Anda di halaman 1dari 36

MODUL PELATIHAN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT


DI PUSKESMAS MABELOPURA

1
MATERI

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT


(MTBS)

Manajemen Terpadu Balita Sakit termasuk salah satu standar pelayanan kesehatan
anak di pelayanan kesehatan primer. Pelayanan kesehatan anak yang sesuai standar
MTBS sejalan dengan Undang-undang no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan
Permenkes No. 25 tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak serta Standar
Pelayanan Minimal Kabupaten/Kota.

Standar pelayanan balita sakit dengan pendekatan MTBS dinilai cost effective dan
memberikan kontribusi sangat besar untuk menurunkan angka kematian neonatus, bayi
dan anak balita bila dilaksanakan secara benar dan luas.

Penerapan MTBS dapat meningkatkan kualitas pelayanan terhadap balita sakit,


memperkuat penerapan sistem pelayanan kesehatan anak agar penanganan balita
sakit lebih efektif, meningkatkan peran keluarga dan masyarakat, serta akan melindungi
perawat dan bidan bilamana menjumpai permasalahan setelah memberikan pelayanan.

Pokok Bahasan 1 : Konsep Dasar MTBS

1. Penjelasan Umum MTBS

Manajemen Terpadu Balita Sakit adalah suatu pendekatan pelayanan balita yang
terintegrasi atau terpadu di unit rawat jalan fasilitas pelayanan kesehatan dasar,
seperti Puskesmas, Pustu, Polindes atau Poskesdes. MTBS diperlukan karena
angka kematian balita masih tinggi. 70% diantaranya disebabkan oleh pneumonia,
diare, malaria, campak dan malnutrisi, dimana MTBS menjelaskan bagaimana
tatalaksana penyakit-penyakit tersebut. Disamping itu, lebih dari 75% ibu membawa
anaknya ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar dengan salah satu kondisi di atas
dan sering ditemukan overlapping gejala sehingga diagnosis tunggal tidak tepat.

MTBS bertujuan untuk mengurangi kematian, kesakitan dan kecacatan serta


mempromosikan tumbuh kembang balita. Pendekatan terpadu ini dilaksanakan
untuk meningkatkan system pelayanan kesehatan, meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan ibu serta pengasuh anak dalam perawatan anak termasuk pencarian
pertolongan kesehatan, serta meningkatkan kemampuan maupun keterampilan
tenaga kesehatan dalam menangani balita sakit.

2
Sasaran langsung MTBS adalah balita umur 2 bulan sampai 5 tahun yang sakit,
serta bayi umur kurang dari 2 bulan (bayi muda) yang sakit maupun sehat.
Petugas kesehatan yang ada di Puskesmas berperan dalam penerapan MTBS
sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya.
Dalam penerapan MTBS, perlu diperhatikan secara cepat semua gejala anak sakit,
sehingga segera dapat ditentukan apakah anak dalam keadaan sakit berat dan
perlu segera dirujuk. Jika penyakitnya tidak parah, tenaga kesehatan bisa memberi
pengobatan yang sesuai, disamping cara konseling bagi ibu atau pengasuh anak.

2. Penggunakan Bagan dan Formulir Pencatatan MTBS

Penatalaksanaan kasus dengan pendekatan MTBS disajikan dalam satu buku, yaitu
Buku Bagan MTBS yang didalamnya terdapat bagan tatalaksana kasus, pedoman
untuk melakukan tindakan/pengobatan, konseling dan pelayanan tindak lanjut, serta
contoh formulir pencatatan. Ketika memberikan pelayanan terhadap balita sakit,
petugas kesehatan harus menggunakan Buku Bagan MTBS ini.

Terdapat 2 jenis bagan tatalaksana kasus, yaitu:


1) Bagan Penilaian Klasifikasi dan Tindakan/Pengobatan Balita Sakit, yang
digunakan sebagai panduan dalam melakukan penilaian, menentukan
klasifikasi dan pengobatan balita sakit usia 2 bulan sampai 5 tahun.

2) Bagan Penilaian Klasifikasi dan Tindakan/Pengobatan Bayi Muda, yang


digunakan sebagai panduan dalam melakukan penilaian, menentukan
klasifikasi dan pengobatan bayi muda usia kurang dari 2 bulan, baik yang
sakit maupun yang sehat.
Dengan demikian, jika seorang anak datang ke klinik, perlu diketahui umur anak
terlebih dahulu untuk memilih bagan tatalaksana yang tepat dan memulai proses
pemeriksaan.

Bagan tidak digunakan bagi anak sehat yang dibawa untuk imunisasi atau bagi
anak dengan keracunan, kecelakaan atau luka bakar.

Terdapat pula 2 jenis formulir pencatatan dalam penatalaksanaan MTBS, yaitu:


1) Formulir Pencatatan Balita Sakit Umur 2 Bulan - 5 Tahun
2) Formulir Pencatatan Bayi Muda Umur Kurang Dari 2 Bulan.

Kedua jenis formulir ini digunakan untuk mencatat informasi yang diperoleh ketika
saudara melakukan praktek klinis, yaitu terkait dengan keluhan dan tanda-tanda
pada setiap balita, klasifikasi penyakit serta tindakan atau pengobatannya.

3
Pokok Bahasan 2 : Tatalaksana Balita Sakit Umur 2 Bulan – 5 Tahun

1. Penilaian dan Klasifikasi Balita Sakit


a. Menanyakan Masalah Anak
Pemeriksaan diawali dengan menanyakan kepada ibu tentang keluhan utama
anaknya. Tanyakan juga apakah kunjungan ini merupakan kunjungan pertama atau
kunjungan ulang. Kunjungan pertama yaitu jika anak datang pertama kali untuk
penyakitnya. Kunjungan ulang yaitu jika anak sudah diperiksa beberapa hari yang
lalu untuk penyakit atau masalah yang sama.

b. Memeriksa Tanda Bahaya Umum


Periksa tanda bahaya umum untuk semua balita sakit. Tanda bahaya umum adalah
kondisi yang ditemukan pada anak, meliputi: tidak bisa minum atau menyusu,
memuntahkan semuanya, kejang, letargis atau tidak sadar, stridor, sianosis, atau
ujung tangan-kaki pucat dan dingin. Anak yang memiliki salah satu tanda bahaya
umum mempunyai masalah serius dan sebagian besar memerlukan rujukan segera.
Anak menunjukkan tidak bisa minum atau menyusu jika anak terlalu lemah untuk
minum atau tidak bisa mengisap/menelan apabila diberi minum atau disusui. Jika
petugas ragu akan jawaban ibu, mintalah agar ibu memberi minum air matang
kepada anak atau menyusuinya. Anak yang sama sekalli tidak dapat menelan
apapun, mempunyai tanda memuntahkan semuanya. Apa saja yang masuk
(makanan, cairan) akan keluar lagi. Anak yang muntah beberapa kali namun masih
dapat menelan sedikit cairan, tidak menunjukkan tanda bahaya umum.
Tanyakan kepada ibu apakah anaknya kejang selama periode sakit ini. Kejang
adalah suatu kondisi dimana otot-otot berkontraksi, sehingga lengan, kaki atau
tubuh anak menjadi kaku.
Perhatikan apakah anak letargis atau tidak sadar. Anak yang letargis sulit
dibangunkan, tampak mengantuk dan tidak punya perhatian akan apa yang terjadi
di sekelilingnya. Anak yang tidak sadar tidak dapat dibangunkan. Ia tidak bereaksi
ketika disentuh, digoyang atau diajak bicara.
Stridor adalah bunyi kasar yang terdengar pada saat anak menarik napas. Anak
yang menderita stridor pada saat tenang, menunjukkan suatu keadaan yang
berbahaya. Sianosis merupakan perubahan warna menjadi kebiruan pada kulit dan
selaput lendir. Keadaan ini terjadi ketika kadar hemoglobin yang tidak mengikat
oksigen > dari 5 g/dl. Biasanya hemoglobin mengangkut sebagian besar oksigen ke
darah. Kapasitas oksigen dari hemoglobin darah atau kadarnya dalam arteri disebut
Saturasi Oksigen.
Salah satu tanda syok adalah ujung tangan dan kaki pucat dan dingin akibat tidak
adekuatnya sirkulasi darah dan atau konsentrasi oksigen untuk memenuhi

4
kebutuhan metabolism jaringan. Tanda adanya hipoperfusi jaringan antara lain:
ekstremitas dingin, nafas cepat, nadi cepat dan tekanan nadi kecil sampai tidak
teraba.

c. Memeriksa Batuk atau Sukar Bernapas.


Sukar bernapas merupakan pola pernapasan yang tidak biasa, seringkali ibu
menggambarkannya dengan berbagai cara, mungkin mengatakan anaknya
bernapas cepat atau berbunyi atau terputus-putus.
Jika anak batuk atau sukar bernapas, tanyakan sudah berapa lama, hitung
napasnya, periksa apakah ada tarikan dinding dada ke dalam atau wheezing, dan
nilai saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oxymeter (jika ada).

Menghitung frekuensi napas harus dalam waktu 1 menit penuh dengan


mengamati gerakan napas pada dada atau perut. Anak umur 2 bulan sampai 1
tahun bernapas cepat jika frekuensi napasnya 50 kali atau lebih per menit, dan anak
umur 1 tahun sampai 5 tahun bernapas cepat jika frekuensi napasnya 40 kali atau
lebih per menit.

Anak dikatakan mempunyai tarikan dinding dada kedalam jika dinding dada bagian
bawah tertarik kedalam ketika anak menarik napas. Tarikan dinding dada ke dalam
dikatakan benar-benar ada jika terlihat dengan jelas dan berlangsung setiap waktu
atau terus menerus. Wheezing adalah suara kasar yang terdengar pada saat anak
mengeluarkan napas. Usahakan anak dalam keadaan tenang ketika saudara
menghitung napas, memeriksa adanya tarikan dinding dada ke dalam, dan
mendengar wheezing.

Anak dengan batuk atau sukar bernapas selama lebih dari 3 minggu berarti
menderita batuk kronis. Kemungkinan ini adalah tanda TBC, asma, batuk rejan atau
penyakit lain. Lakukan skoring Gejala dan Pemeriksaan Penunjang (lihat pada
bagian menilai masalah atau keluhan lain)

d. Memeriksa Diare
Dikatakan diare apabila tinja mengandung air yang lebih banyak dari normal. Diare
juga disebut berak encer atau cair. Sering berak tapi tinjanya normal bukanlah diare.
Frekuensi berak yang normal dalam satu hari beragam tergantung pada diet dan
umur anak.

Apabila diare berlangsung selama 14 hari atau lebih, disebut DIARE PERSISTEN.
Sekitar 20% dari diare akan berlanjut menjadi diare persisten yang seringkali
5
menyebabkan kurang gizi dan kematian. Diare yang disertai darah dalam tinja
dengan atau tanpa lendir, disebut DISENTRI.

Jika anak diare, tanyakan sudah berapa hari dan adakah darah dalam
tinjanya. Kemudian lakukan penilaian keadaan umum anak, apakah letargis
atau tidak sadar, atau anak menunjukkan tanda gelisah atau rewel tiap kali
disentuh atau diperiksa.

Jika tubuh anak kehilangan cairan, akan terlihat mata cekung. Tentukan
apakah menurut saudara mata anak cekung. Apabila ragu, tanyakan kepada
ibu apakah menurut ibu mata anak kelihatan lain dari biasanya. Pendapat ibu
dapat membantu saudara memastikan bahwa mata anak cekung.

Mintalah ibu untuk memberi air dari cangkir atau sendok. Perhatikan anak
ketika minum, apakah tidak bisa minum (tidak dapat mengisap atau
memasukkan cairan ke dalam mulut dan menelannya), malas minum (lemah
dan tidak bisa minum tanpa dibantu), atau haus, minum dengan lahap (anak
berusaha meraih cangkir atau sendok dan minum dengan rakus ).

Posisikan anak telentang dengan lengan di samping (tidak di atas


kepalanya) dan kaki lurus. Cari daerah pada perut anak di tengah antara
pusar dan sisi perutnya. Cubit kulit anak dengan ibu jari dan jari telunjuk
saudara. Jangan menggunakan ujung jari, karena akan menimbulkan rasa
sakit. Lipatan kulit yang dicubit harus sejajar dengan tubuh anak dari atas ke
bawah dan tidak melintang tubuh anak. Angkat semua lapisan kulit dan
jaringan di bawahnya dengan mantap, kemudian lepaskan. Jika kulit yang
terangkat baru kembali dalam waktu lebih dari 2 detik setelah dilepaskan,
berarti cubitan kulit perut kembali sangat lambat. Jika kembalinya kurang dari
2 detik atau masih sempat terlihat lipatan kulit setelah dilepaskan, berarti
cubitan kulit perut kembali dengan lambat.

e. Memeriksa Demam
Anak dengan demam mungkin menderita MALARIA, CAMPAK, DEMAM
BERDARAH DENGUE atau penyakit berat lainnya.
o MALARIA
Tanda utama malaria adalah demam yang bisa terjadi sepanjang waktu atau
hilang timbul dengan jarak waktu yang teratur. Anak dengan malaria mungkin
6
menderita anemia kronis (tanpa demam) sebagai satu-satunya tanda penyakit.
Di daerah dengan penularan malaria yang tinggi, malaria adalah penyebab
kematian utama pada anak-anak. Kasus malaria tanpa komplikasi dapat
menjadi malaria berat dalam waktu 24 jam setelah demam timbul pertama kali
dan dapat meninggal jika tidak segera diobati.
o CAMPAK
Demam dan ruam kemerahan yang menyeluruh disertai salah satu tanda: batuk,
pilek atau mata merah merupakan tanda anak menderita campak. Ruam
kemerahan mulai di belakang telinga dan di leher kemudian menyebar ke wajah.
Hari berikutnya menyebar ke bagian lain dari tubuh, lengan dan kaki. Setelah 4
sampai 5 hari, ruam mulai menghilang dan kulit mungkin terkelupas. Pada anak
dengan infeksi berat mungkin lebih banyak ruam yang tersebar di seluruh
tubuhnya. Ruam ini makin gelap warnanya (coklat tua atau kehitam-hitaman)
dan makin banyak kulit terkelupas. Ruam campak tidak mempunyai vesikel atau
pustul dan tidak gatal.

Campak sangat menular. Antibodi dari ibu melindungi bayi dari campak selama
kira-kira 6 bulan. Kemudian perlindungan menghilang sedikit demi sedikit. Pada
umumnya kasus terjadi pada anak berumur antara 6 bulan sampai 2 tahun.
Kepadatan penduduk dan perumahan yang tidak sehat meningkatkan risiko
campak untuk timbul lebih dini. Campak disebabkan oleh virus yang merusak
sistem kekebalan selama beberapa minggu setelah terjangkit campak. Hal ini
menyebabkan anak berisiko terhadap penyakit-penyakit infeksi lainnya.

Komplikasi campak terjadi pada kira-kira 30% dari semua kasus, antara lain :
Diare, Pneumonia, luka di mulut, infeksi telinga, infeksi mata yang berat (bisa
menyebabkan luka di kornea atau kebutaan). Ensefalitis (infeksi otak) terjadi
pada satu dari seribu kasus campak.

Campak juga dapat mengakibatkan kurang gizi karena menyebabkan diare dan
luka pada mulut. Hal ini mempengaruhi pemberian makan anak.
Anak yang kurang gizi, khususnya yang kekurangan vitamin A, cenderung
menderita komplikasi berat akibat campak. Oleh karena itu, penting sekali untuk
terus memberi makan anak yang sakit campak.

o DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)


DBD adalah salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

7
aegypti dan kadang-kadang oleh nyamuk Aedes albopictus. Masa inkubasinya
4-6 hari. Demam tinggi dan perdarahan merupakan gejala utama DBD.
Ciri-ciri DBD adalah demam akut 2 sampai dengan 7 hari, lemah, gelisah, nyeri
ulu hati, diikuti dengan gejala perdarahan dan kecenderungan syok yang fatal
(Dengue Shock Syndrome). Perdarahan biasanya dapat berupa bintik
perdarahan di kulit (petekie) akibat pecahnya pembuluh darah halus pada kaki
dan tangan, aksila, tubuh dan wajah yang timbul pada permulaan demam.

Lakukanlah penilaian untuk demam, jika: ada riwayat demam pada anamnesa atau
teraba panas oleh pemeriksa atau suhu aksila 37,5⁰C atau lebih.
Penilaian diawali dengan menentukan daerah endemis malaria, apakah termasuk
daerah endemis tinggi/rendah atau daerah non endemis malaria. Apabila anak
tinggal di daerah non endemis, tanyakan apakah anak diajak bepergian ke daerah
endemis malaria dalam 1-2 minggu terakhir. Kemudian lakukan penilaian
selanjutnya sesuai poin-poin yang ada dalam kolom penilaian untuk malaria pada
formulir pencatatan. Salah satu penilaian yang dilakukan adalah kaku kuduk. Kaku
kuduk yaitu keadaan dimana seorang anak tidak dapat menggerakkan atau
menundukkan lehernya dengan mudah. Jika leher anak dapat menunduk dengan
mudah, berarti tidak ada kaku kuduk.

Pada semua kasus demam di daerah endemis malaria tinggi atau jika tidak
ditemukan penyebab pasti demam di daerah endemis malaria rendah, lakukan
pemeriksaan darah untuk tes malaria. Pemeriksaan darah malaria dilakukan secara
mikroskopik, kecuali apabila di daerah tersebut tidak ada fasilitas pemeriksaan
mikroskopik, dapat dilakukan pemeriksaan RDT (Rapid Diagnostic Test).

Apabila anak menderita campak saat ini atau dalam 3 bulan terakhir, maka anak
harus dinilai dan diklasifikasikan untuk campak.
Lihat mata dan mulut anak, apakah ada tanda-tanda komplikasi. Komplikasi campak
dapat berupa luka di mulut, keluar nanah dari mata atau kekeruhan pada kornea.
Luka di mulut bersifat nyeri dan terbuka di bagian dalam mulut dan bibir atau lidah.
Warnanya mungkin merah atau bersalut putih. Pada kasus-kasus berat, luka ini
dalam dan/atau luas. Luka di mulut dapat mengakibatkan anak sulit minum atau
makan. Luka ini berbeda dengan bintik-bintik kecil yang disebut bintik Koplik yang
muncul di bagian dalam pipi pada tahap awal infeksi campak. Bintik ini tidak teratur,
berwarna merah terang dengan bintik putih di tengah. Hal ini tidak mengganggu
makan / minum dan tidak perlu diobati. Pada mata dapat berupa infeksi konjungtiva
yang ditandai keluarnya nanah dari konjungtiva atau kelopak mata dan/atau
kekeruhan pada kornea. Kekeruhan pada kornea adalah keadaan yang berbahaya

8
yang bisa disebabkan oleh kekurangan vitamin A dan diperburuk oleh campak. Jika
tidak diobati, kornea akan terluka dan dapat menyebabkan kebutaan. Anak dengan
kekeruhan pada kornea biasanya menutup erat-erat matanya apabila terkena
cahaya, karena dapat menyebabkan iritasi dan rasa sakit pada mata anak.

Penilaian untuk Demam Berdarah Dengue dilakukan hanya jika demam


berlangsung 2 hari sampai dengan 7 hari.
Tanyakan apakah anak mengalami bintik merah di kulit atau perdarahan.
Perdarahan pada DBD terjadi akibat trombositopenia. Perdarahan tersebut dapat
berasal dari hidung, gusi, saluran pencernaan dan lain-lain. Perdarahan yang cukup
berat sangat mungkin disebabkan oleh DBD.
Keluhan lain yang sering dijumpai pada anak adalah sering muntah, muntah
bercampur darah atau seperti kopi. Pada anak yang lebih besar mungkin mengeluh
nyeri ulu hati, sedangkan pada anak yang lebih kecil biasanya terlihat gelisah.
Carilah bintik perdarahan (petekie) di kulit wajah, lengan dan seluruh tubuh. Jika
ditemukan petekie, tetapi tidak banyak dan tidak ada tanda-tanda DBD yang lain,
lakukan uji Torniket, jika mungkin. Sedangkan jika jumlah petekie cukup banyak,
apalagi disertai gejala DBD yang lain, tidak perlu melakukan uji Torniket. Periksa
kemungkinan adanya tanda-tanda syok, yaitu: ujung ekstremitas teraba dingin
disertai nadi yang sangat lemah atau tidak teraba.

Cara melakukan uji Torniket (Rumple Leede)


o Aliran darah pada lengan atas dibendung dengan manset anak, selama 5
menit pada tekanan antara sistolik dan diastolik.
o Lihat pada bagian depan lengan bawah, apakah timbul bintik-bintik merah
tanda perdarahan.
o Hasil uji Torniket dianggap positif (+) apabila ditemukan sebanyak 10 atau
lebih petekie pada daerah seluas diameter 2,8 cm (1 inchi). (Jika sebelum 5
menit sudah didapat 10 petekie, uji torniket dihentikan).

Yang perlu diketahui adalah membedakan antara petekie dan gigitan nyamuk.
Caranya: renggangkan kulit yang ada bintik perdarahan tersebut. Jika tanda
kemerahan menghilang, berarti bukan petekie.

f. Memeriksa Masalah Telinga


Keluhan utama ke-4 yang harus ditanyakan adalah masalah telinga. Mungkin ibu
berkata bahwa anaknya sering menggosok-gosok telinganya karena merasa gatal,
atau mungkin anak rewel dan kesakitan jika telinganya disentuh, kemasukan benda

9
asing, atau keluar cairan/nanah dari telinganya. Ini berarti bahwa anak mempunyai
masalah telinga.
Jika ada masalah telinga, lakukan penilaian sebagaimana tercatat dalam formulir
pencatatan pada kolom penilaian. Nyeri telinga dapat berarti bahwa anak
mempunyai infeksi telinga. Jika ada cairan/nanah keluar dari telinga anak, tanyakan
sudah berapa lama. Cairan/nanah yang keluar dari telinga merupakan suatu tanda
infeksi, meskipun anak sudah tidak merasa sakit lagi. Lihat ke dalam telinga anak
untuk memeriksa apakah ada cairan/nanah yang keluar dari telinga. Pembengkakan
yang nyeri di belakang telinga merupakan tanda kemungkinan adanya mastoiditis.

g. Memeriksa Status Gizi


Periksalah status gizi pada semua balita sakit. Mengenali dan menangani anak
kurang gizi akan membantu mencegah berbagai penyakit berat dan kematian.
Anak yang menderita kurang gizi cenderung menderita kekurangan vitamin A
karena asupan makanan juga kurang mengandung vitamin A. Jika kekurangan
Vitamin A ini berlanjut, akan timbul gejala klinis kekeringan pada mata yang disebut
Xerophthalmia dan mempunyai risiko untuk menjadi buta. Gejala tersebut akan
lebih cepat timbul bila anak menderita penyakit campak, diare, Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) dan penyakit infeksi lainnya.

Penilaian status gizi anak dilihat dari: kondisi klinisnya apakah tampak sangat kurus
atau ada pembengkakan pada kedua punggung kaki, diukur lingkar lengan atasnya
dan ditentukan berat badannya menurut panjang atau tinggi badan.
Sangat kurus dapat ditentukan dengan melihat tubuh anak dari depan, samping dan
belakang. Dari depan tampak pinggul dan kaki anak jauh lebih kecil disbanding
dengan perutnya, atau dari samping terlihat hilangnya lemak bokong/pantat, atau
dari belakang tampak lipatan kulit yang menyerupai celana begi (baggy pan).
Anak dengan pembengkakan pada kedua punggung kaki mungkin menderita
KWASHIORKOR, salah satu tipe dari gizi buruk. Bengkak terjadi apabila sejumlah
besar cairan berkumpul dalam jaringan tubuh anak. Jaringan terisi cairan dan
kelihatan bengkak. Gunakan ibu jari untuk menekan kedua punggung kaki dengan
lembut selama beberapa detik. Dikatakan ada edema jika terdapat lekukan ketika
ibu jari diangkat.
Tanda-tanda lain yang biasa dijumpai pada kwashiorkor adalah kurus, rambut
jarang dan tipis serta mudah rontok; kulit kering dan bersisik terutama pada lengan
dan tungkai; wajah bengkak seperti bulan purnama (“moon face”).

10
Pengukuran berat badan dan tinggi/panjang badan dilakukan sesuai dengan
pedoman pemantauan pertumbuhan.
o BB/PB(TB) < -3SD atau LiLA <11,5 cm menunjukkan klasifikasi GIZI
BURUK.
o BB/PB(TB) -3SD sampai -2SD atau LiLA 11,5 cm sampai <12,5 cm
menunjukkan klasifikasi GIZI KURANG.
o BB/PB(TB) >-2SD atau LiLA >12,5 cm, menunjukkan klasifikasi GIZI BAIK.

h. Memeriksa Anemia
Lakukan pemeriksaan anemia pada semua balita sakit yang datang ke Puskesmas.
Kekurangan zat besi pada makanan dapat mengakibatkan anemia. Anak dapat juga
menderita anemia sebagai akibat dari Malaria yang dapat menghancurkan sel darah
merah dengan cepat, atau akibat dari parasit seperti cacing tambang atau cacing
cambuk. Cacing ini dapat menyebabkan kehilangan darah dari usus dan
mengakibatkan terjadinya anemia.

Penilaian anemia dilakukan dengan melihat tanda kepucatan pada telapak tangan
anak. Buka tangan anak perlahan, sehingga kita dapat melihat telapak tangannya.
Jangan menarik jari-jari tangannya ke belakang, karena tangan akan terlihat lebih
pucat akibat terhalangnya aliran darah. Bandingkan warna telapak tangan anak
dengan telapak tangan saudara, ibu balita atau anak yang lain. Jika kulit telapak
tangan tampak pucat, dikatakan bahwa anak itu agak pucat atau diklasifikasikan
sebagai ANEMIA. Jika kulit telapak tangan anak itu pucat sekali sehingga kelihatan
putih, dikatakan anak itu sangat pucat atau diklasifikasikan sebagai ANEMIA
BERAT. Kepucatan bisa juga di deteksi melalui konjungtiva, akan tetapi kepucatan
pada telapak tangan merupakan indikator yang lebih baik dan lebih mudah
memeriksanya.

i. Memeriksa Status HIV Pada Balita


Memeriksa HIV dilakukan hanya jika anak menderita pneumonia berulang atau
diare persisten/berulang atau sangat kurus atau anemia berat. Jika syarat diatas
tidak terpenuhi maka kolom klasifikasi dan tindakan dibiarkan kosong.
Dikatakan berulang apabila anak diklasifikasikan sebagai pneumonia/diare
sebanyak 2 kali atau lebih diselingi periode sembuh, dalam rentang waktu 1 tahun
unutk pneumonia.
Penilaian status HIV harus dilakukan pada setiap balita sakit yang datang ke
puskesmas.

11
Tenaga kesehatan memerlukan cara untuk melakukan temuan kasus (case finding),
akan tetapi masalah terbesar adalah menentukan jenis kasus yang memerlukan
prosedur diagnostik HIV dan memilih cara diagnostik yang perlu dilakukan.

Bayi dan anak memerlukan tes HIV, apabila :


o Menderita sakit. Jenis penyakit yang berhubungan dengan HIV, misalnya:
TB berat atau mendapat OAT berulang, malnutrisi, pneumonia berulang,
diare kronis atau diare berulang.
o Lahir dari ibu terinfeksi HIV dan sudah mendapatkan perlakuan pencegahan
penularan dari ibu ke anak.
o Ingin mengetahui status bayi atau anak kandung dari ibu yang didiagnosis
terinfeksi HIV (pada umur berapa saja).
o Ingin mengetahui status bayi atau anak setelah salah satu saudara
kandungnya didiagnosis HIV, atau salah satu atau kedua orangtua
meninggal oleh sebab yang tidak diketahui tetapi masih mungkin karena
HIV.
o Terpajan atau potensial terkena infeksi HIV melalui jarum suntik yang
terkontaminasi, menerima transfusi berulang dan sebab lain.
o Mengalami kekerasan seksual.

Untuk melakukan tes HIV pada anak diperlukan ijin dari orangtua atau wali yang
memiliki hak hukum atas anak tersebut (contoh nenek, kakek, atau orang tua asuh
bila orang tua kandung meninggal atau tidak ada).

Diagnosis pada anak > 18 bulan memakai cara yang sama dengan uji HIV pada
orang dewasa. Perhatian khusus untuk anak yang masih mendapat ASI pada saat
tes dilakukan, uji HIV baru dapat diinterpretasi dengan baik bila ASI sudah
dihentikan selama > 6 minggu. Pada umur > 18 bulan ASI bukan lagi sumber nutrisi
utama. Oleh karena itu cukup aman bila ibu diminta untuk menghentikan ASI
sebelum dilakukan diagnosis HIV.

Pasien dan keluarga harus diedukasi bahwa kotrimoksazol tidak mengobati atau
menyembuhkan infeksi HIV. Kotrimoksazol tidak menggantikan kebutuhan terapi
antiretroviral. Kotrimoksazol mencegah infeksi yang umum terjadi pada bayi yang
terpajan HIV dan anak imunokompromais, dengan tingkat mortalitas tinggi.
Pemberian kotrimoksazol harus teratur.

j. Memeriksa Status Imunisasi dan Pemberian Vitamin A

12
Periksalah status imunisasi dan pemberian vitamin A pada semua balita sakit,
apakah mereka sudah memperoleh semua imunisasi yang dianjurkan untuk
seusianya dan mendapat suplementasi vitamin A setiap 6 bulan?

Seluruh anak harus memperoleh imunisasi lengkap sebelum ulang tahunnya yang
pertama. Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB-0) diberikan sebelum bayi berumur
7 hari oleh bidan pada saat kunjungan neonatal yang pertama.

Kontra Indikasi Imunisasi :


 Ada riwayat kejang, syok atau reaksi-reaksi lain setelah mendapatkan DPT-1.
Pada anak ini pemberian DPT-2 atau DPT-3 diganti dengan DT
 Anak yang sering kejang atau mempunyai kelainan neurologis yang aktif, jangan
diberi DPT.
 Anak dengan demam tinggi (38.50 C atau lebih)

Jika anak akan dirujuk, jangan memberi imunisasi sebelum dirujuk. Yang akan
melaksanakan imunisasi adalah petugas kesehatan di tempat rujukan dan hal ini
akan menghindari keterlambatan rujukan.

Vitamin A dapat diberikan sebagai supplemen atau pengobatan. Untuk pemberian


sebagai supplemen, periksa status pemberian vitamin A pada semua anak yang
berumur 6 bulan – 5 tahun. Bila sudah saatnya mendapatkan vitamin A, berikan di
klinik. Anjurkan untuk mendapatkan dosis selanjutnya secara rutin setiap 6 bulan di
Posyandu. Tidak ada kontra indikasi untuk pemberian vitamin A.

k. Menilai Masalah atau Keluhan Lain Pada Balita


Lakukan penilaian untuk masalah atau keluhan lain yang mungkin ada pada anak
tetapi tidak dapat diklasifikasikan dengan menggunakan bagan dari 4 keluhan utama,
misalnya: kencing berdarah, hernia, gatal-gatal, sukar berak atau infeksi kulit.
Saudara harus bertanya secara aktif untuk kemungkinan adanya masalah atau
keluhan lain. Jika sudah ditanyakan, tetapi tidak ada masalah atau keluhan lain,
jangan lupa beri tanda strip (-) pada kolom klasifikasi di Formulir Pencatatan untuk
menyatakan bahwa saudara sudah melakukan penilaian (anamnesa).

Periksa dan tangani masalah lain sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman
serta kebijaksanaan tempat saudara bekerja. Rujuk anak untuk masalah lain yang
tidak dapat saudara tangani di puskesmas.

Mengingat masih banyaknya kasus tuberkulosis di Indonesia, saudara bisa


mencurigai seorang anak kemungkinan menderita TBC, jika ada salah satu gejala di
bawah ini:
13
o Terdapat kontak serumah dengan seorang penderita tuberkulosis aktif.
o Terdapat reaksi kemerahan dalam waktu 3 - 7 hari setelah penyuntikan
BCG.
o Demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas.
o Nafsu makan tidak ada atau berat badan tidak naik.
o Batuk lebih dari 21 hari (3 minggu).
o Terdapat beberapa benjolan di daerah leher.
Jika saudara mencurigai terdapat Tuberkulosis, rujuklah anak ke Poli DOTS. Dokter
akan melakukan diagnosis dengan sistem skoring. Apabila di fasilitas pelayanan
kesehatan tidak tersedia dokter, pelimpahan kewenangan terbatas dapat diberikan
pada petugas kesehatan terlatih strrategi DOTS. Untuk menegakan diagnosis dan
tatalaksana Tuberkulosis mengacu pada pedoman Nasional.

2. Tindakan atau Pengobatan Balita Sakit


a. Menentukan perlunya dilakukan rujukan segera
Langkah awal menentukan tindakan/pengobatan pada balita sakit adalah
menentukan apakah anak perlu segera dirujuk atau tidak. Pada umumnya klasifikasi
berat membutuhkan rujukan segera, kecuali pada klasifikasi Diare Dehidrasi Berat
atau Diare Persisten Berat, perlu dilihat apakah puskesmas mampu menangani anak
terlebih dahulu sebelum merujuk. Jika mampu, tangani anak terlebih dahulu.

“RUJUK SEGERA” berarti secepatnya merujuk anak ke dokter atau fasilitas


kesehatan yang mempunyai peralatan dan tenaga yang mampu merawat anak sakit
lebih baik. Tempat tersebut bisa, puskesmas, puskesmas dengan rawat inap atau
rumah sakit. Namun demikian, anak dapat dirujuk terlebih dahulu ke dokter setempat
(jika ada). Dokter akan menentukan apakah anak dapat ditangani di puskesmas atau
harus dirujuk. Dokter juga dapat melakukan tindakan berdasarkan kemampuan dan
sarana yang ada, bila rujukan benar-benar tidak dapat dilakukan.
Kasus-kasus yang memerlukan tindakan rujukan segera adalah:

 Klasifikasi berat atau klasifikasi yang berwarna merah muda.


 Anak mungkin mempunyai masalah berat yang tidak disebutkan dalam bagan
dan puskesmas tidak dapat menangani masalah tersebut.

b. Menentukan dan Melakukan Tindakan/Pengobatan Pra Rujukan

Jika anak akan dirujuk SEGERA, tentukan hanya tindakan pra-rujukan (tindakan
yang perlu diberikan sebelum merujuk). Tindakan pra rujukan tercetak tebal dalam
kolom tindakan di buku bagan. Mintakan informed consent sebelum melakukan
tindakan atau pengobatan pra rujukan.

14
Beberapa tindakan penting pra rujukan di bawah ini dapat dilihat dalam Buku Bagan.
 Memberi dosis pertama: antibiotik yang sesuai, anti malaria, vitamin A, dan
parasetamol jika demam tinggi (38,50 C atau lebih) atau nyeri akibat
mastoiditis
 Memberi cairan intravena pada anak DBD dengan syok
 Mencegah agar gula darah tidak turun, termasuk ASI dan oralit selama
perjalanan
 Memberi obat mata antibiotik jika mata bernanah atau ada kekeruhan kornea
Jangan melakukan tindakan yang tidak perlu, seperti membersihkan telinga,
imunisasi, mengajarkan cara melegakan tenggorokan atau menilai dan menasihati
pemberian makan anak, karena akan menghambat rujukan.

Beritahu ibu atau keluarga bahwa anak akan dirujuk. Jika setuju, siapkan surat
rujukan dan kelengkapan lainnya yang diperlukan untuk merujuk anak.

Hal-hal yang perlu dicantumkan dalam surat rujukan adalah :


 nama anak, umur, tanggal dan waktu rujukan.
 uraian singkat masalah anak dan alasan merujuk
 tindakan yang telah diberikan.
 informasi lain yang perlu diketahui penerima rujukan.
 nama saudara dan nama puskesmas saudara.

c. Menentukan Tindakan/Pengobatan untuk Anak yang Tidak Memerlukan


Rujukan
Anak yang tidak memerlukan rujukan dapat ditangani di Puskesmas. Tindakan atau
pengobatannya dilakukan berdasarkan Buku Bagan MTBS sesuai dengan klasifikasi.
Pada bagan pengobatan dijelaskan dosis yang tepat berdasarkan berat badan anak,
jadwal pemberian, jumlah hari pengobatan dan cara pemberian setiap harinya.

Komunikasi yang baik sangat penting ketika petugas kesehatan mengajari ibu cara
member obat di rumah, karena pengobatan di puskesmas perlu dilanjutkan dirumah
dan keberhasilan pengobatan di rumah tergantung keterampilan komunikasi saudara
dengan ibu balita. Demikian pula ketika memberikan konseling tentang masalah
pemberian makan atau ASI, menasihati ibu kapan kunjungan ulang dan kembali
segera, atau memberi nasihat lainnya.

1) Memberi obat oral yang sesuai


 Antibiotik
Di Puskesmas biasanya tersedia lebih dari satu macam antibiotik, karena itu
saudara harus tahu cara memilih antibiotik yang sesuai dengan penyakit anak.

15
Jika anak mempunyai lebih dari satu klasifikasi, masing-masing klasifikasi akan
membutuhkan antibiotik. Jika mungkin, pilih satu jenis antibiotik saja yang dapat
mengobati berbagai klasifikasi.
Antibiotik harus diminum sampai habis. Jumlah pemberian obat disesuaikan
dengan jenis antibiotik dan penyakitnya.
Untuk pengobatan PNEUMONIA, dulu diberikan Amoksisilin 15 mg/kgBB/hari
yang dibagi menjadi 3 dosis. Pemberian Amoksisilin yang 3 kali ini memberi
peluang untuk ketidak patuhan. Beberapa penelitian yang membandingkan
pemakaian Amoksisilin 15 mg/kgBB/hari yang dibagi menjadi 3 dosis dengan
dosis 25 mg/kgBB/hari yang dibagi menjadi 2 dosis membuktikan farmakokinetik
dan kadar dalam darah yang setara. Sesuai pula dengan rekomendasi dari
American Academy of Paediatrics yang berdasarkan beberapa penelitian mereka,
maka sekarang dipakai Amoksisilin dengan dosis 25 mg/kgBB/hari yang dibagi
dalam 2 dosis. Selanjutnya semua klasifikasi yang membutuhkan Amoksisilin
diberikan 2x sehari.
 Anti Malaria
Pemberian obat anti malaria oral untuk Malaria Falciparum, Malaria Non
Falsiparum (Vivax/Ovale) dan anti malaria oral untuk infeksi campuran terdapat
pada Buku Bagan. Primakuin tidak boleh diberikan kepada anak berumur dibawah
1 tahun karena dapat menimbulkan efek samping yang berat.
 Parasetamol
Parasetamol berkhasiat menurunkan suhu tubuh dan mengurangi rasa sakit
Jika anak demam tinggi ( ≥ 38.5o C), beri satu dosis parasetamol di puskesmas.
Pada kasus nyeri telinga, beri parasetamol untuk 1 hari yaitu 4 dosis. Jelaskan
kepada ibu untuk memberi satu dosis setiap 6 jam sampai nyeri telinga hilang.
Dosis Parasetamol untuk demam tinggi atau sakit telinga dapat dilihat pada Modul
halaman 18 atau pada Buku Bagan.
Apabila ibu jelas menyebutkan bahwa anaknya demam pada malam hari sebelum
ke klinik dan saat ini tidak lagi teraba demam atau suhunya normal, maka ibu bisa
diberi parasetamol dengan nasihat untuk diminumkan kepada anaknya jika timbul
demam.
 Vitamin A
Vitamin A sangat berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi.
Kekurangan vitamin A dapat menimbulkan kebutaan.
Vitamin A untuk pengobatan pada anak yang tidak perlu dirujuk, yaitu pada
klasifikasi CAMPAK tanpa komplikasi, diberikan hanya pada hari pertama.
Vitamin A pengobatan diberikan juga pada CAMPAK DENGAN KOMPLIKASI
pada hari pertama dan kedua, serta GIZI BURUK pada hari pertama, hari kedua
dan hari ke lima belas. Dosis berdasarkan umur dapat dilihat pada Buku Bagan.
16
Sebagai tambahan atau suplemen, Vitamin A diberikan pada semua balita mulai
umur 6 bulan, baik di puskesmas ataupun di posyandu setiap 6 bulan, yaitu pada
bulan Februari dan Agustus.
 Zat Besi
Perhatikan kandungan zat besi dalam tablet atau sirup. Lihat dosis yang
dianjurkan oleh pabrik pembuatnya.
Sirup besi yang banyak dijual di apotik pada umumnya mengandung ferous
fumarat yang cara pemberiannya berbeda.
Beri zat besi yang cukup untuk 4 minggu. Setelah obat habis, ibu diminta kembali
guna mendapat zat besi untuk 4 minggu berikutnya. Jelaskan bahwa setelah
minum zat besi, tinja anak akan berubah warna menjadi hitam atau abu-abu.
Kelebihan zat besi berakibat buruk pada anak dan dapat memperberat sakit pada
anak gizi buruk. Jauhkan zat besi dari jangkauan anak.
Bila anak yang menderita anemia, sedang dalam pengobatan sulfadoksin-
pirimetamin (Fansidar), jangan diberi tablet besi/folat sebelum pemberian Fansidar
selesai, karena Fansidar bersifat anti folat. Sirup besi tidak mengandung folat,
sehingga dapat diberikan bersama-sama sulfadoksin-pirimetamin (Fansidar).
 Obat Cacingan
Anemia mungkin juga disebabkan oleh infeksi cacing, terutama cacing tambang
dan cacing cambuk, sehingga diperlukan obat anti cacing. Pirantel pamoat
merupakan obat cacingan berspektrum luas yang banyak tersedia di puskesmas,
namun pilihan pertama adalah Albendazol.
Syarat pemberian pirantel pamoat pada anak dengan anemia adalah: umur anak
4 bulan atau lebih DAN tidak mendapat pirantel pamoat dalam 6 bulan terakhir
DAN hasil pemeriksaan tinja positif terhadap cacing. Jika tidak dapat memeriksa
sediaan tinja, jangan beri pirantel pamoat pada anak dengan anemia, kecuali
ditemukan cacing dalam tinjanya.

2) Memberi Cairan Tambahan dan Zinc untuk Penanganan Diare


 Rencana terapi A dilakukan dengan memberikan: cairan tambahan atau oralit, zinc
selama 10 hari (kecuali pada bayi muda), pemberian makan dan konseling kapan
anak harus kembali ke puskesmas.
 Rencana terapi B dilakukan dengan pemberian oralit dalam jumlah tertentu (berat
badan dalam kg dikali 75 ml) selama 3 jam pertama, kemudian dievaluasi dan
ditindak lanjuti sesuai kondisi anak.
 Rencana terapi C dilakukan dengan pemberian cairan melalui infus atau
orogastrik.

17
Ketiganya adalah pemberian cairan sebagai pengganti cairan dan garam yang hilang
bersama diare. Cara terbaik melakukan rehidrasi dan mencegah dehidrasi adalah
memberi oralit. Cairan intravena hanya diberikan pada keadaan dehidrasi berat.

3) Memberi Obat Infeksi Lokal


Tindakan dan pengobatan infeksi lokal meliputi :
 Mengobati infeksi mata dengan tetes atau salep mata Tetrasiklini/ Kloramfenikol.
 Mengeringkan telinga dengan kain/kertas penyerap.
 Mengobati luka di mulut dengan antiseptik atau nistatin.
 Meredakan batuk dan melegakan tenggorokan dengan bahan yang aman.
Langkah-langkah pemberian obat lokal secara rinci dapat dilihat dalam Buku Bagan.

d. Menilai Pemberian Makan


Penilaian pemberian makan dilakukan jika anak berumur kurang dari 2 tahun ATAU
gizi kurang ATAU gizi buruk tanpa komplikasi ATAU anemia DAN anak tidak akan
dirujuk segera. Menilai pemberian makan pada anak yang akan dirujuk segera dapat
memperlambat rujukan.
Bandingkan hasil penilaian pemberian makan dengan “Anjuran Makan Untuk Anak
Sehat Maupun Sakit” yang ada dalam Buku Bagan. Jika ada masalah pemberian
makan, beri nasihat yang sesuai. Menasihati ibu tentang masalah pemberian makan
dapat mengacu pada Buku Bagan halaman 25.

e. Kunjungan Ulang

Tulislah waktu kunjungan ulang untuk setiap klasifikasi. Bila terdapat beberapa
macam waktu untuk kunjungan ulang, pilih waktu yang terpendek dan pasti. Waktu
yang pasti adalah yang tidak diikuti dengan kata “bila” atau “jika”. Sebagai contoh :
 Kunjungan ulang 2 hari, merupakan waktu yang pasti untuk kunjungan ulang.
 Kunjungan ulang 2 hari jika tetap demam, bukan merupakan waktu yang pasti.
Anak hanya perlu datang kembali jika demam belum hilang.

Waktu terpendek yang pasti untuk kunjungan ulang dicatat pada tempat yang
disediakan di bagian akhir atau kanan bawah Formulir Pencatatan. Waktu inilah yang
perlu diberitahukan kepada ibu. Apabila dari berbagai waktu untuk kunjungan ulang
tidak ada yang pasti atau anak akan di rujuk, maka pada tempat yang disediakan ini
diberi tanda strip (-).

Dalam Formulir Pencatatan di bagian akhir atau kanan bawah, tertulis: “Nasihati
kapan kembali segera”. Saudara tidak perlu menulis ulang kalimat tersebut di kolom
Tindakan/Pengobatan, namun saudara akan mengajari ibu tentang tanda-tanda
kapan anak harus segera dibawa kembali ke puskesmas dengan menggunakan

18
pedoman KAPAN HARUS KEMBALI SEGERA sebagaimana tercantum dalam Buku
Bagan.

3. Pencatatan Balita Sakit

Setelah pelayanan terhadap balita selesai dilakukan, pada hari yang sama perawat
atau bidan pemeriksa, atau petugas kesehatan lainnya harus memasukkan data
hasil pemeriksaan yang ada dalam formulir pencatatan ke dalam buku Register
Rawat Jalan Balita Sakit Umur 2 Bulan sampai 5 Tahun. Isilah secara lengkap dan
sesuai dengan petunjuk pengisian, termasuk melakukan dan mencatat konversi
klasifikasi MTBS ke dalam kode diagnosis berdasarkan ICD10. Hasil pencatatan
harian dalam register rawat jalan dapat direkap setiap bulan untuk memudahkan
pemantauan dan pembinaan.

Register rawat jalan ini dapat digunakan sebagai sumber data bagi pelaporan
bulanan data kesakitan (LB1) dan berbagai laporan bulanan program. Tidak
diperlukan buku catatan MTBS lain selain register rawat jalan ini dan rekapitulasi
bulanannya.
KONVERSI KLASIFIKASI MTBS PADA BALITA SAKIT
KE DALAM KODE DIAGNOSIS (ICD 10)

ICD - 10
NO KLASIFIKASI KETERANGAN
KODE DIAGNOSIS

I TANDA BAHAYA UMUM


Penyakit Sangat Berat R 56.0 Kejang Demam
A 35 Tetanus Penetapan diagnosa
disesuaikan dengan
G 03.9 Meningitis, tidak spesifik
tanda atau gejala dan
G 04 Ensefalitis pemeriksaan fisik
A 36.9 Diphteri
II BATUK ATAU SUKAR BERNAPAS
1. Pneumonia Berat J 18.9 Pneumonia, tidak spesiik
2. Pneumonia J 18.9 Pneumonia, tidak spesiik
9. Batuk Bukan Pneumonia J 06.9 ISPA, tidak spesifik
III DIARE
Gastroenteritis dan Kolitis, tidak
1. Diare Dehidrasi Berat A 09
spesifik
Gastroenteritis dan Kolitis, tidak
2. Diare Dehidrasi Ringan/Sedang A 09
spesifik
Gastroenteritis dan Kolitis, tidak
3. Diare Tanpa Dehidrasi A 09
spesifik
19
Gastroenteritis dan Kolitis, tidak
4. Diare Persisten Berat A 09
spesifik
Gastroenteritis dan Kolitis, tidak
5. Diare Persisten A 09
spesifik
6. Disentri A 06 Amubiasis
IV DEMAM
1. Penyakit Berat Dengan Demam B 50 Malaria falciparum
B 51 Malaria vivax Jika hasil pemeriksaan
B 52 Malaria malariae darah, positif malaria
B 53 Malaria ovale
Jika negatif, atau tidak
B 54 Malaria, tidak spesifik
dilakukan pemeriksaan
2. Malaria B 50 Malaria falciparum
B 51 Malaria vivax
B 52 Malaria malariae
B 53 Malaria ovale
Jika ditemukan
penyebab lain dari
Demam yang tidak diketahui
3. Demam Bukan Malaria R 50 demam, tentukan
penyebabnya
diagnosa ICD10 yang
sesuai
4. Campak Dengan Komplikasi Berat B 05.1 Campak dengan Meningitis
B 05.2 Campak dengan Pneumonia
5. Campak Dengan Komplikasi Mata Campak dengan komplikasi
B 05.8
atau Mulut mata atau mulut
6. Campak B 05.9 Campak tanpa komplikasi
Riwayat penyakit infeksi dan Jika ada riwayat campak
Z 86
parasit dalam 3 bulan terakhir
7. Demam Berdarah Dengue (DBD) A 91 Demam Berdarah Dengue
8. Mungkin DBD A 90 Demam Dengue
Demam yang tidak diketahui Jika ditemukan
9. Demam Mungkin Bukan DBD R 50
penyebabnya penyebab lain dari
demam, tentukan
A 01 Demam Tifoid dan Paratifoid diagnosa ICD10 yang
sesuai
V MASALAH TELINGA
1. Mastoiditis H 70 Mastoiditis
2. Infeksi Telinga Akut H 60 Otitis Eksterna
H 65.0 Otitis Media Akut Serosa
H 66.0 Otitis Media Akut Supuratifa
Otitis Media Supuratif Kronik,
3. Infeksi Telinga Kronis H 66.3
tidak spesifik
4. Tidak Ada Infeksi Telinga -- --
VI STATUS GIZI
1. Gizi Buruk Dengan Komplikasi E 40 Kwashiorkor
E 42 Marasmus Khusus kondisi stunting
2. Gizi Buruk Tanpa Komplikasi E 43 Gizi Buruk Tanpa Komplikasi dengan Kode E 45
3. Gizi Kurang E 63.9 Gizi Kurang, tidak spesifik
4. Normal -- --
VII ANEMIA

20
1. Anemia Berat D 64.9 Anemia tidak spesifik
2. Anemia D 64.9 Anemia tidak spesifik
Anemia defisiensi besi, tidak
D 50.9
spesifik
3. Tidak Anemia -- --
VIII STATUS HIV
1. Infeksi HIV terkonfirmasi B 20 Penyakit HIV
Ada gejala, diperlukan
2. Diduga terinfeksi HIV Z 11.4
penapisan HIV
Kontak dan suspek terinfeksi
3. Terpajan HIV Z 20.6
HIV
4. Kemungkinan bukan infeksi HIV -- --

Pokok Bahasan 3 : Tatalaksana Bayi Muda Umur Kurang Dari 2 Bulan

Bayi muda mudah sekali menjadi sakit, cepat menjadi berat dan serius bahkan
meninggal, terutama pada satu minggu pertama kehidupan bayi. Saudara akan
mempelajari cara memberi pelayanan pada bayi muda umur kurang dari 2 bulan, baik
dalam keadaan sehat maupun sakit
Sebagian besar ibu mempunyai kebiasaan untuk tidak membawa bayi muda ke fasilitas
kesehatan. Guna mengantisipasi kondisi tersebut, program Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) memberikan pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir melalui kunjungan rumah
oleh petugas kesehatan, sehingga bayi baru lahir dapat dipantau kesehatannya dan
dideteksi secara dini. Jika ditemukan masalah, petugas kesehatan dapat menasihati
dan mengajari ibu untuk melakukan asuhan dasar bayi muda di rumah, bila perlu
merujuk bayi segera.
Proses penanganan bayi muda tidak jauh berbeda dengan yang telah saudara pelajari
untuk menangani balita sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun.

1. Penilaian dan Klasifikasi Bayi Muda


Pertama-tama tanyakan kepada ibu mengenai masalah bayinya dan tentukan
apakah kunjungan ini merupakan kunjungan pertama atau kunjungan ulang.
Langkah berikutnya:
a. Memeriksa Kemungkinan Penyakit Sangat Berat atau Infeksi Bakteri
Infeksi pada bayi muda dapat terjadi secara sistemik atau lokal. Infeksi sistemik
gejalanya tidak terlalu khas, umumnya menggambarkan gangguan fungsi sistem
organ seperti : gangguan kesadaran sampai kejang, gangguan napas, malas
minum, tidak bisa minum atau muntah, diare, demam atau hipotermia. Pada
infeksi lokal biasanya bagian yang terinfeksi teraba panas, bengkak, merah.
Infeksi lokal yang sering terjadi pada bayi muda adalah infeksi pada tali pusat,
kulit, mata dan telinga.

21
Saudara harus membuka pakaian dan memeriksa seluruh badan bayi. Jika bayi
terbangun, sekaligus saudara dapat menentukan tingkat kesadarannya. Amati
gerakan tangan dan kakinya.

 Tidak Bisa Minum atau Memuntahkan Semuanya.


Bayi menunjukan tanda ”tidak bisa minum atau menyusu” jika bayi terlalu lemah
untuk minum atau tidak bisa mengisap/menelan apabila diberi minum atau
disusui.
Bayi mempunyai tanda ”memuntahkan semuanya” jika bayi sama sekali tidak
dapat menelan apapun. Semua cairan atau makanan yang masuk akan keluar
lagi.
 Riwayat Kejang.
Kejang merupakan gejala kelainan susunan saraf pusat dan merupakan keadaan
darurat. Kejang pada bayi muda umur ≤ 2 hari berhubungan dengan asfiksia,
trauma lahir dan kelainan bawaan, sedangkan kejang pada umur > 2 hari
dikaitkan dengan tetanus neonatorum, infeksi dan kelainan metabolik seperti
kurangnya kadar gula darah. Pada bayi kurang bulan, kejang lebih sering
disebabkan oleh perdarahan intrakranial.
Tanyakan adanya riwayat kejang pada episode sakit ini, gunakan istilah lokal
yang mudah dimengerti ibu. Pikirkan kemungkinan bayi kejang, jika ibu
mengatakan bayinya kejang atau ada gerakan yang tidak biasa, seperti bayi
tremor dengan atau tanpa kesadaran menurun, bayi menangis melengking tiba-
tiba, gerakan yang tidak terkendali, mulut bayi mencucu atau seluruh tubuh bayi
kaku.
 Gerakan bayi
Dalam keadaan terjaga, bayi muda akan selalu bergerak secara bebas tanpa
dirangsang. Jika bayi hanya bergerak ketika distimulasi atau tidak bergerak sama
sekali kemungkinan bayi menderita penyakit sangat berat atau infeksi bakteri
berat.
 Gangguan Napas
Tanda dan gejala yang menunjukkan gangguan nafas adalah nafas cepat, nafas
lambat, bayi biru (sianosis), tarikan dinding dada yang sangat kuat, pernapasan
cuping hidung, serta terdengar suara merintih.

Pola napas pada bayi muda tidak teratur, kadang-kadang berhenti bernapas
beberapa detik diikuti dengan periode pernapasan yang lebih cepat, untuk
perhitungan nafas pada bayi muda harus dilakukan selama 1 menit penuh dan
diulang jika hitungan nafas pertama cepat (> 60 x/menit). Saat menghitung
napas, bayi harus dalam keadaan tenang. Bila bayi menangis, minta ibu untuk
menenangkan bayinya.

22
Sedikit tarikan dinding dada adalah normal pada bayi muda karena dinding dada
masih lunak. Bila ada tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat, mudah
terlihat dan menetap, berarti ada gangguan napas.

 Suhu tubuh
Mengukur suhu bayi muda dilakukan menggunakan termometer pada aksiler
selama 5 menit. Jika tidak ada termometer, saudara dapat meraba bagian ketiak
bayi atau perut bayi untuk mengetahui apakah demam atau dingin.
 Infeksi Bakteri
Infeksi bakteri yang sering terjadi pada bayi muda adalah infeksi pada kulit, mata
dan pusar. Dalam mengidentifikasi infeksi bakteri, bayi diperiksa terhadap
adanya pustul di kulit, mata bernanah dan pusar kemerahan atau bernanah.
Pustul sering ditemukan pada daerah yang tertutup, misalnya lipatan leher dan
ketiak. Periksa seluruh badan bayi apakah ada gejala bercak merah / benjolan
berisi nanah di kulit.
Mata bayi baru lahir yang bernanah merupakan tanda infeksi mata. Berat ringan
infeksi tersebut dapat dilihat dari banyaknya nanah dan bengkaknya mata bayi.
Tali pusat (pusar) bayi biasanya “lepas” ketika bayi umur 7 hari. Pusar yang
infeksi, di daerah pangkal tali pusat bayi biasanya kemerahan, mengeluarkan
nanah, atau pusar berbau. Jika warna kemerahan meluas ke kulit dinding perut
(abdomen) > 1 cm berarti bayi mengalami infeksi berat.
b. Memeriksa Ikterus
Ikterus adalah perubahan warna kulit atau selaput mata menjadi kekuningan.
Sebagian besar (80%) ikterus merupakan akibat penumpukan bilirubin
(merupakan hasil pemecahan sel darah merah), sebagian lainnya karena
ketidak-cocokan golongan darah ibu dan bayi. Peningkatan kadar bilirubin dapat
diakibatkan oleh pembentukan yang berlebih atau ada gangguan
pengeluarannya.

Sangat penting untuk mengetahui kapan ikterus timbul, kapan menghilang dan
sampai bagian tubuh mana kuning terlihat. Kuning pada tubuh yang makin luas
menandakan konsentrasi bilirubin darah meningkat. Untuk menilai derajat
kekuningan pada kulit bayi digunakan cara sederhana yaitu metode “Kramer”.
Pada waktu memeriksa ikterus sebaiknya di bawah cahaya/sinar matahari, dan
kulit yang diamati sedikit ditekan. Derajat ikterus menurut “Kramer” adalah :
• Kramer 1 : Kuning pada daerah kepala dan leher.
• Kramer 2 : Kuning sampai dengan badan bagian atas (dari pusar ke atas)
• Kramer 3 : Kuning sampai badan bagian bawah hingga lutut atau siku.
• Kramer 4 : Kuning sampai pergelangan tangan dan kaki.
• Kramer 5 : Kuning sampai daerah tangan dan kaki.
23
c. Memeriksa Diare (jika ada)
Berak encer dan sering, merupakan hal biasa pada bayi muda yang mendapat
ASI saja. Diare diidentifikasi bila ada perubahan bentuk tinja yang tidak seperti
biasanya dan frekuensi beraknya lebih sering dibanding biasanya. Bayi yang
dehidrasi, biasanya gelisah atau rewel. Jika dehidrasi berlanjut, bayi menjadi
letargis atau tidak sadar. Karena bayi kehilangan cairan, matanya mungkin
kelihatan cekung. Jika kulit perut dicubit, kulitnya akan kembali dengan lambat
atau sangat lambat.
Cara memeriksa diare pada bayi muda tidak berbeda dengan pemeriksaan pada
balita, hanya pada bayi muda tidak dilakukan penilaian pemberian minum.

d. Memeriksa Status HIV Bayi Muda


Semua bayi muda sehat maupun sakit harus di lakukan periksaan terhadap
status HIV berdasarkan formulir pencatatan bayi muda umur kurang dari 2 bulan.
Jika status ibu dan bayi tidak diketahui ATAU belum dites HIV maka tawarkan
dan lakukan tes serologis HIV pada ibu. Tentukan Ibu HIV positif/negatif.
Kemudian lanjutkan penilaian sesuai dengan formulir pencatatn dan
klasifikasikan hasil penilian status HIV pada bayi muda sesuai buku bagan.

e. Memeriksa Kemungkinan Berat Badan Rendah dan/atau Masalah


Pemberian ASI
Pemberian ASI merupakan hal yang sangat penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan bayi pada umur 6 bulan pertama kehidupannya. Jika ada
masalah pemberian ASI pada masa ini, bayi dapat kekurangan gizi dan mudah
terserang penyakit. Keadaan ini akan berdampak pada tumbuh kembang anak di
kemudian hari bahkan dapat berakhir dengan kematian.
Masalah yang sering ditemui pada bayi muda adalah berat badan rendah
menurut umur . Hal ini dapat menggambarkan adanya masalah pemberian ASI.
Masalah pemberian ASI pada bayi muda cukup bulan biasanya berkaitan dengan
masukan ASI yang kurang. Masalah pemberian ASI pada bayi lahir kurang bulan
biasanya terkait dengan refleks isap yang belum sempurna.

Tentukan berat badan bayi menurut umur. Untuk menentukan Berat Badan
menurut umur, gunakan grafik berat badan per umur (BB/U) bayi muda untuk
laki-laki atau perempuan pada buku bagan.

Ibu perlu dikaji terhadap kemungkinan adanya kesulitan dalam pemberian ASI.
Jika ibu mengatakan bayinya tidak bisa menyusu, minta ibu untuk menyusui
bayinya. Bayi akan mengalami kesulitan menyusu jika posisi salah, tidak melekat
dengan baik, tidak mengisap efektif atau terdapat luka atau bercak putih di mulut
(thrush) atau ada celah bibir / langit-langit.

24
Khusus untuk Ibu HIV positif, harus ditanyakan : apakah Ibu memberi ASI
penuh? Jika tidak, cairan apa yang diberikan untuk menambah atau
menggantikan ASI ?

Penilaian tentang cara menyusui dilakukan jika bayi tidak ada indikasi di RUJUK.
Untuk menilai cara menyusui, perlu dilihat posisi bayi, perlekatan seta isapan
bayi ketika menyusu.
f. Memeriksa Kemungkinan Berat Badan Rendah dan/atau Masalah
Pemberian Minum pada Bayi yang Tidak Mendapat ASI

Pada bayi yang tidak mendapat ASI dan tidak ada indikasi RUJUK, mintalah ibu
untuk mendemonstrasikan atau menjelaskan bagaimana penyiapan dan
pemberian minum untuk bayi. Selain menilai pemberian minum pada bayi yang
tidak mendapat ASI juga harus ditentukan berat badan menurut umur (BB/U)
pada bayi muda berdasarkan grafik buku bagan sesuai jenis kelamin.

g. Memeriksa Status Pemberian Vitamin K1 dan Imunisasi


Sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum sempurna, maka semua
bayi akan berisiko untuk mengalami perdarahan (HDN = Haemorrhagic Disease
of the Newborn), tidak tergantung apakah bayi mendapat ASI atau susu formula.
Perdarahan bisa ringan atau menjadi sangat berat, berupa perdarahan pada
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi ataupun perdarahan intrakranial. Untuk
mencegah kejadian diatas, maka pada semua bayi baru lahir, apalagi Berat
Badan Lahir Rendah diberikan suntikan vitamin K1 sebanyak 1 mg dosis tunggal,
intra muskular pada antero lateral paha kiri. Vitamin K1 harus diberikan segera
setelah lahir, setelah proses Inisiasi Menyusu Dini dan sebelum imunisasi
Hepatitis B 0.

Jadwal imunisasi, cara pemberian dan kontra indikasi pemberian imunisasi dapat
dilihat pada modul pelatihan materi inti imunisasi.

h. Menilai Masalah atau Keluhan Lain pada Bayi dan Ibu


Pada bayi muda perlu dinilai masalah/ keluhan lain pada bayi maupun ibu.
Masalah / keluhan lain yang mungkin ditemukan pada bayi diantaranya adalah :
Kelainan Bawaan/Kongenital, Kemungkinan Trauma Lahir, atau Perdarahan Tali
pusat.
Sedangkan masalah/ keluhan lain pada ibu antara lain puting lecet, payudara
bengkak, merasa ASI tidak keluar dan lainnya terkait dengan masalah yang
berpengaruh pada kesehatan bayi.

2. Tindakan atau Pengobatan Bayi Muda


25
a. Tindakan atau Pengobatan Bayi Muda yang Memerlukan Rujukan
Bayi muda dengan klasifikasi merah muda memerlukan rujukan segera. Namun
khusus untuk DIARE DEHIDRASI BERAT, jika tidak ada klasifikasi berat lainnya
dan tempat kerja saudara mempunyai fasilitas dan kemampuan terapi intravena,
maka dapat dilakukan langkah rehidrasi dengan Rencana Terapi C terlebih
dahulu sebelum merujuk. Jika fasilitas tersebut tidak ada, RUJUK SEGERA.
Sebelum merujuk bayi muda ke rumah sakit, berikan semua tindakan pra rujukan
yang sesuai dengan klasifikasinya. Bayi muda dapat dirujuk, jika syarat rujukan
terpenuhi, yaitu: suhu tubuh ≥ 35,5°C ; denyut nadi ≥ 100 kali/ menit dan tidak
ada tanda dehidrasi berat.
Beberapa tindakan atau pengobatan pra rujukan yang harus dilakukan sebelum
saudara merujuk bayi muda dengan klasifikasi merah yaitu :
 Menangani gangguan napas.
Menangani gangguan napas dilakukan jika bayi muda mempunyai gejala
KEJANG dan GANGGUAN NAPAS. Jalan napas dibersihkan dengan
menggunakan alat pengisap lendir, sebagai berikut :
o Jika alat pengisap lendir dimasukkan melalui mulut, maka panjang pipa
yang dimasukkan maksimum 5 cm dari ujung bibir.
o Jika alat pengisap lendir dimasukkan melalui hidung, maka panjang
pipa yang dimasukkan maksimum 3 cm dari ujung hidung.
 Menangani kejang dengan obat anti kejang.
Beri obat anti kejang jika bayi muda mengalami kejang saat pemeriksaan.
Jangan memberi minum atau apapun melalui mulut bayi yang sedang kejang,
karena bisa terjadi aspirasi.
Jika bayi kejang dicurigai sebagai TETANUS NEONATORUM, lakukan tindakan :
o Beri obat anti kejang Diazepam bukan Fenobarbital.
o Beri dosis pertama antibiotik intramuskular Penisilin Prokain.
o Lihat pedoman Eliminasi Tetanus Neonatorum untuk tindakan
berikutnya.
Jika tidak tersedia Diazepam dalam kemasan per rektal, gunakan Diazepam
injeksi yang dimasukkan ke rektum. Caranya: sedot Diazepam ke dalam semprit
tuberkulin atau BCG (1 ml) sebanyak yang diperlukan, kemudian lepas jarumnya
dan masukkan semprit tersebut ke rektum sekitar 4 cm dan semprotkan
Diazepam ke dalam rektum.
 Mencegah Gula Darah Tidak Turun
Mencegah agar kadar gula darah tidak turun merupakan tindakan penting
sebelum merujuk bayi dengan klasifikasi merah. Penurunan kadar gula sangat
berbahaya karena dapat menyebabkan kerusakan otak.
 Memberi cairan intravena

26
Cairan intravena diberikan pada bayi dengan klasifikasi DIARE DEHIDRASI
BERAT. Lihat bagan pengobatan Rencana Terapi C untuk bayi muda pada buku
bagan.
 Memberi dosis pertama antibiotik intramuscular
Saudara tidak perlu kuatir memberikan dosis pertama antibiotik intramuskular,
karena risiko syok anafilaktik pada bayi muda sangat jarang terjadi. Jika saudara
terlatih memberikan suntikan intramuskular, ikuti langkah-langkah berikut ini (jika
tidak, minta seseorang yang terampil untuk memberikan suntikan):
o Jelaskan kepada ibu mengapa obat tersebut harus diberikan.
o Pilih obat yang sesuai dan tentukan dosis obat berdasarkan bagan
pengobatan. Periksa konsentrasi sediaan yang ada.
o Gunakan alat suntik 1 ml dan jarum yang steril.
o Baringkan bayi, suntikkan secara intramuskular dalam di paha bagian
lateral, jangan disuntikkan di bokong bayi.

 Menghangatkan tubuh bayi


Cara sederhana dan tepat guna untuk menghangat-kan bayi muda adalah
dengan metode kanguru. Cara ini sangat mudah dan dapat dikerjakan oleh
semua orang. Prinsip metode kanguru adalah menghangatkan tubuh bayi
dengan cara meletakkan bayi di dada seseorang sehingga terjadi kontak kulit
langsung. Cara ini dapat dilakukan oleh semua orang.
 Menasihati ibu cara menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan
Metoda kanguru sangat baik dilakukan selama dalam perjalanan ke tempat
rujukan. Metoda ini berguna untuk mempercepat terjadinya kestabilan suhu
tubuh dan merangsang bayi baru lahir segera mengisap puting payudara ibu.

b. Tindakan atau Pengobatan Bayi Muda yang Tidak Memerlukan Rujukan


Beberapa tindakan atau pengobatan lain pada bayi muda yang tidak memerlukan
rujukan, disamping menghangatkan tubuh bayi dan mencegah agar gula darah
tidak turun adalah :
 Memberi Antibiotik Oral Yang Sesuai
Antibiotik oral amoksisilin diberikan pada bayi muda dengan klasifikasi INFEKSI
BAKTERI LOKAL. Cara dan dosis pemberiannya dapat dilihat dalam buku
bagan.
 Mengobati infeksi bakteri lokal
Infeksi bakteri local meliputi infeksi pada kulit, pusar dan mata. Infeksi pada kulit
atau pusar diolesi dengan antiseptik atau Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT). Infeksi
pada mata diberikan tetes/salep chloramfenikol 0,25% atau tetrasiklin 1%.
 Melakukan rehidrasi oral baik di klinik maupun di rumah
Penanganan diare yang paling penting adalah mencegah atau mengatasi
dehidrasi, selain mencegah terjadinya gangguan nutrisi dan lain-lain.
Pada dasarnya cara rehidrasi oral bayi muda untukmenangani DIARE TANPA
DEHIDRASI dan DIARE DEHIDRASI RINGAN/SEDANG sama dengan balita

27
kelompok umur 2 bulan sampai 5 tahun yang telah dibahas sebelumnya, hanya
pada bayi muda tidak diberikan tablet Zinc.

 Mengobati luka atau bercak putih ( thrush ) di mulut


Thrush pada bayi muda, harus segera ditangani, karena akan sangat
mengganggu bayi dalam menyusu, sehingga masukan ASI berkurang dan ini
dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang. Olesi mulut dengan antiseptik
atau teteskan 1 ml suspensi Nistatin.
Sedangkan cara menyiapkan Suspensi Nistatin adalah:
2 tablet Nistatin (500.000 unit) disuspensi dalam 10 ml Gliserin. Jika tidak ada
ganti Gliserin dengan minyak goreng.
 Melakukan asuhan dasar bayi muda
Tindakan asuhan dasar bayi muda adalah tindakan sederhana, tetapi penting
untuk kelangsungan hidup yang harus diberikan pada bayi muda yang sehat
maupun sakit. Tindakan asuhan dasar bayi muda meliputi : Mencegah infeksi,
Menjaga bayi muda selalu hangat, Memberikan ASI saja sesering mungkin, dan
Memberi imunisasi.

c. Mengajari dan Menasihati Ibu untuk Merawat Bayi Muda di Rumah


Mengajari ibu cara memberikan obat oral di rumah atau cara mengobati infeksi
bakteri lokal sangat penting untuk keberhasilan pengobatan.
Oleh karena ASI adalah makanan terbaik untuk bayi, maka untuk mempercepat
pemulihan kesehatan bayi di rumah, ibu perlu diberi nasihat tentang hal-hal yang
berhubungan dengan pemberian ASI, misalnya :
o Hanya memberi ASI saja sampai bayi berumur 6 bulan (ASI Eksklusif)
o Cara menyusui dengan baik
o Cara meningkatkan produksi ASI
o Cara memerah, menyimpan dan memberikan ASI setelah disimpan
o Cara memberi minum bayi dengan cangkir
o Cara mengatasi masalah pemberian ASI pada bayi maupun ibu
Disamping itu, perlu juga menasihati ibu tentang kesehatannya sendiri dan
mengingatkan kapan ibu harus membawa bayinya kembali segera ke puskesmas
dan kunjungan ulang, termasuk jadwal pemberian imunisasi pada bayi.

3. Pencatatan Bayi Muda

Seperti halnya dengan balita sakit, setelah petugas kesehatan selesai memeriksa
bayi muda, petugas harus mengisi Register Rawat Jalan Bayi Muda Umur Kurang
Dari 2 Bulan sesuai dengan petunjuk pengisiannya, termasuk melakukan konversi
klasifikasi MTBS ke dalam kode diagnosis berdasarkan ICD 10.

KONVERSI KLASIFIKASI MTBS PADA BAYI MUDA


28
KE DALAM KODE DIAGNOSIS (ICD 10)

ICD - 10
NO KLASIFIKASI KETERANGAN
KODE DIAGNOSIS
KEMUNGKINAN PENYAKIT
I SANGAT BERAT ATAU INFEKSI
BAKTERI
1. Penyakit Sangat Berat atau R 56.0 Kejang Demam
Infeksi Bakteri Penetapan diagnosa
A 33 Tetanus Neonatorum disesuaikan dengan
G 03.9 Meningitis, tidak spesifik tanda atau gejala dan
A 36.9 Diphteri pemeriksaan fisik.
J 18.9 Pneumonia, tidk spesifik

2. Infeksi Bakteri Lokal A 48 Penyakit bakteri lain


yang tidak terklasifikasi
3. Mungkin Bukan Infeksi -- --
II IKTERUS

1. Ikterus Berat P 59.9 Ikterus bayi baru lahir,


tidak spesifik

2. Ikterus P 59.9 Ikterus bayi baru lahir,


tidak spesifik
3. Tidak Ada Ikterus -- --
III DIARE
Gastroenteritis dan Kolitis,
1. Diare Dehidrasi Berat A 09
tidak spesifik
Gastroenteritis dan Kolitis,
2. Diare Dehidrasi Ringan/Sedang A 09
tidak spesifik
Gastroenteritis dan Kolitis,
3. Diare Tanpa Dehidrasi A 09
tidak spesifik
IV STATUS HIV
1. Infeksi HIV terkonfirmasi B 20 Penyakit HIV
Kontak dan suspek terinfeksi
2. Terpajan HIV Z 20.6
HIV
3. Mungkin bukan infeksi HIV -- --

Pokok Bahasan 4 : Pelayanan Tindak Lanjut Pada Balita Sakit dan Bayi Muda

Memberi pelayanan tindak lanjut berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada
saat anak datang untuk kunjungan ulang. Pada waktu kunjungan ulang, petugas
kesehatan dapat menilai apakah anak membaik setelah diberi obat, tidak menunjukkan
perbaikan, atau mungkin bertambah parah.

Tatalaksana pelayanan tindak lanjut bagi anak yang datang untuk kunjungan ulang agak
berbeda dengan tatalaksanan yang digunakan ketika anak datang pada kunjungan
pertama. Dalam hal ini petugas kesehatan harus menggunakan pedoman khusus
pelayanan tindak lanjut bagi balita sakit umur 2 bulan sampa 5 tahun atau bayi muda
umur kurang 2 bulan yang ada pada buku bagan MTBS.

29
Contoh Kasus:
Seorang anak dibawa ibunya datang kembali untuk kunjungan ulang karena
diklasifikasikan sebagai PNEUMONIA 2 hari yang lalu. Sekarang anak masih batuk dan
bahkan diare (ada masalah/keluhan baru).
Karena ada masalah baru, maka anak harus diperiksa atau dinilai ulang lengkap.
Penilaian dan klasifikasi dilakukan untuk tanda bahaya umum, 4 keluhan utama, status
gizi dan anemia, status HIV, status imunisasi dan pemberian vitamin A, sampai ke
masalah lain.
Hasil pemeriksaan diperoleh klasifikasi anak sekarang adalah BATUK BUKAN
PNEUMONIA (berarti ada perbaikan) dan DIARE TANPA DEHIDRASI (merupakan
klasifikasi yang baru ditemukan hari ini). Maka pengobatan yang diberikan untuk BATUK
BUKAN PNEUMONIA bukan pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman seperti
pada kunjungan pertama, tetapi melanjutkan antibiotik hingga seluruhnya 3 hari seperti
tertulis pada pedoman “Pemberian Pelayanan Tindak Lanjut” dalam kotak PNEUMONIA.
Pengobatan untuk masalah barunya (DIARE TANPA DEHIDRASI) berpedoman pada
bagan seperti pada kunjungan pertama, yaitu Rencana Terapi A dan kunjungan ulang 3
hari jika tidak ada perbaikan.

Penting
Jika anak datang untuk kunjungan ulang, namun ternyata mempunyai masalah lain atau
bertambah parah, RUJUK KE RUMAH SAKIT. Anak juga harus dirujuk apabila: obat
pilihan kedua tidak tersedia, atau saudara khawatir tentang anak tersebut, atau saudara
tidak tahu harus berbuat apa. Jika anak tidak sembuh setelah diobati, mungkin
menderita penyakit lain yang tidak terdapat pada Buku Bagan MTBS atau membutuhkan
pengobatan lain, hal ini juga merupakan indikasi untuk di rujuk.

Pada BAYI MUDA, semua yang datang untuk kunjungan ulang harus dinilai secara
lengkap mulai dari menilai kemungkinan penyakit berat atau infeksi bakteri sampai
dengan menilai masalah atau keluhan lain. Tindakan/pengobatan untuk masalah atau
keluhan lama mengacu pada pedoman “Pemberian Pelayanan Tindak Lanjut”
sedangkan tindakan atau pengobatan untuk masalah/keluhan baru, sama seperti
kunjungan pertama.

Untuk semua klasifikasi pada balita sakit dan bayi muda apabila masih menetap pada
kunjungan ulang yang kedua, maka anak harus di RUJUK SEGERA.

Pokok Bahasan 5 : Pencegahan Cedera Pada Anak

30
Seorang anak belum memiliki kemampuan untuk mengontrol lingkungannya secara
mandiri, sehingga sering terjadi kecelakaan yang tidak dapat diduga. Dalam proses
tumbuh kembangnya, anak mempunyai keinginan untuk melakukan eksplorasi
kemampuan dalam rangka mencapai tingkat perkembangan sesuai dengan usianya.

Peran orang tua dan keluarga sangat penting dalam mengontrol lingkungan yang aman
sehingga anak akan terhindar dari cedera. Tenaga kesehatan dapat memfasilitasi
dengan memberikan konseling atau pendidikan kesehatan cara mencegah cedera pada
anak.

Jenis kecelakaan yang dapat menimpa anak dan sering terjadi adalah :
o Kecelakaan lalu lintas
o Tenggelam
o Luka bakar
o Jatuh
o Keracunan
o Tersedak
o Luka akibat benda tajam atau tumpul

Dalam Buku Bagan MTBS tersedia daftar beberapa pesan atau informasi yang harus
disampaikan kepada orang tua dan keluarga dalam upaya mencegah terjadinya cedera
pada anak akibat kejadian kecelakaan seperti tersebut di atas.

--o0o—

31
SOAL-SOAL
LATIHAN STUDI KASUS MTBS

Baca soal-soal di bawah ini dengan teliti. Gunakan formulir pencatatan yang sesuai
dengan umur anak. Anggaplah semua kasus merupakan kunjungan pertama.

LATIHAN A

Kasus 1 : ERNA
Erna, anak perempuan dari ibu Rini, berumur 1 tahun. Berat badan 7,5 kg. Panjang
badan 62 cm. Suhu badan 37°C. Ia dibawa ke puskesmas karena batuk selama 3 hari.
Petugas memeriksa tanda bahaya umum. Erna bisa minum, tidak muntah dan tidak
kejang. Ia sadar, tidak ada stridor, tidak tampak kebiruan, ujung tangan dan kakinya
tidak pucat dan tidak dingin.
Petugas kesehatan menghitung nafas 48x/ menit. Tidak ada tarikan dinding dada ke
dalam dan tidak terdengar wheezing. Saturasi oksigen tidak diperiksa karena
puskesmas tidak memiliki pulse oxymeter.
Ketika petugas bertanya apakah anak diare, ibu menjawab bahwa Erna tidak diare.

 Catat semua gejala yang ditemukan dalam formulir pencatatan.


 Tentukan KLASIFIKASI sesuai gejala yang ada dengan menggunakan Buku
Bagan MTBS.

Kasus 2 : HARI
Ibu Ria membawa anak laki-lakinya bernama Hari ke puskesmas karena diare dan
rewel. Hari berumur 17 bulan. Berat badannya 6 kg. Panjang badan 80 cm. Suhu badan
36,8°C.
Tanda-tanda bahaya umum tidak ditemukan. Hari tidak batuk ataupun sukar bernapas.
Diarenya sudah berlangsung selama 2 minggu, namun tidak ada darah dalam tinjanya.
Anaktampak gelisah dan rewel, matanya cekung. Ketika diberi minum, ia haus dan
minum dengan lahap. Cubitan kulit perutnya kembali lambat.

 Catat semua gejala yang ditemukan dalam formulir pencatatan.


 Tentukan KLASIFIKASI sesuai gejala yang ada dengan menggunakan Buku
Bagan MTBS.

LATIHAN B

Kasus 1 : ERNA(lanjutan)
Erna tidak demam dan tidak ada masalah telinga. Tidak kurus dan tidak ada edema di
kedua punggung kaki. Petugas kesehatan menentukan berat badan Erna berdasarkan
panjang badan, kemudian mengukur lingkar lengan atas 12,5 cm. Telapak tangan Erna
tidak pucat.
 Tentukan klasifikasi untuk demam, masalah telinga, status gizi dan anemia.
32
Kasus 2 : HARI (lanjutan)
Hari tidak demam. Ibu berkata, dari telinga anakkeluar cairan sejak ± 3 minggu y.l.
Ketika diperiksa tidak ada nyeri telinga dan tidak ada pembengkakan yang nyeri di
belakang telinga. Tampak cairan/nanah keluar dari telinga kanan.
Petugas memeriksa untuk status gizi dan anemia. Hari tampak sangat kurus, kedua
punggung kaki tidak bengkak, LiLA 11,2 cm dan telapak tangannya agak pucat.
 Tentukan klasifikasi untuk demam, masalah telinga, status gizi dan anemia.

Kasus 3 : YUNITA
Yunita umur 2 tahun 6 bulan. Berat badan 12 kg. Tinggi badan 83 cm. Suhu badan
38,5°C. Ibu Nancy membawa anaknya ke puskesmas karena demam dan ada ruam.
Petugas kesehatan tidak menemukan tanda bahaya umum.
Yunita tidak batuk dan tidak diare. Iademam selama 2 hari. Daerah tempat tinggalnya
tergolong endemis malaria rendah.Yunita tidak pernah menderita malaria maupun
riwayat campak selama 3 bulan terakhir. Pada pemeriksaan, tidak ada kaku kuduk,
namun terdapat ruam kemerahan menyeluruh di kulit dan mata merah. Hasil tes malaria
RDT negatif.
Petugas melanjutkan pemeriksaan mulut dan mata anak. Terlihat adanya luka dangkal
di mulut anak, mata tidak bernanah dan tidak ada kekeruhan pada kornea.
Tidak ditemukan tanda-tanda yang mengarah ke DBD.
Yunita tidak mempunyai masalah telinga. Ia tidak kurus, kedua punggung kaki tidak
bengkak. Lingkar lengan atas 12,8 cm. Tidak ditemukan kepucatan pada telapak
tangan.
 Catat semua gejala yang ditemukan dalam formulir pencatatan dan
klasifikasikan.

LATIHAN C

Kasus 1 : ERNA(lanjutan)
Ketika petugas bertanya kepada ibu tentang status HIV, bu Rini mengatakan bahwa ia
pernah di test HIV hasilnya negatif. Erna sudah memperoleh imunisasi dasar lengkap
dan 3 bulan yang lalu diberi vit A di posyandu. Masalah atau keluhan lain tidak ada.
 Tentukan klasifikasi untuk status HIV.
 Lengkapi formulir pencatatan dengan status imunisasi, vitamin A dan masalah
lain.

Kasus 2 :HARI (lanjutan)


Ketika petugas bertanya kepada ibu tentang status HIV, bu Ria mengatakan bahwa ia
pernah di test HIV hasilnya positif tetapi belum minum obat ARV. Sejak lahir sampai
33
saat ini belum pernah dilakukan tes HIV terhadap anaknya. Harimasih minum ASI
sekarang tetapi tidak diberi obat ARV profilaksis. Tidak ada riwayat pengobatan OAT
dan tidak terdapat bercak putih di mulut anak.
Hari sudah memperoleh imunisasi dasar lengkap tetapi tidak pernah mendapatkan
vitamin A dosis tinggi. Masalah atau keluhan lain tidak ada.
 Tentukan klasifikasi untuk status HIV.
 Lengkapi formulir pencatatan dengan status imunisasi, vitamin A dan masalah
lain.

Kasus 3 :YUNITA (lanjutan)


Ketika petugas bertanya kepada ibu tentang status HIV, bu Nancy mengatakan bahwa
ia belum pernah di test HIV. Ayah dan saudara kandung Yunita tidak terdiagnosa HIV.
Kemudian petugas kesehatan memeriksa mulut anak, ternyata tidak ditemukan bercak
putih.
Yunita jarang ke posyandu tetapi ia sudah memperoleh imunisasi dasar lengkap di
puskesmas dan 2 minggu yang lalu memperoleh vit A dosis tinggi.
Ketika petugas menanyakan kemungkinan adanya masalah atau keluhan lain, ibu
mengatakan bahwa di leher anaknya terdapat bintik/benjolan kecil-kecil dan gatal yang
ternyata adalah biang keringat.
 Tentukan klasifikasi untuk status HIV.
 Lengkapi formulir pencatatan dengan status imunisasi, vitamin A dan masalah
lain.

LATIHAN D
( bayi muda )

Kasus : NIDA
a) Nida, bayi perempuan umur 5 hari, lahir normal cukup bulan. Pada waktu Petugas
kesehatan berkunjung kerumah Nida, ibu Tantimengatakan bahwa Nida diare sejak
1 hari yang lalu. Berat badan bayi 3000 gram, panjang 50 cm dan suhu badannya
37,4°C.
Bayi bisa menyusu, tidak ditemukan tanda/gejala kejang, gerakannya
normal.frekuensi napas pada hitungan pertama 60x/menit, hitungan kedua
58x/menitdan tidak ada tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat. Mata bayi
tidak bernanah, terdapat pustul di kulit.Pusarkemerahan dan bernanah, tetapi tidak
meluas ke dinding perut.
Hasil pemeriksaan diare:mata bayi tidak cekung dan cubitan kulit perut kembali
segera.Petugas bertanya kepada ibu apakah ibu telah diperiksa test darah untuk
HIV. Ibu menjawab “sudah hasilnya negatif”.

34
 Catat semua gejala yang ditemukan dalam formulir pencatatan.
 Tentukan KLASIFIKASI sesuai gejala yang ada dengan menggunakan
Buku Bagan MTBS.

b) Selanjutnya petugas kesehatan menetapkan berat badan Nidaberdasarkan umur


pada grafik untuk menentukan kemungkinan berat badan rendah dan melanjutkan
penilaian kemungkinan adanya masalah pemberian ASI.Ternyata bayi menyusu 8-
9x dalam 24 jam dan tidak mendapat makanan atau minuman lain selain ASI. Tidak
terdapat luka atau bercak putih di mulut dan tidak ada celah pada bibir atau langit-
langit.
Kemudian petugas menilai cara menyusui, tampak posisi benartetapi tidakmelekat
dengan baik dan bayi mengisap cepat dan dangkal.
Ketika petugas bertanya tentang pemberianvitamin K1 dan Imunisasi, ibu berkata
bahwa setelah bayi lahir bidan memberi suntikan di paha kiri dan paha kanan bayi,
imunisasi lainnya belum. Masalah atau keluhan lain pada bayi tidak ada, hanya ibu
mengeluh putingnya lecet dan sakit.
 Tentukan klasifikasi untuk Kemungkinan Berat Badan Rendah dan
Masalah Pemberian ASI.
 Lengkapi formulir pencatatan dengan hasil pemeriksaan status vitamin
K1, Imunisasi dan masalah/keluhan lain pada bayi maupun ibu.

LATIHAN E
( Pelayanan Tindak Lanjut )

Ambil kembali formulir pencatatan kasus YUNITA dan NIDA yang sudah diisi lengkap
ketika latihan studi kasus sebelumnya. Gunakan lembar formulir pencatatan baru untuk
mencatat hasil pemeriksaan hari ini.

Bagian a : YUNITA
Setelah 3 hari, Yunita dibawa kembali oleh ibunya ke puskesmas untuk kunjungan
ulang. Berat dan tinggi badan tidak berubah, suhu badan 37,5°C. Saudara sebagai
petugas kesehatan bertanya tentang kondisi Yunita, ibu menjawab bahwa Yunita masih
demam, sekarang ia pilek dan tidak mau makan karena terasa sakit jika menelan. Ibu
memberikan hasil pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan kunjungan sebelumnya.
 Catat identitas dan hasil pemeriksaan di atas dalam formulir pencatatan
 Rencana apa yang akan saudara lakukan untuk memeriksa Yunita ?

Pada pemeriksaan, tidak ditemukan tanda bahaya umum. Ibu mengatakan bahwa
Yunita tidak batuk dan tidak diare. Ruam kemerahan di kulit masih tampak, mata tidak
merah lagi namun luka di mulut terlihat lebih dalam dan tercium bau busuk.

35
Tidak ada tanda-tanda yang mengarah ke DBD. Yunita tidak mempunyai masalah
telinga. Ketika saudara memeriksa tenggorokan anak, tampak tanda-tanda radang.
 Tuliskan klasifikasi serta tindakan atau pengobatan yang akansaudara berikan.

Bagian b :NIDA
Dua hari setelah diperiksa di rumah, Nida dibawa oleh ibunya ke puskesmas untuk
kontrol. Walaupun diare Nida sudah berhenti, bu Tanti merasa kuatir karena mulai
kemarin bayi terlihat kuning.Pada pemeriksaan, berat badan 3100 gram, panjang badan
50 cm, suhu badan37°C, tidak ditemukan tanda/gejala kejang, bayi bergerak
normal,frekuensi napas 47x/menit, tidak ada tarikan dinding dada ke dalam yang sangat
kuat, dan matanya tidak bernanah. Tampak pusar masihagak kemerahan tetapi tidak
bernanah lagi, dan pustul di kulitsudah berkurang.Kuning ditemukan sampai leher.
Ketika ibu diminta untuk menyusui bayi, posisi bayi benar, melekat dengan baik dan
mengisap dengan efektif. Ibu juga merasa nyaman menyusui karena putingnya sudah
sembuh.
 Tuliskan klasifikasi serta tindakan atau pengobatannya.

36

Anda mungkin juga menyukai