayi, suntikkan secara intramuskular dalam di paha bagian
lateral, jangan disuntikkan di bokong bayi.
27
kelompok umur 2 bulan sampai 5 tahun yang telah dibahas sebelumnya, hanya
pada bayi muda tidak diberikan tablet Zinc.
Seperti halnya dengan balita sakit, setelah petugas kesehatan selesai memeriksa
bayi muda, petugas harus mengisi Register Rawat Jalan Bayi Muda Umur Kurang
Dari 2 Bulan sesuai dengan petunjuk pengisiannya, termasuk melakukan konversi
klasifikasi MTBS ke dalam kode diagnosis berdasarkan ICD 10.
ICD - 10
NO KLASIFIKASI KETERANGAN
KODE DIAGNOSIS
KEMUNGKINAN PENYAKIT
I SANGAT BERAT ATAU INFEKSI
BAKTERI
1. Penyakit Sangat Berat atau R 56.0 Kejang Demam
Infeksi Bakteri Penetapan diagnosa
A 33 Tetanus Neonatorum disesuaikan dengan
G 03.9 Meningitis, tidak spesifik tanda atau gejala dan
A 36.9 Diphteri pemeriksaan fisik.
J 18.9 Pneumonia, tidk spesifik
Pokok Bahasan 4 : Pelayanan Tindak Lanjut Pada Balita Sakit dan Bayi Muda
Memberi pelayanan tindak lanjut berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada
saat anak datang untuk kunjungan ulang. Pada waktu kunjungan ulang, petugas
kesehatan dapat menilai apakah anak membaik setelah diberi obat, tidak menunjukkan
perbaikan, atau mungkin bertambah parah.
Tatalaksana pelayanan tindak lanjut bagi anak yang datang untuk kunjungan ulang agak
berbeda dengan tatalaksanan yang digunakan ketika anak datang pada kunjungan
pertama. Dalam hal ini petugas kesehatan harus menggunakan pedoman khusus
pelayanan tindak lanjut bagi balita sakit umur 2 bulan sampa 5 tahun atau bayi muda
umur kurang 2 bulan yang ada pada buku bagan MTBS.
29
Contoh Kasus:
Seorang anak dibawa ibunya datang kembali untuk kunjungan ulang karena
diklasifikasikan sebagai PNEUMONIA 2 hari yang lalu. Sekarang anak masih batuk dan
bahkan diare (ada masalah/keluhan baru).
Karena ada masalah baru, maka anak harus diperiksa atau dinilai ulang lengkap.
Penilaian dan klasifikasi dilakukan untuk tanda bahaya umum, 4 keluhan utama, status
gizi dan anemia, status HIV, status imunisasi dan pemberian vitamin A, sampai ke
masalah lain.
Hasil pemeriksaan diperoleh klasifikasi anak sekarang adalah BATUK BUKAN
PNEUMONIA (berarti ada perbaikan) dan DIARE TANPA DEHIDRASI (merupakan
klasifikasi yang baru ditemukan hari ini). Maka pengobatan yang diberikan untuk BATUK
BUKAN PNEUMONIA bukan pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman seperti
pada kunjungan pertama, tetapi melanjutkan antibiotik hingga seluruhnya 3 hari seperti
tertulis pada pedoman “Pemberian Pelayanan Tindak Lanjut” dalam kotak PNEUMONIA.
Pengobatan untuk masalah barunya (DIARE TANPA DEHIDRASI) berpedoman pada
bagan seperti pada kunjungan pertama, yaitu Rencana Terapi A dan kunjungan ulang 3
hari jika tidak ada perbaikan.
Penting
Jika anak datang untuk kunjungan ulang, namun ternyata mempunyai masalah lain atau
bertambah parah, RUJUK KE RUMAH SAKIT. Anak juga harus dirujuk apabila: obat
pilihan kedua tidak tersedia, atau saudara khawatir tentang anak tersebut, atau saudara
tidak tahu harus berbuat apa. Jika anak tidak sembuh setelah diobati, mungkin
menderita penyakit lain yang tidak terdapat pada Buku Bagan MTBS atau membutuhkan
pengobatan lain, hal ini juga merupakan indikasi untuk di rujuk.
Pada BAYI MUDA, semua yang datang untuk kunjungan ulang harus dinilai secara
lengkap mulai dari menilai kemungkinan penyakit berat atau infeksi bakteri sampai
dengan menilai masalah atau keluhan lain. Tindakan/pengobatan untuk masalah atau
keluhan lama mengacu pada pedoman “Pemberian Pelayanan Tindak Lanjut”
sedangkan tindakan atau pengobatan untuk masalah/keluhan baru, sama seperti
kunjungan pertama.
Untuk semua klasifikasi pada balita sakit dan bayi muda apabila masih menetap pada
kunjungan ulang yang kedua, maka anak harus di RUJUK SEGERA.
30
Seorang anak belum memiliki kemampuan untuk mengontrol lingkungannya secara
mandiri, sehingga sering terjadi kecelakaan yang tidak dapat diduga. Dalam proses
tumbuh kembangnya, anak mempunyai keinginan untuk melakukan eksplorasi
kemampuan dalam rangka mencapai tingkat perkembangan sesuai dengan usianya.
Peran orang tua dan keluarga sangat penting dalam mengontrol lingkungan yang aman
sehingga anak akan terhindar dari cedera. Tenaga kesehatan dapat memfasilitasi
dengan memberikan konseling atau pendidikan kesehatan cara mencegah cedera pada
anak.
Jenis kecelakaan yang dapat menimpa anak dan sering terjadi adalah :
o Kecelakaan lalu lintas
o Tenggelam
o Luka bakar
o Jatuh
o Keracunan
o Tersedak
o Luka akibat benda tajam atau tumpul
Dalam Buku Bagan MTBS tersedia daftar beberapa pesan atau informasi yang harus
disampaikan kepada orang tua dan keluarga dalam upaya mencegah terjadinya cedera
pada anak akibat kejadian kecelakaan seperti tersebut di atas.
--o0o—
31
SOAL-SOAL
LATIHAN STUDI KASUS MTBS
Baca soal-soal di bawah ini dengan teliti. Gunakan formulir pencatatan yang sesuai
dengan umur anak. Anggaplah semua kasus merupakan kunjungan pertama.
LATIHAN A
Kasus 1 : ERNA
Erna, anak perempuan dari ibu Rini, berumur 1 tahun. Berat badan 7,5 kg. Panjang
badan 62 cm. Suhu badan 37°C. Ia dibawa ke puskesmas karena batuk selama 3 hari.
Petugas memeriksa tanda bahaya umum. Erna bisa minum, tidak muntah dan tidak
kejang. Ia sadar, tidak ada stridor, tidak tampak kebiruan, ujung tangan dan kakinya
tidak pucat dan tidak dingin.
Petugas kesehatan menghitung nafas 48x/ menit. Tidak ada tarikan dinding dada ke
dalam dan tidak terdengar wheezing. Saturasi oksigen tidak diperiksa karena
puskesmas tidak memiliki pulse oxymeter.
Ketika petugas bertanya apakah anak diare, ibu menjawab bahwa Erna tidak diare.
Kasus 2 : HARI
Ibu Ria membawa anak laki-lakinya bernama Hari ke puskesmas karena diare dan
rewel. Hari berumur 17 bulan. Berat badannya 6 kg. Panjang badan 80 cm. Suhu badan
36,8°C.
Tanda-tanda bahaya umum tidak ditemukan. Hari tidak batuk ataupun sukar bernapas.
Diarenya sudah berlangsung selama 2 minggu, namun tidak ada darah dalam tinjanya.
Anaktampak gelisah dan rewel, matanya cekung. Ketika diberi minum, ia haus dan
minum dengan lahap. Cubitan kulit perutnya kembali lambat.
LATIHAN B
Kasus 1 : ERNA(lanjutan)
Erna tidak demam dan tidak ada masalah telinga. Tidak kurus dan tidak ada edema di
kedua punggung kaki. Petugas kesehatan menentukan berat badan Erna berdasarkan
panjang badan, kemudian mengukur lingkar lengan atas 12,5 cm. Telapak tangan Erna
tidak pucat.
Tentukan klasifikasi untuk demam, masalah telinga, status gizi dan anemia.
32
Kasus 2 : HARI (lanjutan)
Hari tidak demam. Ibu berkata, dari telinga anakkeluar cairan sejak ± 3 minggu y.l.
Ketika diperiksa tidak ada nyeri telinga dan tidak ada pembengkakan yang nyeri di
belakang telinga. Tampak cairan/nanah keluar dari telinga kanan.
Petugas memeriksa untuk status gizi dan anemia. Hari tampak sangat kurus, kedua
punggung kaki tidak bengkak, LiLA 11,2 cm dan telapak tangannya agak pucat.
Tentukan klasifikasi untuk demam, masalah telinga, status gizi dan anemia.
Kasus 3 : YUNITA
Yunita umur 2 tahun 6 bulan. Berat badan 12 kg. Tinggi badan 83 cm. Suhu badan
38,5°C. Ibu Nancy membawa anaknya ke puskesmas karena demam dan ada ruam.
Petugas kesehatan tidak menemukan tanda bahaya umum.
Yunita tidak batuk dan tidak diare. Iademam selama 2 hari. Daerah tempat tinggalnya
tergolong endemis malaria rendah.Yunita tidak pernah menderita malaria maupun
riwayat campak selama 3 bulan terakhir. Pada pemeriksaan, tidak ada kaku kuduk,
namun terdapat ruam kemerahan menyeluruh di kulit dan mata merah. Hasil tes malaria
RDT negatif.
Petugas melanjutkan pemeriksaan mulut dan mata anak. Terlihat adanya luka dangkal
di mulut anak, mata tidak bernanah dan tidak ada kekeruhan pada kornea.
Tidak ditemukan tanda-tanda yang mengarah ke DBD.
Yunita tidak mempunyai masalah telinga. Ia tidak kurus, kedua punggung kaki tidak
bengkak. Lingkar lengan atas 12,8 cm. Tidak ditemukan kepucatan pada telapak
tangan.
Catat semua gejala yang ditemukan dalam formulir pencatatan dan
klasifikasikan.
LATIHAN C
Kasus 1 : ERNA(lanjutan)
Ketika petugas bertanya kepada ibu tentang status HIV, bu Rini mengatakan bahwa ia
pernah di test HIV hasilnya negatif. Erna sudah memperoleh imunisasi dasar lengkap
dan 3 bulan yang lalu diberi vit A di posyandu. Masalah atau keluhan lain tidak ada.
Tentukan klasifikasi untuk status HIV.
Lengkapi formulir pencatatan dengan status imunisasi, vitamin A dan masalah
lain.
LATIHAN D
( bayi muda )
Kasus : NIDA
a) Nida, bayi perempuan umur 5 hari, lahir normal cukup bulan. Pada waktu Petugas
kesehatan berkunjung kerumah Nida, ibu Tantimengatakan bahwa Nida diare sejak
1 hari yang lalu. Berat badan bayi 3000 gram, panjang 50 cm dan suhu badannya
37,4°C.
Bayi bisa menyusu, tidak ditemukan tanda/gejala kejang, gerakannya
normal.frekuensi napas pada hitungan pertama 60x/menit, hitungan kedua
58x/menitdan tidak ada tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat. Mata bayi
tidak bernanah, terdapat pustul di kulit.Pusarkemerahan dan bernanah, tetapi tidak
meluas ke dinding perut.
Hasil pemeriksaan diare:mata bayi tidak cekung dan cubitan kulit perut kembali
segera.Petugas bertanya kepada ibu apakah ibu telah diperiksa test darah untuk
HIV. Ibu menjawab “sudah hasilnya negatif”.
34
Catat semua gejala yang ditemukan dalam formulir pencatatan.
Tentukan KLASIFIKASI sesuai gejala yang ada dengan menggunakan
Buku Bagan MTBS.
LATIHAN E
( Pelayanan Tindak Lanjut )
Ambil kembali formulir pencatatan kasus YUNITA dan NIDA yang sudah diisi lengkap
ketika latihan studi kasus sebelumnya. Gunakan lembar formulir pencatatan baru untuk
mencatat hasil pemeriksaan hari ini.
Bagian a : YUNITA
Setelah 3 hari, Yunita dibawa kembali oleh ibunya ke puskesmas untuk kunjungan
ulang. Berat dan tinggi badan tidak berubah, suhu badan 37,5°C. Saudara sebagai
petugas kesehatan bertanya tentang kondisi Yunita, ibu menjawab bahwa Yunita masih
demam, sekarang ia pilek dan tidak mau makan karena terasa sakit jika menelan. Ibu
memberikan hasil pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan kunjungan sebelumnya.
Catat identitas dan hasil pemeriksaan di atas dalam formulir pencatatan
Rencana apa yang akan saudara lakukan untuk memeriksa Yunita ?
Pada pemeriksaan, tidak ditemukan tanda bahaya umum. Ibu mengatakan bahwa
Yunita tidak batuk dan tidak diare. Ruam kemerahan di kulit masih tampak, mata tidak
merah lagi namun luka di mulut terlihat lebih dalam dan tercium bau busuk.
35
Tidak ada tanda-tanda yang mengarah ke DBD. Yunita tidak mempunyai masalah
telinga. Ketika saudara memeriksa tenggorokan anak, tampak tanda-tanda radang.
Tuliskan klasifikasi serta tindakan atau pengobatan yang akansaudara berikan.
Bagian b :NIDA
Dua hari setelah diperiksa di rumah, Nida dibawa oleh ibunya ke puskesmas untuk
kontrol. Walaupun diare Nida sudah berhenti, bu Tanti merasa kuatir karena mulai
kemarin bayi terlihat kuning.Pada pemeriksaan, berat badan 3100 gram, panjang badan
50 cm, suhu badan37°C, tidak ditemukan tanda/gejala kejang, bayi bergerak
normal,frekuensi napas 47x/menit, tidak ada tarikan dinding dada ke dalam yang sangat
kuat, dan matanya tidak bernanah. Tampak pusar masihagak kemerahan tetapi tidak
bernanah lagi, dan pustul di kulitsudah berkurang.Kuning ditemukan sampai leher.
Ketika ibu diminta untuk menyusui bayi, posisi bayi benar, melekat dengan baik dan
mengisap dengan efektif. Ibu juga merasa nyaman menyusui karena putingnya sudah
sembuh.
Tuliskan klasifikasi serta tindakan atau pengobatannya.
36